Anda di halaman 1dari 38

Membiasakan Adab Pergaulan Dalam Islam

Disusun oleh: Kelompok 3

Kelas XII IPS 1

MA. AL-MARDLIYYAH
TAGANGSER LAOK-WARU-PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2020-2021
Daftar Nama-Nama Kelompok 3:

NO NAMA TANDA TANGAN


.
1. Qurrotul Aini 1.
2. Qurrotul Uyun 2.
3. Ruqoyyah 3.
4. Siti Kamelia 4.
5. Sri Handayani 5.
6. Wardatus Sholihah 6.
7. Yulia Citra 7.
8. Siti Aisyatur Rohmah 8.
Islam merupakan agama yang mengajarkan pengikutnya berbagai dasar dalam menjalani
kehidupan di dunia, juga untuk menyiapkan diri di akhirat. Islam tidak semata mengenai
ibadah yang sifatnya hanya kepada Allah Swt., tetapi juga ibadah yang sifatnya pergaulan
kepada sesama manusia yang disebut hablum minannas. Mari kita simak dan pelajari bersama
adab pergaulan dalam Islam!

A. Adab Bergaul dengan Teman Sebaya


1. Pengertian Bergaul dengan Teman Sebaya
Pergaulan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata
dasar gaul yang artinya hidup berteman atau bersahabat (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996: 296). Pergaulan merupakan salah satu cara seseorang untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia adalah makhluk sosial memiliki
kecenderungan hidup bersama satu sama lain. Mereka tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Menurut Abdulah Idi (2011: 83) pergaulan adalah kontak langsung antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Pergaulan sehari-hari yang
dilakukan individu satu dengan yang lainnya adakalanya setingkat usianya,
pengetahuannya, pengalamannya, dan jika dilakukan dalam jangka waktu tertentu
akan membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan. Dari pergaulan yang
dilakukan oleh siswa, maka siswa mulai mengenal berbagai pihak yang terdapat
dalam lingkungan pergaulan tersebut. Salah satunya adalah teman sebaya. Menurut
Santrock (2012: 109) teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat
kedewasaan yang kurang lebih sama. Ahzami Samiun Jali (2006: 164) berpendapat
bahwa sebaya adalah mereka yang lahir pada waktu yang sama dan memiliki usia
yang sama. Teman sebaya menurut Zainal Madon dan Mohd. Sharani Ahmad (2004:
49) adalah kelompok anak-anak atau remaja yang sama umur atau peringkat
perkembangannya. Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau
teman bermain di luar sekolah (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 114).
Menurut Horton dan Hunt dalam Damsar (2011: 74) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok teman sebaya (peer group) adalah suatu kelompok dari
orang orang yang seusia dan memiliki status sama, dengan siapa seseorang umumnya
berhubungan atau bergaul. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu interaksi
dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia, status sosial, hobi dan
pemikiran yang sama, dalam berinteraksi mereka akan mempertimbangkan dan lebih
memilih bergabung dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam hal-hal
tersebut (Robert E.Slavin, 2011: 114). Dalam kelompok teman sebaya individu akan
merasakan adanya persamaan satu dengan yang baik usia, status sosial, kebutuhan,
dan tujuan untuk memperkuat kelompok itu, sehingga individu didalam kelompok
tersebut akan merasa menemukan dirinya dan akan mengembangkan rasa sosialnya
seiring dengan perkembangan kepribadiannya (Slamet Santosa, 2009: 77).
Dapat disimpulkan bahwa kelompok teman sebaya adalah kelompok sosial
yang terbentuk karena individu satu dengan lainnya mempunyai persamaan usia,
status sosial, jenis kelamin, kebutuhan serta minat yang membuat individu yang
bergabung di dalam kelompok tersebut menjadi nyaman. Jadi pergaulan kelompok
teman sebaya adalah hubungan interaksi sosial yang timbul karena individu-individu
yang berkumpul dan membentuk suatu kelompok yang didasarkan pada persamaan
usia, status sosial, kebutuhan serta minat yang seiring berjalannya waktu akan
membentuk pertemanan atau persahabatan. Teman sebaya yang dipilih biasanya
adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan dirinya. Misalnya siswa
yang duduk di bangku SMP kebanyakan temannya juga sesama siswa, baik yang satu
sekolah maupun berbeda sekolah. Jarang ditemui seorang siswa SMP berteman akrab
dengan orang yang berbeda status sosial dengan dirinya. Teman sebaya tersebut
merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara bersama-
sama dalam pergaulan.
Teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang
kurang lebih sama. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu interaksi dengan
orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia, status sosial, hobi, dan
pemikiran yang sama. Dalam berinteraksi mereka akan mempertimbangkan dan lebih
memilih bergabung dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam hal-hal
tersebut. Jadi, pergaulan teman sebaya adalah hubungan interaksi sosial yang
didasarkan pada persamaan usia, status sosial, kebutuhan, dan minat yang seiring
berjalannya waktu akan membentuk pertemanan atau persahabatan.

2. Fungsi Pergaulan Teman Sebaya


Pada prinsipnya hubungan lingkungan teman sebaya mempunyai arti sangat
penting bagi remaja. Menurut Jean Piaget dan Harry Stack S dalam Desmita (2013:
220) menekankan bahwa melalui teman sebaya anak dan remaja belajar tentang
hubungan timbal balik yang Sistematis. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran
dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan remaja. Mereka juga mempelajari
secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka
memuluskan integrasi dirinya dalam aktifitas teman sebaya yang berkelanjutan.
Santrock (2012: 109) mengatakan bahwa salah satu fungsi yang terpenting dari
kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
perbandingan tentang dunia di luar lingkungan keluarga.
Menurut Slamet Santosa (2009: 79) fungsi kelompok teman sebaya adalah
sebagai berikut:
1) Mengajarkan kebudayaan
kelompok teman sebaya ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu.
Misalnya orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di
Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
2) Mengajarkan mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah
dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas
menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang bila masuk
kedalam kelompok teman sebaya yang memiliki status sosial tinggi. Dengan
masuk dalam status sosial yang tinggi maka status mereka juga akan meningkat.
Seorang anak yang berada dalam kelompok teman sebaya status sosialnya akan
lebur menjadi satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompoknya
berarti identitas dirinya.
3) Membantu peranan sosial yang baru
kelompok teman sebaya memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi
peranan sosial yang baru. Misalnya anak yang belajar bagaimana menjadi
pemimpin yang baik dan sebagainya.
4) Kelompok teman sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua, guru bahkan
masyarakat
Kelompok teman sebaya sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua
tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat
dibandingkan dalam kelompoknya. kelompok teman sebaya di masyarakat sebagai
sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil maka anggota lainnya
berhasil, maka di mata masyarakat kelompok teman sebaya itu berhasil. Atau
sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga
baik.
5) Dalam kelompok teman sebaya individu dapat mencapai ketergantungan satu
sama lain
Seorang anak akan lebih nyaman berbagi dengan temannya karena temannya
biasanya lebih mengerti dirinya dan persoalan yang dihadapinya. Mereka saling
menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada
orang tua maupun guru mereka. Dalam kelompok teman sebaya, individu dapat
mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam kelompok teman sebaya
ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling
tergantung satu sama lainnya.
6) Kelompok teman sebaya mengajarkan moral orang dewasa
Anggota kelompok teman sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang
dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh
kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak
mau disebut orang dewasa. Melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang
dewasa, mereka ingin menunjukan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang
dewasa.
7) Mencapai kebebasan sendiri
Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau
untuk menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota
yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan
kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan lebih sulit untuk
mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu
berada di atas dunia anak sebaya.
8) Belajar mengontrol tingkah laku
Dalam kelompok teman sebaya seorang anak akan lebih mudah dalam
pengawasannya, karena tingkah laku setiap individu menunjukan perilaku umum
dari kelompoknya. Hal ini mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun
guru.
6 fungsi positif dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen (1987) dalam
Desmita (2013: 220-221) :
1) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi teman sebaya, remaja belajar
bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain
selain dengan tindakan agresif langsung.
2) Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja
untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang
diperoleh dari teman-teman sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya
ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan
penalaran dan belajar untuk mengekspresikan perasaan dengan cara lebih matang.
Melalui percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar
mengekpresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan
kemampuan mereka memecahkan masalah.
4) Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin.
5) Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa
mengejarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang benar dan apa yang
salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan atas
diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang
dimiliki teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses
mengevaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran
moral mereka.
6) Meningkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah
besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa enak atau senang tentang
dirinya.
Menurut Slamet Santosa (2009:82), menjelaskan:
Dampak negatif yang ditimbulkan adalah adanya sebagian anak remaja yang ditolak
atau diabaikan oleh teman sebaya yang dapat menimbulkan permusuhan dan
menimbulkan perasaan kesepian yang bisa mengganggu perkembangan anak tersebut,
timbulnya rasa iri dan persaingan pada anggota kelompok yang tidak memiliki
kesamaan dengan dirinya, timbulnya pertentangan antar kelompok teman sebaya
(Slamet Santosa, 2009: 82).
Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya sangat berfungsi bagi tercapainya
interaksi sesama manusia, karena dari teman sebaya kita dapat memperoleh
informasi-informasi, mengajarkan kebudayaan, mengajarkan mobilitas sosial,
membantu peranan sosial yang baru, mengajarkan moral dan nilai-nilai, serta
meningkatkan keterampilanketerampilan sosial. Tetapi teman sebaya juga memiliki
fungsi negatif salah satunya adalah dapat menimbulkan permusuhan bahkan
persaingan dikala timbulknya rasa iri antar kelompok teman sebaya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pergaulan Teman Sebaya


