ACUT
ACUT
OLEH:
NIM : 21117080
2020
ACUTE KIDNEY DISEASE
A. Definisi
B. Etiologi
C. Anatomi dan Fisiologi
D. Patofisiologi dan Patoflow
E. Manifestasi Klinik
Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif untuk mencegah progresivitas overload cairan,
kelainan elektrolit, dan asam basa, penanggulangan gejala uremia. Terapi agresif
harus diberikan jika ditemukan tanda-tanda awal disfungsi ginjal. Terapi dini tidak
hanya mencegah kerusakan lebih lanjut, tetapi dapat mengembalikan fungsi ginjal
kembali jadi normal.Untuk terapi konservatif dibagi atas beberapa tahap terapi :
1) Tahap Antisipatif
Merupakan tahap dimana dilakukan antisipasi keadaan penyakit yang
mempunyai risiko menimbulkan komplikasi , dengan syarat: tidak ada diuresis
48 jam pasca lahir pada neonatus, adanya gambaran ostruksi salurankemih
pada USG pranatal, dehidrasi, pemakaian obat nefrotoksik jangka panjang
atau kemoterapi, pasca bedah kardiovaskuler
2) Tahap prarenal
Pada tahap ini terapi cairan dapat diberikan sesuai etiologi. Jika pada
gastroentitis dengan dehidrasi, diberikan cairan RL atau Darrow glukosa
sesuai protokol. Pada syok hemoragik diberi tranfusi darah sedangkan pada
sindrom nefrotik diberikan infus albumin atau plasma. Jika penyebabnya tidak
jelas dapat diberikan RL 20mL/kgBB dalam waktu 1 jam, dan dapat diulang
sampai keadaan sirkulasi baik atau terjadi diuresis. Pada terapi ini diperlukan
pemantauan CVP.Jika hipovolemia diakibatkan oleh karena kehilangan darah
atau hipoproteinemia, maka cairan yang dipakai adalah plasma ekspander
(plasma fusin, polygeline, darah).biasanya dieresis timbul setelah 2 jam.
3) Tahap renal awal
Sedangkan pada tahap ini tidak responsif terhadap terapi pemberian
cairan pengganti akan tetapi responsif terhadap diuretik. Ciri pada tahap ini
terjadi rehidrasi akan tetapi oliguri. Untuk itu dapat dilakukan diuresis paksa
dengan syarat tidak adanya obstruksi saluran kemih.Obat yang dipakai :
a) Mannitol 20% 0,5g/kgBB di infus dalam 10-20 menit, pada satu kali
pemberian
b) Furosemid 1mg/kg. Dinaikkan berganda setiap 6-8 jam sampai 5mg/kg.
Tujuan terapi diuresis paksa ini adalah untuk merubah keadaan
oligurik menjadi non-oligurik untuk memudahkan pemberian cairan dan kalori
, selain dari obat tersebut dapat diberikan dopamin dosis rendah yaitu 5
mikrogram/kgBB untuk meningkatkan peredaran darah ginjal.Penggunaan
Fenoldopam sebagai Dopamin alpha-1 agonis telah ditunjang dari beberapa
penelitian untuk pencegahan lebih lanjut.
4) Tahap pemeliharaan
Pada fase ini terjadi renal. Tujuan penanggulangan adalah untuk
menjaga homeostasis tubuh, sambil menunggu fungsi ginjal membaik. Bila
tidak berhasil maka terapi konservatif dan dialisis harus dilanjutkan. Terapi
pada tahap ini merupakan suatu balans cairan dengan perhitungan: Jumlah
cairan diberikan = Insensible Water Loss (IWL) + jumlah urin 1 hari
sebelumnya + cairan lain yang keluar (muntah, feses, selang nasogastrik dll).
Diperlukan koreksi penambahan 12% pada setiap kenaikan suhu 1oC.
