Anda di halaman 1dari 14

MATERI PRECONFERENCE

“PEMANTAUAN HEMODINAMIK ”

Oleh :

NAMA : Mawar Anggela


NIM : 21117080

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN IKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
laporan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 11 Januari 2021

penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................................3

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi.......................................................................................................................................5
2.2 Tujuan........................................................................................................................................5
2.3 Indikasi.......................................................................................................................................5
2.4 Jenis pemantauan Hemodinamik pada pasien............................................................................6
2.5 Monitoring Hemodinamik.........................................................................................................6
2.6 Flow Chart pemantauan Hemodinamik.....................................................................................8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh perdarahan.

Menurut data di Inggris (2010) sebanyak 80% kematian diakibatkan

perdarahan yang menyebabkan syok hipovolemik saat prosedur operasi,

dan hingga 50% kematian terjadi pada 24 jam pertama.

Sedangkan di Indonesia sendiri kejadian perdarahan banyak dikaitkan

dengan perdarahan dalam kasus obstetri sebanyak 14.000.000 orang

pertahun dan 128.000 diantaranya meninggal.

Perdarahan dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain trauma,

pasien obstetri, kelainan koagulasi darah, dan yang merupakan penyebab

terbanyak perdarahan adalah tindakan operasi, terutama operasi mayor. 25

Operasi mayor adalah operasi besar dengan kemungkinan perdarahan 20%

Estimated Blood Volume (EBV) yang akan berpotensi terjadinya syok.

Kehilangan darah dapat diganti dengan kristaloid, koloid, atau darah. 6

Koloid mempunyai keuntungan yaitu mempertahankan kondisi

hemodinamik lebih baik dibandingkan dengan kristaloid. Selain itu koloid

mempunyai keuntungan yaitu risiko infeksi, keracunan sitrat, dan reaksi

imunologi yang minimal dibandingkan dengan darah. Kerugian koloid

yaitu reaksi anafilaksis, edem paru, penurunan fungsi ginjal dan gangguan

koagulopati.

1
Terdapat beberapa jenis koloid yaitu Hidroxy ethyl starch (HES),

dextran, albumin dan gelatin. HES merupakan koloid sintetis yang paling

banyak digunakan. HES memiliki keuntungan yaitu harga lebih murah

dibanding albumin dan reaksi anafilaksis lebih kecil dibanding koloid

lainnya.9 HES mempertahankan tekanan osmotik koloid plasma,

meminimalkan akumulasi cairan intersisial lebih baik dan mempunyai

waktu paruh lebih panjang sehingga bertahan lebih lama di darah

dibandingkan dengan kristaloid. Pemberian HES sebagai cairan

substitusi diberikan sesuai perdarahan yang keluar, dibanding dengan

kristaloid yang membutuhkan volume yang lebih besar, yakni 3 kali dari

perdarahan yang terjadi. Hal itu disebabkan karena berat molekul HES

yang sama atau lebih berat dari berat molekul darah yaitu 40 kD

sehingga cairan tidak keluar ke intersisial tetapi ke intra vaskular,

dibandingkan dengan kristaloid yang mudah keluar ke intersisial.

HES dengan berat molekul besar seperti HES 200 kD mempunyai

keuntungan yaitu memperbaiki keadaan hemodinamik lebih baik dan

stabil. Namun efek samping dapat meningkat dan toleransi dapat

menurun seiring dengan naiknya volume HES yang digunakan.24

Pengukuran hemodinamik pada seseorang dapat digunakan

dengan berbagai cara, yakni dengan mengukur tekanan darah, Mean

Arterial Pressure, nadi, maupun nafas. Namun dalam mengukur perfusi

jaringan yang banyak digunakan adalah Mean Arterial Pressure.

2
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah tekanan rata-rata

di arteri pasien selama satu siklus jantung. Hal ini dianggap

sebagai indikator yang lebih baik perfusi ke organ vital dari

tekanan darah sistolik. Selain sebagai salah satu penanda

hemodinamik, fungsi lainnya adalah sebagai salah satu penentu

berhasilnya resusitasi cairan.

Tekanan arteri rata-rata hanya dapat ditentukan

dengan pemantauan invasif dan perhitungan kompleks,

namun juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

2.1 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Hemodinamik?

2. Apa tujuan dari Hemodinamik?

3. Apa saja indikasi dari Hemodinamik?

4. Apa saja jenis pemantauan Hemodinamik?

5. Bagaimana monitoring hemodinamik pada pasien ?

6. Bagaimana Flow Chart pemantauan Hemodinamik?

3.1 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa definisi dari Hemodinamik.