Conny R. Semiawan (1999: 165-167) menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergaulan teman sebaya yaitu :
a. Kesamaan usia
Kesamaan usia lebih memungkinkan anak untuk memiliki minatminat dan tema-
tema pembicaraan atau kegiatan yang sama sehingga mendorong terjalinnya
hubungan pertemanan dengan teman sebaya ini.
b. Situasi
Faktor situasi berpengaruh di saat berjumlah banyak anak-anak akan cenderung
memilih permainan yang kompetitif dari pada permainan yang kooperatif.
c. Keakraban
Kolaborasi ketika pemecahan masalah lebih baik dan efisien bila dilakukan oleh
anak di antara teman sebaya yang akrab. Keakraban ini juga mendorong
munculnya perilaku yang kondusif bagi terbentukknya persahabatan.
d. Ukuran kelompok
Apabila jumlah anak dalam kelompok hanya sedikit, maka interaksi yang terjadi
cenderung lebih baik, lebih kohesif, lebih berfokus, dan lebih berpengaruh.
e. Perkembangan kognisi
Anak yang kemampuan kognisinya meningkat, pergaulan dengan teman
sebayanya juga meningkat. Anak-anak yang keterampilan kognisinya lebih unggul
cenderung tampil sebagai pemimpin atau anggota kelompok yang memiliki
pengaruh dalam kelompoknya, khususnya ketika kelompok menghadapi persoalan
yang perlu dipecahkan.
Menurut Hurlock (1997: 158) faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teman
sebaya yaitu :
a. Anak yang dianggap serupa dengan dirinya dan memenuhi kebutuhan. Biasanya
anak cenderung memilih mereka yang berpenampilan menarik sebagai teman baik
karena daya tarik fisik mempengaruhi kesan pertama.
b. Pemilihan teman anak-anak terbatas pada lingkungan yang relatif sempit. Anak
cenderung memilih teman dari kelasnya di sekolah dan yang dipilih adalah teman
yang berjenis kelamin sama.
c. Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih teman. Anak lebih menyukai teman
yang ramah, baik hati, sportif, jujur dan murah hati untuk dijadikan teman
bermain maupun teman baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pergaulan teman sebaya yaitu kesamaan usia, situasi, keakraban, ukuran kelompok,
dan kemampuan berpikir. Selain itu, pergaulan teman sebaya juga dipengaruhi oleh
kebutuhan yang serupa dengan dirinya, lingkungan rumah yang berdekatan dan
kepribadian yang dimiliki oleh anak. Saat melakukan pergaulan dengan teman sebaya,
akan terdapat banyak tekanan yang dialami seseorang. Tekanan dalam pergaulan
sebaya tersebut dapat berupa tekanan positif maupun tekanan negatif. Mempunyai
teman yang mendorong untuk berusaha lebih keras di sekolah atau olahraga dapat
memberikan semangat jika anak belum melakukan yang terbaik. Teman juga mampu
mencegah melalaikan kewajiban dan menolong di saat kesulitan. Mereka dapat
memotivasi dan mengarahkan ke arah yang benar. Banyak anak yang mampu lepas
dari kebiasaan merusak diri sendiri karena pengaruh teman sebaya yang penuh
perhatian. Hal-hal tersebut adalah contoh tekanan dalam pergaulan teman sebaya yang
bersifat positif. Sedangkan tekanan negatif dalam pergaulan teman sebaya dapat
menjadikan hal-hal buruk terlihat menarik di mata seseorang. Misalnya ajakan untuk
mencoba rokok, membuka situs yang kurang layak di warung internet, mencuri, dan
sebagainya.

4. Cara Mencari Teman Sebaya Menurut Islam


Dalam mencari teman kita harus selektif dan hati-hati. Tidak semua orang
harus kita jadikan teman, dan setelah kita mendapatkannya, kita tidaklah asal-asalan
di dalam bergaul dengannya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. bersabda sebagai berikut.
‫المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل‬
Artinya: “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian
melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi,
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).
Dalam mencari teman, carilah teman yang selalu mengingatkan kita dalam hal
kebaikan, yang bisa menuntun kita menuju jalan-Nya. Teman yang baik bisa menjadi
syafaat bagi kita pada hari kiamat kelak. Berikut adalah beberapa cara mencari teman
sebaya menurut Islam.
a. Berakidah lurus dan berakhlak baik.
b. Memiliki kecerdasan.
c. Bukan orang yang fasik.
d. Teman yang suka menasehati dalam kebaikan.
e. Zuhud terhadap dunia dan tidak berambisi mengejar kedudukan.
f. Orang yang meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.

5. Adab Bergaul dengan Teman Sebaya


Teman sebaya adalah hubungan antar individu yang memiliki kesamaan dalam
beberapa hal, termasuk sosial. Teman sebaya memiliki keakraban yang besar antara
satu sama lain.
Teman sebaya merupakan hal yang pertama kali memberikan pelajaran untuk
hidup bersama orang lain bagi seseorang. Selain itu, teman sebaya juga memiliki
fungsi yaitu dapat menjadi sumber pengalaman tentang dunia luar keluarga,
memberikan gambaran tentang kemampuan diri sendiri di dalam sosialisasi, dapat
membandingkan mana hal yang baik dan buruk.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas
aturan agama, terutama agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam
pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum. Sebutan orang beradab
sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan
santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata
beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak
khusus dihubungkan dalam agama Islam. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
berinteraksi dengan teman sebaya, diantaranya sebagai berikut.
a. Menyikapi Teman sebagai Saudara

Karena umat muslim itu ibarat satu tubuh, jika ada organ tubuh kita yang
tersakiti anggota yang lain juga ikut merasakannya. Sebagaimana hendaknya
kaum muslimin, jika saudaranya yang satu iman sedang tersakiti, kaum muslimin
yang lainnya akan merasakan sakit tersebut. Jika teman kita sedang kesulitan, kita
pun harus membantunya dan selalu menemaninya, baik dikala susah maupun
senang.
Nabi shallallahu’alaihi was sallam yang menggambarkan perumpaan indah ini,
‫مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد ؛ اذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد‬
‫بالسهر والحمى‬
Artinya: “Perumpamaan seorang mukmin dalam berkasihsayang di antara mereka
seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka semua anggota
tubuh lainnya akan ikut merasakannya, sampai tak dapat tidur dan demam.”
(Muttafaq ‘alaih, hadits Nukman bin Bisyar).
b. Saling Menghormati dan Toleransi

Setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Teman sebaya


memiliki banyak kemungkinan perbedaan, yaitu agama, suku, budaya, tradisi,
pendidikan, dsb. Karena perbedaan tersebut, manusia harus memiliki sikap saling
menghormati dan toleransi. Sikap menghormati kepada teman sebaya yaitu
menyamakan hak dan kewajiban. Tidak memaksakan kehendak orang lain.
Kaum Muslimin adalah seluruhnya sama, yang membedakan mereka hanyalah
kadar iman dan takwa masing-masing. Namun, antara satu dan yang lainnya
haruslah menciptakan rasa hormat dan saling menghargai.
Allah SWT. Memerintahkan kita untuk saling menghormati dan toleransi,
sebagaimana firman-Nya berikut.
‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َسٓا ٍء َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُك َّن خَ ْيرًا‬ ۟ ُ‫وا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُكون‬ َ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذين‬
۟ ُ‫َءامن‬
َ
ٓ
‫ق بَ ْع َد ٱإْل ِ ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأ ُ ۟و ٰلَئِكَ هُ ُم‬
ُ ‫س ٱٱِل ْس ُم ْٱلفُسُو‬ ْ
‫ئ‬ ‫ب‬
َ ِ ِ ۖ ‫ب‬ َ ٰ
‫ق‬ ْ
‫ل‬ َ ‫أْل‬‫ٱ‬ِ ‫ب‬ ۟
‫وا‬ ُ
‫ز‬ َ ‫ب‬‫َا‬ ‫ن‬َ ‫ت‬ ‫اَل‬‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
َ ْ َ ‫س‬ُ ‫ف‬ ‫ن‬َ ‫أ‬ ‫ا‬ ۟ ٓ ‫ت َْل ِم‬
‫ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل‬
‫و‬ ُ
‫ز‬
ٰ
َ‫ٱلظَّلِ ُمون‬
ُّ‫ض ُكم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحب‬ ۟ ‫ْض ٱلظَّنِّ إ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسس‬
ُ ‫ُوا َواَل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ َ ‫ُوا َكثِيرًا ِّمنَ ٱلظَّنِّ إِ َّن بَع‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا ٱجْ تَنِب‬
ِ َ
۟ ُ‫أَ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل لَحْ م أَ ِخي ِه م ْيتًا فَ َكر ْهتُ ُموهُ ۚ َوٱتَّق‬
ِ ‫وا ٱهَّلل َ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ تَوَّابٌ ر‬
‫َّحي ٌم‬ ِ َ َ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al- Hujurat, 49: 10-11).
c. Bersikap Amanah (Dapat Dipercaya) dan Jujur

Apabila teman memberikan amanah terhadap kita, kita harus bisa menjaganya
dan berlaku jujur karena kepercayaan mahal harganya. Jika sebuah kepercayaan
suidah kita ingkari, kepercayaan untuk kedua kalinya tidak akan sama.
Allah SWT. Memerintahkan kita untuk bersikap amanah (dapat dipercaya) dan
jujur, sebagaimana firman-Nya berikut.
۟ ‫ت إلَ ٰ ٓى أَ ْهلِهَا َوإ َذا َح َك ْمتُم بَ ْينَ ٱلنَّاس أَن تَحْ ُك ُم‬ ۟
‫وا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ إِ َّن‬ ِ ِ ِ ِ َ‫إِ َّن ٱهَّلل َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَن تُ َؤ ُّدوا ٱأْل َ ٰ َم ٰن‬
‫صيرًا‬ ِ َ‫ٱهَّلل َ َكانَ َس ِمي ۢ ًعا ب‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-Nisa’, 4: 58).
d. Berprasangka Baik

Sebagai kaum muslimin, hendaknya kita mengedepankan prasangka baik


terhadap saudara kita.
Allah SWT. Memerintahkan kita untuk berprasangka baik, sebagaimana
firman-Nya berikut.

ُّ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحب‬


ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ ِإ َّن بَع‬
‫أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬

Artinya: “Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hujurat, 49: 12).
Dalam Hadist Rasulullah SAW. bersabda:

َ َ‫ص ِّم ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ق‬


َ َ‫ال ق‬
‫ال‬ َ َ ‫ب ُم َح َّم ُد بْنُ ْال َعاَل ِء َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع ع َْن َج ْعفَ ِر ْب ِن بُرْ قَانَ ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن اأْل‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن هَّللا َ يَقُو ُل أَنَا ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي بِي َوأَنَا َم َعهُ إِ َذا َدعَانِي‬
َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku.


Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk,
maka keburukan baginya.” (HR. Muslim no. 4849).

e. Saling Bekerja Sama, Tolong-menolong, Mengasihi dan Melindungi

Islam mengajarkan kita untuk saling bekerja sama, tolong-menolong,


mengasihi dan melindungi dalam hal kebaikan. Kerja sama yang dibolehkan
hanya dalam batasan kerja sama hal yang positif saja.
Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial tidak bisa jika hidup sendirian
atau tidak mendapat bantuan dari orang lain. Setiap manusia membutuhkan
bantuan dan pertolongan dari orang lain.
Kasih sayang merupakan hal yang penting. Dengan kasih sayang, baik
hubungan dalam keluarga, teman sebaya, atau dengan siapapun akan memperkuat
kehidupan manusia di masyarakat.
Allah SWT. Memerintahkan kita untuk saling bekerja sama, tolong-menolong,
mengasihi dan Melindungi, sebagaimana firman-Nya berikut.
ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. (Q.S. Al-Maidah, 5:
2).
f. Saling Menasehati

Dalam sebuah kehidupan pasti ada kebenaran dan kesalahan, baik dalam
pergaulan maupun dalam hal yang lain. Dalam sebuah pertemanan pasti ada
perselisihan. Maka alangkah baiknya ketika ada teman yang salah atau bertengkar
hendaknya diberi nasihat yang baik dan diingatkan.
Dalam pergaulan dengan teman sebaya kita harus saling menasehati dalam
kebaikan. Sebagai teman yang baik kita harus bisa menasehati teman kita yang
baik agar selalu berada dalam kebaikan.
Allah SWT. Memerintahkan kita untuk saling menasehati, sebagaimana
firman-Nya berikut.
َّ ‫صوْ ا بِال‬
‫صب ِْر‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوتَ َوا‬ ِ ‫إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ ‫ت َوت ََوا‬
Artinya: “Kecuali mereka yang beriman, dan beramal shalih, dan saling
menasihati dalam kebenaran, dan (saling menasihati) dalam kesabaran.” (Q.S.
Al-‘Asr, 103: 3).

6. Larangan Dalam Pergaulan dengan Teman Sebaya


Dalam bergaul dengan teman sebaya, kita dilarang untuk melakukan hal-hal berikut.
a. Bermusuhan

Islam melarang kita untuk bermusuhan dengan siapa saja, termasuk


bermusuhan dengan teman sebaya. Sesama muslim tidak boleh saling membenci.
Kebencian hanya akan merusak persahabatan dan merusak tali persaudaraan.
Permusuhan di antara muslim hanyalah menuruti bujuk rayu setan, seperti firman-
Nya berikut.
َّ ‫ص َّد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ َوع َِن ٱل‬
ۖ ‫صلَ ٰو ِة‬ َ ‫إِنَّ َما ي ُِري ُد ٱل َّش ْي ٰطَنُ أَن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْٱل َع ٰ َد َوةَ َو ْٱلبَ ْغ‬
ُ َ‫ضٓا َء فِى ْٱل َخ ْم ِر َو ْٱل َم ْي ِس ِر َوي‬
َ‫فَهَلْ أَنتُم ُّمنتَهُون‬
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
b. Memanfaatkan Teman

Kita harus berteman dengan tulus tanpa pamrih. Kita tidak boleh berteman
karena berniat untuk memanfaatkan saja. Pertemanan harus dilandasi dengan
kasih sayang sehingga bisa membawa kebaikan.
Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW. sebagai berikut:
‫وحسن الخلق مع الناس أال تحمل الناس على مراد نفسك بل تخمل نفسك على مرادهم مالم يخالفوا الشرع‬
Artinya: Akhlak baik kepada orang lain itu adalah tidak memanfaatkan mereka
untuk kepentinganmu, namun manfaatkanlah dirimu untuk kepentingan mereka,
selagi tidak melanggar ajaran agama.
c. Berkata Kasar dan Memanggil dengan Nama yang Buruk
Bergaul dengan teman sebaya tidak berarti kita boleh memanggil teman kita
dengan panggilan apa saja. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari pertemanan
sering sekali memiliki nama julukan, sebenarnya dalam Islam dianjurkan agar kita
memanggil teman kita dengan nama yang baik.
Selain itu, dalam pergaulan dengan teman sebaya kita harus menggunakan
bahasa yang sopan. Kita sebaiknya tidak menggunakan kata-kata yang kasar dan
kotor saat berbincang dengan teman sebaya.
Sejatinya, nama adalah harapan, doa, cita-cita yang baik yang diberikan oleh
orang tua kepada anaknya. Setiap orang tua mengharapkan yang terbaik untuk
anaknya, termasuk ketika memberikan nama. Orang tua memilih nama terbaik
untuk anaknya, dengan harapan anaknya tumbuh sebaik nama yang diberikan.
Namun, apa jadinya jika nama tersebut disalahgunakan oleh orang lain? Apa yang
akan terjadi jika seseorang mengolok-olok atau memanggil kita dengan julukan
yang buruk? Sobat, menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain adalah
perbuatan yang dilarang. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُكون‬
‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َسٓا ٍء َع َس ٰ ٓى أَن يَ ُك َّن‬ َ
َٓ ٰ ۟ ُ َ ُ َّ ‫إْل‬ ُ ْ ْ ٰ ْ َ ‫أْل‬ ۟ ُ َ ۟ ْ
ٰ
‫ق بَ ْع َد ٱ ِ ي َم ِن ۚ َو َمن ل ْم يَتبْ فأولئِكَ هُ ُم‬ ُ ‫س ٱٱِل ْس ُم ٱلفسُو‬ َ ‫ب ۖ بِئ‬ ِ ‫خَ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل تَل ِمز ٓوا أنف َسك ْم َواَل تَنَابَزوا بِٱ لق‬
َ ُ ُ ُ
ٰ
َ‫ٱلظَّلِ ُمون‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-
Hujuraat, 49: 11).
d. Melanggar Norma-Norma yang Berlaku

Dalam bergaul dengan teman sebaya kita dilarang untuk melanggar norma
yang berlaku baik norma agama, norma hukum, maupun norma masyarakat
lainnya. Perbuatan melanggar norma berarti tidak mengindahkan peraturan yang
telah dibuat, baik peraturan Allah SWT. dalam agama ataupun peraturan yang
berlaku dalam masyarakat. Perbuatan yang termasuk pelanggaran norma agama,
antara lain berjudi, berzina, mengonsumsi narkoba atau minum minuman keras.
Islam sangat melarang hal-hal tersebut.

B. Adab Bergaul dengan yang Lebih Tua


1. Pengertian Bergaul dengan yang Lebih Tua
Islam telah menganjurkan pemeluknya untuk menghormati orang yang lebih
tua dan menyayangi sosok yang lebih muda. Dalam kamus bahasa Indonesia
orang yang lebih tua yaitu orang yang dipandang tua atau berpengalaman seperti
orang tua, para pemimpin dan para penasihat Orangtua misalnya memiliki peran
yang sangat penting dalam membesarkan anaknya. Orangtua adalah orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Orang tua memiliki
kedudukan yang sangat mulia sehingga Allah memerintahkan kita untuk berbakti
kepada keduanya. Allah Swt berfirman :
‫صي ُر‬ ِ ‫ى ْٱل َم‬ َ ‫صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن أَ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي‬
َّ َ‫ك إِل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬ َّ ‫َو َو‬
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S.
Luqman,31: 14).
Orang yang lebih tua bukan hanya orang yang usianya lebih tua daripada kita,
melainkan juga orang yang dianggap memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
lebih. Orang yang lebih tua misalnya orang tua, pemimpin, atau para penasehat.
Sebagai umat Islam kita harus menghormati dan memuliakan orang yangt lebih
tua dari kita. Karena yang demikian itu merupakan ajara akhlak Islam yang paling
ditekankan sebagai sikap terpuji yang mempunyai nilai kewajiban Ilahi.
Terutama kepada orang yang paling dekat dan yang paling berjasa dengan
kita, seperti orang tua kita sendiri, yang telah bersusah payah melahirkan kita,
membesarkan, dan mengasuh kita sejak kecil sehingga dewasa.
Maka prioritas utama kita dahulukan kepada keduanya sebelum kita
menghormati dan memuliakan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT.
berikut.
‫ك ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أُفٍّ َواَل‬ َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن إِحْ ٰ َسنًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬ َ َ‫َوق‬
َّ
‫تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S. Al-Isra’,17:
23).
Orang yang lebih tua selain orang tua yang harus kita hormati dalam pergaulan
adalah guru. Kita juga diperintahkan untuk berbuat baik atau berbakti kepada
guru. Gurulah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita.
Sebagai pendidik, guru membentuk kita menjadi manusia yang beriman,
mengerti baik dan buruk, berbudi pekerti luhur, dan menjadi orang yang
bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri, masyarakat, bangsa, maupun negara.

2. Tata Cara Bergaul dengan Orang yang Lebih Tua


Bagi orang yang lebih muda, menghormati orang yang lebih tua merupakan
suatu kewajiban, karena pada dasarnya orang yang lebih tua telah berjasa
mewariskan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi perkembangan generasi
selanjutnya. Kemajuan suatu generasi adalah berkat apa yang pernah dicapai oleh
generasi sebelumnya.
Dalam melaksanakan pergaulan dengan orang yang lebih tua, baik orang
tua kita sendiri, guru, maupun orang lain yang lebih tua, kita harus mengerti
tentang tata cara bergaul dengan mereka. Berikut tata cara bergaul dengan orang
yang lebih tua.
a. Berlaku Sopan

Orang beriman akan menunjukkan perhatian kepada orang yang lebih tua
khususnya kepada kepada orang tua yang telah melahirkannya dan
memperlakukan mereka dengan rasa hormat, menanamkan kasih sayang bagi
mereka, memperlakukan mereka dengan baik, dan berusaha menyenangkan
hati mereka dengan perilaku baik dan bijak.
Allah SWT. berfirman:
‫ص ِغيرًا‬ ُّ ‫ٱخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح‬
َ ‫ٱلذ ِّل ِمنَ ٱلرَّحْ َم ِة َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى‬ ْ ‫َو‬
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Isra’,
17: 24).
Demikian pula pergaulan kita dengan guru. Bergaul dengan guru yang
umumnya lebih tua dari kita berarti bergaul dengan orang yang berpendidikan
atau orang yang berilmu. Apabila berprilaku sopan kepadanya, niscaya ia akan
senang dan mendoakan sehingga ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang
bermanfaat. Perhiasan ilmu adalah rendah hati dan kesopanan. Oleh karena itu
siapapun yang bersikap rendah hati dan berlaku sopan secara ikhlas, niscaya
Allah Swt akan mengangkat derajatnya dan dicintai oleh orang lain. Sebaiknya
siapa saja yang berlaku sombong dan tidak sopan apalagi terhadap gurunya,
maka ia tidak akan dihargai oleh orang lain karena Allah SWT tidak
menyukainya.
b. Berkata Santun

