Anda di halaman 1dari 13

AIK I (Ibadah, Akhlak, Muamalah)

“UJI KOMPETENSI CAPAIAN PEMBELAJARAN KE-1”

SATRIA BAYU NUGRAHA


2006001114

TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa
menyelesaikan makalah berjudul “UJI KOMPETENSI CAPAIAN
PEMBELAJARAN KE-1”. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Adapun penulisan makalah bertema UJI KOMPETENSI CAPAIAN


PEMBELAJARAN KE-1” ini dibuat untuk memenuhi tugas dari bapak Hasan
Abidin, M.Pd.I.. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada


ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka
pada kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

Gresik , 8 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Bab I.......................................................................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................................4
Rumusan Masalah...........................................................................................................4
Tujuan................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................13
Kesimpulan.....................................................................................................................13
Daftar Pustaka....................................................................................................................13
Bab I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agama adalah persoalan keyakinan yang dipercaya mampu


membawa kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan
agama islam sangat penting untuk di pelajari dan di amalkan dalam
kehidupan sehari-hari karena di dalamnya terdapat pelajaran yang sangat
berharga yang dapat menjadi panutan kita.

Rumusan Masalah

1. Ibadah merupakan perbuatan yang mutlak dilakukan oleh orang yang


mengaku beragama. Dalam prakteknya ada orang yang beribadah dengan
begitu ringan dan nikmat, disisi lain ada orang yang beribadah namun
terlihat sangat terbebani dan menyusahkan. Kondisi ini terjadi dan dapat
dijelaskan dari sudut pandang hakekat Ibadah. Menurut Islam bagaimana
hakekat Ibadah sehingga mampu mempengaruhi perbuatan seseorang
dalam kehidupan sehari-hari ? jelaskan !
2. Bagaimana pendapat anda tentang orang yang melaksanakan shalat,
namun masih belum bisa melakukannya lima waktu. Sedangkan ia mampu
bekerja sampai lembur diluar jam kerja seharusnya. Apa langkah yang
anda lakukan jika anda mengalami kondisi tersebut ?
3. Puasa merupakan salah satu ibadah fisik yang pahalanya luar biasa,
namun tidak sedikit orang yang meninggalkannya. Menurut anda, apa
yang menyebabkan banyak orang sering meninggalkan puasa Ramadhan,
Jelaskan !
4. Haji adalah salah satu rukun Islam, Sebagai pribadi yang beriman
bagaimana pandangan anda tentang haji. Apa hubungan antara Haji
dengan sejarah hidup keluarga Nabi Ibrahim As. Dan apa hikmah dari
peristiwa tersebut ?
5. Jika anda seorang pengusaha dengan penghasilan rata-rata 10 Juta
Perbulan, memiliki sebuah rumah mewah dan mobil sport sebagai mobil
operasional. Maka bagaimana anda mengeluarkan zakat anda ?

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas UJI


KOMPETENSI CAPAIAN PEMBELAJARAN KE-1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Iman kepada Allah Swt. adalah merupakan dasar dari


kebajikan. Kenyataan ini tidak akan pernah terbukti, kecuali jika iman
tersebut telah meresap di dalam jiwa dan ke seluruh pembuluh nadi yang
disertai dengan sikap khusyuʾ, tenang, taat, patuh, dan hatinya tidak akan
meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmatan, dan tidak putus asa
ketika ditimpa musibah. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada
Allah Swt. hanya mau tunduk dan taat kepada Allah Swt. dan syariat-
syariat-Nya.

Ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, menurut, mengikut


dan doa. Sedangkan menurut sebagian ulama tauhid, ibadah adalah
mengesakan Allah Ta'ala dengan sungguh-sungguh dan merendahkan
diri serta menundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya.

Apa yang dilakukan Nabi SAW tersebut jelas merupakan contoh


ibadah yang ideal. Ibadah yang didasarkan pada rasa cinta dan
keikhlasan seorang hamba kepada penciptanya. Bukan amal karena ingin
balasan surga, karena ibadah jenis itu adalah ibadahnya pedagang yang
selalu berhitung ''untung-rugi''. Bukan pula karena takut kepada Allah,
karena ibadah model ini, menurut Imam Ali bin Abi Thalib adalah
ibadahnya budak. Ibadah Nabi SAW adalah ibadah karena cinta. Ibadah
yang benar-benar ikhlas. Ibadah seorang yang bebas merdeka, bukan
budak yang takut dipecat majikannya. Beramal demi sebuah ganjaran,
sebetulnya adalah ibadah untuk diri kita sendiri. Untuk ego kita. Oleh
sebab itu, jika kita mengharap pahala, dari amal ibadah yang kita lakukan,
dengan sendirinya pahala itu untuk kepentingan kita. Padahal ibadah
yang ikhlas itu untuk Allah semata, bukan untuk ego kita.

