Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN 3

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG

PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP TUMBUH

KEMBANG GIGI ANAK USIA 0-6 BULAN MELALUI MEDIA

PENYULUHAN PADA IBU MENYUSUI DI DESA

LANDUNGSARI KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG.

Oleh :

DEVITA NURYCO PUTRI PRATINU

NIM. 40620092

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTIWIYATA KEDIRI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam

kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun

pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan

gizi tingkat buruk yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak

dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi selanjutnya terpenuhi (Andriany,

2013).

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan gizi

pada periode dua tahun pertama kehidupan yaitu dengan pemberian ASI (air

susu ibu) secara eksklusif. ASI eksklusif itu sendiri merupakan pemberian

ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain kecuali vitamin, mineral

atau obat dalam bentuk tetes pada bayi berumur nol sampai enam bulan.

Berbagai penelitian telah mengkaji bahwa ASI berperan penting dalam

menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi, mengoptimalkan

pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak dan

mengganti ASI dengan makanan yang lain dapat berdampak buruk pada

kondisi gizi bayi, daya tahan tubuh serta pertumbuhan dan perkembangan

(Purwanti, 2012). Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat

terbaik. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat

pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf (Subur et. al.,

2012).
Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi

berumur 0–6 bulan disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif yang dimaksud

yaitu bayi tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang langsung

diproduksi oleh ibu yaitu ASI (Yuliarti, 2010). World Health Organization

(WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan

sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam

bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan

makanan pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka

menurunkan angka kesakitan dan kematian anak (Arifa dan Shrimarti,

2019). Melalui ASI eksklusif akan lahir generasi baru yang sehat secara

mental emosional dan sosial (Subur et. al., 2012).

Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat

bagi ibu diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan

sebelum menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko

terkena kanker payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin

kepada anak. Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran

keluarga karena tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Arifa

dan Shrimarti, 2016).

Pemerintah Indonesia berusaha mendorong penerapan ASI eksklusif

di Indonesia, salah satunya terlihat dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun

2009 pasal 128 ayat (1) yang berbunyi “setiap bayi berhak mendapatkan air

susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi

medis” dan pasal 128 ayat (2) menjelaskan bahwa “ selama pemberian ASI

pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus


mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyedian waktu dan fasilitas

khusus”. yaitu sebesar 80%, yang mana berdasarkan hasil Survey

Demografi Kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2017 menyatakan bahwa

pencapaian ASI eksklusif sebesar 52% sedangkan berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2018 sekitar 37,3% dan cakupan ASI

eksklusif di provinsi Jawa Timur tahun 2018 juga masih belum mencapai

target yakni hanya sebesar 76,8% (Widodo,2011). Hal ini disebabkan oleh

banyak faktor baik faktor internal dari ibu maupun eksternal. Faktor internal

antara lain meliputi usia ibu, status gizi ibu, dan tingkat pendidikan

sedangkan faktor mencapai target yakni hanya sebesar 76,8%

(Widodo,2011). Hal ini disebabkan eksternal meliputi pengetahuan tentang

ASI eksklusif, tenaga kesehatan dan media massa. Selain itu, beberapa

alasan ketidakmampuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif karena harus

bekerja, produksi ASI yang kurang dan faktor sosial budaya (Siregar, 2004).

Berdasarkan laporan PKP puskesmas Dau mengenai jumlah bayi yang

tidak mendapat ASI eksklusif masih belum mecapai target maksimal. Hasil

kajian dari puskesmas Dau desa Kalisongo menyebutkan bahwa bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif tecapai 67,9% dari target total 100%. Laporan

PKP puskesmas Dau menunjukkan bahwa desa Landungsari memiliki hasil

yang cukup rendah dalam pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan studi

pendahuluan pada tanggal 24 Desember 2021, salah satu hambatan

tercapainya ASI eksklusif di desa Landungsari disebabkan karena

kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada

bayi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Roesli (2005)
yang menyatakan bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yaitu

karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI

ekslusif.

Seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang baik dalam menyusui,

sehingga kurangnya pengetahuan tentang menyusui menyebabkan hilangnya

kepercayaan diri seorang ibu dalam memberikan perawatan terbaik untuk

bayinya yang dapat mengakibatkan bayi kehilangan sumber makanan yang

vital. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari

pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi

sebagai tambahan ASI di pedesaan (Aditya, 2015).

Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di desa dan hampir 50 %

memiliki pendidikan rendah. Sehingga pengetahuan ibu tentang pentingnya

ASI eksklusif pun sangat minim. Ketidaktahuan ibu tersebut juga akan

mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif, oleh karena itu

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif perlu ditingkatkan (Subur, et. al.,

2012).

Berdasarkan permasalahan ini, penulis akan merancang rencana

kegiatan Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Tentang Pentingnya

Pemberian ASI Eksklusif terhadap Tumbuh Kembang Gigi Anak Usia 0-6

Bulan melalui Media Penyuluhan Pada Ibu Menyusui di Desa Landungsari

Kecamatan Dau Kabupaten Malang.


1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan Ibu dalam memaksimalkan pemberian

ASI eksklusif di desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten

Malang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, mencari

penyebab masalah dan penyelesaian masalah di desa Landungsari,

kecamatan Dau, kabupaten Malang.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif di

desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten Malang.

1.3 Sasaran

Ibu hamil di desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten Malang.

1.4 Manfaat

1. Bagi Puskesmas

a. Membantu membuat Rancangan Kegiatan Operasional (RKO)

untuk meningkatkan pencapaian target bayi mendapatkan ASI

eksklusif di desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten

Malang.

b. Membantu program promosi kesehatan Puskesmas Dau dalam

meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu


menyusui di desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten

Malang.