Salah satu bentuk sikap santun kepada orangtua atau orang yang lebih tua
adalah jangan bersuara lebih keras dari suara mereka, memutus pembicaraan,
berhohong, mengejutkan mereka saat sedang tidur atau meremehkan. Perintah
berbuat baik ini terdapat dalam Al-Qur’an. Allah Swt berfirman:
َ ‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن إِحْ ٰ َسنًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد‬
‫ك ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما‬
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(Q.S. Al-Isra’,17: 23).
Penghormatan kepada orang yang lebih tua juga adalah guru. Sikap yang
baik terhadap guru misalnya berkomunikasi dengan guru secara santun dan
lemahlembut. Ketika guru keliru, baik khilaf atau karena tidak tahu, sementara
murid mengetahui, maka seorang murid hendaknya menjaga perasaan agar
tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru
menyadari kekeliruannya. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru
menyadari kekeliruan, maka murid mengingatkan secara halus.
Dalam hal ini seorang murid hendaklah tidak bersuara keras atau
mentangmentang dan merasa lebih pandai dari gurunya. Sebab kepandaian
yang didapat sekarang didapat dari gurunya.
c. Menolak dengan Sopan Jika Mendapatkan Perintah yang Buruk
Dalam hal tertentu mungkin orang tua atau orang yang lebih tua melakukan
halhal yang kurang sesuai dengan ajaran agama. Orang yang lebih tua yang
berprilaku buruk adalah orang tidak menanamkan nilai-nilai yang baik
sehingga anak atau orang yang lebih muda tidak memberikan apresiasi
kepadanya.
Meskipun demikian siapa saja yang mendapati hal seperti ini, maka
hendaknya ia menolak dengan cara bersikap sopan dan berkata santun
sehingga mereka merasa tidak dilecehkan dan pada saat bersamaan hendaknya
mendoakan para orang tua tersebut untuk tidak melakukan kegiatan buruk
tersebut.
Perilaku buruk tersebut bisa jadi terkait dengan persoalan akidah atau
kegiatan buruk lain yang melanggar nilai dan norma kemasyarakatan,
misalnya mempunyai perusahaan pengoplos minuman keras atau kegiatan
lainnya. Oleh karena itu jangan sekali-kali membantah perintah orang tua atau
orang yang lebih tua dengan nada kesal sebab hal tersebut tidak akan
membuahkan hasil. Hal yang harus dilakukan adalah menghadapinya dengan
tenang dan penuh keyakinan serta percaya diri. Allah swt berfirman:
َ ِ‫اح ْبهُ َما فِى ٱل ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا ۖ َوٱتَّبِ ْع َسب‬
‫يل‬ ِ ‫ص‬َ ‫ْس لَكَ بِِۦه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو‬َ ‫ك بِى َما لَي‬ َ ‫َوإِن ٰ َجهَدَاكَ َعلَ ٰ ٓى أَن تُ ْش ِر‬
َ‫ى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬ َّ َ‫ى ۚ ثُ َّم إِل‬ َ ‫َم ْن أَن‬
َّ َ‫َاب إِل‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(QS. Luqman(31): 15).
d. Menghormati Orang Yang Lebih Tua dengan Ikhlas

Termasuk cabang iman adalah mencintai dan menghormati orang yang


lebih tua dari kita. Terdapat hadits dari Anas bin Malik Rasulullah SAW
menjamin surga bagi umatnya yang menghormati orang yang lebih tua dengan
penuh rasa hormat.
Berbuat baik kepada kedua orang tua harus diupayakan secara maksimal.
Jika anak ingin memberikan sesuatu kepada orang tuanya, maka berikanlah
yang terbaik sebab yang terbaik saja belum tentu seimbang dengan jerih payah
dan pengorbanan keduanya. Allah Swt berfirman:
ِ ‫ى ْٱل َم‬
‫ي ُر‬Æ ‫ص‬ َّ َ‫ك إِل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫ َد ْي‬Æ ِ‫صلُ ۥهُ فِى عَا َم ْي ِن أَ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َول‬ َّ ‫َو َو‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.(QS.
Lukman, 31: 14).
Demikian pula dalam menghormati guru karena guru seperti orang tua
sendiri. Ketika seseorang menginjak dewasa, maka bapak atau ibu guru yang
mengajarkannya ilmu pengetahuan hingga seseorang menjadi mengerti
tentang banyak hal dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu ketika gurumu memposisikanmu di tempat yang telah
ditentukan, maka janganlah berpindah duduk di tempat lain. Apabila guru
sedang membaca atau menjelaskan pelajaran, hendaklah tidak
mengabaikannya, baik dengan berbicara sendiri atau berdiskusi thema lain
dengan teman sebangku. Oleh karena itu dengarkanlah selalu secara baik-baik
dan penuh keikhlasan apa saja yang dikatakan oleh seorang guru. Tidak patut
bagi seorang murid menyibukkan pikiran dengan sesuatu yang sama sekali
tidak terkait dengan pembelajaran.
e. Mendahulukan Orang yang Lebih Tua

Mendahulukan orang lain apalagi kepada orang yang lebih tua dalam halhal
duniawi sangat dianjurkan oleh agama. Perangai ini juga dilakukan oleh para
sahabat. Allah Swt berfirman:
۟ ُ‫اجةً ِّم َّمٓا أُوت‬
‫وا‬ ِ ‫َوٱلَّ ِذينَ تَبَ َّو ُءو ٱل َّدا َر َوٱإْل ِ ي ٰ َمنَ ِمن قَ ْبلِ ِه ْم يُ ِحبُّونَ َم ْن هَا َج َر إِلَ ْي ِه ْم َواَل يَ ِج ُدونَ فِى صُ د‬
َ ‫ُور ِه ْم َح‬
ٓ
َ ِ‫ق ُش َّح نَ ْف ِسِۦه فَأ ُ ۟و ٰلَئ‬
َ‫ك هُ ُم ْٱل ُم ْفلِحُون‬ َ ‫صةٌ ۚ َو َمن يُو‬ َ َ‫َوي ُْؤثِرُونَ َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس ِه ْم َولَوْ َكانَ بِ ِه ْم خ‬
َ ‫صا‬
Artinya: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah
beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-
orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang
yang beruntung. ”(QS. al Hasyr, 59: 9).
Perilaku mendahulukan orang tua telah dicontohkan oleh Ali bin Abi
Thalib. Suatu hari Ali bin Abi Thalib ra terburu-buru keluar rumah untuk
menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid Nabi. Di tengah perjalanan ia
berjumpa dengan seorang lelaki tua kaum Yahudi. Lelaki tua itu berjalan
menuju arah yang sama dengan Ali. Karena keluhuran akhlaknya Ali bin Abi
Thalib ra tidak mau mendahului sosok Yahudi tersebut walaupun ia berjalan
lamban.

3. Larangan Bergaul dengan Orang Yang Lebih Tua


Adapun beberapa larangan dalam bergaul kepada orang yang lebih tua antara lain
sebagai berikut.
a. Durhaka Kepada Orang Tua

Durhaka berarti tidak setia atau berkhianat. Kebalikannya adalah berbuat


baik kepada kedua orang tua.Tidak ada alasan bagi seorang anak untuk
durhaka kepada kedua orang tuanya. Kepatuhan anak kepada kedua orang
tuanya ada pada segala hal yang diperintahkan olehnya . Siapa saja yang
durhaka kepada kedua orang tuanya, maka Allah Swt akan melaknat dan
mengharamkan surga baginya.
Dalam hal ini terdapat hadits Rasulullah Saw bersabda:
‫ َو َسخَ طُ الرَّبِّ فِي َس َخ ِط ْال َوالِ ِد‬،‫ضى ال َوالِ ِد‬
َ ‫ضى الرَّبِّ فِي ِر‬
َ ‫ِر‬
Artinya: “Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan
kemurkaan Allah tergantung pula pada kemurkaan kedua orang tua”
(HR.Tirmidzi).
b. Bersikap Arogan kepada Orang yang Lebih Tua

Arogan dalam kamus bahasa Indonesia berarti sombong; congkak, angkuh,


mempunyai perasaan atau superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap
suka memaksa atau pongah. Sikap arogan merupakan kesombongan diri
terhadap orang lain karena seseorang merasa memiliki kelebihan dalam hal
kekayaan, kepandaian, ketampanan, kecantikan, kekuatan fisik yang semata-
mata untuk menutupi kelemahannya.
Larangan kepada orang yang lebih tua bagi kita yang lebih muda adalah
bersifat arogan atau sombong. Kepada orang yang lebih tua kita tidak boleh
bersikap arogan. Sikap arogan misalnya merendahkan orang yang lebih tua,
tidak menghargai pendapat orang yang lebih tua atau menyepelekan nasihat
orang yang lebih tua dari kita. Kita tidak boleh merasa semena-mena kepada
orang yang lebih tua karena kita merasa lebih berpendidikan atau lebih kaya
harta.
Orang yang lebih tua dari kita meskipun di dunia memiliki pendidikan yang
mungkin lebih rendah dari kita, dalam Islam telah dianggap sebagai orang
yang berilmu. Mereka adalah pendahulu kita yang memiliki pengalaman
dalam kehidupan jauh lebih banyak daripada kita sehingga kita tidak boleh
meremehkan mereka. Kita harus menghargai pendapatnya dan nasihatnya.
Sikap arogan akan menutup mata hati seseorang dalam menerima
kebenaran. Kesombongan akan membuat manusia ingkar terhadap kebenaran.
Hal itu dilakukannya tiada lain karena sifat congkak dan takabur. Misalnya
seorang anak yang sudah merasa lebih pandai daripada orang tuanya akan
bersikap tidak perduli terhadap nasihat yang diberikanoleh orang tua. Sikap
arogan ini tiada lain karena telah dipengaruhi oleh hawa nafsu dan godaan
setan sehingga pelakunya tidak dapat menerima nasehat. Allah Swt berfirman:
‫غ بَ ْينَهُ ْم ۚ إِ َّن ٱل َّش ْي ٰطَنَ َكانَ لِإْل ِ ن ٰ َس ِن َع ُد ًّوا ُّمبِينًا‬
ُ ‫وا ٱلَّتِى ِه َى أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن ٱل َّش ْي ٰطَنَ يَن َز‬
۟ ُ‫َوقُل لِّ ِعبَا ِدى يَقُول‬
Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S. Al-Isra’, 17: 53).

