Anda di halaman 1dari 20

SISTEM PENGATURAN BEBAN

DISUSUN OLEH :

Fadlan Amal Firman


(44219009)

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya,
kami telah dapat menyusun makalah tentang “Sistem pengaturan beban”.

Kami tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
penyusunan kliping ini. Penyusunan makalah tentang Sistem pengaturan beban ini
merupakan kewajiban kami untuk memenuhi tugas.

Kami menyadari makalah kami ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini tidak lain karena masih sedikitnya sumber daya yang kami
miliki.

Maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah
ini serta tugas-tugas penyusunan makalah kami yang selanjutnya.

Makassar, 11 November 2021

Fadlan Amal Firman


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
D. Manfaat........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerapan PLC pada pembangkit.................................................................................2
B. Penerapan SCADA pada pembangkit............................................................................3
C. Penerapan Fuzzy Logic pada pembangkit.....................................................................6
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem kendali otomatis mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
teknologi khususnya pada dunia industri modern. Dengan menggunakan sistem kendali
otomatis akan memberikan kemudahan dalam mendapatkan kualitas, menurunkan biaya
produksi, meningkatkan laju produksi serta menggantikan pekerjaan yang biasa harus
dilakukan oleh manusia yang bersifat rutin dan membosankan.
Mikrokontroler merupakan suatu pengendali berukuran kecil, yang dapat digunakan
bersamaan dengan alat elektronik lainnya. Keunggulan yang dimiliki mikrokontroler
mengakibatkan banyak yang menggunakannya untuk aplikasi suatu sistem kendali salah satu
conoth penggunaan sistem kendali sering kita lihat pada sistem pembangkit energi itu sendiri.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan, maka itu memperoleh sasaran yang tepat
perlunya suatu rumusan masalah :
1. Penerapan PLC pada pembangkit..?
2. Penerapan SCADA pada pembangkit..?
3. Penerapan Fuzy Logic pada pembangkit..?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan PLC pada pembangkit.
2. Untuk mengetahui penerapan SCADA pada pembangkit.
3. Untuk mengetahui penerapan Fuzzy Logic pada pembangkit.
D. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini :
1. Untuk menambah wawasan kita tentang penerapan PLC pada pembangkit.
2. Untuk menambah wawasan kita tentang penerapan SCADA pada pembangkit.
3. Untuk menambah wawasan kita tentang penerapan Fuzzy Logic pada pembangkit.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penerapan PLC pada pembangkit

Aplikasi mesin genset ini digunakan secara meluas terutama untuk industry besar,
menengah dan kecil dengan fungsinya : pembangkit utama dan pembangkit cadangan yang
;lazim disebut emergency genset. Disebut pembangkit utama dikarenakan genset tersebut
beoperasi secara kontinyu untuk supply listrik  beban-bebannya. Pembangkit listrik jenis ini
disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau PLTD. PLTD yang dioperasikan oleh
PT.PLN biasanya diletakkan pada daerah dengan luasan lokasi tertentu dengan jumlah
penduduk daerah tertentu pula dan tidak bisa terjangkau dari jaringan/saluran udara tegangan
tinggi seperti pada pulau, pulau atau kota/kecamatan desa. Sebagai pembangkit utama,  PLTD
ini beroperasi  24 jam sehari untuk memberikan supply listrik pada beban listrik derah tertentu
tersebut.

Berbeda dengan pembangkit utama, mesin genset sebagai pembangkit cadangan atau 
emergency genset akan beroperasi jikalau pembangkit utama dari supply PT.PLN mengalami
pemadaman. Emergency genset beroperasi dengan system otomatis baik pada saat start, ON
dan OFF pada CB serta saat stopping menggunakan Automatic Transfer Switch (ATS). Jadi
system ATS akan mengoperasikan emergency genset di saat supply listrik dari PT.PLN
mengalami padam maupun tidak padam.

