Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


(Studi Kasus pada DPPKAD, BAPPEDA, dan BPS Kabupaten
Boyolali tahun 2006-2015)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :
NOVIANTI HENDRIYANI
B 200130226

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
(Studi Kasus pada DPPKAD, BAPPEDA, dan BPS Kabupaten Boyolali tahun
2006-2015)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pengeluaran


Pemerintah, Jumlah Penduduk, dan Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah pada
Kabupaten Boyolali tahun 2006-2015
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kabupaten
Boyolali, dengan sampel penelitian data laporan keuangan pemerintah Boyolali
pada tahun 2006-2015. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi
klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji t, uji f dan
uji koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasi diperoleh
nilai sebesar 0,759 yang berarti bahwa 75,9% pendapatan asli daerah dipengaruhi
Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, dan Inflasi, sedangkan 24,1%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah, sedangkan pengeluaran pemerintah dan inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengeluaran Pemerintah,


Jumlah Penduduk, Inflasi

ABSTRACT
This research aimed to analyze the influence of Goverentment
Ekspenditure, Population, Inflation to District Own Source Revenue ( DOSR) in
Boyolali period 2006-2015.
The population used in this study at Boyolali, with sample financial
statement data Boyolali government in 2006-2015. The collected data were
analyzed using data analysis first conducted classical assumption test before
hypothesis test. Testing the hypothesis in this study using multiple regression
analysis with t-test, f-tets and the coefficient of determination.
The results showed that the coefficient of determination obtained a value
of 0,759 which means that 75,9% District Own Source Revenue ( DOSR) is
affected Goverentment Expediture, Population, and Inflation the balance of
24,1% is influenced by other variables outside the research. Hypotesis test results
showed that the Population have significant effect on District Own Source
Revenue ( DOSR ), while the Goverentment Expediture and Inflation have not
significant effect on District Own Source Revenue ( DOSR ).

1
Keyword: District Own Source Revenue ( DOSR ), Goverentment Expenditure,
Population, Inflation.

1. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan makmur. Berbagai kegiatan pembangunan nasional
diarahkan kepada pembangunan yang merata ke setiap daerah yang cenderung
masih memiliki kelemahan dalam penerimaan pendapatan. Dengan
diberlakukannya Otonomi Daerah, Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan
yang lebih luas. Seperti tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004, Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah
memunculkan dimensi baru berupa Desentralisasi dan Dekonsentrasi (Zuwesty
2015). Menurut UU No.32 Tahun 2004, desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintah oleh Pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.
Pelaksanaan desentralisasi fiskal memberikan peluang pada pemerintah daerah
dalam melaksanakan fungsinya secara efektif, dengan diberikan kebebasan dalam
pengambilan keputusan penyediaan pelayanan disektor publik. Untuk itu harus
didukung sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari PAD.
PAD sebagai salah satu penerimaan daerah, mencerminkan tingkat
kemandirian daerah. Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu
mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap
pemerintah pusat berkurang. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah diatur
oleh UU No. 32 tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintah daerah dan UU
No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Oleh karena itu sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan salah
satu tolok ukur dalam pelaksanaan pembangunan daerah, akan tetapi PAD
tersebut masih belum cukup untuk membiayai pembangunan apabila dilihat dari
proporsi PAD terhadap APBD. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi PAD
diantaranya Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, dan Inflasi.

2
Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas
pendapatan asli daerah. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang
dibutuhkan, dan bukan satu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat
merangsang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Gde Bhaskara dan A.A
Bagus, 2014).
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telahmenetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pengeluaran pemerintah
dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang
dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan
pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.
Proporsi pengeluaran pemerintah terhadap penghasilan nasional (GNP) adalah
suatu ukuran terhadap kegiatan pemerintah dalam suatu perekonomian
(Mangkoesoebroto, 1998 dalam Sitaniapessy, 2013).
Adanya aktifitas penduduk pada perekonomian menyebabkan gejolak
ekonomi secara menyeluruh atas permintaan barang dan jasa yang berlebihan
biasanya disebut inflasi. Adanya inflasi di Kota menggambarkan adanya gejolak
ekonomi, apabila inflasi tersebut dibiarkan begitu saja tanpa dikendalikan akan
berdampak pada perekonomian, karena inflasi yang baik kurang dari 10 % apabila
inflasi melebihi dari 25% akan mengakibatkan nilai barang tinggi dan berdampak
pada nilai tukar rupiah yang akan semakin menurun (Iwan Susanto, 2014).
Penelitian ini mengembangkan dari penelitian terdahulu yang dilakukan Gde
Bhasakara dan A.A Bagus (2014), adapun perbedaan penelitiannya adalah pada
tempat penelitian. Gde Bhaskara dan A.A Bagus melakukan penelitian pada kota
Denpasar, sedangkan penelitian ini pada kota Boyolali. Dalam penelitian Gde
Bhaskara dan A.A Bagus menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan asli daerah meliputi PDRB, jumlah penduduk dan jumlah wisatawan,
sedangkan dalam penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan asli daerah yang meliputi pengeluaran pemerintah,
jumlah penduduk, dan inflasi.