Begitu pula sebaliknya: menghindari yang haram karena takut


neraka, tidaklah seikhlas yang menghindarinya karena mencari ridha
Allah. Seorang anak yang ikhlas meladeni ayahnya, melakukan hal itu
bukan karena takut dipukul sang ayah atau supaya diberi uang, melainkan
karena cinta pada orangtua.
Kita, barangkali akan merasa sulit mengikuti ibadah yang
dilakukan oleh Nabi SAW. Meminjam istilah Al-Ghazali, kita masih
tergolong manusia dalam tahap 'awam' sementara masih ada tahap
khusus dan tahap khususnya khusus, khuwash-al-khawash. Seperti
piramid, makin tinggi tahapan itu, makin sedikit jumlah manusianya.

Kendati begitu, kita barangkali masih tergolong ikhlas, kalau


kita, misalnya, berderma untuk menghindari musibah. Karena itu juga
perintah Allah. Tapi ini tergolong ikhlasnya awam, sebab kita baru mau
bersedekah karena janji ganjaran yang berlipat ganda atau agar terhindar
dari musibah dan marabahaya.

Tentu saja orang mesti berusaha setahap demi setahap


mencari tingkatan yang lebih tinggi, hingga tiba di tahap khawash-al-
khawash. Kita harus selalu berusaha meningkatkan amal ibadah dari hari
ke hari dan dari waktu ke waktu, hingga menjadi sempurna seperti yang
dilakukan oleh panutan kita Nabi SAW.

2. Jika penundaan shalat masih dalam rentang awal hingga akhir


waktu, dan shalat masih dikerjakan pada waktunya, maka tidak mengapa.
Karena menyegerakan shalat di awal waktu adalah perkara afdhaliyah
(hal yang utama), tidak sampai wajib. Ini jika tidak ada shalat jama’ah di
masjid. Jika ada shalat jama’ah di masjid, maka wajib menghadiri shalat
jama’ah. Kecuali bila ia memiliki udzur syar’i untuk tidak menghadiri shalat
jama’ah.

Jika penundaan shalat tersebut sampai keluar dari waktunya,


maka ini tidak diperbolehkan. Kecuali jika seseorang itu lupa atau
tenggelam dalam kesibukannya sehingga terlewat dari shalat, dalam hal
ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫من نام عن صالة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها‬

“barangsiapa yang tertidur hingga ia melewatkan shalat, atau terlupa,


maka hendaknya ia shalat ketika ia ingat”

Maka untuk kasus demikian, ketika ia ingat, segeralah ia


kerjakan shalat, dan ini tidak mengapa.
Namun jika kasusnya, ia sebenarnya ingat waktu shalat, namun
karena alasan sibuk dengan pekerjaan lalu ia tunda shalatnya (hingga
keluar dari waktunya) maka ini haram dan tidak boleh. Andaikan ia tetap
mengerjakan shalat setelah habis waktunya, shalatnya tetap tidak
diterima. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫من عمل عمالً ليس عليه أمرنا فهو رد‬

“barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami,


maka ia tertolak”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa


orang yang sengaja menunda shalat sehingga keluar dari waktunya tanpa
udzur syar’i maka ia tidak bisa mengganti shalat tersebut. Karena sudah
keluar dari waktu yang diperintahkan oleh syariat untuk mengerjakannya
tanpa udzur, sehingga ia menjadi amalan yang tidak diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.

Jika hal itu terjadi kepada saya, yang saya lakukan adalah
mengingat bahwa sebenarnya hidup di dunia hanyalah sementara, yang
lebih penting adalah berlomba lomba mendapatkan pahala dari Allah
SWT dan saya harus yakin bahwa Allah SWT tidak akan memberikan
cobaan jika hambanya tidak mampu menghadapi cobaan tersebut, Maka
yang lebih penting adalah ibadah setelah itu melanjutkan pekerjaan.