Sistem ATS harus aman, artinya pada saat beroperasi sumber listrik dari genset maupun
dari PT.PLN tidak boleh “bertabrakan”, tetapi bekerja secara  bergantian dan saling mengunci
(interlock). Biasanya perangkat untuk mengatur pada ATS ada yang berupa sebuah modul dari
pabrik, atau system konvensional menggunakan timer dan auxiliary relay dan kontaktor
kontaktor tertentu, atau menggunakan Programmable Logic Controller.

System ATS yang ada di lapangan mayoritas menggunakan system konvensional dengan
alas an bahwasanya penggunaan komponen ATS sangat dipengaruhi oleh kapasitas, tipe dan
jenis emergency genset. Sistem ini sudah baku dan kaku dan untuk perubahan system
operational diperlukan perubahan pengawatannya terutama untuk system input dan outputnya. 
Untuk membuat system tersebut tidak kaku dan fleksibel dengan kebutuhan,
makadigunakannya PLC dimana system wiringnya bisa di-program di modul PLC tersebut.
Pemrogramannya bisa menggunakan bahasa Ladder ataupun bahasa FBD (Function Block
Diagram). Untuk penulisan ini digunakan bahasa Ladder.

B. Penerapan SCADA pada pembangkit

Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama


pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU
(Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan jaringan
telekomunikasi data antara RTU dan Master Station. RTU dipasang di setiap Gardu Induk
atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap
kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status
peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan
telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah
status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat setiap
saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan
peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat
dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON /
OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan
arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda,
bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan
mudah.
Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti
switching circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan
kalau operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan
dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang
terbuka (open), sedang lampu merah menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau
dapat menampilkan kondisi tidak valid yaitu kondisi yang tidak diketahui apakah open atau
close. Saat RTU melakukan operasi kendali seperti membuka circuit breaker, perubahan dari
lampu merah menjadi hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan
sukses.
Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan dari
RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini mampu mengontrol
beberapa RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya dengan satu Master Station.
Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh
RTU ke Master Station, seperti data analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain
yang dibutuhkan untuk keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan.
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah data
yang ditransfer antar Master Station dan RTU. Hal ini dilakukan melalui prosedur yang
dikenal sebagai exception reporting dimana hanya data tertentu yang dikirim pada saat data
tersebut mengalami perubahan yang melebihi batas setting, misalnya nilai frekuensi hanya
dapat dianggap berubah apabila terjadi perubahan sebesar 0,05 Herzt. Jadi apabila terjadi
perubahan yang nilainya sangat kecil maka akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi.
Hal ini adalah untuk mengantisipasi sifat histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang
sebenarnya dapat dibaca dengan jelas.
Master Station secara berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan
pesan pendek pada tiap RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu
dilaporkan. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan
balik pada Master Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori
komputer. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di Master Station dan
ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik  (maksimal 10 detik).
Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika Master Station
memberikan perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu,
akan tetapi hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan
menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat
waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog.
Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental
(segera setelah aksi manuver terjadi) misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker oleh
operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan status CB di
