Anda di halaman 1dari 6

NAMA: AULIA RAYHANY AZ-ZAHRA

KELAS: 11 FARMASI

SYIRUP
1 Evaluasi Organoleptis (rasa, bau, warna dan bentuk)

a. Prinsip:Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar


b. Tujuan : Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
c. Metode: Rasa merasakan rasa dari sodiaan sirup dengan cara memberikan perasa yang
diinginkan Bau mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma sediaan.
Warna: melihat warna dari sediaan sirup Bentuk mengenali bentuk dari sediaan.
d. Penafsiran Hasil: sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki rasa manis, beraroma cherry
berwarna merah dan berbentuk cair.

2 Evaluasi Kejernihan

a. Prinsip:Perbandingan kejernihan sediaan dengan cairan yang jernih (air).


b. Tujuan : untuk dapat mengetahui kejernihan sediaan
c. Metode: Kejemihan dapat diamati dengan menggunakan beaker glass bersih dan diamati
kejernihannya suatu cairan dinyatakan bersih jika keadaannya sama dengan air/ tidak keruh.
Sediaan sirup dituang ke beaker glass sehingga dapat diamati kejernihan sediaan. evaluasi
kejernihan bisa juga dilakukan dengan memasukkan sampel dalam dua tabung masing-
masing sampel dan perbandingan pelarut hingga (1-40nm) dibandingkan selama 5 menit
dengan latar belakang hitam tegak lurus ke arah tabung (FI IV,Hal 998).
d. Penafsiran hasil: Sediaan sirup yang dihasilkan akan berwarna merah jernih,

3 Evaluasi Bobot Jenis

a. Prinsip: Perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat piknometer yang
diisi dengan air
b. Tujuan: Untuk dapat mengukur bobot jenis dari sediaan
c. Metode: Evaluasi bobot jenis digunakan piknometer bersih, kering, dan sudah dikalibrasi
dengan menetapkanbobot piknometer dan bobot aor yang telah dididihkan pada suhu 25'C.
atur suhu zat uji hingga +20°C dan dimasukkan piknometer yang sudah diisi zat uji hingga
25°C buang kelebihan lalu ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot
piknometer yang telah diisi hasilnya (FI IV. Hal 1030): Bobot jenis = (bobot pikno-sampel)
bobot pikno (bobot pikno-air) - bobot pikno
d. Penafsiran Hasil:

4 Evaluasi pH
a. Prinsip: Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
b. Tujuan: Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
c. Metode: Penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri atau kolorimetri. Semua
larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida p. pengukuran pada
suhu 25°C-2°C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing (FI TV, hal. 1039).
d. Penafsiran hasil: Sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki pH 4,0-6,0

5 Evaluasi Volume Terpindahkan

a. Prinsip: Membandingkan volume awal sediaan dengan volume akhir sediaan yang
dipindahkan untuk mengetahui kemudahan sediaan untuk dituang
b. Tujuan: Untuk dapat menentukan volume terpindahkan sediaan
c. Metode: Untuk penetapan volume terpindahkan, tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah
ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan dan di dalam tidak
lebih dari 30 menit (FI IV, hal 1261).
d. Penafsiran Hasil; Sediaan sirup yang dihasilkan pada kelima botol yang dibuat volume
terpindahkannya 60 61ml/botol

6 Evaluasi Viskositas

a. Tujuan: Untuk dapat mengetahui viskositas sediaan


b. Metode: Untuk mengukur viskositas adalah mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan
dengan volume tertentu untuk mengalir melewati suatu kapiler. Juga dapat dilakukan
pengukuran yang lebih praktis dengan mengkalibrasi alat yang telah diketahui viskositasnya
dan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan yang telah
diketahui (FI III. hal 186).
c. Penafsiran Hasil: sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki konsistensi kental.

7 Evaluasi Bahan Aktif

Karena sirup merupakan produk sediaan yang larut dalam air, maka penetapan kadar zat
aktif yang terkandung di dalamnya dapat ditentukan dengan titrasi sesuai dengan monografi masing-
masing zat aktif

ELIXIR
1. Organoleptis
Organoleptis Diamati dengan cara panca indera,Apakah sediaan elixir tersebut sudah sesuai
dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, Yaitu bau dan rasa yang sedap,dan tidak ada
pertikel yang tidak larut.

