Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

BLOK JARINGAN KERAS 1


PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
MODUL : FISSURE YANG DALAM PADA GIGI ANAK

KELOMPOK 5

NURAZIZAH SORAYA PUTRI DARLAN


J011201089

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BATASAN TOPIK

A. Skenario

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke RSGMP UNHAS diantar


oleh ibunya untuk melakukan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan ekstra oral
tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intra oral menggambarkan keadaan
jaringan sekitarnya baik dan terdapat bercak putih (white spot) pada gigi 11
dan 21. Gigi 46 ditemukan fissure yang dalam, pada gigi 36 ditemukan bercak
hitam pada pit. Gigi 75 ditemukan karies superficial pada bagian oklusal dan
gigi 85 karies dentin. Ibu anak tersebut ingin gigi anaknya dirawat agar tidak
rusak.

B. Kata kunci

1. Seorang anak perempuan berusia 8 tahun.


2. pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan rutin.
4. Pemeriksaan intraoral menggambarkan daerah sekitarnya baik.
5. Terdapat bercak putih pada gigi 11 dan 21.
6. Gigi 75 ditemukan karies superfisial pada bagian oklusal.
7. Pada gigi 46 terdapat fissure yang dalam.
8. Gigi 36 ditemukan bercak hitam.
9. Gigi 85 karies dentin.
10. Ibu anak tersebut ingin gigi anaknya dirawat agar tidak rusak.

C. Pertanyaan penting
1. Apa yang dimaksud dengan white spot?
2. Apa yang dimaksud dengan karies superfisial?
3. Bagaimana karakteristik white spot dari gigi?
4. Apa penyebab terjadinya white spot pada gigi anak tersebut?
5. Apa saja tahap-tahap terjadinya karies pada anak?
6. Bagaimana upaya pencegahan kasus pada skenario tersebut?
7. Apa yang dimaksud dengan karies dentin?
8. Bagaimana perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus pada skenario?

D. Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam bentuk fissure pada gigi
anak.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tindakan pencegahan karies gigi pada anak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi upaya
pencegahan karies gigi anak.
4. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam bahan yang digunakan
dalam perawatan karies gigi anak.
PEMBAHASAN

A. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam bentuk fissure pada


gigi anak.
Fissure adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi1.
Fissure disebut sebagai developmental groove atau alur perkembangan,
terutama pada permukaan oklusal gigi. Fissure dianggap sebagai patahan
yang muncul selama perkembangan cusp pada enamel, yang disebabkan
oleh kegagalan lobus enamel untuk menyatu sempurna selama tahap
formatif, dengan lokasinya berdasarkan lobus perkembangan pembentukan
gigi2. Fissure dapat pula didefinisikan sebagai ketidaksempurnaan anatomis
yang terdapat pada permukaan oklusal gigi yang mewakili perpaduan
embriologis dari lobus email yang sedang berkembang. Secara geometris,
dasar fissure adalah lokasi di mana aktivitas karies bakteri dimulai3.
Hampir tidak mungkin untuk menentukan kompleksitas anatomi dan
kedalaman fissure dengan pemeriksaan visual atau radiografi secara
langsung. Pengetahuan pertama tentang morfologi pit and fissure
didasarkan pada pemeriksaan serial ground sections of human teeth. Dengan
demikian, Nagano mengklasifikasikan bentuk dari fissure oklusal menjadi
lima jenis berdasarkan bentuk anatomi4 :

a. Tipe V : lebar di bagian atas dan secara bertahap menyempit ke arah


bawah
b. Tipe U : hampir sama bentuknya dari atas ke bawah
c. Tipe I : celah yang sangat sempit
d. Tipe IK : celah yang sangat sempit yang berhubungan dengan ruang
besar di bagian bawah

Dalam studi Nagano, tipe V terjadi 34%, tipe IK 26%, tipe I 1%, tipe
U 14%, dan tipe lain 7%. Galil dan Gwinnett meneliti histologi fissure pada
gigi yang tidak erupsi dan menunjukkan bahwa isi fissure sebagian besar
terdiri dari ameloblast yang melapisi dinding fissure, sisa-sisa sel yang
membentuk organ email, dan sel darah merah. Galil dan Gwinnett
mengusulkan bahwa isi pit dan fissure tersebut mungkin secara signifikan
mempengaruhi keefektifan prosedur pencegahan karies. Di daerah tengah
bakteri lebih melimpah, sedangkan di bagian yang lebih dalam dari fissure
massa material amorphous mendominasi dan terjadi mineralisasi yang
lebih banyak. Bakteri tampak menjadi kalsifikasi lebih dalam pada fissure
dan proses ini memiliki efek perlindungan terhadap perkembangan karies.4