2. Bagi Masyarakat

Membantu meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang

pemberian ASI eksklusif pada bayi Usia 0-6 Bulan di desa

Landungsari, kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

3. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mampu menerapkan inovasi baru untuk

memecahkan masalah di lapangan seiring berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi.

b. Melatih kemandirian mahasiswa dalam merancang

pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan masalah

tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

11.1 ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang

mengandung semua unsur zat gizi yang dibutuhkan bayi usia 0-6

bulan. ASI juga mengandung zat kekebalan yang akan melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit, dan jamur

(Any et. al., 2015). ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara melalui

proses laktasi. ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi,

meningkatkan kecerdasan bayi, terhindar dari alergi yang biasanya

timbul karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang

ibu secara langsung saat proses menyusui, dan ketika beranjak dewasa

akan mengurangi risiko untuk terkena hipertensi, kolesterol,

overweight, obesitas dan diabetes tipe 2. Bayi yang tidak diberikan

ASI eksklusif akan lebih rentan untuk terkena penyakit kronis, seperti

jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat


menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (Arifa dan

Shrimarti, 2016).

ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan

lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,

dan tim.. Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)

merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6

bulan, namun pada tahun 2001 setelah melakukan telaah artikel

penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar,

WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan

menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun

dengan panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman,

benar dan memadai (WHO, 2010). WHO merekomendasikan empat

hal penting dalam pemberian makanan bayi dan anak, yaitu:

1) Memberikan ASI kepada bayi segera selama 30 menit setelah


bayi lahir.
2) Memberikan ASI saja sampai bayi berusia enam bulan (ASI
Eksklusif).

3) Memberi makanan pendamping (MP-ASI) sejak bayi berusia 6-


24 bulan.
4) Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan
( WHO, 2010).

2. Kandungan Nutrisi dalam ASI

ASI memiliki kandungan yang sangat baik yaitu taurin, DHA


,dan AA. Taurin merupakan asam amino kedua yang terbanyak dalam

ASI dimana taurin berfungsi sebagai neurotransmiter dan berperan

penting untuk proses pematangan sel otak. DHA (Decosahexoid Acid)

dan AA (Arachidonic Acid) adalah asam lemak tak jenuh beratai

panjang yang berperan untuk membentuk sel-sel otak pada bayi agar

lebih optimal. Meskipun susu formula banyak diklaim memiliki

kandungan nutrisi yang nyaris serupa dengan ASI, namun susu

formula tidak bisa menghasilkan antibodi seperti ASI. ASI

mengandung komponen makro dan mikro nutrisi serta 90%nya terdiri

dari komponen makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak

sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Purwanti, 2012).

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa ( gula susu). Kadar

laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa

lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan

bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak

mau minum PASI. Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat

dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk

otak. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang

ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan

penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi

maupun laktosa susu formula. Saluran pencernaan bayi akan

menghidrolisis (memecah) menjadi zat-zat yang lebih

sederhana, yaitu galaktosa dan glukosa yang akan diserap oleh


bayi dan sebagai penghasil energi tinggi. Laktosa juga berfungsi

meningkatkan absorbsi kalsium dan menstimulus pertumbuhan

Lactobacillus bifidus, yang berperan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit.

b. Protein

Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang

terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan

casein. Di dalam ASI senderi lebih banyak terdapat protein

whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan

casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak

terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino

yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya

adalah taurin, dimana asam amino jenis ini banyak ditemukan di

ASI yang mempunyai peran pada perkembangan otak. Selain itu

ASI juga kaya akan nukleutida dimana nukleutida ini berperan

dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,

merangsang pertumbuhan bakteri baik yang ada di dalam usus

dan meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan daya

tahan tubuh.

b. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori yang terdapat pada ASI,

senyawasenyawa lemak tersebut mudah diserap oleh saluran

pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempurna. Hal


ini disebabkan karena lemak ASI merupakan lemak sederhana

yang stuktur zatnya tidak bercabang, sehingga mudah melewati

saluran pencernaan bayi (Arif, 2009). Kadar lemak ASI lebih

tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu formula.

Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi.

Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI

yang berperan dalam perkembangan otak. DHA dan ARA hanya

terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan

jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam

lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk

kesehatan jantung dan pembuluh darah.

c. Vitamin

Beberapa vitamin yang terkandung di dalam ASI yaitu :

(1) Vitamin K

Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit

sehingga perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam

bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor

pembekuan darah.

(2) Vitamin D

ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga

dengan pemberian ASI eksklusif dan ditambah dengan

membeiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan


mencegah bayi menderita penyakit tulang karena

kekurangan vitamin D.

(3) Vitamin E

Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan

vitamin Enya cukup tinggi terutama pada kolostrum dan

ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk

ketahanan dinding sel darah merah.

(4) Vitamin A

ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang

cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata,

vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan

sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang

menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI

mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang

baik.

(5) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI.

Seperti vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar

vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi vitamin

B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu

yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini

pada ibu yang menyusui.


d. Mineral

Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan

lebih mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat

dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi

adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan

otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan

darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah

daripada susu sapi tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi yang

mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil untuk

kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI

rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi yang terdapat dalam ASI

lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi.

Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan

susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat

berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat.

e. Air

ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-

zat yang terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang

cukup besar juga bisa meredakan rasa haus pada bayi

( Purwanti, 2012).

3. Volume ASI

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi

kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi


mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara

cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc

pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke

10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi

sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang

mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari

dan tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan

kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil

maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produks

menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6

bulan pertama usia bayi, 400- 600 cc pada bulan kedua dan 300-500

cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2007).