2. Uji kejernihan
Dilihat apakah masi ada partikel tertinggal atau tidak

3. Uji densitas

Menggunakan piknometer, Uji Densitas Bobot jenis Dengan menggunakan piknometer :

a. Timbang pikno bersih. 
b. Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji.
c. Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200ml air es - 20˚C
d. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertassaring
menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan tudungcepat- cepat
e. Biarkan pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno dilab.
f. Timbang pikno dengan isinya.
g. Bobot jenis dihitung dengan rumus Bj = p+e−p vp 
Keterangan:
 p + e= Berat pikno + elixir p = Berat pikno kosong vp = Volume piknometer 

4. Viskositas
Ada 4 macam alat viskometer,diantaranya :
 Viskometer kapiler ostwold

Dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkandengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu zat yangviskositasnya sudah diketahui biasanya air untuk
lewat duatanda tersebut. Moectar, 1990

 Viskometer hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bolamaksimum, terjadi keseimbangan


sehingga gaya gesek =gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya
adalahmenggelindingkan bola yang terbuat dari kaca melaluitabung gelas yang
hampir tikal berisi zat cair yangdiselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi
dariharga resiprok sampel. Moechtar,1990

 Viskometer cup dan pob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luardari bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persisditengah-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliransumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
disepanjang
keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan konsentrasi.Penurunan
konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal
ini disebut aliran sumbat. Moechtar,1990

 Viskometer cone dan plate

Dengan cara sampel ditempatkan ditengah-tengah, kemudiandinaikan hingga posisi


dibawah kerucut. Kerucut digerakkan olehmotor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser padaruangan yang sangat sempit antara papan yang didalam
kemudiankerucut yang berputar.
5. pH
menggunakan pH meter

6. Kadar Ethanol
Dengan 2 cara yang bersambungan :
a. Sempel -> preparasi -> GC -> hitung area sempel -> bandingkan
b. Standar -> preparasi -> GC -> hitung area standar -> bandingkan
RUMUS :
Kadar etanol = area sempel/area standar x 100

7. Kadar Zat Aktif


Diukur menggunakan spektofotometri

SALEP
Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:

1. DAYA MENYERAP AIR


Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasikan
basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang mampu diikat
oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20o C) secara terus-menerus
atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan
secara manual. Kedua bilangan ukur tersebut dapat dihitung satu ke dalam yang lain melalui
persamaan

2. KANDUNGAN AIR
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salap.
a) Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan ukuran
kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu
tertentu (umumnya 100-110oC).
b) Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini
digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang disuling sebagai campuran azeotrop
dengan air.
c) Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan
Belerang Oksida dan Iod serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut
persamaan reaksi berikut: I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4 Adanya pirin
akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan terjadinya reaksi secara
kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air digunakan formula berikut : % Air = f .
100 (a-b) P f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml), a = larutan standar yang
dibutuhkan (ml), b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko (ml), P
= penimbangan zat (mg)

3. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap
sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi
dapat digunakan metode sebagai berikut:
a) Metode penetrometer.
b) Penentuan batas mengalir praktis

4. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit. Penentuannya
dilakukan dengan menggunakan entensometer.

5. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep
di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus.

6. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam
industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang
tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah
dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan
cepat pelaksanaannya.

GEL
1. Organoleptis
Evalusai organo leptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu )
dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung
prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan
analisa statistik.

2. Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara :
a. perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan
b. kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap dan
c. airnya yang di ukur dengan pH meter
d. catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar


Dengan cara:
a. sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
b. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan
c. di tingkatkan bebanya, dan
d. di beri rentang waktu 1 – 2 menit.
e. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur ).

4. Evaluasi
penentuan ukuran droplet Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim
ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan
pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan
penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu
kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan
pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masingmasing kriteria.
Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.

KRIM
Dibagi dalam tiga kelompok :
1. Evaluasi Fisik
Homogenitas diantara dua lapis film, secara:
a. makroskopis : alirkan di atas kaca

b. Konsistensi, tujuan : mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan.


Pengukuran konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi / rheologi dipengaruhi
suhu; sedian non newton dipengaruhi oleh waktu istirahat oleh karena itu harus
dilakukan pada keadaan yang identik. Bau dan warna untuk melihat terjadinya
perubahan fasa. pH, pH berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas
pengawet, keadaan kulit.

2. Evaluasi Kimia
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain

3. Evaluasi Biologi
a. Kontaminasi mikroba.
Salep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit
yang parah juga harus steril.

b. Potensi zat aktif.


Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal

Anda mungkin juga menyukai