Klasifikasi menurut Gillings dan Buonocore mempertimbangkan


kompleksitas sistem pit dan fissure, demi kesederhanaan mereka secara
luas diklasifikasikan sebagai5:

1) Fissure berbentuk 'V' atau 'U' yang dangkal dan lebar. Fissure
berbentuk V/U ini dapat bersih dengan sendirinya dan agak tahan
terhadap karies.
2) Fissure berbentuk 'I' atau 'K' yang dalam dan sempit. Fissure
berbentuk I/K rentan terhadap karies dan mungkin memiliki cabang
untuk meningkatkan kompleksitas.

Klasifikasi menurut Cho dan Kim mengklasifikasikan fissure di


bawah mikroskop elektron pemindahan dengan meninjau anatomi
komplkes pit dan fissure gigi molar permanen manusia dengan menyatakan
bahwa persentase jenis fissure oklusal sebagai 58,0%-I, 21,0%-U, 15,0%-
K, 6,0%-V. Dan kedalaman rata-rata fissure oklusal ditemukan 1,15 mm
pada tipe I, 0,53 mm pada tipe U, 1,11 mm pada tipe K, serta 0,56 mm pada
tipe V5.
B. Mahasiswa mampu mengetahui tindakan pencegahan karies gigi pada
anak.
Tujuan utama pencegahan karies gigi adalah mengurangi jumlah
bakteri kariogenik, dan menciptakan keadaan yang kondusif untuk proses
remineralisasi.14 Tindakan pencegahan karies lainnya lebih menekankan
pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang
tinggi. Menghindari kebiasaan mengkonsumsi cairan atau makanan padat
yang mengandung gula, khususnya minuman yang mengandung gula (jus,
soft drink, teh manis, susu dengan tambahan gula) dengan menggunakan
botol. Tidak membiarkan bayi tertidur dengan botol yang berisi susu atau
cairan yang mengandung gula. Orang tua harus mengajarkan anak untuk
minum dengan menggunakan cangkir pada saat anak memasuki usia 1
tahun. Tenaga medis khususnya dokter gigi dapat melakukan konseling
terhadap orang tua dalam upaya mencegah ECC, dengan menyarankan
anak-anak menerima pemeriksaan gigi pertama saat berusia 6-12 bulan.
Pemberian informasi sebaiknya bersifat individual dan terus
menerus kepada ibu dan anak, disesuaikan dengan latar belakang ibu baik
tingkat ekonomi, sosial, budaya serta tingkat pendidikannya.15 Strategi
pencegahan ECC dengan cara melakukan deteksi awal karies pada anak-
anak setelah gigi desidui erupsi. Konseling tentang diet dan perawatan
pencegahan aplikasi fluor serta fissure sealant.10 Berdasarkan Sicca et
al.(2016) berkumur (mouthrinse) merupakan salah satu metode untuk
pencegahan karies pada anak. Mouthrinse dapat dilakukan dengan
menggunakan air atau juga menggunakan cairan flouride.16
Perawatan gigi sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan
gigi anak. Perawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi dan
keluhan pasien anak. Perawatan yang dibutuhkan pertama-tama adalah
menghilangkan rasa nyeri. Adanya rasa nyeri perlu segera ditanggulangi,
karena dapat mengganggu aktivitas anak. Penanggulangannya dapat secara
lokal pada gigi maupun secara oral.17
Penanganan yang cepat dan tepat terhadap anak yang memiliki tanda
karies gigi sangatlah penting dalam meningkatkan kesehatan gigi anak.
Perawatan ECC tergantung kepada kecepatan perkembangan penyakit, usia
anak, dan luasnya penyakit. Perawatan yang ideal dapat dilakukan untuk
anak pada tahun pertama. Anak dengan risiko sedang memerlukan restorasi
lesi karies dan juga white spot. Sedangkan untuk anak dengan risiko tinggi
memerlukan restorasi dengan segera dan juga tindakan pencegahan untuk
menghambat perkembangan karies yang bertujuan untuk menurunkan
perkembangan karies. Perawatan standar baru dalam melakukan tatalaksana
terhadap ECC memerlukan anestesi umum karena adanya perbedaan tingkat
kekooperatifan bayi dan anak prasekolah. Perawatan ECC biasanya hanya
terbatas pada pencabutan gigi dan restorasi gigi yang mengalami karies.17

C. Mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi upaya


pencegahan karies gigi anak.
Pencegahan karies pada anak dapat dilakukan dengan perawatan
pencegahan menggunakan bahan bahan di antaranya yaitu fissure sealant,
Resin Restorative Preventive (RRP), Casein Phospheptide- Amorphous
Calsium Phosphate (CPP-ACP), dan juga Fluoride. Adapun indikasi dan
kontraindikasi penggunaan bahan tersebut yaitu6:
1. Fissure Sealant6
Menurut Hick dalam Sukanto (2013), indikasi pemberian sealant pada
pit dan fisura adalah sebagai berikut:
a. Pit dan fisura dalam, retentive.
b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal.
c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau
permanen lainnya.
d. Tidak adanya karies interproximal.
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva.
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura
adalah:
a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura.
b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies
interproximal yang memerlukan perawatan.
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi.
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari
kontaminasi saliva.
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.

2. Resin Restorative Preventive (RRP)7


Indikasi
a. Gigi yang memiliki lesi karies kecil dan berbeda di pit dan fisura.
b. Gigi memiliki lubang dalam dan retakan dengan area kerusakan
minimal.
Kontraindikasi
a. Gigi dengan lesi karies besar satu atau banyak permukaan, atau lesi
dengan pit dan fisura yang melibatkan permukaan proksimal gigi.

3. Casein Phospheptide- Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP),


Indikasi penggunaan CPP-ACP ini, meliputi8:
a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang
mengalami defisiensi saliva seperti xerostomia atau ketika
tindakan membersihkan gigi sulit dilakukan.
b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan
sepertiscalling, rootplaning dan kuretase, juga mengurangi
akibat apapun dari hipersensitif dentin.
c. Riset membuktikan Recaldent (CPP -ACP) juga dapat mengubah
warna gigi karena white-spotke arah gigi yang terlihat translusens
alamiah.
d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan
pada bayi terutama anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi
kariesawal.
e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang
dengangangguan intelektual, gangguan perkembangan dan fisik,
serebral palsi, Down sindrom dan pasien dengan masalah medis
seperti terapi radiasi.
Kontra indikasi penggunaan CPP-ACP, yaitu :
Pada anak atau pasien yang terdapat riwayat alergi pada jenis makanan
yang mengandung susu.

4. Fluoride9
Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor Menurut Donley (2003),
meliputi:
a. Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang
sampai tinggi
b. Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
c. Gigi yang sensitif
d. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk
membersihkan gigi (contoh: Down Syndrome)
e. Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic
Kontraindikasi
a. Pasien anak dengan resiko karies rendah
b. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
c. Ada kavitas besar yang terbuka.

D. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam bahan yang digunakan


dalam perawatan karies gigi anak.
Strategi pencegahan ECC dengan cara melakukan deteksi awal
karies pada anak-anak setelah gigi desidui erupsi. Konseling tentang diet
dan perawatan pencegahan aplikasi fluor serta fissure sealant10.
1. Penggunaan Flouride
Fluoride bermanfaat dalam memperlambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi padagigi dengan
tujuan untuk pencegahan. Fluoride mengurangi disolusi email dan
mendorong remineralisasi. Efek antimikroba pada pH rendah juga
signifikan. Fluoridasi air adalah intervensi berbasis masyarakat yang
mengoptimalkan tingkat fluoride dalam air minum, yang
menghasilkan perlindungan gigi preeruptive dan posteruptive.
Fluoridasi air adalah cara yang gigi maupun secara oral.
Penanganan yang cepat dan tepat terhadap anak yang memiliki tanda
karies pencabutan gigi dan restorasi gigi yang mengalami karies.
Pencegahan aplikasi fluor serta fissure sealant efektif untuk
mencegah karies gigi, dengan biaya seumur hidup per orang yang
setara kurang dari pada biaya 1 restorasi gigi11.
Setiap ibu yang sedang hamil sebaiknya diperkenalkan
terhadap kebiasaan untuk membersihkan mulutnya. Pencegahan
yang dapat dilakukan pada saat kehamilan dapat dimulai dengan hal
yang mudah yaitu dengan perawatan yang dapat dilakukan sehari-
hari untuk mencegah gigi berlubang dan penyakit pada gingiva,
dengan cara menyikat gigi secara rutin dua kali sehari dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, menggunakan
dental floss, yang bertujuan untuk menghilangkan plak, sisa
makanan dan minuman yang mengandung gula12.
Cairan topikal yang diaplikasikan secara profesional
(PATFs) memiliki efek terbaik mencegah karies dan harus
diterapkan pada interval yang teratur. PATF meliputi gel, foam, in-
office rinse dan varnish. PATF aman dan efisien, varnish memiliki
keuntungan dapat menempel pada permukaan gigi, mengurangi
kemungkinan tertelan, dan meningkatkan waktu kontak antara
permukaan fluoride dan gigi. Efektifitas varnish pada gigi sulung
(diukur dengan persentase penurunan karies) berkisar antara 30%
sampai 63,2% dan analisis jumlah aplikasi fluoride varnish yang
diterima menghasilkan efek dosis respons baik bila digabungkan
dengan konseling. Suplemen makanan dan pasta gigi berfluor
memiliki konsentrasi fluorida yang rendah namun telah terbukti
efektif. Penurunan karies pada gigi sulung terlihat pada
suplementasi fluor berkisar antara 32% sampai 72%. Pasta gigi
berfluoride, obat kumur, dan gel dapat mengurangi karies gigi dalam
tingkat yang sama pada anak-anak dan remaja11.
Keputusan dalam menggunakan terapi fluoride harus
diimbangi dengan adanya risiko fluorosis (hipomineralisasi email
yang berkembang yang disebabkan oleh konsumsi cairan fluor
berlebih). Alergi ragi dan sumber fluktuasi makanan(misalnya,
persediaan air, minuman, makanan siap saji, pasta gigi) harus
dipertimbangkan sebelum merekomendasikan terapi fluor. Enamel
fluorosis berkembang sebelum kematangan dan kemunculan gigi,
biasanya pada anak-anak di bawah 8 tahun. Risiko terjadinya
fluorosis merupakan masalah estetis, dengan bentuk sangat ringan
atau ringan11.

2. Fissure Sealant
Fissure sealant adalah bahan yang diaplikasikan pada fisura
dan cekungan- cekungan dari permukaan gigi untuk membuat
pertahanan tipis yang melindungi permukaan yang di sealant dari
kerusakan. Fissure sealant bertujuan untuk mencegah karies pada
daerah pit dan fisura yang merupakan daerah cekungan yang
terlindung sehingga mendukung terjadinya proses karies. Bahan ini
terutama dipakai di daerah oklusal gigi untuk menambal fisura
oklusal, sehingga daerah tersembunyi yang memungkinkan
timbulnya karies dapat dihilangkan12.
Bahan fissure sealant dibagi atas 2 kategori. Kedua kategori
tersebut yaitu sealant berbasis resin dan ionomer kaca. Terdapat
kebaikan dan kekurangan dari sealant berbasis resin. Kebaikan dari
bahan resin adalah resin mampu bertahan lebih lama dan kuat selain
itu juga mampu mengurangi perlekatan koloni S. mutans atau
bakteri lain yang ada di dalam rongga mulut melalui permukaan
restorasi resin komposit yang halus. Resin mampu bertahan lebih
lama dan kuat karena memiliki kemampuan penetrasi yang lebih
bagus. Kekurangan pada bahan ini adalah adanya penyusutan
selama polimerisasi sehingga menimbulkan kebocoran tepi
tumpatan yang membentuk kebocoran mikro. Celah ini
menyebabkan penetrasi mikroorganisme, cairan, substansi kimia
rongga mulut sehingga menyebabkan terjadinya karies sekunder12.
Kelebihan dari fissure sealant ionomer kaca adalah
kemampuan dalam melepaskan fluor dan pengaplikasian yang
mudah sedangkan untuk kekurangannya yaitu rendahnya daya tekan
dan kekuatan tarik yang dimiliki oleh bahan ini. Fissure sealant
ionomer kaca memiliki kemampuan melepaskan fluor yang dalam
jumlah besar dan ikatannya dengan enamel lebih baik dari resin
komposit. Pelepasan fluor yang tinggi memberikan kemampuan
antikariogenik yaitu dengan cara menghambat demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi. ikatan semen ionomer kaca ke
jaringan enamel yang merupakan ikatan kimia dapat mencegah
terjadinya kebocoran mikro mencegah tertumpuknya plak sehingga
dapat menghindari terbentuknya karies sekunder. Selain itu
pengaplikasian ionomer kaca tersembunyi yang memungkinkan
timbulnya karies dapat dihilangkan. terjadinya karies sekunder.
lebih cepat dan mudah tanpa perlu etsa dan bonding dan tidak
membutuhkan peralatan yang mahal. Namun kekurangan dari bahan
ini adalah daya tekan dan kekuatan tarik rendah sehingga
penggunaannya terbatas pada daerah dengan tekanan oklusi yang
kecil12.
3. CPP ACP
Lesi awal ECC atau white spot terjadi pada permukaan halus
maka aplikasi agen remineralisasi, seperti CPP ACP (Casein
Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphat) harus dilakukan.
Lesi karies dengan kavitasi dilakukan restorasi yang sesuai dengan
indikasi untuk mengembalikan bentuk anatomi gigi, dan perawatan
saluran akar dilakukan bila karies sudah mencapai pulpa. Perawatan
gigi tersebut akan mengembalikan fungsi gigi desidui sebagai alat
penguyahan dan estetika sampai gigi permanen erupsi13.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bachtiar ZA. Penatalaksanaan fissure sealant pada gigi anak. TALENTA