4. Jenis- jenis ASI eksklusif

Komposisi ASI setiap hari berbeda, komposisi ASI ibu hari ini

disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi hari ini. Bahkan,

komposisi isapan pertama berbeda dengan isapan terakhir. Isapan

pertama lebih banyak mengandung air, sedangkan isapan akhir lebih

banyak mengandung karbohidrat dan lemak (Roesli, 2008). ASI

dibedakan menjadi tiga macam yaitu: kolostrum, ASI masa transisi,

dan ASI matur.

a. Kolostrum

Kolostrum yaitu ASI yang dihasilkan pada hari pertama

sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Komposisi kolostrum lebih


banyak mengandung protein, kadar lemak dan karbohidrat lebih

sedikit, vitamin larut lemak lebih tinggi, dan volume kisaran

150-300 ml/24 jam. Kolostrum berupa cairan agak kental

berwarna kekuning-kuningan, agak kasar karena mengandung

butiran lemak dan sel-sel epitel. Kolostrum befungsi sebagai

pembersih selaput usus BBL (Bayi Baru Lahir) sehingga

saluran pencernaan siap untuk menerima makanan, mengandung

protein tinggi terutama globulin sehingga memberikan

perlindungan tubuh terhadap infeksi, mengandung antibodi

sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit

infeksi.

b. ASI Matur

ASI yang disekresi pada sepuluh hari setelah bayi lahir

dan seterusnya, komposisi relatif konstan, dan volume yang

dihasilkan antara 300-850 ml/24 jam.

c. ASI Masa Transisi (Masa Peralihan)

ASI masa transisi merupakan ASI masa peralihan dari

kolostrum menjadi ASI matur yang disekresi dari empat hari

hingga sepuluh hari setelah bayi lahir. Kadar protein semakin

rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi,

dan volume ASI semakin meningkat (Roesli, 2008).

5. Manfaat ASI eksklusif


a. Untuk Bayi

Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai

makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%

kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia

sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI

merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI

dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit

serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit

dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi

ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian

ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.

Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di

masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang

tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat

penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat

badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak,

tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7- 9 poin

dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI.

b. Untuk Ibu

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat

kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta

mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar

panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke


dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko

terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang

menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui,

menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu

menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih praktis

lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan

lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril

dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu

dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional.

c. Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli

susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat,

berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna

perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek

kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti

menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena

ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot

membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian.

d. Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor

susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara

lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah

bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup


anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan

sumber daya yang terus-menerus di produksi ( Roesli, 2008).

11.2 Tumbuh Kembang Gigi


1. Pembentukan Gigi

Pertumbuhan dan perkembangan gigi sudah dimulai pada saat

kehidupan intrauterin. Tanda perkembangan gigi paling awal

dimulai pada minggu keenam dimana lapisan basal epitel rongga

mulut membentuk suatu struktur seperti huruf C yang disebut lamina

dentalis. Lamina dentalis merupakan primordium bagian gigi yang

berasal dari ektoderm. Lamina dentalis ini terbentuk di sepanjang

rahang atas dan bawah, kemudian menghasilkan tunas gigi yang

berkembang pada 10 tempat tertentu pada setiap lamina sehingga

nantinya menjadi 20 gigi susu.Stadium ini disebut juga dengan

stadium tunas (bud stage).

Permukaan dalam tunas gigi tersebut nantinya akan mengalami

invaginasi menghasilkan cap stage. Cap stage merupakan stadium

pertumbuhan gigi, yang mana terjadi pembesaran tunas gigi

karena terjadi multiplikasi sel yang lebih lanjut. Maka dari itu,

stadium ini juga disebut dengan stadium proliferasi Cap stage ini

terdiri dari epitel gigi luar sebagai lapisan luar, retikulum stelatum di

bagian tengah, dan epitel gigi dalam sebagai lapisan paling dalam.

Papila dentis berasal dari sel mesenkim pada lekukan “cap” ini.

Ketika lekukannya semakin dalam, calon gigi ini akan

berbentuk seperti bel. Oleh karena bentuknya seperti bel, stadium ini
disebut dengan bell stage. Pada stadium ini, sel-sel mulai

membentuk spesialisasi sehigga disebut juga dengan stadium

histodiferensiasi. Epitel gigi dalam berdiferensiasi menjadi

ameloblas yang kemudian menjadi email, sedangkan sel mesenkim

yang terletak dekat dengan epitel dalam berdiferensiasi menjadi

odontoblas. Odontoblas inilah yang nantinya membentuk dentin.

Sekelompok sel-sel epitel gigi dalam membentuk simpul email

(email knot) yang mengatur perkembangan gigi awal.

Pembentukan akar gigi dimulai ketika lapisan epitel gigi

menembus mesenkim dibawahnya dan membentuk selubung akar

epitel (selubung Hertwig). Sel mesenkim yang terletak di luar gigi

dan berkontak dengan dentin akar berdiferensiasi menjadi

sementoblas yang kemudian menjadi sementum. Di luar lapisan

tersebut, mesenkim menghasilkan ligamentum periodontal yang

berfungsi sebagai peredam kejut dan mempertahankan gigi pada

posisinya. Semakin panjangnya akar gigi maka semakin terdorong

pula mahkota gigi untuk mucul ke permukaan hingga akhirnya

terlihat di rongga mulut

2. Erupsi Gigi

Erupsi gigi mulai terjadi ketika gigi mulai menonjol keluar

dari tulang rahang melalui epitel mulut menuju ke dalam rongga

mulut.Erupsi gigi dapat terjadi akibat pertumbuhan akar gigi atau

pertumbuhan tulang dibawah gigi yang secara proresif mendorong

gigi ke atas. Sebelum terjadi erupsi, bantalan maksila dan mandibula


sering menujukkan adanya benjolan yang sesuai dengan lokasi gigi

yang hampir erupsi. Erupsi gigi susu pada anak terkadang ditandai

dengan rasa tidak nyaman yang hanya dirasakan di lokasi gigi yang

hampir erupsi, iritasi pada ginggiva di sekitar gigi tersebut, bengkak

dan kebiruan akibat hematoma lokal, atau yang paling jarang adalah

kista erupsi yang tidak memerlukan pengobatan.