2. Untuk mengetahui apa tujuan dari Hemodinamik.

3. Untuk mengetahui apa saja indikasi dari Hemodinamik.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis pemantauan Hemodinamik.

5. Untuk mengetahui Bagaimana monitoring hemodinamik


pada pasien.

6. Untuk mengetahui Bagaimana Flow Chart pemantauan


Hemodinamik.

3
BAB II
Konsep Teori

2.1 Definisi Pemantauan Hemodinamik


Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh
dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara noninvasif
dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan vena
jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu
dengan memasukkan kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.

2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik


Membantu mengidentifikasi kondisi pasien, mengevaluasi respon pasien terhadap
terapi, menentukan diagnosa medis, memberikan informasi mengenai keadaan
pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa
darah.

2.3 IndikasiPemantauan Hemodinamik


1. Shock
2. Infark Miokard Akut (AMI)yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri dada
yang berulang, Hipotensi/Hipertensi
3. Edema Paru
4. Pasca operasi jantung
5. Penyakit Katup Jantung
6. Tamponade Jantung
7. Gagal nafas akut
8. Hipertensi Pulmonal
9. Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, dan mengetahui reaksi
pemberian obat

4
2.4 Jenis Pemantauan Hemodinamik
a. Invasive Blood Pressure (IBP)
Pengukuran tekanan darah secara invasive dapat dilakukan dengan melakukan
insersi kanule ke dalam arteri yang dihubungkan dengan tranduser. Tranduser ini akan
merubah tekanan hidrostatik menjadi sinyal elektrik dan menghasilkan tekanan
sistolik, diastolic, maupun MAP pada layar monitor. Setiap perubahan dari ketiga
parameter diatas, kapanpun,dan berapapun maka akan selalu muncul dilayar monitor.
Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat lemah, maka
pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah penggunaan IBP sangat
diperlukan. Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmhg dari NIBP Pada kondisi
sakit kritis bisa 10-30 mmhg lebih tinggi dari NIBP.

b. Non Invasive Blood Pressure (NIBP)


Teknik pengukuran darah dengan menggunakan cuff atau manset, baik secara
manual maupun menggunakan mesin sebagaimana bedside monitor yang ada di unit
pelayanan Intensif. Ukuran manset harus disesuaikan dengan besarnya lengan pasien,
karena ketidak sesuaian ukuran manset akan mengurangi validitas hasil pengukuran.
Data status hemodinamik yang bisa didapatkan adalah tekanan sistolik, tekanan
diastolic, dan tekanan rata-rata arteri (Mean Arterial Pressure=MAP) Sistolik pressure
adalah tekanan darah maksimal dari ventrikel kiri saat systole. Diastolic pressure
adalah gambaran dari elastisitas pembuluh darah dan kecepatan darah saat
dipompakan dalam arteri. MAP adalah tekanan rata-rata arteri, menggambarkan
perfusi rata-rata dari peredaran darah sistemik.

2.5 Monitoring Hemodinamik Pasien Invasif dan Non-Invasif


a) Pemantauan tekanan arteri (kanulasi arteri) invasif
Pemantauan tekanan intraarterial invasif adalah kanulasi langsung pada arteri,
dimana sinyal dikonversi oleh transduser, diamplifikasi dan ditampilkan kontinu pada
layar monitor dalam bentuk gelombang dan format digital. Pemantauan kontinu
tekanan intraarterial merupakan metode yang paling dapat diandalkan dalam
memantau tekanan sistolik arterial, distolik dan tekanan rerata. Gelombang tekanan
dan aliran darah sistem arterial merupakan gambaran ejeksi dari ventrikel kiri.
Terdapat dua komponen yang membentuk gelombang pulsasi arteri yaitu transmisi

5
gelombang tekanan (pressure wave) dan pulsasi volume sekuncup yang dipindahkan
melalui sirkulasi arterial (stroke volume displacement). Tanjakan anakrotik (anacrotic
rise) adalah tekanan puncak sistolik, kira-kira 100-140 mmHg. Karakteristik
gelombang ini merupakan indikator kontraktilitas ventrikel kiri. Bagian yang
cembung menggambarkan volume darah yang dipindahkan dan distensi dinding arteri.
Dicrotic notch adalah gelombang yang melandai turun, yang dihubungkan dengan laju
volume darah arteri yang masuk ke sirkulasi perifer. Perubahan bentuk dan kelandaian
gelombang terutama bagian sistoliknya, tergantung dari perbedaan tekanan yang
sesuai dengan lokasi anatomiknya.

