Makalah disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen
Pengampu: Bapak Sukarman, S.Pd.I., M.Pd.I
Kelas: 5 PBI A2
Oleh:
Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai tindakan merupakan proses yang sudah barang tentu beraspek teoretik
dan praktek. Keduanya perlu dipandang sebagai dua sisi mata uang yang hanya dapat dibedakan
karena saling berhubungan dan saling membutuhkan. Aspek praktek dari pendidikan perlu
memperoleh perhatian yang cukup baik bagi pengembangan ilmunya maupun bagi peningkatan
keberhasilannya dalam praktek. Teori pendidikan dikembangkan secara sistematis sehingga
diperoleh ilmu pendidikan sistematis dan fakta-fakta dari pendidikan yang telah lampau sehingga
diperoleh ilmu pendidikan historis. Ilmu pendidikan memiliki sifat komprehensif sehingga
mengandung kemungkinan pengembangan yang cukup luas.
Banyak orang menilai bahwa praktik pendidikan sekarang ini masih jauh dari yang
diharapkan. Banyak pula yang berpendapat bahwa pendidikan nasional telah gagal menjalankan
misinya untuk membentuk manusia-manusia yang cakap dan berkepribadian serta membangun
bangsa yang berkarakter. Keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan dan
terpengaruh oleh kehancuran, kebingungan serta keragu-raguan, demikianlah menurut pendapat
beberapa pemikir yang menyatakan bahwa budaya modern telah mengalami krisis, sembari
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun konsep baru mengenai pola hidup
kebudayaan yang lebih bercorak modern. Beberapa pemikiran itulah kemudian dikenal dengan
Rekonstruksionisme. Lahirnya aliran rekonstruksionisme ini berawal dari krisis kebudayaan
modern. Aliran rekonstruksionisme muncul sebagai reaksi dari adanya pemahaman dalam aliran
perenialisme maupun aliran progresivisme, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan karena
upaya aliran rekonstruksionisme dalam mengembangkan pendidikan diawali oleh keprihatinan
para rekonstruksionis terhadap adanya krisis kebudayaan modern. Rekonstruksionisme berupaya
mencari kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam
suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam
pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang baru. Oleh karena itu, diperlukanlah kerja sama antar umat manusia.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas
semua manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui
pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula
demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin akan dibahas dalam pembuatan makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan rekonstruksionisme dan apa yang melatar
belakangi munculnya filsafat pendidikan tersebut?
2. Apa saja prinsip-prinsip filsafat pendidikan rekonstruksionisme?
3. Bagaimanakah implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan
nasional?
C. Tujuan Makalah
Setelah dirumuskan masalah tersebut maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan pengertian filsafat pendidikan rekonstruksionisme dan apa yang melatar
belakangi munculnya filsafat pendidikan tersebut.
2. Menjelaskan prinsip-prinsip filsafat pendidikan rekonstruksionisme.
3. Menjelaskan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme terhadap pendidikan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan perlu meningkatkan kesadaran siswa tentang masalah sosial dan mendorong
mereka untuk secara proaktif memberikan solusi. Kesadaran sosial dapat dimunculkan ketika
siswa memiliki keberanian untuk mempertanyakan status quo dan mempertimbangkan isu-isu
kontroversial dalam agama, masyarakat, ekonomi, politik, dan pendidikan. Penelitian dan diskusi
penting akan membantu siswa mengidentifikasi penipuan dan disfungsi dalam beberapa aspek
dari sistem saat ini dan mengembangkan alternatif untuk pengetahuan tradisional. Ilmu-ilmu
sosial seperti antropologi, ekonomi, sosiologi, politik, dan psikologi adalah dasar dari kurikulum
yang membantu peneliti rekonstruksi mengidentifikasi kontroversi, konflik, dan kontradiksi
utama. Peran pendidikan adalah untuk mengungkap ruang lingkup masalah budaya manusia dan
mencapai konsensus seluas-luasnya tentang tujuan utama pengorganisasian umat manusia dalam
tatanan budaya dunia. Menurut rekonstruksionisme, masyarakat dunia yang ideal harus berada di
bawah kendali mayoritas warga yang mengelola dan menentukan nasib mereka dengan baik.