Mulainya erupsi gigi susu merupakan pertanda penting bagi

perubahan kebiasaan makan anak. Bertambahnya jumlah gigi

menandakan anak mulai siap menerima asupan makanan yang lebih

bervariasi. Erupsi gigi susu pada anak mulai berlangsung sekitar

umur 6 bulan, dan biasanya diawali oleh gigi insisivus mandibula

tengah. Kronologi pertumbuhan gigi susu pada anak dapat dilihat

pada tabel

Tabel. Kronologi Pertumbuhan Gigi Susu pada Anak

Kalsifikasi Umur saat Erupsi


Gigi Susu Mulai Selesai Maksilaris Mandibula
ris
Insisivus sentral janin bulan ke-5 18-24 bulan 6-8 bulan 5-7 bulan
Insisivus lateral janin bulan ke-5 18-24 bulan 8-11bulan 7-10 bulan
Kaninus janin bulan ke-6 30-36 bulan 16-20 bulan 16-20 bulan
Molar pertama janin bulan ke-5 24-30 bulan 10-16 bulan 10-16 bulan
Molar kedua janin bulan ke-6 36 bulan 20-30 bulan 20-30 bulan

Berdasarkan data dari tabel , dapat dihitung berapa jumlah

normal yang seharusnya tumbuh pada saat usia tertentu. Jumlah gigi

susu sesuai dengan usianya dapat dilihat pada tabel

Tabel Jumlah Gigi Susu pada Anak Sesuai dengan Usia

Usia (Bulan) Jumlah Gigi Minimal


9-11 4 gigi
12-17 8 gigi
18-24 12 igi

3. Perkemangan Oromotor

Seiring bertambahnya usia anak, jumlah gigi susu pun akan

semakin bertambah begitu juga dengan kemampuan oromotor anak.

Kemampuan oromotor anak sangat berpengaruh pada kemampuan

anak menerima pola makan sesuai dengan umurnya. Dan

kemampuan oromotor ini tentu saja sangat didukung oleh

pertumbuhan yang normal dari gigi susu anak tersebut. Berikut

adalah tabel perkembangan oromotor anak sesuai umurnya.

Usia Perkembangan Oromotor


6-9 bulan - Mengigit dan mengunyah gerakan rahang ke atas dan
ke bawah.
- Menelan dengan mulut tertutup.
- Menempatkan makanan diantara rahang atas dan
bawah.
9-12 bulan - Gerakan lidah ke samping kiri dan ke kanan serta
memutar.
- Mulai mencakupkan bibir pada pinggir cangkir.
12-23 bulan - Gerakan mengunyah berputar, rahang stabil.

11.3 Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif


1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang

diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari

berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,

percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan

dari pengalaman hidup lainnya (Andriany, 2013). Menurut Andriany

(2013) bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar

adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI


ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan

yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang

menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu

untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi

akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang

optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari

pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian

atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan (Rauf, 2013).

2. Lingkungan

Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk

menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersent h

kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita

di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan

pertimbangan lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes

dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam lingkungan modern di

perkotaan lebih sering melihat ibuibu menggunakan susu formula

sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan

ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara

Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan

3. Pengalaman

Menurut hasil penelitian Bahriyah (2017) pengalaman wanita

semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita


dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita

yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau

sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka

akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai

dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita

dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak

memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan

keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut

mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan

sebaliknya ( Aditya, 2015).

4. Dukungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara

esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya)

perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan

keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga

yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan

dan kegagalan menyusui adalah suami. Masih banyak suami yang

berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan

bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks

pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh

keadaan emosi atau perasaan ibu

11.4 Memerah, Menyimpan dan Menyajikan Air Susu Ibu


a. Cara Memerah Air Susu Ibu (ASI)

(1). Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk

menampung ASI.

(2). Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit

mencondongkan badan ke depan.

(3). Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah

putting susu.

(4). Rangsang putting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk

(5). Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar aerola ( pada jam

12) dan jari telunjuk serta jari tengah di bagian bawah aerola

( pada jam 6)

(6). Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan

payudara di antara jari-jari lalu lepaskan, dorong ke arah putting

seperti mengikuti gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini

berulang-ulang.

(7). Hindari menarik atau memeras terllau keras.

(8). Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar aerola dan

berpindahpindah tempat, kemudian mulai memrah lagi.

(9). Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan

kosong (IDAI, 2014).

b. Menyimpan ASI perah (ASIP)


ASI disimpan di dalam wadah yang sudah disterilkan (botol

kaca atau kantong plastik yang di desain khusus untuk ASI sehingga

ada perekat untuk menutupinya).

(1). Jika disimpan pada suhu ruangan (27-32°C), ASI dapat bertahan
4-6 jam .

(2). Jika disimpan pada kotak pendingin (cool box) dengan batu es,
ASI dapat bertahan hingga 24 jam.

(3). Jika disimpan di dalam kulkas dengan suhu (0- 4°C) , ASI dapat
bertahan hingga 5 hari.

(4). Jika disimpan pada freezer khusus dengan suhu (- 16°C), ASI dapat
bertahan hingga 3-6 bulan ( IDAI, 2014).

c. Cara menyajikan ASI perah ( ASIP)

(1). Merendam botol atau kantung plastik polietilen di

dalam mangkuk berisi air hangat.

(2). Jangan memanaskan ASI dengan microwave

( IDAI, 2010).

11.5 Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor utama yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Penelitian menyatakan bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan yang terjadi setelah seseorang melakukan


penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yaitu, penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingakatan Pengetahuan

i. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pada tingkatan ini adalah recall

(mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

ii. Memahami (Coprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

iii. Aplikasi (Aplication)


Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real ( sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau yang lain.

iv. Analisis

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen

tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu sama lain.

v. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

vi. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi penelitian terhadap suatu materi atau

obyek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri , atau menggunakan kriteria- kriteria

yang telah ada (Azwar, 2010).


vii. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diukur menurut jenis

penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian

kualitatif. Pada penelitian kuantittaif maka pengetahuan dapat

diukur dengan wawancara dan angket (kuesioner) yang

menytakan isi materi atau objek yang ingin diukur dari subjek

penelitian sedangkan pada penelitian kualitatif pengetahuan

dapat diukur dengan cara wawancara mendalam dan Diskusi

Kelompok Terfokus (DKT). Penilaian dilakukan dengan cara

membandingkan jumlah skor jawaban benar dengan skor yang

diharapkan ( tertinggi) kemudian dikalikan 100%. Selanjutnya

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skla kualitatif yaitu : Baik : hasil skoring ≥ 80 dan

Kurang : hasil skoring.