gardu induk tersebut ke Master Station. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa CB telah
tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah memastikan
peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi yang akan
dilakukan. Operator pada Master Station melakukan tindakan tersebut berdasar pada prosedur
yang disebut metode “select before execute (SBXC)“, seperti di bawah ini:
1.      Dispatcher di Master Station memilih RTU.
2.      Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan.
3.      Dispatcher mengirim perintah.
4.      Remote Terminal Unit mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan.
5.      Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik pada Master
Station ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar VDU dan cetakan pesan pada printer
logging. Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan operasi.
Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami gangguan
tadi ke Master Station, dan pemindaian yang normal akan mengalami penundaan yang cukup
lama karena Master Station mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan alarm agar
operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang lain, pada
kebanyakan kasus, status semua peralatan pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik,
memberikan informasi kondisi sistem yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali
(RCC).
Hampir semua sistem kendali pengawasan modern berbasis pada komputer, yang
memungkinkan Master Station terdiri dari komputer digital dengan peralatan masukan
keluaran yang dibutuhkan untuk mengirimkan pesan-pesan kendali ke RTU serta menerima
informasi balik. Informasi yang diterima akan ditampilkan pada layar VDU dan/atau dicetak
pada printer sebagai permanent records. VDU juga dapat menampilkan informasi grafis
seperti diagram satu garis. Pada RCC (pusat kendali), seluruh status sistem juga ditampilkan
pada Diagram Dinding (mimic board), yang memuat data mengenai aliran daya pada kondisi
saat itu dari RTU.
Pengaturan  tenaga  listrik  pada  sistem interkoneksi  dilaksanakan  oleh  pusat
pengaturan  sistem  tenaga  listrik.  Dalam pelaksanaanya,  pusat  pengatur  sistem  tenaga
listrik  PT.PLN  (Persero)  khususnya  dispatcher  membutuhkan peralatan  yang  berbasis 
komputer  sehingga data  informasi  yang  dibutuhkan  lebih  cepat dan  akurat.  Sistem 
pengaturan  berbasis komputer  yang  digunakan  adalah  SCADA yang  terdiri  dari 
perlengkapan  hardware  dan software.
Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU  (Remote  Terminal  Unit),  sebuah 
Master Station/ACC  (Area  Control  Center),  dan jaringan  telekomunikasi  data  antara 
RTU  dan ACC.  RTU  dipasang  di  setiap  Gardu  Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak
dipantau. 
RTU  ini  bertugas  untuk  mengetahui  setiap kondisi  peralatan  tegangan  tinggi  melalui
pengumpulan  besaran-besaran  listrik,  status peralatan,  dan  sinyal  alarm  yang  kemudian
diteruskan  ke  ACC  melalui  jaringan telekomunikasi data. Fungsi Sistem SCADA pada
sistem tenaga listrik. Fungsi  utama  sistem  SCADA  ada  3 macam :
1.      Telecontrolling,  yaitu  pengoperasian peralatan switching pada Gardu Induk atau
Pusat  Pembangkit  yang  jauh  dari  pusat kontrol.  Telecontrolling  digunakan  untuk:
Membuka  dan  menutup  PMT   (circuit breaker)  sisi  150  kV,  baik  untuk  Line Feeder
maupun untuk Trafo Distribusi.
2.      Telesignaling  atau  teleindikasi,  yaitu mengumpulkan  informasi  mengenai
kondisi  sistem  dan  indikasi  operasi, kemudian  menampilkannya  pada  pusat kontrol 
secara  real time. Setiap perubahan kondisi  sistem  langsung  dapat  diketahui tanpa 
menunggu  laporan  dari  Operator  di Gardu  Induk  dan  pusat  tenaga  listrik. Informasi
indikasi perlu untuk mengetahui bahwa  operasi  yang  dijalankan  (seperti pemutusan Circuit
Breaker) telah berhasil. Keadaan  yang  dapat  dipantau  adalah sebagai berikut :
a.       Status PMT/PMS.
b.      Alarm-alarm  seperti  proteksi  dan peralatan lain.
c.       Posisi kontrol jarah jauh.
d.      Posisi perubahan tap transformator.
e.       Titik  pengesetan  unit  pembangkit tertentu.

3.      Telemetering,  yaitu  melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenaga


listrik   pada  seluruh  bagian  sistem,  lalu menampilkannya  pada  Pusat  Kontrol. Besaran-
besaran yang dapat diukur adalah sebagai berikut:
a.       Tegangan bus bar.
b.      Daya aktif dan reaktif unit pembangkit.
c.       Daya  aktif  dan  reaktif  trafo  500/  150 KV, 150/30 KV dan 150/22 KV.
d.      Daya  aktif  dan  reaktif penghantar/penyulang.
e.       Frekuensi Sistem
Besaran seperti daya, arus dan tegangan di seluruh  bagian  sistem  nantinya berpengaruh 
pada  perencanaan  maupun pelaksanaan operasi sistem tenaga.