3. َ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙن‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬ 
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,”QS Al- Baqarah 2:183.
Para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah
berpuasa, misalnya: untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan
kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang
lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa
dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya.
Uraian seperti di atas tentu ada benarnya, walaupun tidak
mudah dirasakan oleh setiap orang. Karena, lapar, haus dan lain-lain
akibat uasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain.

Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang


puasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter
telah memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang
benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula
penyakit yang tidak membolehkan puasa.
Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadan ini, maka
pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah
wajib itu kepada orang yang beriman.

Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah


berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah
dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia.

Kedua unsur tersebut, harus dikembangkan dengan bermacam-


macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang
bahagia di dunia dan akhirat.

Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua


manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat
sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwadan puasa ini
sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman.

4. Bagi saya haji adalah cita-cita semua orang mulsim di seluruh


dunia, tetapi ibadah haji hanya bisa dilakukan jika kita bisa mempunyai
keinginan dan niat yang kuat untuk melaksanakannya karena kebanyakan
orang terlena akan nikmat dunia sehingga lupa untuk melaksanakan
ibadah haji.

Berbicara tentang perintah ibadah haji, mari kita kilas balik


tentang kisah Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim menikah dengan seorang
wanita bernama Sarah. Selama berpuluh-puluh tahun beliau menikah, tak
kunjung mempunyai anak.
Sulitnya mendapatkan anak merupakan sebuah cobaan bagi
Nabi Ibrahim dan Istrinya. Padahal, Nabi Ibrahim sangat menginginkan
keturunan yang bisa meneruskan dakwahnya.

Sarah, istri dari Nabi Ibrahim pun berbaik hati. Beliau diizinkan
menikah lagi oleh Siti Hajar. Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, beliau
dikarunia anak, yaitu Nabi Ismail As. Kelahiran Nabi Ismail sangat
membuat hati Nabi Ibrahim bahagia. Karena, beliau sudah mendambakan
keturunan sudah sejak lama.

Kebahagiaan Nabi Ibrahim ternyata membuat hati Sarah


merasa bersedih. Nabi Ibrahim mengadukan permasalahan ini kepada
Allah SWT. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk pergi jauh dari
Palestina.

Kemudian, Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengantar


kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail. Sampailah mereka di
sebuah tempat gersang, sepi tak berpenghuni. Nabi Ibrahim mendirikan
sebuah tenda untuk berlindung anak dan istrinya. Tak lama kemudian,
Nabi Ibrahim diperintahkan untuk kembali ke Palestina.

Ketika ditinggal oleh Nabi Ibrahim, tiba-tiba Nabi Ismail


menangis keras karena kehausan. Siti Hajar pun mencari cari sumber air
di antara bukit Shafa dan Marwa. Ia berlari-lari di antara kedua bukit itu
selama 7 kali. Peristiwa inilah yang menjadi awal mula ritual Sa’i.

Ketika Siti Hajar kembali, ia pun terheran. Karena Nabi Ismail


berhenti menangis. Ketika itu pula ia melihat air mengalir dari bawah kaki
Nabi Ismail.

Siti Hajar penasaran kemudian menggali pasir. Ketika sedang


menggali, ada air memancar. Ternyata di situ terdapat sumber air zam-
zam yang masih ada hingga saat ini.

Beberapa tahun kemudian di kala Nabi Ibrahim dan Siti Hajar


sudah berkecukupan, Bani Ibrahmin mendapat wahyu dari Allah untuk
menyembelih anaknya.

Di satu sisi, Nabi Ibrahim harus menjalani perintah Allah.


Namun di sisi lain, beliau merasa sedih karena artinya beliau harus
kehilangan anak yang sangat dicintainya. Kemudian, Nabi Ibrahim
menyampaikan perintah Allah itu kepada Nabi Ismail dan Siti Hajar.
Dengan lapang hati, Ismail dengan rela dikorbankan jika memang itu
perintah dari Allah SWT.

Dan tiba saatnya Nabi Ismail disembelih. Banyak sekali setan


yang mengganggu proses penyembelihan tersebut. Dengan sigapnya,
Nabi Ibrahim melempar batu ke arah setan yang menggoda proses
tersebut. Dalam proses ritual ibadah Haji, ini yang menjadi asal mula
prosesi lempar jumroh.

Dan saat Nabi Ibrahim ingin menyembelih leher Nabi Ismail,


Allah kemudian memberi wahyu dan memberikan seekor domba sebagai
pengganti Nabi Ismail. Ini yang awal mula Hari Raya Idul Adha.