Conference Series 2018; 1(1): 208
2. Meyer-Lueckel H, Paris S, Ekstrand KR. Caries management – science and

clinical practice. 1st Ed. Vincenza: Georg Thieme Verlag KG; 2013. p. 228
3. Khan TN, Khan FR, Rizwan S, et al. Comparison of the adaptability of two
fissure sealants in various tooth fissure morphology patterns. J Ayub Med
Coll Abbottabad 2019; 31(2): 418
4. Bekes K. Pit and fissure sealants. Switzerland : Springer ; 2018. pp. 15-7.
5. Khanna R, Pandey RK, Singh N. Morphology of pits and fissures reviewed
through scanning electron microscope. Dentistry 2015; 5(4): 1.
6. Senjaya AA, Gejir IN, Ratih IADK, Supariani NND. Pit and fissure sealent
sebagai pencegahan karies gigi bagi siswa sekolah dasar negeri kukuh
kecamatan marga tabanan tahun 2018. Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat
2019 ; 1(3) : 174-5.
7. Jain S, Patil RU, Diwan P, Rajput S, Meshram S, Kak S. Principles and
practice of conservative adhesive restorations : a brief review. Int J od Dent
Research 2020 ; 5 (2) : 112.
8. Mardelita S, Sukendro SJ, Karmawati IA. Pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Bahan Ajar Keperawatan Gigi ; 2018. pp. 361
9. Sirat NM. Pengaruh aplikasi topikal dengan larutan NaF dan SnF2 dalam
pencegahan karies gigi. JKG 2014 ; 2(2) : 229-30.
10. Astuti ES. ETIOLOGI, DAMPAK DAN MANAJEMEN EARLY
CHILDHOOD CARIES (ECC). Interdental: Jurnal Kedokteran Gigi. 2020;
16(2): 56-9.
11. Erlin T, Saptarini R. Infant oral care program dalam upaya preventif early
childhood caries. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry. 2018; 1(1): 38-
40.
12. Zettira NZ, Probosari N, Lestari PE. Perlekatan Streptococcus mutans pada
Aplikasi Fissure Sealant Berbahan Resin Dibandingkan dengan Ionomer
Kaca Fuji VII (The Attachment of Streptococcus mutans for Fissure Sealant
application Made of Resin Compare With Glass Ionomer Fuji VII). E-Jurnal
Pustaka Kesehatan. 2017; 5(3): p. 442-3.
13. Mc. Donald, R.E. and Every, D.R. Dentistry for the child and adolescent.
St. Louis: Mosby Year BookInc; 2016.
14. Sibarani MR. Karies : etiologi, karakteristik klinis dan tatalaksana. Medical
Journal of the Christian University of Indonesia. 2014; 30(1): p. 20.

15. Astuti ESY, Rochmawati F. Early childhood caries (ecc) pada anak usia
prasekolah di dusun wanasari kecamatan denpasar utara. Interdental: Jurnal
Kedokteran Gigi. 2018 Dec 18;14(2):56.

16. Sicca C, Bobbio E, Quartuccio N, Nicolò G, Cistaro A. Prevention of


dental caries: A review of effective treatments. J Clin Exp Dent.2016;
8(5): 604-610.

17. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan early childhood caries. Dentofasial.


2011; 10(3): p. 179, 181.

Anda mungkin juga menyukai