b) Pemantauan tekanan arteri (arterial pressure monitoring) non-invasif


Tekanan darah arteri merupakan hasil gabungan dari tekanan hemodinamik,
kinetik dan hidrostatik akibat tekanan ke dinding pembuluh darah. Tekanan arteri
yang diukur pada nilai puncak disebut tekanan sistolik sedangkan sebaliknya adalah
tekanan diastolik. Tekanan sistolik dihasilkan oleh volume sekuncup, kecepatan ejeksi
ventrikel kiri, resistensi arterial sistemik, distensibilitas aorta dan dinding arteri,
kekentalan darah dan volume preload ventrikel kiri (end-diastolic volume). Dalam
aplikasi klinis sehari-hari, tekanan sistolik merupakan indikator afterload (besarnya
usaha yang diperlukan untuk memompa darah keluar dari ventrikel kiri). Sementara
itu tekanan diastolik dipengaruhi kekentalan darah, distensibilitas arteri, resistensi
sistemik dan lamanya siklus jantung. Tekanan nadi adalah perbedaan sistolik dan
diastolik. Peninggian nilai tekanan nadi dapat disebabkan peningkatan volume
sekuncup ataupun kecepatan ejeksi, yang sering ditemukan pada kondisi demam,
aktifitas (exercise), anemia atau hipertiroid. Penurunan nilai tekanan nadi
mengindikasikan peningkatan resistensi vaskular, penurunan volume sekuncup
ataupun volume intravaskular. Tekanan rerata arterial sistemik (Mean Arterial
Pressure atau MAP) adalah rata-rata tekanan perfusi sepanjang siklus jantung. MAP
dikontrol oleh baroreseptor di sinus karotis dan aorta, yang mengatur tekanan arteri
dengan menyesuaikan laju jantung dengan ukuran arteriol. MAP juga menjadi acuan
autoregulasi yang merupakan adaptasi organ untuk mempertahankan aliran darah
yang konstan guna memproteksi fungsinya. Nilai MAP dapat diperoleh dari hasil
pengukuran langsung ataupun dengan penghitungan :
MAP = tekanan sistolik + (diastolik x 2)
3

6
MAP = Systemic Vascular Resistance x Cardiac Output

7
2.6 Flow Chart Pemantauan Hemodinamik

8
BAB III
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
Monitoring hemodinamik merupakan hal yang esensial dalam perawatan pasien-
pasien kritis. Monitoring hemodinamik dibagi menjadi monitoring secara invasif dan
non invasif. Variabel yang selalu dievaluasi dalam pemantauan tekanan darah secara
invasif meliputi tekanan darah arteri, tekanan vena sentral, dan tekanan arteri
pulmoner.

Prinsip pengukuran yang digunakan secara umum hampir sama yaitu dengan
memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah dan disambungkan ke system
tranduser. Tekanan darah akan melaluli kateter dan akan dikonversi menjadi sinyal
elektrik oleh tranduser yang kemudian akan diteruskan ke osciloskope dan diubah
menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar monitor.

Tujuan dari monitoring hemodinamik adalah untuk mengidentifikasi perubahan


status hemodinamik secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi segera, untuk
evaluasi segera respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-obatan dan
dukungan mekanik, dan evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac
output dan index.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya
mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum tahu
menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Daftar Pustaka

10
Halley GC, Tibby S. Hemodynamic monitoring. Dalam: Nichols DG, penyunting.
Roger’s textbook of Pediatric Intensive Care, edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins, 2008; 1039-63.

Darovic GO. Edisi ke-3. Hemodynamic monitoring. Invasive and non-invasive.


Clinical application. Philadelphia: Saunders, 2002; 113-90.

Carcillo JA, Fields AI. Crit Care Med 2002:30;1365-1370.

Hall JB. Mixed venous oxygenation saturation (SvO2). Dalam: Pinsky MR, Payen D,
penyunting. Functional hemodynamic monitoring. Update in intensive care medicine.
Brussel: Springer, 2006; 233-40.

Reinhart K, Blos F. Central venous oxygen saturation (ScvO2). Dalam: Pinsky MR,
Payen D, penyunting. Functional hemodynamic monitoring. Update in intensive care
medicine. Brussel: Springer, 2006; 241-50.

Vincent JL. DO2/VO2 relationships. Dalam: Pinsky MR, Payen D, penyunting.


Functional hemodynamic monitoring. Update in intensive care medicine. Brussel:
Springer, 2006; 251-58.

11

Anda mungkin juga menyukai