3
2. METODE
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah di Dinas PendapatanPengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Badan Perencanaan Pengembangan
Daerah (BAPPEDA), dan data-data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Boyolali. Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu data
Laporan Realisasi Anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD), data inflasi pada Badan Perencanaan Pengembangan
Daerah (BAPPEDA) dan data jumlah penduduk pada Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Boyolali dalam 10tahun mulai dari tahun 2006-2015. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel menggunakan kriteria tertentu. Teknis analisis data yang
digunakan adalah regresi berganda.
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah menurut UU no 33 tahun 2014 adalah adalah
pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengolahan Kekayaan
`````Daerah yang Dipisahkan + Lain-lain PAD Yang Sah
b. Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah menurut BPS adalah jenis output pemerintah
dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan
barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi)
ditambahnilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada
RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social
transfer in kind-purchased market production).
Pengeluaran Pemerintah untuk Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja
Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi,
dan Jaringan + Belanja Aset Lainnya.

4
c. Jumlah Penduduk
Penduduk menurut BPS adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
Jumlah Penduduk = Penduduk Laki-laki + Penduduk Perempuan
d. Inflasi
Inflasi menurut BPS adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa
pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat,
maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga
barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan
demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap
nilai barang dan jasa secara umum.
IRt – 100%

Dimana:
IHKt = Indeks Harga Konsumen Gabungan satu tahun dibagi 12
IHKt -1 = Indeks Harga Konsumen Gabungan tahun sebelumnya dibagi 12
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (multiple
regression). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda. Karena dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan
hitungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2006). Analisis regresi
berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu produk domestik regional bruto, pengeluaran pemerintah,
jumlah penduduk, dan inflasi terhadap variabel dependennya yaitu pendapatan asli
daerah.
Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
PAD = β0 + β1PP + β2JP + β3IF+ µi
Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah

5
β0 = Intersep
β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi
PP = Pengeluaran Pemerintah
JP = Jumlah Penduduk
IF = Inflas
µi = error

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
multikolineritas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Maka,
dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov
terhadap data unstandardized residual adalah sebesar 0,619, dapat diketahui
bahwa semua p-value untuk data ternyata lebih besar dari =5% (p>0,05),
sehingga dapat dinyatakan bahwa keseluruhan data yang diperoleh memiliki
sebaran yang normal.
Uji Multikolinearitas
Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua variabel
independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau 10%. Dengan
demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser.
Berdasarkan hasil perhitungan uji heteroskedastisitas yang menunjukkan tidak ada
gangguan heteroskedastisitas, karena nilai p>0,05 atau tidak signifikan pada
=5%. Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

6
Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
a. Hipotesis 1 (Pengeluaran Pemerintah Berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah)
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah tidak
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, yang ditunjukkan dengan hasil uji
t variabel Pengeluaran Pemerintahsebesar 0,655 lebih kecil dari t tabel sebesar
2,447, dan nilai sig. sebesar 0,537 lebih besar dari 5%, sehingga H1 ditolak artinya
Pengeluaran Pemerintah tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
secara statistik signifikan.
b. Hipotesis 2 (Jumlah Penduduk Berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah)
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Jumlah Penduduk
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, yang ditunjukkan dengan hasil uji
t variabel Jumlah Penduduk sebesar 3,633 lebih besar dari t tabel sebesar 2,447, dan
nilai sig. sebesar 0,011 lebih kecil dari 5%, sehingga H2 diterima, sehingga H2
diterima artinya Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
secara statistik signifikan.
c. Hipotesis 3 (Inflasi Berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah)
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Inflasi tidak berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah, yang ditunjukkan dengan hasil uji t variabel
Inflasi sebesar 0,175 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,447, dan nilai sig. sebesar 0,867
lebih besar dari 5%, sehingga H3 ditolak sehingga H3 ditolak artinya Inflasi tidak