C. Penerapan Fuzzy Logic pada pembangkit

Energi matahari (surya) merupakan salah satu energi yang dapat dikonversikan
menjadi energi listrik dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan
energi pada saat ini. Indonesia terletak pada daerah

khatulistiwa yang kaya akan pancaran matahari, karena itu rata-rata musim
kemarau (panas) sangat panjang, sehingga sinar matahari salah satunya dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan energi listrik. Penggunaan energi matahari secara umum dapat
dibedakan antara pemanfaatan secara tidak langsung, yaitu dengan mengolah pergerakan
angin sebagai efek tidak langsung energi surya, maupun pemanfaatan secara langsung.
Dalam sistim ini dibedakan antara sistim thermo syphoning, yang memanfaatkan panas
radiasi matahari melalui benda padat, cair, udara, dan sistim foto-voltaik (PV system)
yang mengkonversikan panas matahari langsung menjadi arus listrik dengan bantuan sel
surya (PV cell). Pembangkit Listrik Tenaga surya (PLTS) tidak hanya berguna bagi rakyat
Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan untuk meningkatkan kemandirian
dibidang energi tetapi juga berguna untuk mengurangi beban mengurangi emisi CO2. Pada
prinsipnya pemanfaatan energi surya sebagai tenaga pembangkit energi listrik bertumpu
pada sebuah elemen foto listrik yang berfungsi sebagai pengubah energi cahaya (bukan
panas) ke energi listrik yang biasa disebut sel surya atau solar cell. Karena sebuah sel surya
hanya menghasilkan tegangan dan arus listrik yang sangat kecil maka beberapa
sel surya dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah panel surya atau solar
panel. Energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya berupa listrik arus searah
(DC/direct current) tegangan rendah. Energi listrik ini nantinya akan dikumpulkan dan
disimpan dalam sebuah batere (akumulator/accu) lewat sebuah alat kontrol
pengisian aki atau biasa disebut solar charge controller yang berfungsi sebagai
pengendali proses pengisian batere (charging) agar tegangan dan arus yang diisikan ke
batere tidak melewati batas kemampuan batere atau overcharge. Pencegahan kondisi
overcharge perlu dilakukan agar batere bisa memiliki umur yang relatif panjang
diperlukan sebuah control charger yang diharapkan dapat mengontrol
proses pengisian batere agar tidak terjadi overcharge ataupun arus yang masuk ke batere
dapat mempengaruhi usia batere menjadi lebih lama.
Logika fuzzy Saat ini telah berhasil menerobos kendala-kendala yang dulu pernah
ditemui dan segera menjadi basis teknologi tinggi. Penerapan teori logika ini dianggap
mampu menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi. Pada tahun 90- an para
manufaktur industri yang bergerak di bidang Distributed Control System (DCSs),
Programmable Controllers (PLCs), dan Microcontrollers (MCUs) telah menyatukan
sistem logika fuzzy pada barang produksi mereka dan memiliki prospek ekonomi yang
baik. Ada dua alasan utama yang mendasari pengembangan teknologi berbasis sistem
fuzzy: adalah menjadi state-of-the-art dalam sistem kendali berteknologi tinggi.
Pengendali fuzzy terkenal karena kehandalannya, mudah diperbaiki, dan yang lebih
penting lagi pengendali fuzzy memberikan pengendalian yang sangat baik
dibandingkan teknik lain, yang biasanya membutuhkan usaha dan dana yang lebih
besar.
Sistem pengendali berbasis logika fuzzy fuzzy sangat bermanfaat pada aplikasi-
aplikasi sistem identifikasi dan pengendalian ill-structured, di mana linieritas dan
invariansi waktu tidak bisa ditentukan dengan pasti, karakteristik proses mempunyai
faktor lag, dan dipengaruhi oleh derau acak. Bentuk sistem seperti ini jika dipandang
sistem konvensional sangat sulit untuk dimodelkan.
Penelitan ini akan membuat simulasi Solar Charger Controler sebagai pengganti
alat elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai yang
disuply oleh energy matahari dan disalurkan ke beban berbasis logika fuzzy. Simulasi
ini diharapkan dapat diterapkan pada alat yang berfungsi sebagai mengatur kelebihan
pengisian yang di alirkan dari solar panel ke baterai berbasis fuzzy . Solar Charger
controler berbasis logika Fuzzy ini dapat diterapkan secara otomatis menghentikan
kegiatan jika Voltase di baterai dengan mengatur fungsi pengisian dan pembebasan arus
dari baterai ke beban (alat yang di gunakan).
Sistem Pembangkitan Energi Listrik Tenaga Surya
Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya
(cahaya) menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara langsung menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan
energi surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotolistrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin
dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari ke satu titik
untuk menggerakan mesin kalor (panas) seperti mesin stirling atau lainnya (Abdullah,
Kamarudin; dkk, 2002).
Indonesia memiliki karunia sinar matahari yang hampir sepanjang tahun ada karena
indonesia terletak di wilayah katulistiwa. Hampir di setiap pelosok Indonesia, matahari
menyinari sepanjang pagi sampai sore. Energi matahari yang dipancarkan dapat diubah
menjadi energi listrik dengan menggunakan panel surya / solar cell. Pembangkit listrik tenaga
surya termasuk pembangit listrik ramah lingkungan, dan sangat menjanjikan. Sebagai salah
satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan
batubara).
Perkembangan teknologi dalam
membuat panel surya / solar cell semakin hari semakin lebih baik terutama dalam
meningkatkan tingkat efisiensi, pembuatan aki yang tahan lama, pembuatan alat elektronik
yang dapat menggunakan Direct Current. Pada saat ini penggunaan tenaga matahari (solar
cell) masih mahal karena tidak adanya subsidi dari pemerintah.

Cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Cara kerja dari pembangkit listrik listrik tenaga surya cukup sederhana. Komponen
utama dari sumber energi ini adalah sel foltovotaik. Sel tersebut memiliki peranan untuk
menangkap panas matahari yang kemudian akan diubah
menjadi energi listrik. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik yang lain, jenis
pembangkit listrik ini diklaim lebih ramah lingkungan, murah dan hampir tidak memiliki
polusi ataupun limbah, hal tersebut merupakan beberapa keuntungan dari pembangkit
listrik ini. Setelah panas matahari ditangkap oleh sel foltovotaik lalu panas tersebut akan
digunakan untuk memanaskan cairan yang selanjutnya menjadi uap yang dihasilkan akan
dipanaskan oleh sebuah generator yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Umumnya
prinsip kerja dari pembangkit listrik jenis ini hampir sama seperti cara kerja pembakaran
bahan bakar fosil dalam pengolahannya. Yang membedakan dari pembangkit listrik bahan
bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga matahari ini adalah uap yang dihasilkan bukan
dari pembakaran minyak fosil, akan tetapi dari tenaga surya atau cahaya matahari.

Gambar 1. Proses konversi energi matahari menjadi energi listrik Sumber ( (Sewu,
2014)

Panel surya / solar cell sebagai komponen penting pembangkit listrik tenaga surya,
mendapatkan tenaga listrik pada pagi sampai sore hari sepanjang ada sinar matahari.
Umumnya kita menghitung maksimun sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik
sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai,
sehingga listrik dapat digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari. Karena
pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka
perencanaan yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari: Jumlah daya yang
dibutuhkan dalam pemakaian sehari-
hari (Watt). Berapa besar arus yang dihasilkan panel surya / solar cell (dalam Ampere
hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya / solar cell yang harus
dipasang. Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).