C. Adab Bergaul dengan yang Lebih Muda


1. Pengertian Orang yang Lebih Muda
Pengertian orang yang lebih muda adalah orang-orang di sekitar kita yang
memiliki usia lebih muda daripada kita. Orang yang lebih muda diartikan sebagai
anak kecil, remaja atau pemuda. Dalam Al-Quran pemuda merupakan golongan
yang juga sering disebut. Dalam pergaulan, tidak hanya orang yang lebih tua dan
orang yang menjadi perhatian kita untuk selalu kita hormati, tetapiu juga orang-
orang yang lebih muda. Islam menganjurkan kita agar bersikap merendah dan
santun sesama mukmin, termasuk orang yang lebih muda dari kita. Kalau kita
banyak kelebihan dibanding mereka, kita tidak boleh sombong dan congkak pada
mereka, justru kita harus membantunya dengan penuh kasih sayang dan segala
kecintaan. Pergaulan dengan orang lebih muda termasuk juga terhadap orang yang
keadaan perekonomiannya rendah, pengetahuan dan pengalamannya lebih lemah
dari kita, juga anak yatim dan fakir miskin. Terhadap mereka kita wajib
menyantuni dan bersikap penuh kasih sayang, tidak berbuat dan berkata kasar,
tidak menghina keadaan dan derajat mereka. Jika kita tidak hormat dan tidak
sopan terhadap mereka yang lebih muda dari kita, niscaya mereka pun tidak akan
menghormati kita.
Bergaul dengan orang yang lebih muda sangat penting artinya. Karena di
dalam pergaulan itulah nantinya akan terjadi proses pendidikan yang sangat besar
pengaruhnya bagi perkembangan pribadi generasi muda. Generasi muda adalah
generasi penerus yang memiliki potensi, kemampuan tenaga, pikiran, sumber
daya, dan cita-cita yang tinggi. Untuk mempersiapkan generasi penerus yang lebih
baik, maka sangat diperlukan pemeliharaan dan perlindungan. Mereka perlu
dibimbing dan dikembangkan bakat mereka dengan baik, keberanian, kejujuran,
kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab sehingga mereka nantinya benar-benar
menjadi generasi penerus yang tangguh dan kuat dalam lahir maupun batin.
Pemuda dalam bahaa Arab disebut dengan syabab atau fata. Hal tersebut
dapat dijumpai di dalam al-Qur’an dan hadis nabi. Di dalam al-Qur’an terdapat
dalam firman Allah Swt:
۟ ُ‫قَال‬
‫وا َس ِم ْعنَا فَتًى يَ ْذ ُك ُرهُ ْم يُقَا ُل لَ ٓۥهُ إِ ْب ٰ َر ِهي ُم‬
Artinya: “Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela
berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim". (Q.S. Al-Anbiya, 21: 60).
Sementara di dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:
َ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ـ رضى هللا عنه ـ َع ِن النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل “ َس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ُم هَّللا ُ تَ َعالَى فِي ِظلِّ ِه يَوْ َم ال‬
‫ َو َر ُجالَ ِن تَ َحابَّا فِي هَّللا ِ اجْ تَ َم َعا‬،‫ق فِي ْال َم َسا ِج ِد‬ ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬،ِ ‫ َو َشابٌّ نَ َشأ َ فِي ِعبَا َد ِة هَّللا‬،ٌ‫ِظ َّل إِالَّ ِظلُّهُ إِ َما ٌم َع ْدل‬
‫ص َدقَ ٍة فَأ َ ْخفَاهَا‬
َ ِ‫ق ب‬ َ َ‫ َو َر ُج ٌل ت‬،َ ‫ب َو َج َما ٍل فَقَا َل إِنِّي أَ َخافُ هَّللا‬
َ ‫ص َّد‬ ِ ‫ات َم ْن‬
ٍ ‫ص‬ ُ ‫ َو َر ُج ٌل َد َع ْتهُ ا ْم َرأَةٌ َذ‬،‫َعلَ ْي ِه َوتَفَ َّرقَا َعلَ ْي ِه‬
‫ت َع ْينَاهُ ” متفق عليه‬ ْ ‫ض‬َ ‫ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ خَالِيًا فَفَا‬Æ،ُ‫ق يَ ِمينُه‬ ُ ِ‫َحتَّى الَ تَ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما تُ ْنف‬
Artinya: “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan oleh
Allah dalam naungan (ArsyNya) pada hari yang tidak ada perlindungan (sama
sekali) kecuali perlindungan dariNya: Seorang pemimpin yang adil, seorang
pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah, seseorang yang
hatinya senantiasa terkait kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena
Allah, mereka berkumpul dan berpisah karenaNya, seorang lakilaki yang saat
diajak (berbuat sesuatu yang dilarang agama) oleh seorang wanita yang memiliki
kedudukan dan cantik, maka ia berkata:”Aku takut kepada Allah Swt”, Seseorang
yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya
tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya serta seseorang
yang berdzikir kepada Allah dalam kesunyian lalu kedua matanya meneteskan air
mata. (HR. BukhariMuslim)
Sementara dalam bahasa Indonesia pemuda berarti orang yang belum
sampai setengah umur dan merupakan lawan kata dari tua.
Orang yang lebih muda yang dimaksud di sini adalah anak kecil atau
remaja dan para pemuda.
Dalam bergaul dengan anak kecil Rasulullah Saw memberi teladan saat
beliau mencium Hasan dan Husein di hadapan al Aqra bin Habis yang terheran-
heran lalu ia berkata:”Wahai Rasulullah Saw saya mempunyai sepuluh orang
anak, tetapi tidak ada seorangpun yang pernah aku cium seperti engkau ini”.
Rasulullah Saw memandangnya dan berkata:“Barangsiapa yang tidak menyayangi
sesama manusia, niscaya tidak akan disayangi oleh Allah”.(HR. Bukhari Muslim)
Karena pemberian rahmat dari Allah Swt itulah Rasulullah Saw senantiasa
merasa senang dan berusaha menggembirakan hati anak-anak kecil, menghibur
dan bila ada tamu yang mengunjunginya dan membawa oleh-oleh, maka sosok
yang diberikan terlebih dahulu adalah anak-anak.
Demikian pula bergaul terhadap remaja. Remaja adalah masa pencarian jati
diri. Remaja merupakan kelompok masyarakat yang biasanya kreatif dan inovatif.
Hal ini juga terjadi dalam pergaulan mereka. Oleh karena itu banyak dijumpai
para remaja yang berusaha menonjolkan identitas pribadi atau kelompoknya.
Mereka biasanya akan meniru siapa saja yang menurut mereka layak untuk ditiru
seperti guru, ulama, artis dan para tokoh lainnya. Dalam beberapa kejadian
ditemukan banyak penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja ini seperti
adanya komunitas atau gang yang identik dengan perilaku buruk seperti geng
motor dan sebagainya.
Islam memberi perhatian sangat besar terhadap upaya perbaikan mental
kaum muda. Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang
akan datang. Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat Islam. Adab
bergaul dengan orang yang lebih muda pada dasarnya ditujukan untuk menjadikan
generasi yang dapat menggantikan tongkat estafet pengembangan umat yang lebih
baik.
Al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda ashabul kahfi sebagai
kelompok pemuda yang beriman kepada Allah dan meninggalkan mayoritas
kaumnya yang menyimpang dari agama Allah SWT, sehingga Allah
menyelamatkan para pemuda tersebut dgn menidurkan mereka selama 309 tahun.
Allah Swt berfirman:
۟ ‫ٱزدَاد‬
‫ُوا تِ ْسعًا‬ َ َ‫وا فِى َك ْهفِ ِه ْم ثَ ٰل‬
ْ ‫ث ِم ۟ائَ ٍة ِسنِينَ َو‬ ۟ ُ‫َولَبث‬
ِ
Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun (lagi). (Q.S. Al-Kahfi, 18: 25).

2. Tata Cara Bergaul dengan Orang Yang Lebih Muda


Tata cara bergaul dengan orang yang lebih muda antara lain sebagai berikut.
a. Memberi Nasihat dengan Bijak

Kalangan muda khususnya remaja dan pemuda adalah masa panca roba.
Masa muda mempunyai posisi yang sangat penting. Para pemuda dituntut
untuk memberikan sumbangsihnya dalam membangun kemajuan. Bersamaan
dengan itu, masa muda juga merupakan masa yang penuh dengan godaan
untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa
pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran
maupun jiwa, yang tak jarang menyebabkan hidupnya terguncang. Oleh
karena itu perlu mendapat nasehat dari orang yang lebih tua.
Nasehat yang diberikan oleh orang yang lebih tua tentunya harus bijak.
Sebenarnya yang diinginkan oleh para pemuda khususnya remaja adalah
kebebasan. Maksudnya mereka sesungguhnya tidak mau mengikuti peraturan
yang mengikat yang berasal dari orang tua mereka. Sebagai contoh konkrit
ketika anak diajak oleh orang taunya menghadiri acara pesta perkawinan.
Umumnya remaja menolak karena mereka berpikir bahwa bermain dengan
teman sebayanya lebih menyenangkan ketimbang harus ikut bersama orang
tua.
Oleh karena itu para remaja sekarang banyak menghabiskan waktunya
untuk bermain game, handphone, bbm, twiter, Whatsapp atau untuk sekedar
berkumpul tanpa arah dan tujuan. Mereka lebih menyukai berkumpul dengan
teman sebayanya karena mereka berpikir bahwa orang tua mereka tidak
mengetahui gejolak jiwa mereka. Mereka berasumsi bahwa teman sebaya yang
justru lebih mengetahui dan memahami apa yang menjadi kemauannya.
Situasi seperti inilah yang terkadang membuat orang tua jengkel dan marah
terhadap anaknya sehingga ia marah tanpa kendali terhadap anaknya. Hal
demikian justru yang terjadi adalah kesalahan dalam memberikan solusi, maka
akibatnya anak akan sulit dikendalikan dan tidak mau mendengarkan nasehat
serta tutur kata orang tuanya.
Di sinilah diperlukan kebijaksanaan dari para orang tua sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman antara anak dan orang tua. Bersikap lemah lembut
ditambahkan dengan pengertian terhadap sikap seorang remaja diperlukan. Al
Quran menunjukkan bahwa sikap keras hati dalam berdakwah akan
menyebabkan orang yang menerima dakwah tersebut akan lari. Sebaliknya
yang menjadikan mereka sadar dan mengikuti kita adalah kelemahlembutan.
Allah Swt berfirman:
‫وا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَٱعْفُ َع ْنهُ ْم َوٱ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم‬ ۟ ُّ‫ب ٱَلنفَض‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ٱهَّلل ِ ِلنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْٱلقَ ْل‬
َ‫اورْ هُ ْم فِى ٱأْل َ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى ٱهَّلل ِ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ْٱل ُمت ََو ِّكلِين‬ ِ ‫َو َش‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali ’Imran, 3: 159).
Dengan demikian orang tua yang bijak adalah orang tua yang berupaya
secara bijak mengajak anaknya kepada jalan yang benar. Hal ini dilakukan
agar para pemuda selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadiannya
sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi
Yusuf dalam QS. Yusuf: 22-24,
ِ َ‫ك نَجْ ِزى ْٱل ُمحْ ِسنِينَ َو ٰ َر َو َد ْتهُ ٱلَّتِى هُ َو فِى بَ ْيتِهَا عَن نَّ ْف ِس ِهۦ َو َغلَّق‬
‫ت‬ َ ِ‫َولَ َّما بَلَ َغ أَ ُش َّد ٓۥهُ َءاتَ ْي ٰنَهُ ُح ْك ًما َو ِع ْل ًما ۚ َو َك ٰ َذل‬
ٰ
ْ ‫ى ۖ إِنَّ ۥهُ اَل يُ ْفلِ ُح ٱلظَّلِ ُمونَ َولَقَ ْد هَ َّم‬
‫ت بِ ِهۦ ۖ َوهَ َّم بِهَا‬ َ ‫ك ۚ قَا َل َم َعا َذ ٱهَّلل ِ ۖ إِنَّهۥُ َرب ِّٓى أَحْ َسنَ َم ْث َوا‬ َ َ‫ت هَيْتَ ل‬ ْ َ‫ب َوقَال‬ َ ‫ٱأْل َ ْب ٰ َو‬
َ‫صين‬ِ َ‫ك لِنَصْ ِرفَ َع ْنهُ ٱلس ُّٓو َء َو ْٱلفَحْ َشٓا َء ۚ إِنَّ ۥهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا ْٱل ُم ْخل‬ َ ِ‫لَوْ ٓاَل أَن َّر َءا بُرْ ٰهَنَ َربِّ ِهۦ ۚ َك ٰ َذل‬
Artinya: “ Dan tatkala Dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya Hikmah
dan ilmu. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orangorang yang
berbuat baik. dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya
menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup
pintupintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguhnya orangorang yang zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak
melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari
padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk
hambahamba Kami yang terpilih.”
Rasulullah SAW sendiri sering memberikan arahan dan nasehat kepada
para pemuda, seperti nasehat beliau kepada Abdullah bin Abbas: “Wahai
anakku, jagalah Allah maka Dia pasti akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya
kamu akan menemukanNya di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka
memintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, maka
memohonlah kepada Allah. Seandainya semua umat bersatu untuk
memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan mampu kecuali sudah
ditentukan Allah. Dan seandainya semua umat berkumpul untuk
mencelakaimu, mereka tidak akan mampu kecuali yang telah Allah tetapkan
Allah. Pena (pencatat taqdir) telah diangkat dan lembaranlembaran (catatan
taqdir) telah mongering”. (HR Bukhari dan Muslim).
Para remaja dan pemuda pemuda sangat membutuhkan nasehat dan
orangorang yang lebih tua harus memberikan nasehat kepada mereka agar
hendaknya menjadikan diri mereka mempunyai waktu untuk melakukan
penyucian jiwa dengan harapan mereka terjaga dari maksiat. misalnya dengan
rajin beribadah, mempelajari ilmu dan berpuasa sunnah.
ِ ْ‫صنُ ِل ْلفَر‬
‫ج َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع‬ َ ْ‫ص ِر َوأَح‬
َ َ‫ب َم ِن ا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِ ْلب‬ ِ ‫يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
‫فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء‬
Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu
(menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan
dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia
berpuasa, karena hal itu sebagai perisai”. (HR. BukhariMuslim)
b. Memberi Perhatian dan Kasih Sayang

