Ringkasan Validitas Empirik dan Reliabilitas Empirik
A. Konsep Dasar Validitas Empirik
Validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah pengalaman. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Jadi validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan Menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Sebagai contoh sehari hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dapat dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.
B. Macam Macam Validitas Empirik
Validitas “ada sekarang” (concurrent validity) Validitas ini lebih garis besar dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang concurrent). Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat pembanding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya di bawah ini dikemukakan sebuah contoh. Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk itu diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
Validitas prediksi (predictive valydity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Apabila calon peserta memiliki nilai tes yang tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus apabila memiliki nilai yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes yang lebih tinggi gagal dalam ujian semester 1 dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
C. Rumus Kolerasi
Rumus korelasi product momen ini ada dua macam, yaitu:
1. Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi).
2. Korelasi Product moment dengan rumus angka kasar.
Korelasi product moment dengan rumus simpangan (deviasi)
Korelasi Product moment dengan rumus angka kasar.
Dalam Hal ini:
rxy = Koefisien korelasi
∑X = Jumlah skor butir ∑Y = Jumlah skor total N = Jumlah sampel D. Interpretasi Validitas
Pengklasifikasian validitas dikemukakan oleh Guilford (1956) adalah sebagai berikut:
Nilai r Katagori
• 0,80 ≤ 𝑟 ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
• 0,60 ≤ 𝑟 < 0,79 Validitas Tinggi(baik)
• 0,40 ≤ 𝑟 < 0,59 Validitas sedang (cukup)
• 0,20 ≤ 𝑟 < 0,39 Validitas Rendah(kurang)
• 0,00 ≤ 𝑟 < 0,19 Validitas Sangat rendah(jelek)
•𝑟 < 0,00 Tidak Valid.
Dimana:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
RELIABILITAS EMPIRIK SOAL A. Konsep Dasar Reliabilitas Empirik Soal Reliabilitas ialah keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan koefesien reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika koefesiennya semakin mendekati 1 maka semakin reliabel dan sebaliknya. Pada umumnya para ahli memberikan standar minimal koefesien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0.6. Dalam pendidikan, kegiatan pengukuran tentunya tidak berhubungan dengan objek fisik seperti ukuran gedung, meja, tinggi badan, dan lain-lain. Kegiatan pengukuran yang lebih sering dilakukan lebih bersifat non fisik, seperti intelegensi, bakat dan minat, perilaku, persepsi siswa, atau hasil belajar siswa. Dan untuk mengukur dimensi tersebut kita memerlukan instrumen tes yang benar-benar reliabel.
B. Metode Uji Reliabilitas
a. Tes-Retes Secara sederhana tes-retest dapat diartikan: Test-retest is an obvious to estimate the reliability of a test is to the same group of individuals on two occasions and correlate the two sets of scores. Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. b. Ekuivalen Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalen. Peneliti mengkorelasikan hasil-hasil secara bergantian dari tes yang dilakukan pada individu yang sama. Jika dua bentuk dilakukan pada waktu yang sama, hasil koefisien reliabilitas disebut dengan koefisien ekivalen c. Gabungan (Split-Half) Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Jadi cara ini gabungan dari kedua cara diatas. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.