Anda di halaman 1dari 12

Nama : Wiarsih

NIM : 2162302013

TUGAS HUKUM PAJAK


“PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH”
1. Buatlah rangkuman mengenai reformasi Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ?
2. Jelaskan pengertian untuk pajak daerah dan retribusi daerah ? kemudian jelaskan
perbedaan pajak daerah dan retribusi daerah ?
3. Buatlah rangkuman untuk setiap pajak daerah dibawah ini :
a. Pajak Provinsi, yang terdiri dari :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/ Kota, yang terdiri dari :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
Harus menjelaskan mengenai Subjek Pajak, Objek Pajak, Dasar Pengenaan Pajak,
Tarif Pajak dan Cara Perhitungan Pajak ?
4. Buatlah rangkuman untuk setiap jenis retribusi daerah dibawah ini :
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Setidaknya menjelaskan mengenai kriteria dan jenis-jenis setiap retribusi diatas ?

Jawaban !
1. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah pun memberikan perluasan
objek pajak daerah dan retribusi daerah, serta memberikan diskresi dalam penetapan
tarifnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu
pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi terdiri atas pajak kendaraan
bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok.
Adapun pajak kabupaten/kota terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak
parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan (PBB P2), serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB).
Sementara itu, retribusi daerah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi jasa umum yaitu
pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan.
Termasuk dalam retribusi jasa umum yaitu retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
persampahan/kebersihan, retribusi Kartu Tanda Penduduk dan akte catatan sipil,
retribusi pemakaman/pengabuan mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum,
pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor,
retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak
peta, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi penyedotan kakus, retribusi
pengolahan limbah cair, retribusi pelayanan pendidikan, dan retribusi pengendalian
menara komunikasi.

Retribusi jasa usaha yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan daerah dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan, dan/atau
pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
swasta.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan
daerah, retribusi pasar grosir/pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi
terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat
penginapan/pesanggrahan/vila, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan
kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air,
serta retribusi penjualan produksi usaha daerah.
Sementara itu, retribusi perizinan tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan
tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Termasuk dalam golongan retribusi ini yaitu retribusi izin mendirikan bangunan,
retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi
izin trayek, dan retribusi izin usaha perikanan.

2. Pajak daerah dan retribusi ternyata merupakan dua hal yang berbeda, singkatnya
pajak daerah merupakan kontribusi waji kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan dipaksa oleh Undang-undang, sementara retribusi yaitu pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau perizinan tertentu dari pemerintah.
Perbedaan Antara Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Perbedaan Antara Pajak daerah dan Retribusi Daerah
14 Januari 2020 by Admin ZF with no comment Tips Pajak
Layanan Mengurus Pajak – Pada artikel sebelumnya penulis telah membahas tentang
pajak daerah dan retribusi daerah. Kali ini penulis akan membahas tentang apa saja
perbedaan antara pajak daerah dan retribusi daerah.

Kebanyakan masyarakat banyak yang menyamakan antara pajak daerah dan retribusi
daerah, sebenarnya kedua istilah tersebut memiliki pengertian dan perbedannya
masing-masing, walaupun keduanya sama-sama dibebankan kepada masyarakat.