BAB III

ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi Umum

1. Data Geografi

a. Batas Wilayah

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Dau sebagai


berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan Karang Ploso

- Sebelah Selatan : Kecamatan Wagir

- Sebelah Barat : Kecamatan Junrejo Kota Batu

- Sebelah Timur : Kecamatan Lowokwaru Kota Malang


Gambar 3.1. Peta wilayah UPT Puskesmas DAU

b. Jumlah Desa dan Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Dau ± 5.602.671 Ha, yang

meliputi 10 Desa yaitu: Mulyoagung, Landungsari,

Sumbersekar, Gadingkulon, Tegalweru, Selorejo, Kalisongo,

Karangwidoro, Petungsewu dan Kucur.

2. Data Demografi

a. Jumlah penduduk

 Jumlah Penduduk 72.165 Jiwa dengan perincian sebagai


berikut:

 Laki-laki : 36.880 Jiwa

 Perempuan : 35.285 Jiwa

Jumlah 72.165 Jiwa

 Jumlah Rumah : 21.027 Rumah


 Jumlah KK : 21.424 KK
 Jumlah Dusun/ RW : 35/ 79
 Jumlah RT 328

b. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

 Petani : 6.174 orang

 Buruh Tani : 4.145 orang

 Buruh Bangunan : 1.435 orang

 Buruh Pabrik/Industri : 1.255 orang

 Usaha Perikanan : 37 orang

 Peternak : 5.919 orang

 Pedagang : 3.373 orang

 Jasa : 1.017orang

 PNS : 3.731 orang

 TNI / POLRI : 392 orang

 Lain-lain : 1.615 orang

c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

 Tidak Sekolah/DO : 8.208 orang


 Tidak tamat SD : 5.231 orang
 Tamat SD : 5.867 orang
 Tidak tamat SLTP :-
 Tamat SLTP : 4.619 orang
 Tamat SLTA : 3.135 orang
 Tidak tamat SLTA :-
 Tamat Akademi : 577 orang
 Universitas : 588 orang

d. Jumlah Penduduk Menurut Agama


 Islam : 60.276 orang
 Katholik : 545 orang
 Protestan : 2.546 orang
 Hindu : 56 orang
 Budha : 40 orang

e. Data sarana & Prasarana Kesehatan Pemerintah dan


Swasta

(1) Sarana & Prasarana Kesehatan Pemerintah

 Puskesmas Induk : 1 gedung


 Puskesmas Pembantu : 2 gedung
 Ponkesdes : 8 gedung
(2) Sarana & Prasarana Kesehatan Swasta
(bersumber masyarakat):
 Posyandu Balita : 65 tempat
 Posyandu Lansia : 55 tempat
 Posyandu Remaja : 1 tempat
 PMI : 1 gedung
 Pengobatan tradisional : 4 tempat
 Praktek Dokter swasta : 3 tempat
 Praktek Perawat swasta : 1 tempat
 Rumah Sakit Swasta : 1 tempat
 Klinik swasta : 5 tempat
f. Data Sarana Pendidikan

 TK : 33 gedung
 SD / MI : 31 gedung
 SLTP / MTS : 13 gedung
 SMU / SMK : 5 gedung
g. Data Sarana Tempat Ibadah

 Masjid : 66 gedung
 Langgar : 164 gedung
 Musholla : 15 gedung
 Ponpes : 9 gedung
 Gereja : 10 gedung
 Pura : 1 gedung
h. Data Sarana Lain

 BRI : 1 gedung
 PDAM : 1 gedung
 KUA : 1 gedung
 Kantor Pos : 1 gedung

B. Analisis Situasi Khusus

1. Ketenagakerjaan UPT Puskesmas Dau

Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2019

tercatat 55 orang terdiri dari PNS 30 orang,

Perawat Ponkesdes 10 orang, Kontrak Pemda 2,

Kontrak Puskesmas 2 orang, Magang 11 orang,

terbagi padaPuskesmas Pembantu, dan Ponkesdes

sejumlah 20 orang, Puskesmas Induk 35

orang,terinci menurut jenis ketenagaan sebagai

berikut :

Tabel 3.1 Data Ketenagaan di Puskesmas DAU

UNIT KERJA
JENIS
PUSKESMAS PUSTU POLINDES/ JUMLAH
KETENAGAA
N INDUK PONKESDES
Dokter Umum 2 0 0 2
PNS
Dokter Umum 0 0 0 0
Kontrak JKN
Dokter Gigi 1 0 0 1
PNS
Dokter Gigi 0 0 0 0
PTT
Bidan PNS 4 2 8 14

Bidan PTT 0 0 0 0

Perawat 4 0 10 14

SPPH / AKL / 1 0 0 1
S1 Kesling
S-1 Apoteker / 1 0 0 1
SAA / SMF
Analis 1 0 0 1
Kesehatan
Gizi 1 0 0 1

Tata Usaha 0 0 0 0

Staf TU 4 0 0 4

Sopir 1 0 0 1

Kontrak Pemda 2 0 0 2

Kontrak 2 0 0 2
Puskesmas
Magang 11 0 0 11

JUMLAH 35 2 18 55

2. Jenis Pelayanan dan Program Puskesmas

(a)Pelayanan Dasar: BP Umum, BP Gigi, KIA,

KB, Kesehatan Remaja, Kesehatan Lansia,

Pelayanan Laboratorium dan lain-lain (sesuai

standar Pelayanan Minimal/SPM).