Orang yang lebih muda usianya membutuhkan perhatian orang yang lebih
tua. Oleh karena itu hendaknya orang yang lebih tua menampakkan perhatian
yang lebih besar kepada mereka yang muda. seorang anak atau pemuda bisa
berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orang dewasa. Mereka
membutuhkan diri untuk diperhatikan, di antara caranya adalah dengan
mencari informasi latar belakang mengapa mereka berperilaku demikian dan
menunjukkan sikap secara langsung berupa kasih sayang dengan bergaul.
Rasulullah SAW bersabda:
‫ص ِغي َر تُ َرافِ ْقنِي فِي ْال َجنَّ ِة‬
َّ ‫ َوقِّ ِر ْال َكبِي َر َوارْ َح ِم ال‬، ُ‫ يَا أَنَس‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫قَا َل َرسُو ُل اللَّ ِه‬
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan
sayangi yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR.
Baihaqi)
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الَ تَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤ ِمنُوا َوالَ تُ ْؤ ِمنُوا َحتَّى‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ت ََحابُّوا أَ َوالَ أَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى َش ْي ٍء إِ َذا فَ َع ْلتُ ُموهُ تَ َحابَ ْبتُ ْم أَ ْف ُشوا ال َّسالَ َم بَ ْينَ ُك ْم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, “Kalian tidak akan masuk surga
hingga kalian beriman. Dan kalian tidak (dikatakan) beriman hingga kalian
saling mencintai. Maukah aku beritahu pada kalian pada satu hal, yang jika
kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? (Yaitu) sebarkanlah salam
diantara kalian.” (HR. Muslim)
Perhatian dan kasih sayang ini dapat dilakukan dengan komunikasi yang
baik. Karena pada hakekatnya anak-anak, remaja dan pemuda ingin dihargai,
didengar dan diperhatikan keluhan-keluhan mereka. Dalam hal ini tentunya
diperlukan sosok yang tua yang dapat bersikap tegas, tetapi dapat akrab
dengan mereka. Di sini orang yang lebih tua harus bisa bersikap sebagai orang
tua, guru sekaligus kawan bagi mereka. Dalam mendidik anak harus dilakukan
dengan cara yang masuk akal, dapat menjelaskan mana yang baik dan mana
yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang
cukup. Hal ini dilakukan karena anak, remaja dan pemuda sekarang semakin
kritis dan memiliki wawasan yang luas yang diakibatkan oleh informasi dan
proses globalisasi.
c. Mempererat Persaudaraan

Orang yang lebih tua harus mencintai saudaranya yang lebih muda karena
Allah akan memandang bahwa dirinya merupakan bagian integral dari suatu
masyarakat yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagiaan bersama.
Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun
kesengsaraan akan dianggap sebagai kebahagiaan dan kesengsaraannya juga.
Dengan demikian akan terjadi keharmonisan hubungan antar individu yang
akan memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat. Dalam hal ini Allah
Swt berfirman:
‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّونَ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فَإ ِ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
Artinya: ”Kamu sekalikali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja
yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.(QS. Ali
Imran, 3: 92).
Masyarakat seperti ini pernah terjadi di masa Rasulullah Saw. Saaat itu
Kaum Anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang
dialami oleh kaum Muhajirin. Perasaan seperti itu sama sekali tidak terkait
dengan keterkaitan daerah atau keluarga, tetapi didasarkan pada keimanan
yang teguh.
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي ُموْ َسى َر‬
‫ضهُ بَ ْعضًا‬ ُ ‫بَ ْع‬
Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda,
'Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-
bagiannya saling mengokohkan”. (HR. Bukhari).
d. Memberikan Teladan yang Baik

Menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku kepada siapa
saja yang berusia lebih muda adalah metode pendidikan yang paling baik dan
utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa pengaruh yang ditimbulkan
dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar
dari pada pengaruh ucapan. Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah
mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan
menjadikannya lebih semangat dalam beramal seperti yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia
menjadi pemuda yang bergelar alamin (tepercaya) dari masyarakatnya.
‫ق َع ِظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َوإِنَّكَ لَ َعلى ُخل‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(QS. Al Qalam, 68: 4).
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh besar
terhadap perkembangan anak-anak, remaja dan pemuda. Dalam hal ini Allah
SWT berfirman:
ٓ
َ‫ارةُ َعلَ ْيهَا َم ٰلَئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُون‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ‫وا قُ ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ْٱل ِح َج‬ َ
َ‫ٱهَّلل َ َمٓا أَ َم َرهُ ْم َويَف َعلونَ َما يُؤ َمرُون‬
ْ ُ ْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (Q.S. ALTahrim, 66: 6).
Kasih sayang dan teladan orang tua serta anggota keluarga memberikan
dampak dalam kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan teladan
khususnya dari orang tua memiliki dampak yang besar bagi anak-anak yang
masih belia itu. Dalam keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah akan
memiliki keteladanan keislaman yang baik. Insya Allah akan tumbuh generasi
muda yang berakhlak mulia, memiliki sopan santun dan melaksanakan ajaran
agamanya. Sebaliknya keluarga yang tidak harmonis, keteladanan dari orang
tuanya tidak ada dan tidak ada keteladanan islami, maka akan tumbuh generasi
muda yang cenderung menyimpang.
e. Melakukan Pembinaan yang Baik

Pemuda adalah tonggak penopang Umat. Dari mereka kelak akan lahir para
ulama, para reformis, pada mujahid dan tokoh-tokoh lain yang memiliki peran
sangat besar dalam membangun masyarakat. Jika mereka baik, maka
lingkungannya juga akan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat.
۟ ُ‫َوٱلَّ ِذينَ َءامن‬
ٍ ۭ ‫م ُذ ِّريَّتُهُم بِإِي ٰ َم ٍن أَ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ُذ ِّريَّتَهُ ْم َو َمٓا أَلَ ْت ٰنَهُم ِّم ْن َع َملِ ِهم ِّمن َش ْى ٍء ۚ ُكلُّ ٱ ْم ِر‬Æْ ُ‫وا َوٱتَّبَ َع ْته‬
‫ئ بِ َما‬ َ
ٌ ‫ب َر ِه‬
‫ين‬ َ ‫َك َس‬
Artinya: “Dan orangoranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Tiaptiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.(Q.S. At-
Thur, 52: 21).
Dalam memberi bimbingan hendaknya mempertimbangkan perkembangan
berfikir dan daya kreatifitasnya sehingga mereka yang muda tidak merasa
didikte yang akan berakhir pada keengganan mereka untuk mengikuti
bimbingan. Demikian pula, dalam memberikan bimbingan hendaknya
dilakukan juga dengan diskusi untuk mengetahui pola pikir mereka.
Rasulullah Saw bersabda:
 ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل يَ ِّسرُوا َوال تُ َع ِّسرُوا َوبَ ِّشرُوا َوال تُنَفِّرُوا وكان يحب‬ َ ‫ك َع ْنالنَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
‫التخفيف والتسري على الناس‬
Artinya: “Dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah SAW. bersabda:
Mudahkanlah dan jangan mempersulit dan berilah kabar gembira dan jangan
menakut-nakuti. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan dan
merahasiakan (amal shaleh)kepada manusia”.(HR. Bukhari).
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َوفِي َح ِديثِبَ ْك ٍر أَنَّهُ َس ِم َع َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَأَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫ت هَلْ يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء قَالُوا ال‬ ٍ ‫س َمرَّا‬ َ ‫ب أَ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل ِم ْنهُ ُكلَّيَوْ ٍم َخ ْم‬
ِ ‫َو َسلَّ َم يَقُوأُل َ َرأَ ْيتُ ْم لَوْ أَ َّن نَ ْهرًا بِبَا‬
‫س يَ ْم ُحوهَّللا ُ بِ ِه َّن ْالخَ طَايَا‬
ِ ‫ت ْال َخ ْم‬ ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫ك َمثَ ُل ال‬َ ِ‫ال فَ َذل‬
َ َ‫يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء ق‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a.sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda. Di
dalam hadis Bakar sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah
seorang di antara kalian lalu Ia mandi di sana lima kali sehari. Apakah masih
akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab: Tidak akan tersisa kotorannya
sedikitpun. Beliau bersabda: Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosadosa”. (HR. Muslim).
Sekarang ini ada unsur lain yang menjadi pembimbing pemikiran anak-
anak, remaja dan para pemuda selain keluarga, sekolah dan teman sebayanya
yaitu dunia maya. Dunia maya memiliki pengaruh yang besar terhadap
kepribadian generasi muda sekarang. Dunia maya ini mmeiliki pengaruh yang
besar karena didukung oleh kemajuan teknolog dan informasi. Melalui dunia
maya hal-hal positif sekaligus negatif mempengaruhi generasi muda. Ini
adalah tantangan yang besar bagi orang tua, tokoh masyarakat dan para
pengambil kebijakan di Indonesia.
Lingkungan yang dibutuhkan oleh generasi muda sesungguhnya lingkungan
yang islami, baik lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Intinya
lingkungan yang dapat membentuk perkembangan imajinasi positif agar
menuntun mereka pada kepribadian yang benar. Lingkungan islami akan
memberikan kemudahan dalam pembinaan generasi muda. Pembinaan
generasi muda dalam Islam bertujuan untuk membentuk anak yang shaleh,
yang baik, beriman, memiliki ketrampilan dan memiliki akhlak yang mulia.
Generasi seperti inilah yang menjadi dambaan orang tua, negara dan agama.
f. Menghargai Capaian Prestasi Pemuda