Balanscairan yang dapat dikatakan baik bila hasil pemeriksaan berat badan
tiap hari turun 0,1%-0,2%.Jenis cairan yang dipakai :Jika anuria total, hanya
glukosa 10-20%. Pada oliguria,diberikan cairan glukosa : NaCl 3:1.Jumlah
protein diberikan 0,5-1 g/kgBB/hari
b. Terapi Suportif Dan Simptomatik
Sirkulasi yang kurang baik dapat diberikan infus dopamin 5
mikrogram/kgBB/menit. Sedangkan pada hipovolemia diatasi dengan pemberian
larutan ringer laktat secara IV 20mL/kg selama 30 menit.Pemberian cairan koloid
tidak dianjurkan jika pada pasien tidak ditemukan kehilangan darah atau
hipoproteinemia. Pada penderita oliguria yang gagal respon terhadap penambahan
volume IV furosemid dapat diberikan dosis tunggal intravena 1-2 mg/kg dengan
kecepatan 4 mg/menit. Jika tak ada respon berikan dosis kedua 10mg/kg. Apabila
peningkatan urin tidak terjadi, pemberian furosemid lanjutkan merupakan suatu
kontraindikasi.
Tujuan utama dari terapi ini merupakan upaya pengurangan dari gejala-
gejala yang timbul dari ini sendiri yang terdiri dari :
1) Hiperkalemia terjadi bila kadar kalium >6 mEq/L, pada keadaan tersebut
menyebabkan aritmia jantung dan kematian. Untuk terapi dibatasi intake
cairan,makanan atau obat-obatan yang mengandung kalium sampai kondisi
ginjal baik.
a) Kayeksalat (kation exchange resin) 1g/kgBB/rektal atau oral 4 kali sehari
atau kalitake 3x2,5g/hari.
b) Kasium glukonas 10% 0,5mL/kgBB iv perlahan 10-15menit
c) Natrium bikarbonat 7,5% 2,5 mEq/kgBB iv dalam 10-15menit
d) Glukosa 0,5g/kgBB + insulin 0,1 U/kgBB per infus selama 30 menit
2) Hipokalsemia(tetani) : kasium glukonas 10% 0,5mL/kgBB iv perlahan dan
pantau bradikardi. Biasanya gejala ini diatasi dengan cara menurunkan kadar
fosfor serum dengan larutan Titralac dosis awal 5-15 mL sebelum tidur, tablet
Os-Cal 500 atau TUMS kekuatan reguler dosis awal 1-3 tablet sebelum tidur
3) Hiperfosfatemia : diberikan pengikat fosfat yakni kalsium karbonat oral
50mg/kgBB/hari
4) Asidosis terjadi akibat ekresi ion hidrogen yang tidak adekuat dan ekresi
amonia. Asidosis berat (pH arteri <7,15 bikarbonat serum < 8 mEq/L) dapat
menambah iritabilitas miokardium dan memerlukan penanganan. Asidosis
dikoreksi secara parsial melalui rute iv dengan memberikan bikarbonat yang
cukup untuk menaikkan kadar pH arteri sampai 7,2. Diberikan natrium
bikarbonat sesuai hasil analisa gas darah (ekses basa x BBx 0,3 mEq atau
koreksi buta 2-3mEq/kgBB tiap 12 jam atau 0,6 x BBx 12-serum bikarbonat).
5) Kejang dapat terjadi akibat dari hiponatremia ataupun uremia yang terjadi.
Untuk tatalaksan diberi diazepam 0,3-0,5 mg /kgBB/rektal atau iv dengan
dosis rumatan luminal 4-8mg/kgBB atau fenilhidantoin 8mg/kgBB.
6) Hipertensi terjadi akibat proses primer atau pengembangan volume cairan
ekstraseluler ataupun keduanya. Pada hipertensi berat obat pilihan adalah
diazoksid, diberikan dengan injeksi cepat(< 10 detik) dosis 1-3 mg/kg (dosis
maksimal 150 mg), dengan cairan ini akan terlihat penurunan tekanan darah
dalam 10-20 menit, jika pemberian pertama tidak mencukupi, dapat diberikan
pemberian kedua 30 menit kemudian. Sering pula diberikan nifedipin secara
cepat 0,25-0,5 mg/kg peroral. Pada hipertensi krisis, diberikan natrium
nitropruside atau labetalol. Furosemid 1-2mg/kgBB iv juga dapat diberikan
sebagai terapi dan bila peru dikombinasikan dengan kaptopril 0,3 mg/kgBB
diberi 2-3 kali sehari dll.