(b) UGD 24 jam

(c) Rawat Inap

(d) Kamar Bersalin

(e)Program Esensial dan Pengembangan : Program


Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan

Lingkungan, KIA, KB, UKS, P2M, termasuk

Imunisasi dan lain-lain (sesuai SPM)

C. Data Geografis Desa Landungsari

1. Batas Wilayah

 Sebelah utara :

 Sebelah selatan :

 Sebelah timur :

 Sebelah barat :
2. Prasarana Kesehatan

Tabel 3.2 Prasarana Kesehatan Puskesmas Dau


Prasarana Kesehatan Jumlah
Rumah sakit umum 0 unit
Puskesmas 0 unit
Apotik 0 unit
Posyandu 8 unit
Balai pengobatan 2 unit
masyarakat yayasan/
swasta

3. Gambaran Lokasi Masalah


BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Laporan tahunan UPT Puskesmas Dau 2020 tentang

cakupan masalah dan Data PKP, masih ditemukan permasalahan dari

beberapa program yang tidak sesuai dengan target capaian, sebagai

berikut :

Tabel IV.1 Identifikasi masalah Puskemas Dau


No. Indikator Target Cakupan Selisih Rumusan Masalah
1. Peserta Kb Aktif 100% 76,8% 23,2% Masih Terdapat 23,2%
Yang Belum Mengikuti
Peserta Aktif Kb
2. Bayi Usia 0-6 100% 67,9% 32,1% Masih Terdapat 32,1%
bulan Bayi Usia 0-6 Bulan
Mendapatkan Belum Mendapatkan ASI
ASI Eksklusif Eksklusif
3. Pelayanan 100% 85,0% 15% Masih Terdapat 15%
Kesehatan Balita Yang Belum
Balita Mendapatkan
Menurut Jenis Pelayanan Kesehatan
Kelamin Balita Menurut Jenis
Kelamin
4. Pemberian 100% 91,6% 8,4% Masih Terdapat 8,4%
Vitamin A Bayi Usia 6-11 Bulan
Pada Bayi 6- Yang Belum
11 Bulan Mendapatkan Vitamin A
5 Pelayanan 100% 91,1% 8,9% Masih Ada 8,9% Lansia
Kesehatan Usia Yang Belum Mendapatkan
Lanjut Menurut Pelayanan Kesehatan
Jenis Kelamin

B. Prioritas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah didaptakan lima masalah kesehatan,

selanjutnya masalah diproritaskan dengan menggunakan metode USG

(urgency, seriousness, growth).


Urgency, dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah

tersebut diselesaikan. Seriousness, dilihat dari dampak masalah tersebut

terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan

membahayakan sistem atau tidak. Growth, seberapa kemungkinannya isu

tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu

akan makin memburuk kalau dibiarkan.Setiap parameter dinilai

menggunakan skor dengan skala 1-5 (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 =

sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil).

Penentuan prioritas masalah dilakukan bersama 3 (tiga) partisipan,

setiap partisipan memberikan skoring parameter USG, dan untuk nilai total

ditentukan dihitung dari rata-rata skor masing-masing parameter,

selanjutnya hasilnya dikalikan.

Tabel IV.2 Penentuan Priorotas Masalah Puskesmas Dau


No. Indikator Urgent Seriousness Growth Total Ranking
USG
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1. Peserta Kb 4 4 5 4 4 5 3 3 4 36 2
Aktif
2. Bayi Usia 0-6 5 5 4 4 4 4 4 5 4 39 1
Bulan
Mendapatkan
Asi Eksklusif
3. Pelayanan 4 4 3 3 3 4 4 3 2 30 3
Kesehatan
Balita
Menurut Jenis
Kelamin
4. Pemberian 3 2 3 2 3 3 2 2 3 23 5
Vitamin A
Pada Bayi 6-
11 Bulan
5. Pelayanan 4 4 3 3 2 2 4 3 3 28 4
Kesehatan
Usia Lanjut
Menurut
Jenis
Kelamin

Keterangan :

P1 : PJ Program Essensial : Dewi Mahmudah Hanik S.St

P2 : PJ Program Pengembangan : Agung Prasetya S.Kep Ners

P3 : PJ Mutu : drg. Dian Yudhadinasuci

Dari hasil USG diatas, maka didapatkan Prioritas masalah pada Kecamatan

Dau adalah sebanyak 32,1% Bayi usia 0-6 Bulan belum mendapatkan ASI

Ekslusif.
C. Penyebab Masalah

Dari prioritas masalah tersebut dilakukan brainstroming bersama partisipan untuk mencari penyebab masalah, didapatkan beberapa penyebab masalah :

DANA METODE MANUSIA

Ibu kurang mengetahui


pentingnya ASI Ekslusif
Terbatasnya anggaran untuk
Belum meratanya Sosialisasi terkait Ibu kurang telaten memberikan
Program ASI Eksklusif
ASI Ekslusif Ibu sibuk dan tidak melakukan ASI eksklusif sehingga produksi
Program berjalan kurang maksimal pumping ASI kurang maksimal
Ibu kurang mengetahui
pentingnya ASI Ekslusif Produksi ASI menurun
Masih Terdapat
32,1%
Bayi Usia 0-6 Bulan
Belum Mendapatkan
Bayi lebih diutamakan diberikan ASI Eksklusif di
Kurangnya Pengetahuan Ibu terhdap makanan tamabahan ketimbang ASI Kecamatan Dau
pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan
Budaya pada lingkungan yang Kurangnya dukungan dan perhatian Kabupaten Malang
Minimnya jenis media informasi seperti memberikan makanan tambahan dari keluarga kepada Ibu Menyusui Jawa Timur
video, pamflet, poster dll lebih dini pada Bayi
di Posyandu atau pelayanan kesehatan lain Ibu menyusui merasa kurang
adanya dukungan sehingga tidak
telaten dalam memberikan ASI
Ekslusif

SARANA LINGKUNGAN
a. Penyebab Prioritas Masalah

Setelah melakukan perumusan penyebab masalah, maka didapatkan

identifikasi penyebab masalah sebegai berikut :

1. Ibu kurang telaten memberikan ASI eksklusif sehingga produksi ASI

kurang maksimal

2. Ibu kurang mengetahui pentingnya ASI Ekslusif

3. Terbatasnya anggaran untuk Program ASI Eksklusif

4. Ibu menyusui merasa kurang adanya dukungan sehingga tidak telaten

dalam memberikan ASI Ekslusif

5. Budaya pada lingkungan yang memberikan makanan tambahan lebih

dini pada Bayi

6. Minimnya jenis media informasi seperti video, pamflet, poster dll di

Posyandu atau pelayanan kesehatan lain

7. Belum meratanya Sosialisasi terkait ASI Ekslusif

Tabel IV.3 Penyebab masalah yang paling mungkin (NGT)