Gambar 2. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sumber (Sewu, 2014)

Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih
tinggi, dimana listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik
bensin ataupun solar. Misalnya daerah terpencil: pertambangan, perkebunan, perikanan, desa
terpencil, dll. Dari segi jangka panjang, nilai ke-ekonomian juga tinggi, karena dengan
perencanaan yang baik, pembangkit listrik tenaga surya dengan panel surya / solar cell
memiliki daya tahan 20 – 25 tahun. Baterai dan beberapa komponen lainnya dengan daya
tahan 3 – 5 tahun. Beberapa komponen dari pembangkit listrik tenaga surya (Abdullah,
Kamarudin; dkk, 2002)

Gambar 3. konstroksi Sel Surya


Pembangkit listrik tenaga surya tipe fotovoltaik adalah pembangkit listrik yang
menggunakan perbedaan tegangan akibat efek fotoelektrik untuk menghasilkan listrik.
Solar panel terdiri dari 3 lapisan, lapisan panel P di bagian atas, lapisan pembatas di
tengah, dan lapisan panel N di bagian bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar
matahari menyebabkan elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini
menyebabkan proton mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan perpindahan
arus proton ini adalah arus listrik.
Solar Charge Controller biasanya terdiri dari: 1 input yang terhubung dengan
output solar cell, 1 output yang terhubung dengan baterai atau aki dan output yang
terhubung dengan beban (load) dc. arus listrik dc baterai tidak mungkin masuk ke solar
cell karena biasanya sudah terpasang "diode protection" yang berfungsi melewatkan
arus solar cell ke baterai bukan sebaliknya.

Gambar 4. Solar Charge Controller

c. Baterai

Baterai merupakan peralatan penting pada suatu Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Baterai menyimpan energi listrik yang diterimanya pada siang hari dan akan
dikeluarkan pada malam hari untuk melayani beban (terutama untuk penerangan).
Disamping itu baterai juga berfungsi meyediakan daya kepada beban waktu tidak ada
cahaya matahari dan harus pula meratakan perubahan – perubahan yang terjadi pada
beban.

d. Inverter DC to AC

Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah


tegangan DC (Direct Current) menjadi
tegangan AC (Alternating Current). Output suatu inverter dapat berupa
tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus, gelombang kotak,dan
sinus modifikasi. Sumber tegangan input inverter dapat menggunakan
battery, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Inverter
dalam proses konversi tegangan DC menjadi tegangan AC
membutuhkan suatu penaik tegangan berupa step up transformer.

Logika Fuzzy
Fuzzy system adalah sistem yang dibangun berdasarkan aturan–
aturan (pengetahuan) yang berupa koleksi aturan IF – THEN (
JIKA – MAKA ). Alasan
menggunakan logika fuzzy yaitu: konsep logika fuzzy mudah
dimengerti, sangat fleksibel, memiliki toleransi terhadap data- data yang
tidak tepat, mampu memodelkan data-data nonlinier yang sangat
kompleks, dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-
pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses
pelatihan, dapat bekerjasama dengan teknik kendali secara konvensional
pada bahasa alami. (Kusumadewi, 2002)
Logika fuzzy menggunakan satu set aturan untuk menggambarkan
perilakunya. Aturan-aturan tersebut menggambarkan kondisi yang
diharapkan dan hasil yang diinginkan dengan menggunakan statemen
IF… THEN.
Suatu himpunan fuzzy A dalam semesta pembicaraan dinyatakan
dengan fungsi......................................keanggotaan (membership
function) A μ , yang harganya berada dalam interval [0,1]. Secara
matematika hal ini dinyatakan dengan persamaan µA:U →[0,1]
(2.1)
Himpunan fuzzy A dalam semesta pembicaraan U biasa dinyatakan
sebagai sekumpulan pasangan elemen u (u anggota U) dan besarnya
derajat keanggotaan (grade of membership) elemen tersebut sebagai
berikut :
A= {(u u ) /u U}............,,.(2.2)