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah secara statistik signifikan.

4. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa secara parsial, jumlah penduduk berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah. Sedangkan pengeluaran pemerintah dan inflasi tidak
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

7
Keterbatasan
Sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan satu kabupaten Boyolali
sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk jenis kabupaten/kota
yang lain, Dalam penelitian ini hanya terbatas menggunakan 3 variabel
independen saja seperti pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan inflasi,
Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode 10 tahun karena kesulitan
dalam mendapatkan data, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat membuktikan
hipotesis yang telah dikemukakan.
Saran
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan sampel dalam penelitian lebih diperluas
karena sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan satu kabupaten. Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variable independen penelitian..
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode yang lebih panjang.

DAFTAR PUSTAKA
A.A Bagus Putu Widanta, G. B. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Denpasar. E-
Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, ISSN: 2303-0178
Vol. 3, No. 5.

Abdullah, F. (16-19 September 2015). “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana


Alokasi Umum, dan Alokasi Khusus Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Bagian Selatan”.
Simposium Nasional Akuntansi 18. Universitas Sumatera Utara.

Adiputra, I. M., Dwiyantari, N. K., & Darmada, D. K. (16-19 September 2015).


Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan SiLPA Terhadap Kualitas
Pembangunan Manusia Dengan Alokasi Belanja Modal Sebagai Variabel
Intervening (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali). Simposium
Nasional Akuntansi 18 Medan.

Badan Pusat Statistik. Pengertian Inflasi https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/3

Badan Pusat Statistik. Pengertian Kependudukan


https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12

Badan Pusat Statistik. Pengertian Pendapatan Domestik Regional Bruto


https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/52

8
Badan Pusat Statistik. Pengertian Pengeluaran Pemerintah.
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11

Engla Desnim Silvia, Y. W. (2013). “Analisis Pertumbuhan Ekonomi,Investasi,


dan Inflasi di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol.1 No.2.

Gitaningtyas, Y. K., & Taufik Kurrohman. (2014). Pengaruh Produk Domestik


Regional Bruto, Jumlah Penduduk, dan Investasi Swasta Terhadap
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa
Timur. Artikel Ilmiah Mahasiswa, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Jember (UNEJ).

I Gusti Ayu Putri Wahyuni, M. S. (2014). “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah


Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesenjangan
Pendapatan Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 2337-3067.

I Made Tony Wirawan, S. A. (2015). “Analisis Pengaruh Pendidikan, PDRB


Perkapita Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin
Provinsi Bali”. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana,
Vol.04, No.05: 2303-0178.

Iwan, & Susanto. (2014). Analisis Pengaruh PDRB, Penduduk, dan Inflasi
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Kota Malang
Tahun 1998 – 2012). Jurnal Ilmiah, FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG.

James Paul Alfred Renyaan, S. U. (2012). Effect of Fiscal Autonomy and


Economic Growth on Local Financial Performance (A Study on Local
Government Of Papua Province). International Journal of Business and
Management Invention, Volume 1 No 1.

Kusnandar, & Dodik, S. (n.d.). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli
Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap
Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin.

Makdalena F Asmuruf, V. A. (2015). “Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah


Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Sorong”.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol.15 No.5.

Putri, Z. E. (2015). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana


Alokasi Umum (DAU), dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Vol.5 No.2.

9
Sari, P. L. (2013). ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI
BALI. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, ISSN : 2089-3310 Vol 2
No 2.

Sipahutar, R. I., & Sutaryo. (24-27 Agustus 2016). Faktor-Faktor Penentu


Implementasi E-Government Pemerintah Daerah Di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIX, Lampung.

Sitaniapessy, H. A. (April 2013.). “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap


PDRB Dan PAD”. Jurnal Economica, Vol 9, No.1.

Supartoyo, Y. H. (2013). “The Economic Growth and The Regional


Characteristics: The Case of Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan,Terakreditasi-Sk: 66b/DIKTI/Kep/2011., Vol.16, No.1.

Undang-undang Nomer 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta, DirektoratJenderal
Otonomi Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

10

Anda mungkin juga menyukai