Skor Partisipan
No Penyebab Masalah Total Rangking
P1 P2 P3
1 Ibu kurang telaten memberikan ASI eksklusif 5 5 3 13 3
sehingga produksi ASI kurang maksimal
2 Ibu kurang mengetahui pentingnya ASI Ekslusif 7 6 7 20 1
3 Terbatasnya anggaran untuk Program ASI 3 1 2 6 7
Eksklusif
4 Ibu menyusui merasa kurang adanya dukungan 4 2 1 7 6
sehingga tidak telaten dalam memberikan ASI
Ekslusif
5 Budaya pada lingkungan yang memberikan 2 3 4 9 5
makanan tambahan lebih dini pada Bayi
6 Minimnya jenis media informasi seperti video, 6 7 6 19 2
pamflet, poster dll
7 Belum meratanya Sosialisasi terkait ASI Ekslusif 1 4 5 10 4

Keterangan :

P1 : PJ UKM Essensial :

P2 : PJ Pemegang Program :

P3 : PPD Desa Landungsari :

Berdasarkan perhitungan NGT prioritas utama penyebab masalah

adalah Kurangnya kesadaran dan kemauan ibu karena kurangnya

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif dengan

total skor 20 dan menjadi skor tertinggi di kecamatan Dau, kabupaten

Malang.

D. Alternative Pemecahan Masalah

Dari prioritas penyebab masalah diatas, maka ditetapkan pemecahan

masalah dengan melakukan brainstorming. Hasil brainstorming diperoleh

alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Melakukan penyuluhan pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk

ibu hamil dengan menggunakan metode video Poster Online melalui

WA Group

2. Penempelan poster tentang manfaat pemberian ASI di posyandu

3. Pemberdayaan masyarakat dengan cara penyediaan dan pemanfaatan

sumber daya alam untuk pemberian nutrisi pada ibu hamil dengan

harga terjangkau

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan beberapa alternative pemecahan masalah yang diajukan,


dipilih salah satu sebagai pemecahan masalah terpilih dengan

menggunakan metode Capability, Accessability, Readiness, dan Laverage

(CARL).

1. Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan

peralatan).

2. Accessibility yaitu kemudahan masalah yang ada mudah diatasi atau

tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara /

teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan.

3. Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan

sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi

4. Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan

yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Keterangan skor

Skor 1 : Sangat kurang berpengarug

Skor 2 : Kurang Berpengaruh

Skor 3 : Cukup Berpengaruh

Skor 4 : Berpengaruh

Skor 5 : Sangat Berpengaruh


Tabel IV. 3 Penentuan Proritas Pemecahan Masalah
Skor
Partisipan Total R
Alternatif CARL
No
PJ 1 PJ 2 PJ 3

Indikator C A R L C A R L C A R L
Melakukan penyuluhan pentingnya pemberian ASI eksklusif 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 1.040 1
1 untuk ibu menyusui dengan menggunakan metode video CxAxRxL = CxAxRxL = CxAxRxL =
Poster Online melalui WA Group 320 320 400
3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 207 2
Penempelan poster tentang manfaat pemberian ASI di
2 CxAxRxL = CxAxRxL = CxAxRxL =
posyandu
54 72 81
Pemberdayaan masyarakat dengan cara penyediaan dan 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 52 3
3 pemanfaatan sumber daya alam untuk pemberian nutrisi pada CxAxRxL = CxAxRxL = CxAxRxL =
ibu hamil dengan harga terjangkau 24 12 16
Total 394 404 497
Keterangan :
P1 : PJ UKM Essensial :
P2 : PJ Pemegang Program :
P3 : PPD Desa Landungsari :
Berdasarkan rekap hasil pemilihan pemecahan masalah dengan menggunakan metode CARL pada tabel didapatkan pemecahan

masalah tertinggi yaitu Melakukan penyuluhan pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk ibu menyusui dengan menggunakan
metode video Poster Online melalui WA Group di Desa Landungsari, kecamatan Dau, kabupaten Malang

F. Rancangan Kegiatan Operasional


Tabel 4.7 Rancangan Kegiatan Operasional

Indikator
No Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian Kegiatan Waktu Lokasi Pelaksana Dana
Keberhasilan
A Persiapan
Mendapatkan
Informasi dan
Menghubungi via zoom, Kepala puskesmas
dukungan untuk Kepala Senin, 20 Puskesma Mahasiswa
Advokasi Kepala memohon izin dan memberikan izin dan
1. melaksanakan Puskesmas Desember s Dau Via (Devita -
Puskesmas Dau kerjasama serta dukungan kerjasama dalam
kegiatan di Dau 2021 zoom Nuryco)
untuk kegiatan penyuluhan kegiatan penyuluhan
wilayah
Puskesmas Dau
Puskesma
PJ Mutu Menghubungi via zoom dan Selasa, 21 Mahasiswa
Meminta data yang Data untuk s Dau Via Mendapat data yang
2. Puskesmas Whatsapp untuk meminta Desember (Devita -
diperlukan membuat laporan zoom dan dibutuhkan
Dau data PKP-PIS-PK 2021 Nuryco)
whatsapp
Menentukan
identifikasi Rabu,
Mendapatkan masalah
masalah, faktor PJ Mutu Menghubungi via Whatsapp 22,23,24, Puskesma Mahasiswa
Membuat identifikasi yang akan di gali dan
3. penyebab PJ Program untuk penyiapan data 27 s Dau via (Devita -
masalah masalah yang akan
masalah, Mahasiswa Puskesmas Desember Whatsapp Nuryco)
dipecahkan
pemecahan 2021
masalah
Mendapat data, Menghubungi via Mendapatkan izin serta
Koordinasi dengan PJ PJ Program Selasa, 28 Puskesma Mahasiswa
mendapatkan izin, WhatssApp menanyakan dukungan kegiatan
4. Program dan Bidan Bidang Desa Desember s Dau Via (Devita -
dan dukungan dan meminta izin untuk penyuluhan pada pada
Desa Landungsari Landungsari 2021 whatsapp Nuryco)
kegiatan melakukan penyuluhan Ibu Menyusui di desa
penyuluhan pada
Ibu Menyusui di
pada Ibu Menyusui di desa
desa Lndungsari Lndungsari
Lndungsari
Penyusunan
materi penyuluhan
Koordinasi
pelaksanaan
kegiatan
penyuluhan
pengetahuan
tentang Upaya
Peningkatan
Pengetahuan dan
Perilaku Tentang Menghubungi via whatsapp, Adanya bantuan dalam
Koordinasi dengan Rabu, 29 Mahasiswa
Pentingnya Bidan Desa untuk koordinasi kegiatan Via pelaksanaan kegiatan
5. Bidan Desa Desember (Devita -
Pemberian ASI Landungsari penyuluhan Desa whatsapp online menggunakan
Lnadungsari 2021 Nuryco)
Eksklusif terhadap Landungsari Whatsapp grup
Tumbuh Kembang
Gigi Anak Usia 0-6
Bulan melalui Media
Penyuluhan Pada Ibu
Menyusui di Desa
Landungsari
Kecamatan Dau
Kabupaten Malang.
6. Persiapan Kegiatan Menyiapkan Ibu Menyusui 1. Pembuatan undangan Jumat, 31 Via Mahasiswa - Undangan Via
media penyuluhan 2. Penyusunan media Desember whatsapp (Devita WhatsApp diterima,
dan persiapan penyuluhan : 2021 grup Nuryco) serta materi dan
akomodasi sarana - Persiapan materi instrument penyuluhan
dan prasarana penyuluhan disiapkan
- Pembuatan soal
pretest dan postest
- Persiapan lembar
evaluasi
3. Persiapan akomodasi
sarana dan prasarana
penyuluhan:
- Persiapan media
penyuluhan (Poster,
Video)

