Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIV/AIDS
Dosen : Ns. WAHYUNINGSIH, M.Kep

Oleh :
RIZKY AFRIZAL
2007071

S1 Keperawatan
Universitas widya husada semarang
2021
Satuan acara penyuluhan (SAP)
HIV/AIDS

Judul : HIV/AIDS
Pokok bahasan :
a) Pengertian HIV/AIDS
b) Penyebab HIV/AIDS
c) Penularan HIV/AIDS
d) Tanda dan gejala klinis HIV/AIDS
e) Pencegahan HIV/AIDS
f) Penatalaksanaan HIV/AIDS
Hari/tanggal : RABU,15 DESEMBER 2021
Waktu : 45 Menit
Tempat : SMK WINDUSARI
Sasaran : Siswa dan siswi kelas XII SMK WINDUSARI

A. Tujuan umum :

Setelah dilakukannya penyuluhan peserta dapat mengetahui tentang HIV/AIDS

B. Tujuan khusus :

Setelah dilakukannya penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang :


1. Pengertian HIV/AIDS
2. Bagaimana perjalanan HIV menjadi AIDS
3. Penyebab HIV/AIDS
4. Penularan HIV/AIDS
5. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
6. Pencegahan HIV/AIDS
7. Penatalaksanaan HIV/AIDS

C. Materi :
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Bagaimana perjalanan HIV menjadi AIDS
3. Penyebab HIV/AIDS
4. Penularan HIV/AIDS
5. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS
6. Pencegahan HIV/AIDS
7. Penatalaksanaan HIV/AIDS

D. Metode :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media :
1. Video
2. Flipchart
F. Kegiatan penyuluhan :

No Tahap waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran

10 Menit 1. Memperkenalkan diri Memperhatikan


2. Menjelaskan pokok bahasan dan Memperhatikan
tujuan penyuluhan
3. Memutar video tentang Memperhatikan
HIV/AIDS
1. Menjelaskan pengertian Memperhatikan
20 Menit HIV/AIDS
2. Menjelaskan perjalanan HIV Memperhatikan
menjadi AIDS
3. Menjelaskan penyebab Memperhatikan
HIV/AIDS
4. Menjelaskan penularan Memperhatikan
HIV/AIDS
5. Menjelaskan tanda dan gejala
HIV/AIDS Memperhatikan
6. Menjelaskan pencegahan
HIV/AIDS Memperhatikan
7. Menjelaskan penatalaksanaan
HIV/AIDS Memperhatikan

10Menit 1. Tanya jawab tentang materi yang pertanyaan


telah diberikan
2 Menit 1. Penutup Menjawab salam
penutup

G. Pengorganisasian

Pembawa acara : Riizky Aftizal

Pemberi materi : Rizky Afrizal

H. Evaluasi

1. Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggara penyuluhan dilaksanakan di SMK WINDUSARI
2. Proses
 Panitia mempersiapkan semua keperluan penyuluhan
 Peserta antusias terhadap penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan panitia menjawab pertanyaan
3. Hasil
 Peserta mengerti penjelasan yang telah diberikan

Materi penyuluhan
HIV/AIDS
A. Penegrtian HIV/AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel
CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang
berbagai penyakit.
B. Perjalanan HIV menuju AIDS
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir
dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah
hilang sepenuhnya.
C. Penyebab HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke
dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang
melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem
kekebalan tubuh seseorang.
Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang
terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara,
antara lain:
 Hubungan seks.  Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila
terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau
sariawan.
 Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV,
adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya
menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan
NAPZA suntik.
 Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah
dari penderita HIV.
Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke
janin yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses
melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.
Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan
atau berpelukan dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah,
kecuali bila penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di
mulut.

D. Punularan HIV/AIDS
Mengenali Beragam Cara Penularan HIV
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air
mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia, ras,
maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV.
Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui:

1. Hubungan seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu
melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti
pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.

2. Penggunaan jarum suntik


HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang
terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas
membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.

3. Kehamilan, persalinan atau menyusui


Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi
untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika
Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan HIV pada bayi bisa
ditekan.

4. Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan
donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian
yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.

E. Tanda dan gejala klinis penderita HIV/AIDS


Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi
akut, dan terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada
tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk
melawan virus HIV.
Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi.
Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang
muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu
diketahui, pada tahap ini jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu,
penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada tahap ini.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.
 Muncul ruam di kulit (infeksi kulit).
 Muntah.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan di lidah maupun dalam rongga mulut.

F. Pencegahan HIV/AIDS
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun
demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:
 Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau
melalui dubur. Bila memilih kondom dengan pelumas, pastikan pelumas yang
berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar
minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom
yang tidak berpelumas.
 Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
 Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes
HIV.
 Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa
kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk
mencegah penularan dari ibu ke janin.
 Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
Jika Anda memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, namun terkonfirmasi
negatif, maka dokter mungkin akan memberikan obat pre-exposure prophylaxis (PeRP).
Obat kombinasi emtricitabine-tenofovir mungkin akan diberikan oleh dokter. Namun
perlu diingat pencegahan utama

G. Penatalaksanaan HIV/AIDS

Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah


dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem
imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik.
Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani
infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur
hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh  penderita sehingga
memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4 untuk dapat diproduksi dalam
jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.

Terapi Antiretroviral (ARV)


Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis
golongan ARV yang rutin digunakan:

 NRTI (nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors) dan


NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors): berfungsi
sebagai penghambat kinerja enzim reverse transcriptase (enzim yang
membantu HIV untuk berkembang dan aktif dalam tubuh pejamu)
 PI (protease inhibitors), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV
 INSTI (integrase strand transfer inhibitors), mencegah DNA HIV masuk
ke dalam nukleus

Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi
HIV.

ARV Lini Pertama untuk Dewasa

Pilihan ARV lini pertama untuk dewasa adalah sebagai berikut:

 TDF (Tenofovir) 300mg + 3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg +
EFV (Efavirenz) 600mg: Umumnya dalam bentuk KDT (kombinasi dosis tetap)
 AZT (Zidovudine) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg + EFV(Efavirenz) 600mg atau
NVP (Nevirapine) 150mg
 TDF (Tenofovir) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg +
NVP (Nevirapine) 150mg

TDF tidak boleh dimulai jika CCT (creatine clearance test) < 50ml/menit, atau pada
kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal. AZT tidak boleh digunakan
bila Hb <10g/dL sebelum terapi. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang umum tersedia:
TDF+3TC+EFV.
Efek Samping ARV

Selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan evaluasi untuk
memantau respon tubuh terhadap pengobatan, baik efek yang dirasakan secara fisik maupun
psikologis. Efek yang sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika,
limbung/kehilangan keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat
timbul pada masa awal penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil
dalam darah.
Daftar pustaka

https://www.alodokter.com/hiv-aids

https://www.alodokter.com/hiv-aids/penyebab

https://www.alodokter.com/ini-cara-penularan-hiv-yang-penting-diketahui

https://www.alodokter.com/hiv-aids/gejala

https://www.alodokter.com/hiv-aids/pencegahan

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai