Anda di halaman 1dari 10

Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020

Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

PENGARUH SOSIAL MEDIA YOUTUBE TERHADAP


PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN
(STUDI PADA ANAK SPEECH DELAY)

Mulia Kurniati1, Nuryani2


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mulia.kurniati4117@mhs.uinjkt.ac.id
ABSTRAK: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh sosial media youtube
terhadap pemerolehan bahasa anak usia 3-4 tahun yang dilakukan pada anak speech delay (keterlambatan
bicara). Hal tersebut didasari atas pemahaman bahwa kemajuan teknologi yang dilengkapi fitur-fitur
canggih seperti YouTube akan makin mempermudah kehidupan bersosial manusia. Demikian juga pada
anak-anak yang masih dalam tahap pemerolehan bahasa. YouTube menjadi salah satu media yang
menarik serta memiliki pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa anak, terlebih bagi anak yang
mengalami keterlambatan bicara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu
memaparkan sebuah situasi yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Responden penelitian ini adalah
H yang sedang berada dalam fase fonologis dan fase sintaksis. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa media sosial Youtube memiliki pengaruh yang signifikan pada pemerolehan bahasa
anak khususnya bagi anak speech delay. Banyaknya perbendaharaan kata yang ada di dalam media
Youtube bisa mempengaruhi pemerolehan bahasa responden. Akan tetapi, sejauh ini, karena ada faktor
eksternal maka responden mengalami kesulitan dalam menerima sejumlah stimulus positif dari media
Youtube.
KATA KUNCI: YouTube; Speech delay; pemerolehan bahasa.
>

YOUTUBE SOCIAL MEDIA EFFECTS ON CHILDREN'S ACQUISITION LANGUAGE


3-4 YEARS OLD (STUDY IN CHILDREN SPEECH DELAY)

ABSTRACT: The purpose of this study is to describe the influence of YouTube on language acquisition
in 3-4 years old toddler which having speech delay (late in speaking). This is based on the technology
with features that are equipped with YouTube will further facilitate the social life of humans especially
for children who are still in the language acquisition stage. YouTube has become an interesting medium
and has a role in the process of acquiring children's language, especially for children who have speech
delay. This study uses a qualitative descriptive study that presents a discussion presented in the form of
narrative descriptions. Respondents of this study are H who are in phonological and syntactic phases.
Based on the results of the study it can be concluded that social media Youtube has a significant effect on
language acquisition specifically for children who are having a speech delay. The amount of vocabulary
in Youtube can influence the acquisition of the respondent's language. However, beyond this, due to
external factors, respondents have difficulty for receiving positive stimulus from YouTube.
KEYWORDS: YouTube; Speech delay; language acquisition.

Diterima: Direvisi: Disetujui: Dipublikasi:


15-01-2020 17-03-2020 11-03-2020 31-03-2020
Pustaka : Kurniati, M., & Nuryani, N. (2020). PENGARUH SOSIAL MEDIA YOUTUBE TERHADAP
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN (STUDI PADA ANAK SPEECH
DELAY). Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 16(1), 29-38.
DOI : https://doi.org/10.25134/fjpbsi.v16i1.2494

PENDAHULUAN telah menciptakan teknologi-teknologi


Perkembangan zaman membuat canggih yang dahulunya tidak pernah
pengaruh besar terhadap kehidupan terpikirkan dalam benak manusia. Zaman
manusia. Perkembangan arus globalisasi dahulu, tidak pernah terpikirkan oleh

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 29


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

manusia bahwa bisa berkomunikasi sejumlah gambar atau video dengan suara.
dengan mudah apabila kedua subjek Banyaknya jumlah video di Youtube
berada di dalam jarak yang cukup jauh. tergantung dengan banyaknya para
Setelah penemuan telepon Oleh Alexander pengirim video ke Youtube, siapa saja
Grahambell, maka komunikasi dengan bisa mengaksesnya, bahkan sekarang,
orang yang berjarak jauh tidak pernah anak-anak dengan mudahnya mengakses
dirisaukan lagi, karena dengan memiliki tanpa perlu bimbingan orang dewasa.
alat bernama telepon, manusia sudah bisa Pengaruh sosial media ini berimbas
mengutarakan maksud. tidak hanya bagi mereka yang sudah
Apabila disebutkan, masih dewasa, melainkan anak-anak. Apabila
banyak lagi pengaruh globalisasi terhadap berlebihan, pengaruh negatif bukan tidak
hidup manusia, dan mungkin apabila mungkin merambas pada diri anak-anak.
teknologi-teknologi itu ditiadakan Tapi, positifnya, kerapkali ditemukan
sekarang, kehidupan manusia pasti akan anak-anak yang cenderung pintar karena
berubah seratus persen, karena saat ini sering menonton dan meniru apa yang ada
manusia hidup dalam ketergantungan pada di Youtube, maka penulisan ini akan
teknologi-teknologi canggih. Sedikit melihat pengaruh-pengaruh yang timbul
sekali mereka yang dengan sukarela dengan penggunaan sosial media Youtube
menggunakan benda-benda konvensional terhadap anak-anak.
dengan alasan hanya mempersulit keadaan Tulisan ini merupakan sebuah kajian
yang sudah jelas sudah dipermudah. Psikolinguistik. Psikolinguistik adalah
Sebelumnya, sudah telaah mengenai produksi (sintesis) dan
dipaparkan bahwa arus globalisasi seperti rekognisi (analisis) (Lyons dalam
telepon sudah membawa pengaruh besar Nuryani, 2013, hlm. 6). Psikolinguistik
terhadap hidup manusia, bahkan saat ini adalah suatu ilmu yang meneliti
telepon sudah banyak bertransformasi bagaimana sebenarnya para pembicara
mulai dari segi bentuk dan cara atau pemakai bahasa membentuk atau
penggunaan. Saat ini telepon sudah tidak membangun atau mengerti kalimat-
lagi digunakan dengan satu fungsi kalimat bahasa tersebut. (Bach dalam
melainkan multifungsi. Nuryani, 2013, hlm.6).
Fitur-fitur terbaru di dalam telepon Salah satu bidang penelitian
diperbanyak, maka makin mudah saja psikoliguistik adalah pemerolehan bahasa
hidup manusia. Meskipun kecanggihan pada anak. Pemerolehan bahasa (language
telepon utamanya adalah bisa acquisition) adalah proses penguasaan
mendekatkan sesuatu yang dasarnya jauh. bahasa yang dilakukan oleh anak secara
Maka, dari sini dimulailah muncul natural pada waktu dia belajar bahasa
pengaruh-pengaruh dari canggihnya ibunya (native language). (Dardjowidjojo,
telepon tersebut, yaitu mempersempit 2003, hlm. 225). Pemerolehan bahasa
kehidupan sosial manusia. Meskipun selalu di dapat seorang anak apapun
kehidupan sosial manusia bisa digantikan keadaan anak tersebut, salah satunya
dengan ecanggihan telepon tapi hasilnya adalah anak-anak yang memiliki
tentu berbeda, tidak akan sama. gangguan berbahasa.
Dalam fitur telepon, bisa ditemui Gangguan keterlambatan bicara
aplikasi-aplikasi penunjang kehidupan adalah istilah yang dipergunakan untuk
sosial manusia, salah satunya Youtube. mendeskripsikan adanya hambatan pada
Pengertian Youtube telah kita pahami kemampuan bicara dan perkembangan
bersama sebagai salah satu alat bahasa pada anak-anak, tanpa disertai
komunikasi yang di dalamnya berisi

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 30


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

keterlambatan aspek perkembangan lain-lain (Subyantoro, 2013, hlm. 263-


lainnya. (Subyantoro, 2013, hlm. 250) 264).
Ada enam penyebab keterlambatan Berdasarkan penelitian yang telah
bicara, di antaranya adalah dilakukan oleh Lestari didapatkan
1) retardasi mental, retardasi mental simpulan bahwa pada anak usia 3 tahun
biasanya diakibatkan oleh keterlambatan seharusnya telah memiliki kesadaran
proses pematangan saraf dalam fonologis terutama pada keterampilan
kandungan, gangguan berbicara ekspretif, pemenggalan suku kata. Pada
autisme, gangguan perkembangan yang keterampilan tersebut anak usia 3 tahun
mengenai banyak sistem, keterlambatan masih dipengaruhi oleh kemampuan
perkembangan global. pelafalan fonem seperti fonem /r/.
2) gangguan pendengaran, anak Meskipun demikian, tidak dapat dikatakan
yang menderita tuli akibat infeksi di juga bahwa anak usia 3 tahun yang belum
daerah telinga dapat pula menderita memiliki kesadaran fonologis
keterlambatan bicara. Hal ini berhubungan dikategorikan sebagai anak yang
dengan bagaimana otak memahami, mengalami keterlambatan bicara. Lebih
meniru, dan menggunakan bahasa yang dari itu, perlu adanya pendeteksian dini
pernah didengarnya dan, agar mengetahui apakah keterlambatan
3) keterlambatan maturbasi atau bicara pada anak tersebut sesuatu yang
keterlambatan bicara fungsional. fungsional atau nonfungsional.
Keterlambatan akibat gangguan pada otot (Subyantoro, 2013, hlm. 254)
bicara dapat diidentifikasi dari cara anak Keterlambatan fungsional
melafalkan bicara yang tak jelas dan tak merupakan yang paling umum terjadi,
berujung sempurna, otaknya sudah biasanya disebut keterlambatan motorik
memerintahkan dan memberikan stimulus yaitu dari pusat syaraf, dan biasanya
untuk menjawab dengan benar, tapi kata terdapat riwayat keluarga. Biasanya
yang keluar dari mulut tidak jelas karena keterlambatan fungsional akan membaik
adanya gangguan neurologis atau setelah usia dua tahun, dan keterlambatan
persarafan. nonfungsional bisa dilakukan dengan
4) Keterbatasan kognitif, biasanya, bantuan medis. (Subyantoro, 2013, hlm.
anak yang mengalami gangguan ini 256-257).
kurang mampu melakukan aktivitas Secara tradisional, pemerolehan
sederhana, seperti mengikat tali sepatu. bahasa dibagi menjadi empat yaitu 1)
5) Mengalami gangguan Pervasif, tahap pralinguistik (0-12 bulan) bayi
biasanya gangguan ini terjadi pada anak sudah bisa menggeram dan menghasilkan
yang mengalami ADD (Attention Devisit banyak suara 2) tahap satu-kata (12-18
Disorder), ditandai dengan aktivitas lain bulan) ditandai dengan anak yang sudah
seperti sulit berkonsentrasi, gangguan ini belajar menggunakan satu kata yang
perlu di bawa ke ahli. mewakili idenya, pada tahap ini orang tua
6) Kurangnya interaksidan atau orang lain juga perlu memperhatikan
komunikasi dengan orang tua dan aktivitas anak dan unsur-unsur
lingkungan sekitar, keadaan-keadaan nonlinguistik lainnya seperti gerak,
seperti lingkungan perumahan, isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk
kemiskinan, kurang gizi, kurang si anak. 3) tahap dua-kata (18-24 bulan)
rangsangan orang tua dapat menimbulkan ditandai dengan anak yang sudah
gangguan berbicara, ini membuat anak mengombinasikan dua kata dalam bentuk
kekurangan perbendaharaan dalam kata- ucapan pendek tanpa kata depan, kata
kata, anak-anak kurang dipacu logis, dan tunjuk dan bentuk lainnya, 4) tahap

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 31


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

banyak kata (3-5 tahun) ditandai dengan pengetahuan dari apa yang ia lihat dan
kemampuan seorang anak membuat dengar —dalam hal ini sosial media
kalimat pertanyaan negatif, kalimat Youtube— maka sesuatu yang baru
majemuk dan berbagai bentuk kalimat. apabila sosial media Youtube dapat
dalam anak berusia empat tahun, tidak mempengaruhi pemerolehan bahasa
muncul dalam diri H, yaitu seperti tuturan anak-anak yang memiliki riwayat
yang mulai panjang dan tata bahasanya keterlambatan berbicara (speech delay).
lebih teratur. Dia tidak hanya Penelitian mengenai pemerolehan
menggunakan dua kata, tetapi tiga atau bahasa pada anak-anak sudah banyak
lebih. Pada usia 3-4 tahun tuturan anak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh
mulai panjang dan tata bahasanya teratur. Tati Hernawati dengan penelitiannya
(Ingram dalam Nuryani, 2013, hlm. 91- yang berjudul “Pengembangan
94). Kemampuan Berbahasa dan Berbicara
Pemerolehan bahasa anak dibagi Anak Tunarungu”, Tati menemukan
menjadi beberapa tataran kebahasaan, bahwa kemampuan berbahasa seorang
yaitu 1) Fase Fonologis (0-2 tahun), pada anak tunarungu dapat dikembangkan
tahap ini anak bermain dengan bunyi- berdasarkan pemerolehan bahasanya
bunyi bahasa dan mulai mengoceh sampai dengan cara mendengar dan bentuk
menyebutkan kata-kata sederhana 2) Fase visualisasi. (Hernawati, 2007)
Sintaksis (2-7 tahun), pada tahap ini anak Lalu penelitian mengenai
menunjukkan kesadaran gramatis dan pemerolehan bahasa juga dilakukan
berbicara menggunakan kalimat 3) Fase oleh Prima Gusti Yanti dengan judul
Semantik (7-11 tahun), pada tahap ini “Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian
anak dapat membedakan kata sebagai Aspek Fonologi Pada Anak Usia 2 - 2,5
simbol dan konsep yang terkandung Tahun”, penelitian menunjukkan bahwa
dalam kata. (Zuchdi dan Budiash dalam narasumber (TPM) telah menguasai
Nuryani, 2013, hlm. 107) fonem [a], [i], [u], [e], [o], [∂], [є], dan
Tahapan perkembangan berbicara [Ο], Bunyi vokal rangkap, huruf
pada anak yang normal dikenali dengan 1) konsonan, TPM melakukan pola
usia 12-15 bulan; kalimat belum jelas, dia substitusi untuk mengucapkan fonem-
mulai mengucapkan beberapa patah kata fonem yang belum dikuasainya, seperti
tapi tidak jelas 2) usia 16-17 bulan; anak fonem [f], [v], [z], dan [x]. Munculnya
sudah dapat menguasai 7-20 kata berbagai variasi dalam pemerolehan
termasuk kata yang baru di dapatnya 3) fonologi TPM sebagian besar
usia 18 bulan; anak sudah dapat disebabkan oleh belum sempurnanya
merangkai dua kata menjadi kalimat alat ucap TPM. (Yanti, 2016).
sederhana 4) usia 21030 bulan; anak Sejauh ini, penelitian mengenai
sudah mencapai lebih dari 50 kata 5) usia pemerolehan bahasa dengan media
36 bulan, anak sudah bisa menguasai 250 sebuah kecanggihan teknologi yaitu
kata dan membentuk kalimat yang terdiri Youtube dan subjek penelitiannya
dari tiga kata.(Subyantoro, 2013, hlm. adalah anak yang mengalami
262). keterlambatan berbicara belum
Bukan sesuatu yang mustahil dilakukan, maka dengan adanya tulisan
apabila seorang anak mendapatkan ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan baru mengenai referensi dalam dunia kajian
perbendaharan kata lewat sosial media psikolinguistik dan akan muncul
Youtube, seperti orang dewasa, anak- kembali penelitian-penelitian yang
anakpun pandai menyerap informasi dan lebih relevan.

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 32


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

METODE dilakukan dengan cara 1) memberikan


Penelitian ini merupakan Penelitian sebuah tontonan audio-visual 2) merekam
ini menggunakan metode deskriptif tanggapan narasumber 3) membuat
kualitatif. Penelitian menggunakan transkip tanggapan narasumber 4) meneliti
pendekatan kualitatif sifatnya deskriptif hasil transkip dengan teori pemerolehan
analitis. Data yang diperoleh seperti hasil bahasa 5) memberi kesimpulan mengenai
pengamatan, wawancara, pemotretan, pengaruh sosial media Youtube.
analisis dokumen, catatan lapangan,
disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
dituangkan dalam bentuk angka-angka. Selama proses pengambilan data,
Hasil analisis berupa pemaparan mengenai narasumber (H), cenderung tidak nyaman
situasi yang diteliti kemudian disajikan dengan pemberian video Youtube
dalam bentuk uraian naratif. Jadi, bernyanyi di depannya. Saat diminta
pendekatan kualitatif ini digunakan untuk untuk bernyanyi bersama, ia mengiyakan
mendeskripsikan analisis tentang dan berjanji akan bernyanyi, dengan
pengaruh media Youtube terhadap alasan diberikannya stimulus dengan
Pemerolehan Bahasa Anak pengidap tujuan menarik perhatiannya.
Speech Delay usia 3-4 tahun. (Dewi, Namun, saat video ditayangkan, H
Suandi, dan Wisudariani, 2016, hlm. 5). tidak bisa melihat video itu terlalu lama, ia
Subjek penelitian dalam tulisan ini adalah langsung mengambil alih ponsel yang
seorang anak bernama H atau diinisialkan berisi video Youtube dan langsung
dengan huruf H yang berumur 4 tahun. H menggerakan jarinya di atas layar dan
mengalami keterlambatan berbicara, di mencari video-video yang menurutnya
rumah ia suka sekali menonton televisi lebih menarik. Saat dibiarkan, ia hanya
dan video di Youtube. Saat menonton, ia menunjuk-nunjuk ke arah layar ponsel
cenderung pasif dan fokus dan tidak sebagai caranya untuk memberi tahu
perduli sekitar. tentang apa yang ia lihat.
Berdasarkan cerita dari sang Setelah cukup lama dibiarkan,
ibu, H merupakan anak yang aktif, akhirnya H mau untuk bernyanyi bersama,
memiliki konsentrasi tinggi, mudah dalam beberapa video yang disediakan, H
mengingat, dan cepat tanggap. Namun, hanya mau memutar video audio-visual
saat diminta untuk menyebutkan sesuatu yang menurutnya memiliki gambar
yang ia lihat, ia kerapkali kesulitan dalam menarik. Berikut ini hasil pentranskipan
menyebutkan nama sesuatu yang mengenai tanggapan H atas pemutaran
mewakili objek yang dimaksud. Apabila video audio-visual dari Youtube. Pada
diajak untuk bernyanyi, ia tidak bisa bagian pengambilan data, dibagi menjadi
menyanyikan lagu tersebut, mungkin tiga bagian, 1) respon saat diajak untuk
hanya bisa menyebutkan lirik-lirik lagu bernyanyi 2) mengikuti lirik lagu 3)
tersebut sebanyak 3-5 kata. Menurut respon terhadap gambar video.
ibunya pula, tidak ada riwayat atau cedera Ket. H : Narasumber
selama ia tumbuh, tapi saat berumur dua M : Peneliti
tahun, ia pernah mengalami kejang-kejang P : Kakak narasumber
ketika demam.
Objek kajian dalam penelitian Peristiwa 1
ini adaah adalah Pengaruh sosial media M : Ayo, kita nyanyi bareng-bareng
Youtube terhadap pemerolehan bahasa yuk!
anak pengidap keterlambatan berbicara H : (Mengambil alih ponsel yang berisi
(speech delay). Tahap Pengumpulan data video dari Youtube)

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 33


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

M : Adek mau cokelat nggak? Nanti Peristiwa Tutur 2


kakak kasih tapi nyanyi dulu yah! (Kembali menyetel video beraudio
(mengambil ponsel lalu membuat dengan visual sebuah kereta api, ponsel
kesepakatan). Adek H suka cokelat dipegang oleh P )
nggak? H : aku iya (memperhatikan ke layar
H : ka *maksudnya “suka” (dia ponsel tetapi akhirnya berusaha
mengambil alih ponsel dari tangan M mengambil ponsel dari tangan
lalu memilih video-video Youtube kakaknya, dan ponsel kembali di
yang ia suka. (karena layar ponsel tangan H, ia kembali membuka sebuah
terkunci, H tidak bisa mengakses video yang menampilkan game yaitu
aplikasi Youtube) ngga sa sebuah truk yang berhenti di setiap
*maksudnya “nggak bisa”. rumah lalu mengangkut barang-
M : (membimbing H untuk membuka barang, sesekali truk tersebut
layar kunci ponsel menuju aplikasi membunyikan klakson). Uuu... Ntaa..
Youtube, lalu membuka video P : Nyanyi aja yuk, dek? Nanti nggak
Youtube yang memiliki gambar kereta dikasih pinjem ponsel kalo nggak mau
api) Nih, ada kereta api, kita nyanyi nyanyi!
lagu naik kereta api, yuk! (Ponsel di H : Ngga
ambil alih oleh M, H diminta untuk P : Nyanyi dulu ya sebentar aja, nanti
duduk, memperhatikan layar, lalu kakak kasih ponsel nya!
ikut bernyanyi. Video diganti H : Ya
menjadi video audio-visual lagu ayam (Video bertema kereta api kembali di
berkotek) putar, M dan P ikut bernyanyi agar H
H : (memperhatikan) au.. au... au... terpancing untuk bernyanyi)
*maksudnya “kucing” saat ia melihat H : Nta..ntaa (menunjuk ke layar)
di dekatnya ada seekor kucing. *maksudnya kereta
M : Apa? Kucing? P dan M : Iya, itu kereta
H : Au.. (menunjuk kucing) iya. H : Ayo... kas naik... itu naa... popo tu,
M : H mau nya nonton kucing? Kakak itu popo naa *maksudnya “ayo lekas
nggak ada film kucing, nih aja nih naik/ itu copot nah, itu copot. (bagian
ada video lagu anjing, ada lagu saat di layar ponsel, kereta sedang
anjingnya. memisahkan gerbong)
H : (mengambil alih ponsel, lalu M : Iya itu gerbong keretanya lagi di lepas
mencari video yang ia cari, ia sama petugas kereta.
memutar sebuah video game anak-
anak, video tersebut jarang sekali Peristiwa Tutur 3
mengeluarkan suara, hanya banyak H : Hah, uu... jalan *maksudnya “wah
sebuah gerakan). kereta berjalan” (kereta dalam layar
P : Itu kan ponsel kakak, balikin nyanyi ponsel sedang berjalan di atas rel)
dulu yuk! (ponsel diambil) Nanti M : H pernah naik kereta nggak?
kakak M mau kasih cokelat ayuk H : Ayuu *maksudnya “ayoo” (H
nyanyi dulu! mengira diajak naik kereta)
H : (menggeram kesal) uwah, kaka! H : Tu.. tu.. (menunjuk gambar kereta)
Kaka tu, aka tu (menunjuk ponsel M : Itu tayo tuh, ada gambar tayonya.
milik kakaknya) H : Huu, tayo. Itu ntaa!
M : Iya, itu kereta.

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 34


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

H : Uuuuu, jajaaahh *maksudnya kadang /m/ apabila dibarengi dengan


“Dadah” huruf-huruf di atas. Dalam peristiwa 1,
H : Itu nae, jajahhh *maksudnya “itu saat ia ingin menyebutkan kata “kucing”,
naik, dadah” ia lebih memilih menyuarakan suara
H : Tayo tu kucing yang ia anggap “au..au”
H : Hee (tertawa melihat kereta) Haaa (miau/miaw), agar kita sebagai pendengar
(melihat ke arah P dan M). langsung paham dengan apa yang ia
H : Ut..ut..ut... *maksudnya “tut tut tut” maksud. Ia juga jarang melafalkan fonem
(mempratekan suara kereta) /i/, seperti saat mau menunjuk sesuatu
dengan kata “itu” selalu dilafalkan dengan
H : Nah, Tuntun *maksudnya nah,
“tuu” (itu), lala kata “kereta” selalu
turun”
dilafalkan dengan “ntaa”, itu semua terjadi
H : Tut.. Tut...
di semua peristiwa tuturan dari H.
H : Itu Ntaa, Tu Jlan Tu *maksudnya Di luar tontonan video, H memiliki
“nah itu jalan tuh (keretanya) sifat yang tidak mau kalah, dan tidak bisa
H : Naa, Apatu (saat ia melihat kereta dicegah, dapat terlihat dengan caranya
dengan warna baru) yang ingin selalu memenag ponsel dan
H : Itu, Aka (menunjuk sebuah rambutan memilih sendiri, ini terlihat jelas di
yang sedang di bawa ibunya) peristiwa 1, di mana belum ada respon
M : H mau rambutan? dari H terhadap video yang ingin
H : Mau ditayangkan. H terlihat lebih menyukai
(Video selesai diputar). game yang lebih banyak bergerak dan
minim suara, ia lebih tenang dan fokus
Dari transkip di atas, narasumber H sulit bahkan menampilkan ekspresi tersenyum
sekali untuk di ajak untuk bernyanyi dengan video game yang menampilkan
bersama, saat di beri sebuah video sebuah truk yang sedang mengangkut
Youtube dari ponsel, ia cenderung barang.
berfokus untuk bagaimana dirinya dapat Meskipun stimulus berupa cokelat—
mengambil alih ponsel, dari sini terlihat ia dengan maksud untuk menarik
kurang nyaman dengan video yang perhatiannya—sudah diberikan, ia
disediakan, yaitu bernyanyi. kelihatan tidak perduli, bahkan sesekali ia
Menurut pengakuan ibunya pun, ia menunjukan wajah kesal. Pada peristwa 2,
sangat sulit diajak untuk bernyanyi atau ia mulai merespon video Youtube yang
mengikuti perkataan orang lain. Namun, ada di layar ponselnya dengan iming-
ia sangat lancar dalam hal meniru. Saat iming ponsel dan cokelat akan diberikan
diletakan puzzle, ia dengan cepat kepadanya.
meletakan potongan-potongan puzzle Meskipun begitu, H tidak merespon
tersebut ke tempatnya, begitu pula saat ia banyak dari lagu tersebut, setidaknya kata-
diajarkan nama-nama binatang di rumah kata yang muncul yang berasal dari video
lewat gambar, ia dengan mudah menunjuk Youtube ada sepuluh yaitu 1) Ayo... 2)
binatang yang diminta, tapi selalu sulit kas 3) naik... 4) tu 5) naa... 6) popo 7) tu,
dalam mengucapkan nama binatang 8) tu 9) popo dan 10) naa. Kata-kata yang
tersebut, ia kerapali keliru dalam diucapkan H terdengar tidak jelas dan
mengucapkannya. Saat menunjuk gambar banyak fonem-fonem yang dhilangkan.
“ayam”, ia mengucapkan “yap”, dengan Fonem-fonem seperti /c/, /l/, /k/ dan /s/, /t/
fonem /m/ dibaca /p/. cenderung lesap, bahkan pada kata yang
H cenderung sulit mengucapkan seharusnya “copot” dilafalkan dengan
fonem /k/, /u/, /c/, /i/, /r/ /e/, /l/, /s/, /t/ dan

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 35


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

“popo’, terdapat pelesapan fonem /c/, dan bermain dengan bunyi-bunyi bahasa dan
/t/, dan pengulangan fonem /p/ dan /o/. mulai mengoceh. H sudah ada pada tahap
Penggandaan rangkaian kata ini sintaksis yaitu rentang usia 2-7 tahun yang
biasanya muncul pada tahap pralinguistik ditandai dengan kesadaran gramatis dan
yaitu usia 0-12 bulan, penggandaan ini berbicara menggunakan kalimat.).
disebut dengan masa conical. (Nuryani, Dalam transkip (bagian peristiwa 3),
2013, p. 92). Sedangkan pada tahap satu- H menunjukkan sebuah sikap di mana ia
kata yaitu usia 12-18 bulan, biasanya bayi mengetahui sebuah konteks, saat M
mudah mengucapkan konsonan /b/, /p/, bertanya “H pernah naik kereta nggak?”
/m/, ini seperti yang dilakukan oleh H, ia jawaban dari H adalah “Hayu”, ini
mudah melafalkan fonem /p/ menunjukan sesungguhnya ia tidak juga
dibandingkan fonem-fonem lain. bisa dikatakan belum sampai pada tingkat
Upaya memahami makna kata yang sintaksis.
diucapkan anak pada masa satu kata (12- Dengan melihat data yang ada,
18 bulan) tidak mudah, kadangkali orang sesungguhnya, H merupakan anak yang
tua atau orang lain perlu memperhatikan cerdas dan cepat tanggap, namun ia
aktivitas anak dan unsur-unsur kurang dalam hal mendengar, ia
nonlinguistik lainnya seperti gerak, cenderung lebih mudah menangkap
isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk informasi dengan cara melihat dan
si anak. meniru. Apabila memperoleh sesuatu
Pada peristiwa 1, saat H melihat lewat pendengaran cenderung tidak
seekor kucing di dekatnya, ia berusaha digubris dan malah membuat dirinya
memberi tahu tentang apa yang ia lihat, kelihatan tidak nyaman. Berdasarkan
namun karena tidak bisa menyebutkannya faktor-faktor penyebab gangguan
dengan lancar, maka ia menggunakan berbahasa speech delay yang sudah
sebuah isyarat dengan berusaha meniru disebutkan sebelumnya, H bukanlah
suara binatang kucing yang ia dengar, seorang anak yang memiliki penyebab
yaitu “au...au...” (miau/miaw). Sampai speech delay dengan alasan retardasi
sini, sudah dapat terlihat bahwa si mental, karena menurut pengakuan orang
narasumber /H memang mengalami tua nya, H tidak memiliki riwayat
keterlambatan dalam berbicara, apa yang penyakit berat atau penyakit turunan.
seharusnya muncul saat masa-masa bayi Begitu pula dengan penyakit
muncul pula di dalam diri H sebagai anak kesulitan mendengar, meskipun ia
berusia empat tahun, dan apa yang kesulitan dalam memperoleh suatu
seharusnya ada di dalam anak berusia informasi dalam media audio-visual
empat tahun, tidak muncul dalam diri H, seperti penelitian di atas, itu tidak bisa
yaitu seperti tuturan yang mulai panjang dibenarkan karena H merupakan anak
dan tata bahasanya lebih teratur. Dia tidak yang mudah paham, meniru dan kerapkali
hanya menggunakan dua kata, tetapi tiga mengikuti apa yang orang lain katakan.
atau lebih. Menurut pengakuan dari orang tuanya, ia
Dalam transkip di atas, sudah juga tidak pernah mengalami infeksi atau
terlihat dengan jelas bahwa H masih penyakit turunan dekat bagian telinga,
dalam kesulitan pada fase pelafalan dan maka alasan ini kurang berterima dengan
bunyi. Ia banyak mengeluarkan bunyi- diri H.
bunyi kurang jelas yang menghasilkan Namun, kemungkinan lain seperti
makna-makna yang kabur. Fase ini gangguan pada otot bicara perlu
disebut fase fonologis yaitu pada usia 0-2 dipertimbangkan. Ciri-ciri mengenai
tahun, yaitu tahap di saat anak-anak penyebab ini dapat dikenali dengan cara H