B. Pelaksanaan
Upaya Jumat, 31 Via
Peningkatan Desember whatsapp
Pengetahuan dan 2021 grup Meningkatkan
Perilaku Tentang 1. Persiapan Pengetahuan dan
Pentingnya 2. Pembukaan acara Perilaku Tentang
Pemberian ASI 3. Pretest Pentingnya Pemberian
Eksklusif terhadap 4. Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap
Mahasiswa
Tumbuh Kembang 5. Postest Tumbuh Kembang
(Devita
1. Penyuluhan Gigi Anak Usia 0- Ibu Menyusui 6. Kuis tanya jawab Gigi Anak Usia 0-6
Nuryco)
6 Bulan melalui 7. Evaluasi Bulan melalui Media
Media Penyuluhan penyelenggaraan Penyuluhan Pada Ibu
Pada Ibu penyuluhan oleh Menyusui di Desa
Menyusui di Desa peserta Landungsari
Landungsari 8. Penutupan Kecamatan Dau
Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Kabupaten
Malang.
C. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring dan Melakukan Meningkatnya
Evaluasi hasil monitoring dan Pengetahuan dan
kegiatan evaluasi kegiatan Perilaku Tentang
sebagai penilaian Pentingnya Pemberian
ASI Eksklusif terhadap
Tumbuh Kembang
Gigi Anak Usia 0-6
Bulan melalui Media
keberhasilan
Penyuluhan Pada Ibu
kegiatan
Menyusui di Desa
Landungsari
Kecamatan Dau
Kabupaten Malang.
BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan Kegiatan

1. Melakukan Koordinasi dengan Kepala Puskesmas

Perkenalan dan menanyakan permasalahan yang ada di wilayah

Puskesmas Dau dan meminta ijin kepada perwailan Puskesmas Dau

untuk melaksanakan kegiatan PKL III.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 20 Desember 2021

Tempat : Zoom Meeting

Hasil : Mendapatkan izin dan informasi permasalahan


program

2. Meminta data yang diperlukan kepada Puskesmas Dau

Meminta data PKP, IKS dan profil Puskesmas Dau.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Desember 2021

Tempat : Zoom Meeting dan Whatsapp Group

Hasil : Mendapatkan data yang dibutuhkan.

3. Identifikasi Masalah

Penyiapan data puskesmas bertujuan menentukan prioritas

masalah, penyebab masalah, serta pemecahan masalah dan

didapatkan hasil dari identifikasi maslalah yaitu ASI Eksklusif.


Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, Kamis, Jumat, 22,23,24 Desember 2021

Tempat : Whatsapp

Hasil : Dapat mementukan masalash yang akan digali dan dipecahkan

4. Koordinasi Pemegang Program dan Kader Desa

Menanyakan permasalahan yang ada di Puskesmas data,

informasi- informasi yang berkaitan dengan desa.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 27 Desember 2021

Tempat : Whatsapp

Hasil : Dapat mementukan masalash yang akan digali dan

dipecahkan

5. Penyusunan Materi Penyuluhan

Mahasiswa menyusun materi penyuluhan yang akan

dilaksanakan. Materi disusun dengan memperhatikan indikator

masalah, penyebab masalah, komplikasi yang terjadi, upaya

pencegahan.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Desember 2021

Tempat : Rumah

Hasil : Tersusunnya materi penyuluhan tentang ASI


eksklusif
6. Penyusunan Soal Pretest dan Posttest

Kegiatan penyusunan soal Pre-test dan Post-tes dilakukan

mahasiwa dengan didampingi oleh pembimbing operasional. Soal

pre-test dan post-test disusun berdasarkan kesesuaian kisi-kisi materi

penyuluhan yang telah dibuat. Soal pre-test dan post-test berfungsi

untuk menilai kemampuan kognitif peserta sebelum dan sesudah

penyuluhan.

Kegiatan ini dilaksanakan :

Hari : Rabu, 29 Desember 2021

Lokasi : Rumah

Hasil : Tersusunnya soal pre-test dan post-test yang sesuai materi

Penyuluhan

Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah terdapat soal

pre- test dan post-test sejumlah 10 pilihan ganda melalui google form

dan soal yang berisi tentang ASI eksklusif

Anda mungkin juga menyukai