Jika U adalah diskrit,maka A bisa dinyatakan dengan :

A=
Pendekatan Logika Fuzzy
Logika fuzzy menurut (Kusumadewi, 2002) dapat
diimplementasikan dalam tiga tahapan seperti terlihat pada Gambar

2.5

Gambar 5. Tahapan Implementasi logika fuzzy

1. Tahap pengaburan (fuzzyfication), yakni pemetakan dari


masukan tegas kehimpunan kabur.
Proses fuzzyfikasi merupakan proses untuk mengubah variabel
non fuzzy (variable numerik) menjadi variabel fuzzy (variabel
linguistik). Nilai masukan- masukan yang masih dalam bentuk
variabel numerik yang telah dikuantisasi sebelum diolah oleh
pengendali fuzzy harus diubah terlebih dahulu ke dalam variabel
fuzzy. Melalui fungsi keanggotaan yang telah disusun maka nilai-
nilai masukan tersebut menjadi informasi fuzzy yang berguna
nantinya untuk proses pengolahan secara fuzzy pula. Proses ini
disebut fuzzyfikasi.
2. Tahap inferensi, yaitu pembangkitan aturan fuzzy.
Pada umumnya, aturan-aturan fuzzy dinyatakan dalam bentuk
“IF…THEN” yang merupakan inti dari relasi fuzzy. Relasi fuzzy,
dinyatakan dengan R,juga disebut implikasi fuzzy. Untuk
mendapatkan aturan “IF…..THEN” ada dua cara utama :
a. Menanyakan ke operator manusia yang dengan cara manual
telah mampu mengendalikan sistem tersebut, dikenal dengan
“human expert”.
b. Dengan menggunakan algoritma pelatihan berdasarkan data-
data masukan dan keluaran.
3. Tahap penegasan (Deffuzyfication), yaitu transformasi keluaran
dari nilai kabur ke nilai tegas
Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy
yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan
output yang dihasilkan merupakan suatu
𝑛 i=1𝜇𝐴 ( 𝑢i/𝑢i) (2.3)

bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika


diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu maka harus dapat
diambil suatu nilai crsip tertentu sebagai output
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PLC digunakan untuk dalam penanganan di industri dengan pengaturan input/output
digital (on/off) dan membutuhkan yang namanya logic gate
2. SCADA digunakan untuk mengintegrasikan dan mengkomunikasikan antar sistem
kendali fungsional SCADA itu sendiri berfungsi sebagai monitor dan akuisisi data
secara terpusat.
3. Fuzzy Logic merupakan sebuah metode pemrograman yag memungkinkan komputer
dapat mengevaluasi setiap parameter secara kontiyu dengan banyak kondisi.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dalam segi
penjelasan materi, sumber yang terbatas. Oleh, sebab itu makalah ini hanya sebagai
referensi baca dan tidak disarankan sebagai acuan yang mutlak. Kritik dan saran
membangun sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga
dengan adanya makalah ini bisa berguna oleh pembaca terutama saya sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.scribd.com/doc/162915099/Sejarah-Perkembangan-Sistem-Kendali-Diawali-
Dengan-Revolusi-Industri-I-Dan-II (Diakses pada tanggal 10 November 2021)
2. https://docplayer.info/44100464-Penggunaan-komputer-dalam.html (Diakses pada tanggal
10 November 2021)
3. file:///C:/Users/User-PC/Downloads/41-Article%20Text-114-1-10-20181123.PDF
(Diakses pada tanggal 11 November 2021)
4. http://digilib.uinsgd.ac.id/17861/4/4_bab1.pdf (Diakses pada tanggal 11 November 2021)

Anda mungkin juga menyukai