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 36


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

merespon video dari Youtube di atas. H Responden H sedang berada dalam dua
melafalkan bicara tak jelas dan tak (2) fase pemerolehan bahasa yaitu 1)
berujung sempurna, otaknya sudah pralinguistik; di mana ia menggandakan
memerintahkan dan memberikan stimulus sejumlah kata yang dalam fase
untuk menjawab dengan benar tapi yang pralinguistik disebut conical 2) Tahap
keluar dari mulutnya seringkali tak jelas. satu-kata. Pada tahap ini H dominan
Seperti pelafalan kata “kereta” yang dalam pelafalan /b/, /p/ dan /m/
diucapkan menjadi “ntaa”, kucing jadi dibandingkan sejumlah konsonan lain.
“au”, “ayam” menjadi “yap”, lalu di luar Selain itu, dalam pelafalan dan
pengambilan data, H seringkali membunyikan suatu kata responden
mengomentari sesuatu dengan cenderung belum jelas, tetapi secara
menggumamkan sejumlah kata-kata yang sintaksis, ia dengan sadar mengerti sebuah
tidak dapat dijelaskan maknanya. konteks percakapan dan memiliki
Secara kognitif, H termasuk anak kesinambungan dalam penyampaiannya.
yang pintar dan cakap. Ia dengan Dari analisis tersebut, kemungkinan
mudahnya memasukan sebuah puzzle ke besar penyebab H mengalami gangguan
tempat utuhnya yang pada dasarya berbahasa ialah 1) gangguan otot bicara
memiliki sebuah kemampuan yang berkaitan langsung dengan saraf 2)
menganalisis dan penggunaan pola pikir, kurangnya interaksi dan komunikasi
dan dari sini juga terlihat bahwa peran dengan orang tua.
orang tua juga membuat pengaruh Banyaknya perbendaharaan kata
terhadap penyebab gangguan berbicara yang ada di dalam media Youtube bisa
pada H. Sepupu H bercerita, H diajarkan mempengaruhi H, jika H memiliki
menyusun puzzle. Namun, kadang orang kesadaran berkomunikasi dan mendengar
tuanya membiarkan anaknya menonton yang baik, namun sejauh ini, akibat kedua
televisi berjam-jam, dan tontonannya pun faktor di atas, H mengalami kesulitan
film-film bisu, yang minim sekali suara. dalam menerima sejumlah stimulus positif
Ia pun seringkali dilarang keluar rumah, dari media Youtube. Tapi, apabila ini
karena dianggap nakal. Maka, terdapat segera dibicarakan oleh ahli dan adanya
dua faktor yang menjadi penyebab perubahan positif yakni kesadaran orang
munculnya gangguan berbahasa,yaitu tua dan lingkungan, tentu H akan menjadi
faktor 1) dalam tubuh, yakni gangguan pribadi yang lebih baik.
pada otot berbicara yang berkaitan dengan
gangguan neurologis atau saraf dan dan 2) DAFTAR PUSTAKA
luar tubuh, faktor orang tua, seperti Dardjowidjojo, Soenjono. (2010).
interaksi dan komunikasi. Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia.
KESIMPULAN Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Berdasarkan analisis yang telah Hernawati. (2007). “Pengembangan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa media Kemampuan Berbahasa dan
sosial media Youtube memiliki pengaruh Berbicara Anak Tunarungu”. Jurnal
yang signifikan terhadap pemerolehan JASSI anakku Vol. 7 No.1 Juni 2007
bahasa anak usia 3-4 tahun. Demikian hlm 101-110.
juga pada anak yang mengalami speech Lestari, Asti Ramadhani Endah. (2018).
delay. Media sosial youtube dapat Kesadaran Fonologis pada Anak
digunakan sebagai media untuk membantu Usia 3 Tahun, dalam Fon: Jurnal
anak-anak yang mengalami keterlambatan Pendidikan Bahasa dan Sastra
bicara untuk mengenalkan kosa kata.

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 37


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun 2020
Diterbitkan Oleh : Halaman 29-38
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Kuningan

Indonesia, Volume 12 No. 1 tahun Yanti, Prima Gusti. (2016). “Pemerolehan


2018. Bahasa Anak: Kajian Aspek
Nuryani dan Dona Aji K.P. (2013). Fonologi Pada Anak Usia 2 - 2,5
Psikolinguistik. Ciputat: Mazhab Tahun”. No. 2, Vol. 1, Desember
Ciputat. 2016
Subyantoro. (2013). Gangguan
Berbahasa. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

p-ISSN 2086-0609 https://journal.uniku.ac.id/index.php/FON/index | 38


e-ISSN 2614-7718 Journal.fon@uniku.ac.id |

Anda mungkin juga menyukai