7) Hiponatremia terjadi bila kadar Na darah <120 mEq/L akibat pemberian
cairan hipotonis berlebihan pada penderita ARF dengan oligoanuria. Koreksi
dengan retriksi cairan. Kadar natrium serum turun hingga dibawah 120mEq/L
meningkatkan risiko edema serebral dan perdarahan sistem saraf sentral.
Infus iv NaCl hipertonik 3% dilakukan dalam 1-4 jam untuk menaikkan
kadar natrium serum dengan rumus : 0,6 x BB(kg) x (125-natrium serum
[mEq/L].
8) Sepsis : antibiotik spektrum luas tanpa ada efek nefrotoksik
9) Edema paru : furosemid 1mg/kgBB disertai turniket dan flebotomi dan
morfin 0,1 mg/kgBB
10) Hiperurikemia: diberikan alupurinol,<8 tahun : 100-200 mg /kgBB, >8
tahun : 200-300mg/kgBB
11) Anemia : indikasi tranfusi jika Hb <6g/dl atau Ht <20%, diberikan PRC
10ml/kgBB dengan 10 tetes permenit agar terhindar dari overload cairan
Penatalaksanaan keperawatan
Diet dibutuhkan yakni batasi lemak dan karbohidrat, retriksi natrium
kalium dan air. Penambahan asupan oral kaya asam amino disarankan jika
pada diet tersebut tidak menunjukkan kemajuan. Terapi Diet
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC: NIC:
pola napas a. Respiratory status a. Airway manajement
berhubungan dengan :Ventilation 1) Buka jalan nafas, gunakan
hiperventilasi, b. Respiratory status tehnik chin lift, jaw thrus
keletihan otot :Airway patency bila perlu
pernapasan c. Vital sign Status 2) Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan memaksimalkan ventilasi
tindakan 3) Identifikasi pasien perlunya
keperawatan selama pemasangan alat jalan nafas
…..jam pasien buatan
menunjukkan keefektifan 4) Pasang mayo bila perlu
pola nafas, dibuktikan 5) Lakukan fisioterapi dada jika
dengan kriteria hasil: perlu
1. Mendemonstrasikan 6) Keluarkan sekret dengan
batuk efektif dan batuk atau suction
suara nafas yang 7) Auskultasi suara nafas, catat
bersih, tidak ada adanya suara tambahan
sianosis dan dyspneu 8) Berikan bronkodilator
(mampu 9) Berikan pelembab udara
mengeluarkan Kassa basah NaCl Lembab
sputum, mampu 10) Atur intake untuk cairan
bernafas dg mudah, mengoptimalkan
tidakada pursed lips) keseimbangan.
2. Menunjukkan jalan 11) Monitor respirasi dan status
nafas yang paten O2
(klien tidak merasa 12) Bersihkan mulut, hidung dan
tercekik, irama nafas, secret Trakea
frekuensi pernafasan 13) Pertahankan jalan nafas yang
dalam rentang normal, paten
tidak ada suara nafas 14) Observasi adanya tanda
abnormal) tanda hipoventilasi
3. Tanda Tanda vital 15) Monitor adanya kecemasan
dalam rentang normal pasien terhadap oksigenasi
(tekanan darah, nadi, 16) Monitor aliran oksigen
pernafasan 17) Atur peralatan oksigenasi
18) Informasikan pada pasien
dan keluargatentang tehnik
relaksasi untukmemperbaiki
pola nafas.
19) Ajarkan batuk efektif
20) Monitor pola nafas
I. Daftar Pustaka
Aulia.2017.Ginjal Kronis. Diakses pada tanggal 12 Juni 2019 dari
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung- dan-pembuluh-
darah/ginjal-kronis.
Departemen Kesehatan RI. 2018. Rawat Ginjal Anda Dengan Cerdik. Diakses pada
tanggal 11Juni2019dari http://www.depkes.go.id/article/view/18030900001/rawat-ginjal-
anda- dengan-cerdik.