Setelah Nabi Ismail beranjak dewasa, Allah memerintahkan


Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Ka’bah. Ka’bah dibangun
hingga ketinggian 7 hasta. Malaikat Jibril pun turut andil dengan
menunjukkan posisi peletakan batu Hajar Aswad.

Setelah Ka’bah sudah terbangun, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail


melakukan ibadah Haji. Di tanggal 8 Dzulhijah, Malaikat Jibril kembali
turun ke bumi dan menyampaikan pesan untuk menyebarkan air zam-zam
ke beberapa tempat di sekitar Ka’bah seperti Mina dan Arafah. Hari ini
disebut dengan Hari Tarwiyyah atau hari pendistribusian air.

Setelah melakukan haji dan mendistribusikan air am-zam, Nabi


Ibrahim berdoa kepada Allah SWT. Sebagaimana doa yang tercantum
dalam surat Al Baqarah ayat 126.

Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim dan Ismail


melakukan ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril turun dan
menyampaikan pesan untuk mendistribusikan zam zam ke beberapa
tempat seperti Mina dan Arafah. Hari itu pun dikenal sebagai hari
Tarwiyyah atau hari pendistribusian air. Selesai melakukan dua hal
tersebut, Nabi Ibrahim berdoa pada Allah, seperti yang tercantum di Al
Baqarah ayat 126.
‫و ِم‬cْ ‫ت َمنْ ٰا َم َن ِم ْن ُه ْم ِباهّٰلل ِ َو ْال َي‬ َّ ‫ه م َِن‬cٗ َ‫ا َّوارْ ُز ْق اَهْ ل‬c‫ ًدا ٰا ِم ًن‬cَ‫ ْل ٰه َذا َبل‬c‫َوا ِْذ َقا َل ِاب ْٰرهٖ ُم َربِّ اجْ َع‬
ٰ ‫الث َم‬
ِ ‫ر‬c
‫س ْالمَصِ ْي ُر‬
َ ‫ار ۗ َو ِب ْئ‬ِ ‫ب ال َّن‬ ِ ‫ااْل ٰ خ ۗ ِِر َقا َل َو َمنْ َك َف َر َفا ُ َم ِّتع ُٗه َقلِ ْياًل ُث َّم اَضْ َطرُّ هٗ ٓ ا ِٰلى َع َذا‬

…Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku,


jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berikanlah rezki kepada
penduduknya dari (berbagai macam) buah-buahan, (yaitu penduduknya)
yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah
berfirman: “Dan siapa yang kafir maka Aku beri kesenangan sementara,
kemudian Aku memaksanya menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali“. (Q.S Al Baqarah : 126)

Hikmah dari cerita tersebut adalah kita harus memiliki iman dan
rasa ikhlas yang besar dan kuat untuk Allah SWT dan kita juga harus
sabar dalam menghadapi segala cobaan dari Allah SWT.

5. Jumlah zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 persen dari penghasilan
per bulan. Jadi jika gajimu sebesar Rp10.000.000 per bulan, maka zakat
penghasilan per bulan sebesar Rp250.000 (Rp10.000.000 x 2,5%).
Sedangkan jika dibayar untuk satu tahun, jumlahnya menjadi
Rp3.000.000 (Rp250.000 x 12 bulan).
BAB III
Penutup

Kesimpulan

Setelah saya mengerjakan tugas UTS ini saya mendapatkan


pelajaran atau ilmu yang sangat bermanfaat misalnya tentang
Akhlak,Ikhlas,Sabar dan masih banyak yang lainnya.

Daftar Pustaka
https://www.unisba.ac.id/peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-muslim/

https://www.republika.co.id/berita/q46vzv430/memahami-hakikat-ibadah

http://islamancient.com/newsite/play.php?catsmktba=10316

https://muslim.or.id/28558-fatwa-ulama-bolehkah-menunda-shalat-karena-
pekerjaan.html

https://tasikmalaya.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-061763543/dalil-perintah-
puasa-ramadhan-di-surah-al-baqarah-ayat-183-berserta-terjemahan-dan-tafsirnya?
page=2

https://www.tokopedia.com/s/quran/al-baqarah/ayat-126#:~:text=Dan%20(ingatlah)
%20ketika%20Ibrahim%20berdoa,akan%20Aku%20beri%20kesenangan
%20sementara%2C

Anda mungkin juga menyukai