Sebelum masuk kepada perbedaan antara pajak daerah dan retribusi pajak, panulis
akan menjelaskan sedikit tentang dua istilah diatas.
Pajak Daerah harus dibayarkan kepada Daerah Otonom yang terutang oleh pribadi
atau badan yang disetujui berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak memperoleh
ketidakseimbangan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah yang
diperuntukkan bagi yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan biaya
kemakmukan negara.
Pajak Daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Landasan hukum pajak daerah adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang No.7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang No. 8 tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Atas Penjualan Barang Mewah.
 Pemungutan dilakukan oleh Pemda (Pemerintah Daerah) dan
 Pemerintah Pusat, berdasarkan kekuatan peratran perundang-undangan.
 Dapat dipaksakan, yaitu wajib pajak tidak melakukan pembayaran pajak
daerah, yang dapat dikenakan sanksi (pengadilan dan denda).
 Hasil penerimaan pajak daerah disetor ke kas daerah.
 Objeknya adalah penghasilan, barang mewah, kendaraan, laba perusahaan dan
lain sebagainya.
 Wajib pajak yang membayar pungutan pajak daerah tidak mendapatkan
imbalan / balasan langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukan.
Sedangkan Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin khusus yang disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk keperluan orang pribadi atau badan.
Berikut adalah ciri-ciri Retribusi Daerah yang dapat digunakan sebagai perbedaan
dengan Pajak Daerah:
 Payung Hukum Retribusi Daerah adalah Peraturan Pemerintah, Peraturan
Mentri atau pejabat negara yang lebih rendah.
 Objeknya adalah orang yang menggunakan jasa pemerintah dan pelayanan
umum, seperti kesehatan, terminal, pasar dan lain sebagainya.
 Retribusi dipungut hanya oleh pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda).
 Pihak yang membayar pungutan Retribusi daerah mendapatkan imbalan /
balasan langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukan.
3. 1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak terhadap seluruh kendaraan beroda


yang digunakan di semua jenis jalan baik darat maupun air. Pajak ini dibayar di muka
dan dikenakan kembali untuk masa 12 bulan atau 1 tahun. Tarif yang yang dikenakan
untuk kendaraan bermotor beragam, berikut ini rinciannya:
 Bagi kepemilikan kendaraan motor pertama sebesar 2%, kemudian untuk
kendaraan bermotor kedua sebesar 2,5% dan akan meningkat untuk
kepemilikan setiap kendaraan bermotor seterusnya sebesar 0,5%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan, tarif pajaknya sebesar 2%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan daerah
sebesar 0,50%.
 Bagi kepemilikan kendaraan bermotor alat berat sebesar 0,20%.

2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau
pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Untuk tarif BBNKB, berikut ini
rinciannya: Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan masing-masing
sebagai berikut:
 Penyerahan pertama sebesar 10%.
 Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%.
 Khusus kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan masing-masing sebagai
berikut:
 Penyerahan pertama sebesar 0,75%.
 Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)
Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan bakar
baik yang cair maupun gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Pajak PBB-
KB ini dipungut atas bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap
berguna untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk
kendaraan yang beroperasi di atas air.
Pajak PBB-KB diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Tarif PBB-KB:
 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor titetapkan sebesar 5%
 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagaimana yang dimaksud
pada poin sebelumnya, dapat diubah oleh Pemerintah dengan Peraturan
Presiden, dalam hal:
 Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari asumsi harga minyak
dunia yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun berjalan.
 Diperlukan stabilitas harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu paling
lama 3 tahun sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Dalam hal harga minyak dunia sebagaimana dimaksud pada poin kedua huruf a
sudah kembali normal, Peraturan Presiden dicabut dalam jangka waktu paling
lama 2 bulan.
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah merupakan setiap kegiatan pengambilan
dan pemanfaatan air tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran atau
dengan membuat bangunan untuk dimanfaatkan airnya dan/atau tujuan lainnya.
Pajak Air Tanah didapat dengan melakukan pencatatan terhadap alat pencatatan debit
untuk mengetahui volume air yang diambil dalam rangka pengendalian air tanah dan
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah.
Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Dasar pengenaan pajak
adalah nilai perolehan air tanah, nilai perolehan
air tanah dinyatakan dalam satuan rupiah yang dihitung berdasarkan faktor-faktor
berikut:
 Jenis sumber air.
 Lokasi/zona pengambilan sumber air.
 Tujuan pengambilan atau pemanfaatan air.
 Volume air yang diambil atau dimanfaatkan.
 Kualitas air.
 Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan atau
pemanfaatan air.
 Penghitungan Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(2) dengan cara mengalikan volume air yang diambil dengan harga dasar air.
 Penghitungan Harga Dasar Air sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3)
dengan cara mengalikan faktor nilai air dengan Harga Air Baku.
 Nilai Perolehan Air Tanah dan Harga Air Baku sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4)ditetapkan dengan Peraturan Walikota
 Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20%.
 Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
5. Pajak Rokok
Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah
pusat. Objek pajak dari Pajak Rokok adalah jenis rokok yang meliputi sigaret, cerutu,
dan rokok daun. Konsumen rokok telah otomatis membayar pajak rokok karena WP
membayar Pajak Rokok bersamaan dengan pembelian pita cukai.
Wajib pajak yang bertanggung jawab membayar pajak adalah pengusaha pabrik
rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha kena Cukai. Subjek pajak dari Pajak Rokok ini adalah konsumen rokok.
Tarif pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok dipungut oleh instansi pemerintah
yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok.

Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel
Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut atas penyedia jasa penginapan yang
disediakan sebuah badan usaha tertentu yang jumlah ruang/kamarnya lebih dari 10.
Pajak tersebut dikenakan atas fasilitas yang disediakan oleh hotel tersebut.
Tarif pajak hotel dikenakan sebesar 10% dari jumlah yang harus dibayarkan kepada
hotel dan masa pajak hotel adalah 1 bulan.

2. Pajak Restoran
Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.
Tarif pajak restoran sebesar 10% dari biaya pelayanan yang ada diberikan sebuah
restoran.

3. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan hiburan yang memiliki
biaya atau ada pemungutan biaya di dalamnya.
Objek pajak hiburan adalah yang menyelenggarakan hiburan tersebut, sedangkan
subjeknya adalah mereka yang menikmati hiburan tersebut.
Kisaran tarif untuk pajak hiburan ini adalah 0%-35% tergantung dari jenis hiburan
yang dinikmati.

4. Pajak Reklame
Pajak Reklame merupakan pajak yang diambil/dipungut atas benda, alat, perbuatan,
atau media yang bentuk dan coraknya dirancang untuk tujuan komersial agar menarik
perhatian umum.
Biasanya reklame ini meliputi papan, bilboard, reklame kain, dan lain sebagainya.
Namun, ada pengecualian pemungutan pajak untuk reklame seperti reklame dari
pemerintah, reklame melalui internet, televisi, koran, dan lain sebagainya.
Tarif untuk pajak reklame ini adalah 25% dari nilai sewa reklame yang bersangkutan.

5. Pajak Penerangan Jalan


Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.
Tarif pajak penerangan ini berbeda-beda, tergantung dari penggunaannya.
Berikut ini tarif Pajak Penerangan Jalan terbagi menjadi 3, yakni:
 Tarif Pajak Penerangan Jalan yang disediakan oleh PLN atau bukan PLN yang
digunakan atau dikonsumsi oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas
alam, sebesar 3%.
 Tarif Pajak Penerangan Jalan yang bersumber dari PLN atau bukan PLN yang
digunakan atau dikonsumsi selain yang dimaksud pada poin pertama sebesar
2,4%.
 Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan sebesar 1,5%.