Rekonstruksionisme memandang kurikulum sebagai objek yang mencakup berbagai persoalan
sosial, ekonomi, dan politik umat manusia, termasuk persoalan sosial dan pribadi kaum terpelajar
itu sendiri. Isi kurikulum membantu mempersiapkan bidang “ilmu sosial” dan proses penemuan
ilmiah (scientific research) sebagai cara kerja untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Ketika
datang ke peran guru, rekonstruksionis memiliki pandangan yang sama dengan progresifisme.
Guru perlu menyadari masalah manusia, mengidentifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan
memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Guru harus mendorong siswa untuk
menggunakan ide-ide yang berbeda dalam menyelesaikan masalah ini. Selain itu, guru perlu
membantu menciptakan berbagai kegiatan pembelajaran dalam waktu yang bersamaan. Sekolah
merupakan aktor utama dalam perubahan sosial, politik dan ekonomi di masyarakat. Sudah
menjadi tugas sekolah untuk mengembangkan “social engineering” dengan tujuan mengubah
wajah masyarakat secara radikal sekarang dan di masa depan. Sekolah memimpin masyarakat
menuju masyarakat baru yang diinginkan. Jika tidak, setiap individu dan setiap kelompok
nantinya akan secara mandiri memecahkan masalah sosial sebagai pengaruh dan langkah
inventif. Dengan demikian, bagi rekonstruksionis sekolah dijadikan alat atau media untuk
mencapai tatanan yang lebih progresif dan berkemakmuran.
D. Implikasi Aliran Rekonstruksionisme Terhadap Pendidikan
A. Tujuan pendidikan
1. Rekonstruksi Sekolah adalah lembaga terpenting untuk membawa perubahan sosial, ekonomi
dan politik dalam masyarakat.
2. Misi sekolah rekonstruksionis adalah untuk mengembangkan "insinyur" sosial, atau warga
negara, yang bertujuan untuk secara radikal mengubah wajah masyarakat saat ini.
3. Tujuan pendidikan rekonstruksi adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang masalah
sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global dan untuk
membekali mereka dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah ini.
Peserta didik adalah generasi muda yang harus berlatih keras untuk tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan dan menjadi insinyur sosial yang dibutuhkan untuk membangun
masyarakat masa depan. Guru sebagai pendidik perlu membantu siswa mengenali dan merasa sadar
akan masalah manusia dan membuat mereka merasa berkewajiban untuk memecahkan masalah
tersebut. Guru harus dapat membantu siswa menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru perlu
mengembangkan cara berpikir yang berbeda untuk menciptakan pilihan pemecahan masalah yang
menjanjikan. Menurut Brameld (Kneller, 1971), ada lima teori dalam pedagogi rekonstruksi.
1. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata
sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan
lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
4. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana
dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,
dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk
menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu
bersifat universal.
C. Kurikulum
Kurikulum mencakup kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum mencakup banyak
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah pribadi siswa
itu sendiri. Program rehabilitasi yang didefinisikan secara ilmiah untuk tindakan kolektif. Struktur
organisasi kurikulum dibentuk dari sub-bidang ilmu-ilmu sosial dan proses penelitian ilmiah sebagai
metode pemecahan masalah.
1) Kurikulum dapat dipandang sebagai produk, yaitu sebagai hasil karya pengembang
kurikulum.
2) Kurikulum dianggap sebagai program. H. Sebagai alat yang dilaksanakan sekolah untuk
mencapai tujuannya. Hal ini memungkinkan Anda untuk mempelajari berbagai mata pelajaran,
tetapi juga dapat mencakup kegiatan yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa Anda.
3) Kurikulum juga dapat dilihat sebagai apa yang diharapkan siswa: pengetahuan, sikap, dan
keterampilan khusus.
