BAB IV AGAM Revisi
BAB IV AGAM Revisi
37%
51%
Diagram 4.1
Berdasarkan diagram bagian 4.1 dari 30 responden, sebanyak 51%
berpendapat bahwa aturan sekolah adalah peraturan yang harus ditaati. Sebanyak
37% berpendapat bahwa aturan sekolah adalah aturan yang harus ditaati. Sebanyak
9% berpendapat bahwa aturan sekolah adalah menjadikan siswa disiplin. Sebanyak
3% berpendapat bahwa aturan adalah untuk dilanggar.
b. Frekuensi apakah menaati peraturan sekolah itu penting?
97%
Alasan
20% 20%
30% 30%
Diagram 4.3
Berdasarkan diagram 4.3 dari 30 responden, sebanyak 30% berpendapat alasan
menaati aturan adalah agar disiplin, sebanyak 30% berpendapat alasan menaati aturan
adalah agar teratur. Sebanyak 20% berpendapat alasan menaati peraturan sekolah
adalah sebagai pengingat. Sebanyak 20% tidak memberikan alasan.
c. Frekuensi pernahkan melakukan pelanggaran aturan sekolah
93%
Diagram 4.4
50%
36%
Diagram 4.5
3%
7%
7%
69%
Diagram 4.6
Berdasarkan diagram 4.6 dari 30 responden, sebanyak 69% pernah mendapat
hukuman push up. Sebanyak 14% pernah mendapat hukuman diberi arahan.
Sebanyak 7% pernah mendapat hukuman skot jump. Sebanyak 7% pernah mendapat
hukuman lari. Sebanyak 3% pernah mendapat hukuman jalan jongkok.
Yang dirasakan ketika melakukan pelanggaran
3%
7%
38%
31%
21%
Bersalah Biasa Aja Tidak Enak Nikmat Pasrah
Diagram 4.7
Berdasarkan diagram 4.7 dari 30 responden, sebanyak 38% merasa bersalah
ketika melakukan pelanggaran. Sebanyak 21% merasa biasa aja ketika melakukan
pelanggaran. Sebanyak 31% merasa tidak enak ketika melakukan pelanggaran.
Sebanyak 7% measa nikmat ketika melakukan pelanggaran. Sebanyak 3% merasa
pasrah ketika melakukan pelanggaran.
Faktor yang menyebabkan melakukan pelanggaran
4%
30%
29%
18%
18%
Malas Urusan Kejenuhan Teledor Lingkungan
Diagram 4.8
Berdasarkan diagram 4.8 dari 30 responden, sebanyak 30% melakukan pelanggaran
karena faktor malas. Sebanyak 30% melakukan pelanggaran karena faktor teledo.
Sebanyak 18% melakukan pelanggaran karena faktor kejenuhan. Sebanyak 18%
melakukan pelanggaran karena faktor urusan. Sebanyak 4% melakukan pelanggaran
karena faktor lingkungan.
17%
83%
Iya Tidak
Diagram 4.9
Alasan
9%
17%
39%
35%
38%
52%
Diagram 4.11
Berdasarkan diagram 4.11 dari 30 responden, sebanyak 52% menjawab cara
menagatasi pelanggaran aturan adalah taat aturan. Sebanyak 38% menjawab cara
mengatasi pelanggaran aturan adalah perbaiki diri. Sebanyak 4% menjawab cara
mengatasi pelanggaran aturan adalah tunggu dinasihati. Sebanyak 3% menjawab cara
mengatasi pelanggaran aturan adalah terus melanggar. Sebanyak 3% menjawab cara
mengatasi pelanggaran aturan adalah tidur.
3. Pembahasan
a. Dampak Pelanggaran Aturan Sekolah terhadap Keseharian Siswa SMA
Daarul Qur`an Bandung
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, sebagian besar siswa SMA
Daarul Qur`an Bandung sudah merasakan dampak dari melakukan pelanggaran
aturan sekolah diantaranya: image menjadi buruk, tidak mood, tidak disiplin, dan
sakit. Hal ini jelas sesuai dengan penelitian penulis bahwa pelanggaran aturan sekolah
berdampak terhadap keseharian siswa SMA Daarul Qur`an Bandung.