Sebagai orang yang lebih tua dan memahami peran pemuda di masa
mendatang, mereka akan memberi penghargaan (reward) atas dedikasi yang
ditunjukkan oleh pemuda. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk saling
menghargai satu sama lain. Sikap selalu menghargai orang lain itu harus
didasari oleh jiwa yang santun, dimana seseorang dapat menumbuhkan sikap
menghargai orang di luar dirinya sendiri. Termasuk bagian dari menghargai
orang di luar dirinya itu adalah penghargaan terhadap prestasi.
Setiap muslim diperintahkan agar bekerja sebagai wujud penghargaan
terhadap pekerjaan itu sendiri. Allah berjanji akan melipatgandakan perbuatan
hamba-hamba-Nya yang berbuat kebaikan.
۟ ُ‫طيِّبَةً ۖ َولَنَجْ زيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُم بأَحْ َسن ما َكان‬
‫وا‬ َ ً‫صلِحًا ِّمن َذ َك ٍر أَوْ أُنثَ ٰى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهۥُ َحيَ ٰوة‬ َ ٰ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ ِ ِ ِ
َ‫يَ ْع َملُون‬
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik lakilaki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”. (Q.S. Al-Nahl, 16: 97)
‫ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إلَى‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
‫صابَك‬ َ َ‫ َوإِ ْن أ‬، ‫ احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَعُك َوا ْستَ ِع ْن بِاَهَّلل ِ َواَل تَ ْع ِج ْز‬، ‫ َوفِي ُك ٍّل خَ ْي ٌر‬، ‫يف‬ ِ ‫ض ِع‬ َّ ‫هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال‬
‫ فَإ ِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل‬، ‫ قَ َّد َر هَّللا ُ َو َما َشا َء هَّللا ُ فَ َع َل‬: ْ‫ َولَ ِك ْن قُل‬، ‫ لَوْ أَنِّي فَ َع ْلت َك َذا َكانَ َك َذا َو َك َذا‬: ْ‫َش ْي ٌء فَاَل تَقُل‬
‫ال َّش ْيطَا ِن‬
Artinya: “Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang
lemah dan dalam segala sesuatu ia dipandang lebih baik. Raihlah apa yang
memberikan manfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah. janganlah lemah!
Kalau engkau tertimpa sesuatu, janganlah berkata, ‘kalau aku berbuat begini,
pasti begini dan begitu tetapi katakanlah “Allah Swt telah menentukan dan
Allah menghendaki aku untuk berbuat karena kata “kalau” akan mendorong
pada perbuatan setan”. (HR. Muslim)

3. Larangan dalam Bergaul dengan yang Lebih Muda


Dalam bergaul dengan yang lebih muda terdapat beberapa larangan sebagai
berikut.
a. Meminta Penghormatan yang Berlebihan

Orang yang lebih tua yang meminta untuk dihormati dengan cara
berlebihan sehingga meletakkannya pada martabat lebih dari kedudukannya
sebagai manusia, merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah dan Rasul-
Nya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits dari Umar bin Khattab
ra,
ُ‫ إِنَّ َما أَنَا َع ْب ٌد فَقُوْ لُوْ ا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لُه‬،‫ارى ِع ْي َسى ب ِْن َمرْ يَ َم‬
َ ‫ص‬َ َّ‫ت الن‬ ْ َ‫طرُوْ نِ ْي َك َما أ‬
ِ ‫ط َر‬ ْ ُ‫الَ ت‬
Artinya: “Janganlah kalian memujiku sebagaimana orangorang Nasrani
memuji ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka
katakanlah: hamba Allah dan rasulNya.” (HR. Bukhari, Muslim dan At
Tirmidzi).
b. Antipati

Antipati yaitu sikap tidak percaya kepada seseorang atau suatu komunitas.
Sikap antipati merupakan wujud dari sukap individualis yang merugikan.
Sikap individualistis ini cenderung sikap yang mementingkan diri sendiri dan
tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Salah
satunya adalah tidak percaya kepada orang lain apalagi terhadap generasi
muda.
Realitas seperti ini biasanya terjadi pada orang tua yang merasa memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang banyak sehingga para pemuda dan remaja
yang biasanya dalam kondisi panca roba tidak diberikan kesempatan. Hal
seperti ini tentu saja akan merusak pergaulan orang tua dengan orang muda.
Oleh karena itu antipati dapat menjadi penghambat hubungan baik antara
kelompok yang tua dengan yang muda. Oleh karena itu Rasulullah Saw
bersabda:
ُّ‫ الَي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ ِألَ ِخ ْي ِه َمايُ ِحب‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِ ِّي‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
ِ ‫س َر‬
‫لِنَ ْف ِس ِه‬
Artinya: “Anas ra. berkata, bahwa Nabi SAW. bersabda, “Tidaklah termasuk
beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
c. Tidak Memahami Aktifitas Generasi Muda

Islam memandang posisi pemuda di masyarakat bukan menjadi kelompok


pengekor yang hanya berfoya-foya. Islam menaruh harapan yang besar kepada
para pemuda untuk menjadi pelopor dan penggerak kegiatan-kegiatan islami
tetapi karena sikap-sikap buruk para orang tua yang dipicu oleh su’u dzan,
kecurigaan dan menuduh tanpa tahu latar belakang, aktifitas pemuda banyak
disalah pahami oleh orang yang lebih tua. Oleh karena itu tidak baik seorang
muslim berburuk sangka terhadap saudaranya apalagi terhadap generasi muda,
tanpa suatu alasan dan bukti yang jelas. Allah SWT berfirman:
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال يَ ْس َخرْ قَو ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َسى أَ ْن يَ ُكونُوا خَ ْيرًا ِم ْنهُ ْم‬
Artinya: “Hai orangorang yang beriman, janganlah sekumpulan orang lakilaki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka”. (Q.S. Al-Hujurat, 49: 11).
‫ إِيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَا ِ َّن الظَّ َّن اَ ْك َذبُ ْال َح ِديث‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasululloh.”
Jauhkanlah diri kamu daripada sangka (jahat) karena sangka (jahat) itu
sedustadusta omongan, (hati)”. (HR. Muttafaq ‘Alaih).

D. Adab Bergaul dengan Lawan Jenis


1. Pengertian Lawan Jenis
Islam adalah agama yang mengatur tata kehidupan manusia. Islam
sesungguhnya tidak melarang bergaul dengan siapapun termasuk pergaulan
dengan lawan jenis. Lawan jenis berarti lawan dari jenis kelamin. Apabila laki-
laki, maka lawannya perempuan dan begitu pula sebaliknya. Laki-laki dan
perempuan merupakan makhluk Allah yang telah diciptakan untuk berpasang-
pasangan sehingga merupakan suatu keniscayaan dan sangat wajar, jika terjadi
pergaulan di antara mereka. Dalam pergaulan tersebut, masing-masing berusaha
untuk saling mengenal. Bahkan lebih jauh lagi, ada yang berusaha saling
memahami, saling mengerti dan ada yang sampai hidup bersama dalam kerangka
hidup berumah tangga. Hal tersebut sangat wajar karena manusia memiliki
dorongan psikologik dan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki.
Allah SWT. telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan
sempurna, teratur, dan berpasang-pasangan. Ada langit dan bumi, ada siang dan
malam, ada dunia dan akhirat, ada surga dan neraka, ada tua dan muda, serta ada
laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dalam firman-Nya berikut.
‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم‬
‫خَ بِي ٌر‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat,
49: 13).
Pergaulan yang baik dengan lawan jenis. hendaklah tidak didasarkan pada
nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas yang dilarang
agama. Inilah yang tidak dikehendaki dalam Islam. Islam sangat memperhatikan
batasanbatasan yang sangat jelas dalam pergaulan antara laki-laki dengan
perempuan. Islam mengajarkan agar dalam pergaulan dengan lawan jenis untuk
senantiasa saling menjaga diri, menghormati dan menghargai atas dasar kasih
sayang yang tulus karena Allah.
Pengertian lawan jenis adalah dua orang yang berbeda jenis kelaminnya.
Pergaulan dengan lawan jenis berarti pergaulan di antara laki-laki dan perempuan.
Islam juga mengatur tentang tata cara bergaul dengan lawan jenis. Fitrah manusia
jika ada seseorang yang tertarik pada lawan jenisnya, pergaulan yang
diperbolehkan dalam Islam adalah pergaulan yang tidak mengutamakan hawa
nafsu semata.
Islam sangat memperhatikan batasan-batasan yang sangat jelas dalam
pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Islam mengajarkan agar dalam
pergaulan dengan lawan jenis untuk senantiasa saling menjaga diri, menghormati
dan menghargai atas dasar kasih sayang yang tulus karena Allah SWT., tidak
karena derajat, pangkat, harta, keturunan, tetapi semata-mata hanya karena Allah
SWT.
Pergaulan bebas muda-mudi yang menyimpang dari ajaran agama sangat
dilarang. Sebab pergaulan bebas pada hakekatnya merupakan budaya barat bukan
ajaran Islam.

2. Tata Cara Bergaul dengan Lawan Jenis


Tata cara bergaul dengan lawan jenis dalam Islam sebagai berikut.
a. Berteman Semata-mata Karena Allah Swt.