4. 1. Retribusi Jasa Umum


Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Retribusi Jasa Umum dibagi ke dalam 15 bagian, yang meliputi:
 Retribusi Pelayanan Kesehatan untuk pungutan atas pelayanan kesehatan di
Puskesmas, Balai Pengobatan, RSU Daerah, dan tempat kesehatan lain sejenis
yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan untuk pungutan atas pelayanan
persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang
meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi
pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga dan perdagangan. Di
dalamnya tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat
ibadah, dan sosial.
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil untuk
pungutan atas pelayanan KTP, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu
identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk musiman,
kartu keluarga, dan akta catatan sipil.
 Retribusi Pemakanan dan Pengabuan Mayat untuk pungutan atas pelayanan
pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi pelayanan, penggalian,
pengurugan, pembakaran/pengabuan, dan sewa tempat yang dimiliki atau
dikelola oleh daerah.
 Retribusi Pelayanan Parkir untuk pungutan atas pelayanan parkir di tepi jalan
umum yang disediakan oleh daerah.
 Retribusi Pelayanan Pasar untuk pungutan atas penggunaan fasilitas pasar
tradisional berupa pelataran dan los yang dikelola oleh daerah dan khusus
disediakan untuk pedagang, kecuali pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor untuk pungutan atas pelayanan
pengujian kendaraan bermotor yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan diselenggarakan oleh daerah.
 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran untuk pungutan atas
pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat
penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa.
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta untuk pungutan atas pemanfaatan peta
yang dibuat oleh pemerintah daerah.
 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus untuk pungutan atas
pelayanan penyedotan kakus yang dilakukan oleh daerah dan tidak termasuk
yang dikelola oleh BUMD dan swasta.
 Retribusi Pengolah Limbah Cair untuk pungutan atas pelayanan pengolahan
limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang dimiliki dan dikelola
oleh pemerintah daerah.
 Retribusi Pelayanan Tera Ulang untuk pungutan atas pelayanan pengujian alat-
alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam
keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Retribusi Pelayanan Pendidikan untuk pungutan atas pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah.
 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi untuk pungutan atas
pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi.
 Retribusi Pengendalian Lalu Lintas untuk pungutan atas penggunaan ruas
jalan, koridor, dan kawasan tertentu pada waktu dan tingkat kepadatan
tertentu.
Tarifnya ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut. Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga,
dan biaya modal.
2. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, baik itu pelayanan dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara
optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum dapat disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
Retribusi Jasa Usaha dibagi ke dalam 11 bagian, yaitu:
 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk pungutan atas pemakaian
kekayaan daerah berupa pemakaian tanah dan bangunan, ruangan untuk pesta,
dan kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah. Tidak termasuk
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut, misal
pemancangan tiang listrik/telepon, dan lain-lain.
 Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan untuk pungutan atas penyediaan
fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, yang disediakan oleh daerah, tidak termasuk yang disediakan
oleh BUMD dan swasta.
 Retribusi Tempat Pelelangan untuk pungutan atas pemakaian tempat
pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan.
 Retribusi Terminal untuk pungutan atas pemakaian tempat pelayanan
penyediaan parkir untuk kendaraan penumpang dan bus umum, tempat
kegiatan usaha, dan fasilitas lain di lingkungan terminal yang dimiliki/dikelola
oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD,
dan swasta.
 Retribusi Tempat Khusus Parkir untuk pungutan atas pemakaian tempat parkir
yang khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang
disediakan/dikelola oleh BUMN, BUMD, dan swasta.
 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Vila untuk pungutan atas
pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD,
dan swasta.
 Retribusi Rumah Potong Hewan untuk pungutan atas pelayanan penyediaan
fasilitas pemotongan hewan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh daerah,
termasuk layanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong.
 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan untuk pungutan atas pelayanan jasa
kepelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah
daerah.
 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pungutan atas pelayanan perizinan tertentu
oleh pemerintah daerah kepada pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
Retribusi Perizinan tertentu dibagi ke dalam 6 jenis, yaitu:
 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pungutan atas pelayanan
pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.
 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol untuk pungutan atas
pelayanan pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di
suatu tempat tertentu.
 Retribusi Izin Gangguan untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin tempat
usaha/kegiatan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,
kerugian/gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah
ditentukan oleh daerah.
 Retribusi Izin Trayek untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin usaha
untuk penyediaan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu atau
beberapa trayek tertentu.
 Retribusi Izin Usaha Perikanan untuk pungutan atau pemberian izin untuk
melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
 Retribusi Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) untuk
pungutan atas pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga
asing.
Untuk tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
Biayanya meliputi dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, tata
usaha, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut

Anda mungkin juga menyukai