Menurut M. Masan dan Rachmat (15:2011) jika semua warga sekolah menaati
tata tertib maka keamananan, kenyamanan, dan keberhasilan belajar dapat dicapai.
b. Faktor yang Menyebabkan Siswa SMA Daarul Qur`an Bandung
Melakukan Pelanggaran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan faktor siswa SMA Daarul
Qur`an Bandung melakukan pelanggaran aturan sekolah diantaranya: rasa malas,
keteledoran, ada urusan, kejenuhan, dan lingkungan.
Menurut Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:
Dari sekolah, contohnya:
1) Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa.
Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh,
apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin
berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang
mereka terima.
2) Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata
pelajaran daripada siswanya.
3) Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah
(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru,
jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat,
suasana yang gaduh, dan lain lain.
Dari keluarga, contohnya:
1) Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak
teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya
masing-masing.
2) Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,
lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
c. Solusi untuk Mengatasi Pelanggaran Aturan Sekolah di SMA Daarul
Qur`an Bandung
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan solusi untuk mengatasi
pelanggaran aturan sekolah di SMA Daarul Qur`an Bandung diantaranya: sosialiasi
aturan sekolah, penegakan kedisiplinan, tindakan tegas bagi pelanggar, keistiqomahan
dalam menaati aturan.
Menurut Slavin (2011) pemecahan masalah adalah suatu upaya untuk
mengatasi rintangan yang menghambat jalan menuju solusi. Untuk mengatasi siswa
yang melanggar tata tertib sekolah harus membuat mereka disiplin dengan cara:
1) Menumbuhkan kesadaran pada diri siswa.
Sebelum menjatuhkan hukuman kepada siswa yang melanggar tata tertib
sebaiknya siswa yang telah melanggar tersebut diberikan kesadaran dan pengarahan
yang bisa membuatnya sadar akan pentingnya mematuhi tata tertib sekolah yang telah
dibuat. Menumbuhkan kesadaran diri para siswa lebih efektif dari pada memberikan
hukuman yang belum tentu membuat mereka jera yang kemungkinan besar mereka
akan kembali melanggar dibelakang para guru. Jadi sebaiknya langkah awal yang
harus ditempuh untuk pelanggar tata tertib adalah membuat mereka sadar bahwa
mereka harus mematuhi tata tertib yang berlaku sesuai dilingkungan mereka berada.
Kesadaran diri para siswa sekaligus bisa sebagai solusi pergaulan bebas dikalangan
siswa.
2) Memberikan bimbingan dan layanan konseling.
Di setiap sekolah biasanya ada yang namanya guru BK yang memberikan
bimbingan dan konseling untuk semua murid yang nakal, bermasalah dan sering
melanggar peraturan. Siswa yang melanggar tata tertib harus diserahkan kepada guru
BK untuk mendapatkan pengarahan agar bisa menjadi siswa yang baik dan taat
peraturan. Dengan pendekatan yang tepat siswa akan lebih leluasa dalam berbicara
dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
3) Sanksi untuk siswa yang melanggar tata tertib.
Siswa yang terus saja melanggar tata tertib dan sudah tidak bisa diingatkan
dan ditegur harus diberikan sanksi yang sesuai agar mereka bisa patuh dan taat
peraturan. Sanksi diberikan agar siswa sadar dengan kesalahannya dan agar mereka
takut untuk melanggar tata tertib di sekolah. Sanksi bisa berupa pengurangan nilai,
denda, dan berbagai sanksi lainnya yang menurut pihak sekolah baik untuk
menyadarkan kedisiplinan pada siswa.
4) Selalu melakukan pengawasan pada siswa.
Siswa bisa menaati tata tertib sekolah, para guru harus terus mengawasi para
siswa setiap hari. Jika ada siswa yang melanggar tata tertib bisa di tegur saat itu juga.
Hal ini bisa membuat siswa lebih menaati tata tertib karena rasa takut dimarahi oleh
guru yang mungkin saja tiba-tiba bertemu sebelum mau pun sesudah jam pelajaran.
Pengawasan seperti ini bisa akan membuat para siswa semakin sulit untuk melanggar
tata tertib sekolah.
5) Apresiasi dan penghargaan untuk siswa yang selalu mematuhi tata tertib
sekolah.
Siswa yang namanya tidak ada dalam daftar siswa yang melanggar tata tertib
boleh di berikan apresiasi untuk menghargai mereka yang mau dan sadar untuk
mengikuti tata tertib sekolah. Penghargaan bisa diberikan berupa hadiah, tambahan
nilai atau penghargaan dalam bentuk lainnya.