Keempat pandangan di atas berkaitan dengan perencanaan kurikulum, tetapi pandangan tersebut
adalah tentang apa yang sebenarnya terjadi pada setiap siswa. Pengembang kurikulum perlu
memiliki nilai filosofis yang jelas tentang apa yang mereka wakili. Kurikulum sebagai rekonstruksi
sosial lebih mengutamakan kepentingan sosial di atas kepentingan individu. Tujuannya adalah
tanggung jawab untuk masa depan masyarakat. Meskipun tugas kurikulum tersebut bukanlah hal
baru, pendidikan selalu menjadi bagian dari fungsi pendidikan karena selalu dikaitkan dengan tujuan
masa depan.
D. Metode Pendidikan
Metode pendidikan merupakan unsur yang tidak boleh diabaikan dalam proses pendidikan karena
juga menentukan berhasil tidaknya tujuan pendidikan. Tidak heran, sebagian orang percaya bahwa
metode lebih penting daripada materi (Mukodi, 2011: 77). Bahkan, Imam Barnadiv juga
mengingatkan kita bahwa metode parenting sangat penting dan jika dipilih dengan bijak akan
berdampak penting. Ini karena sifat manusianya. Sebagai "kompleksitas" dan dalam masyarakat yang
penuh "kompleksitas", manusia dapat mengembangkan "di luar" substansinya dengan "hubungan"
yang tepat (Barnadib, 2002: 36). Jadi apa metode pendidikan rekonstruksionis? Dari sudut pandang
rekonstruksionis, metode pengajaran pada dasarnya harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi,
yang mengandalkan sebagian besar kecerdasan "asli" untuk mencerminkan masalah manusia dan
memberikan solusi yang efektif. Setelah siswa diberi kesempatan untuk memilih dari berbagai
pilihan ekonomi, politik dan sosial, mereka perlu menggunakan prosedur demokrasi di dalam kelas.
Tidak heran jika Brameld dan rekan-rekannya sangat yakin akan kekuatan guru sebagai sarana utama
perubahan sosial (George R.K., 2007:187). Seperti gerakan progresif lainnya, kaum rekonstruksionis
tidaklah unik karena mereka melihat demokrasi sebagai sistem politik terbaik. Dalam pandangan
mereka, adalah penting untuk menggunakan praktik demokrasi di kelas setelah memungkinkan siswa
untuk memilih dari berbagai pilihan ekonomi, politik dan sosial. (George R.K., 2007:187). Lebih
penting lagi, menurut sekolah ini, diperlukan kemandirian berpikir dari siswa. Hal ini sejalan dengan
filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu memaksimalkan kemandirian siswa. (Dewantara, 1977: 243).
Brameld juga menggunakan istilah "bias defensif" untuk menggambarkan posisi (pendapat) guru
dalam kurikulum yang kontroversial. Sebagai tanggapan, guru mengizinkan tes bukti publik yang
sejalan dengan pendapat mereka dan menawarkan alternatif sejujur mungkin. Guru, di sisi lain, perlu
terbuka untuk pendapat mereka dan dialog dengan siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dapat dilihat dari dua aspek: pendidikan sebagai praktik dan pendidikan sebagai
teori. Ditambah dengan upaya mengkaji pendidikan sebagai teori, kita dapat mengambil
pendekatan filosofis yang mencakup rekonstruksionisme sosial. Dalam penerapannya pada dunia
pendidikan dan pembelajaran, sekolah rekonstruktif mengharuskan pembelajaran menjadi upaya
sadar peserta didik untuk beradaptasi dengan setiap perkembangan guna membangun
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan baru yang meningkat.
B. Saran
Dalam memahami aliran filsafat pendidikan essensialisme dan implikasinya dalam
pendidikan maka diperlukan kajian yang lebih dalam melalui literatur-literatur terkait secara
terperinci sehingga diperoleh pemahaman yang benar-benar matang dan terpecaya.
DAFTAR PUSTAKA