Siapa saja yang bersahabat, bergaül dan berkomunikasi dengan lawan


jenisnya, maka harus didasarkan pada pandangan hanya karena Allah.
Indikatornya adalah senantiasa berusaha untuk melakukan aktifitas dengan
saling menjaga kehormatan sesuai dengan petunjuk Allah. Hal ini merupakan
bukti kesempurnaan serta ketulusan iman di mana kedua-duanya berhak untuk
mendapatkan pahala yang paling besar di sisi Allah. Dalam hal ini Rasulullah
Saw bersabda:
ِ‫ أَ ْن يَ ُكوْ نَ هللا َو َرسُوْ لُهُ اَ َحبَّ اِلَ ْي ِه ِم َّما َس َواهُهُ َما َواَ ْن يُ ِحبَّ فِى هللا‬:‫ث َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َو َج َد َحالَ َوةَ ْا ِال ْي َما ِن‬
ٌ َ‫ثَال‬
‫ك بِاهللاِ َسيِّئًا‬ ِ ‫َض فِى هللا َواَ ْن تُوْ قَ ُد نَا ٌر َع ِظ ْي َمةٌ فَيَقَ ُع فِ ْيهَا اَ َحبَّ اِلَ ْي ِه ِم ْن اَ ْن يُس‬
َ ‫ْر‬ َ ‫َويَ ْبغ‬
Artinya: “Ada tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal
tersebut, maka ia akan merasakan lezat (manisnya) iman: “Jika ia mencintai
Allah dan rasulnya melebihi yang lainnya; mencintai dan membenci semata-
mata hanya karena Allah; Jika dilemparkan ke dalam api neraka yang
menyalanyala, lebih disukai daripada berbuat syirik (menyekutukan) Allah”.
(HR. Muslim).
Persahabatan antar lawan jenis dapat dengan mendoakan dengan tulus.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW pernah bersabda.
َ ِ‫ك ِم ْث ُل َذال‬
‫ك‬ َ َ‫ َول‬:ُ‫ب قَا َل ْال َملَك‬
ِ ‫ ِخ ْي ِه بِظَه ِْر ْال َغ ْي‬Æَ‫إِ َذا َدعَا ال َّر ُج ُل َِِال‬
Artinya: “Jika seseorang berdoa untuk sahabatnya di belakangnya (jaraknya
berjauhan), maka berkatalah malaikat: “Dan untukmu pun seperti itu”. (HR.
Muslim).
b. Menutup Aurat

Islam memerintahkan wanita untuk memanjangkan pakaian secara


sempurna sehingga menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian tubuh yang
biasa terlihat. Menutupi bagian tubuh tersebut disebut dengan menutupi aurat.
Dengan demikian aurat adalah bagian-bagian tertentu pada tubuh manusia
yang wajib ditutup. Dalam Islam terdapat bagian-bagian tertentu dari tubuh
manusia yang wajib ditutupi dari pandangan orang lain selain mahramnya
karena perbuatan tersebut dianggap telah melewati batas ajaran agama.
Dalam pergaulan dengan lawan jenis diwajibkan bagi lelaki dan perempuan
untuk menutup aurat. Batas aurat lelaki adalah dari pusar sampai lutut.
Sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak
tangan. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki melihat aurat wanita yang bukan
mahramnya walaupun tidak dengan syahwat ataupun tidak untuk tujuan
kesenangan.
Adapun melihat bagian yang tidak termasuk kepada aurat seperti wajah dan
telapak tangan diperbolehkan dengan syarat hal tersebut tidak menimbulkan
fitnah dan bukan untuk memuaskan kesenangan. Bila hal tersebut
menimbulkan fitnah dan membangkitkan syahwat, maka melihatnya juga
dilarang. Dalam hal ini Allah Swt berfirman:
‫ك أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَال‬
َ ِ‫ك َوبَنَاتِكَ َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن َذل‬ ْ ْ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل‬
َ ‫ألز َوا ِج‬
‫ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteriisterimu, anakanak perempuanmu
dan isteriisteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Ahzab, 33: 59) 
Dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:
ِ ‫ْال َمرْ أَةُ عَوْ َرةٌ فَإ ِ َذا َخ َر َج‬
ُ‫ت ا ْستَ ْش َرفَهَا ال َّش ْيطَان‬
Artinya: “Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan
memperindahnya di mata lakilaki.” (HR. Tirmidzi)
c. Menjaga Kemaluan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kenikmatan


dan kemudahan hidup sekaligus ancaman apabila tidak pandai menyaringnya.
Ancaman karena melalui teknologi itulah terjadinya banyak terjadinya
pelecehan.
Oleh karena itu menjaga kemaluan sangat penting karena dewasa ini
banyak sekali remaja yang terjebak ke dalam pergaulan bebas. Sebagai
muslim wajib mengetahui bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya
antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang tidak senonoh atau atau
gambar –gambar yang membangkitkan hawa nafsu. Alalh Swt berfirman:
َ‫ك أَ ْز َكى لَهُ ْم إِ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُون‬
َ ِ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل‬
ِ ‫ص‬َ ‫قُلْ ِل ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن أَ ْب‬
Artinya: “Katakanlah kepada orang lakilaki yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat”. (Q.S. Al-Nur, 24: 30)
d. Menundukkan Pandangan

Islam Memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menundukkan


pandangan. Islam juga mengajarkan agar selalu menjaga mata sehingga tidak
melakukanperbuatan maksiat. Memandang wanita (bukan mahram) denagn
hawa nafsu sudah dianggap perbuatan maksiat. Oleh karena itu Rasulullah
Saw bersabda:
ُ ‫الزنَا ُم ْد ِر‬
‫ك‬ َ ِ‫ ُكت‬،‫قال‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ َ‫ب َعلَى اب ِْن أ َد َم ن‬
ِّ َ‫ص ْيبَهُ ِمن‬ َ  ‫ع َْن ابى هريرة رضيى هللاُ عنه النب ّي‬
، ‫ واليد زنا ها البطشى‬، ‫ واألدنان زنا هما االستماع واللسان زناه الكالم‬،‫ظر‬ ْ َّ‫َان ِزنَاهُ َما الن‬
ِ ‫ ْال َع ْين‬،ّ‫اَل َم َحالَة‬
Æ‫والرجل زنا ها الخطى واقلب يهوى ويتمنى ويصدق ذلك الفرج اويكذبه‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah
ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti
mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berbicara. Zina tangan adalah memukul, zina
kaki adalah berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan beranganangan, yang
semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan”.(HR. Bukhari
Muslim)
Dalam hadits lain dari Jarir bin Abdullah ra berkata:
‫ص ِرى‬ َ َ‫ت َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فَأ َ َم َرنِى أَ ْن أَصْ ِرفَ ب‬ ُ ‫َسأ َ ْل‬
Artinya: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai pandangan yang
tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan
pandanganku. (HR. Muslim)
e. Saling Bertanggung Jawab

Jika ada masalah yang dihadapi, maka diupayakan untuk dipikul atau
dipertanggung jawabkan bersama-sama, dan tidak membiarkan salah satu pihak
menderita. Dalam peribahasa diungkapkan: ‘Berat sama dipikul ringan sama
dijinjing” Rasulullah SAW bersabda:
َ ‫اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ ْلل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع‬
‫ضهُ بَ ْعضًا‬
Artinya: “Seseorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya adalah bagaikan
suatu bangunan, yang bagianbagian saling menguatkan satu sama lain”. (HR.
Bukhari)

3. Larangan dalam Bergaul dengan Lawan Jenis


Dalam pergaulan dengan lawan jenis ada beberapa larangan yang harus kita
tinggalkan. Larangan ini dimaksudkan agar kita selalu dapat menjaga pergaulan
kita dengan baik, yakni pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa
larangan dalam pergaulan dengan lawan jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Berkhalwat

Islam melarang antara laki-laki dan perempuan berdua-duaan atau


berkhalwat. Berkhalwat yang dimaksud di sini bisa saja tempat yang sepi di
mana keberadaan dua insan yang berlawanan jenis tidak diketahui oleh orang
lain. Bisa juga tempat berkhalwat merupakan tempat rahasia, bisa berupa
tempat pribadi atau bahkan keramaian yang dapat digunakan untuk berkhalwat
yaitu tempat yang ramai tetapi antara satu dengan yang lainnya sudah tidak
saling memperdulikan sehingga setiap orang bebas melakukan apa saja yang
mereka inginkan.
Oleh karena itu Islam melarang kaum laki-laki masuk de dalam kamar
perempuan karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam
hal ini melalui Uqbah Ibn Amir ra Rasulullah Saw bersabda:
ُ ْ‫ ْال َح ْم ُو ْال َمو‬:‫ قال‬ ‫ يارسُو َل هللاِ ! أَفَ َرأَيْتَ ْال َح ْم َو؟‬:‫ار‬
‫ت‬ ِ ‫ص‬َ ‫ال َر ُج ٌل ِمنَ األَ ْن‬
َ َ‫ فَق‬.‫إِيَّا ُك ْم َوال ُّدخوْ َل عَل َى النِّ َسا ِء‬
Artinya: “Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: janganlah kamu masuk ke
kamarkamar perempuan. Seorang lakilaki Anshar berkata: Ya Rasulullah
terangkan padaku bagaimana hukum masuk ke dalam kamar ipar perempuan.
Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah kematian kebinasaan”. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dari ‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah Saw bersabda:

‫الَ يَ ْخلُ َو َّن أَ َح ُد ُك ْم بِا ْم َرأَ ٍة فَإ ِ َّن ال َّش ْيطَانَ ثَالِثُهُ َما‬
Artinya: Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang
wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka
barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya
maka dia adalah seorang yang mukmin.” (HR. Ahmad)
b. Melakukan Pembauran (Ikhtilat) dengan Lawan Jenis
Dalam segala hal Islam selalu melakukan tindakan preventif termasuk
dalam masalah perzinahan. Di dalam Islam hal yang diharamkan bukan hanya
perzinahan saja melainkan hal-hal yang merupakan pengantar perzinahan juga
diharamkan Allah Swt berfirman:
‫َوال تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َسا َء َسبِيال‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”(Q.S. Al-Isra, 17: 32)
Di antara pengantar perzinahan adalah ikhtilat. Ikhtilat adalah bercampur
baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada kain
penghalang. Apabila laki-laki sudah berbaur dengan perempuan di satu
tempat, maka masingmasing bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah
dan leluasa. Hal seperti ini dilarang karena efek yang ditimbulkan setelah itu
yang menjadi masalahnya. Inilah yang dimaksud dengan tindakan preventif.
c. Bersolek Berlebihan

Perempuan dilarang berdandan berlebihan serta memakai pakaian seronok


dan merangsang lawan jenis. Wanita juga dilarang untuk memakai wewangian
yang harum dan menunjukkan perhiasan yang berlebihan, seperti memakai
kutek, tato, maskara, dan semacamnya. Dalam hal ini Allah Swt berfirman.
‫َوقَرْ نَ فِي بُيُوتِ ُك َّن َوال تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة األولَى َوأَقِ ْمنَ الصَّالةَ وآتِينَ ال َّز َكاةَ َوأَ ِط ْعنَ هَّللا َ َو َرسُولَهُ إِنَّ َما‬
ْ ‫ت َويُطَهِّ َر ُك ْم ت‬
‫َط ِهيرًا‬ ِ ‫س أَ ْه َل ْالبَ ْي‬
َ ْ‫ب َع ْن ُك ُم الرِّج‬َ ‫ي ُِري ُد هَّللا ُ لِي ُْذ ِه‬ 
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias
dan bertingkah laku seperti orangorang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersihbersihnya”.(Q.S. Al-¬Ahzab, 33: 33).

Anda mungkin juga menyukai