Anda di halaman 1dari 4

1. Mengapa pasien berjalan membungkuk?

 Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung sekum  tanda nyeri perut ka
nan bawah tidak begitu jelas. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul saat berjalan karen
a kontraksi otot psoas mayor yg meregang dari dorsal.
 Apendiks terletak di rongga pelvis  bila terjadi peradangan  menimbulkan gejala dan tanda perangsangan si
gmoid atau rectum  peristaltic   pengosongan rectum lebih cepat dan berulang
 Apendiks menempel di kandung kemih  peningkatan frekuensi miksi akibat rangsangan dindingnya.
Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.

Hansen JT. Netter’s Clinical Anatomy. 2nd ed. Cleveland: Saunders Elsevier; 2010.
2. Mengapa pasien mual,muntah,demam,nafsu makan menurun?
Etiologi
Obstruksi lumen (Hiperplasia jaringan Limfoid, Fekalith, Tumor Appendiks, Cacing askaris, Parasit E.
Histolitika, Konstipasi)

Mukus yang diproduksi mukosa akan mengalami bendungan

Peningkatan tekanan intra lumen/ dinding apendiks

Distensi lumen appendix Ulserasi mukosa Menghambat aliran limfe


vermiformis

edema

Impuls khusus yang ditransmisikan oleh saraf vagal Perangsangan difus ujung serabut nyeri appendix
maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral vermiformis lalu berjalan mengikuti saraf simpatis
di medula plexus mesentericus superior dan nervus splanchnicus
minor ke medulla spinalis segmen T10

Impuls motorik ditransmisikan melalui saraf cranial V,


VII, IX, X, XII ke GIT atas dan mll saraf spinalis ke Nyeri alih pada dermatom T10 yaitu
diafragma dan otot abdomen di regio umbilicalis

Mual dan muntah Nyeri ulu hati


produksi mucus berlanjut

Peningkatan tekanan intra lumen apendiks

Obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri menembus dinding

Pelepasan mediator inflamasi seperti histamine dan bradikinin makrofag

Kontraksi otot dinding abdomen secara terus Inflamasi pada peritoneum IL 1, TNF, IL6
menerus (defans muskuler) parietal

Anterior hipotalamus
Nyeri hebat & terlokalisir
dng tepat
↑ set point

Nyeri perut kanan bawah


demam

3. Mengapa pasien nyeri diseluru lapang perut?


Etiologi (fekalit/apendikolit, hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, neoplasma, fibrosis)

Penyumbatan lumen apendiks

Obstruksi apendiks

Perkembangan bakteri & sekresi mukus

Distensi lumen & ↑ tekanan dinding lumen

Hambat aliran limfe

Edema, diapedesis bakteri & ulserasi mukosa (apendisitis akut fokal)-- nyeri periumbilikal

↑ sekresi mukus & tekanan dinding lumen

Obstruksi vena, peningkatan edema, pertumbuhan bakteri -- radang

Meluas ke peritoneum (nyeri di daerah kanan bawah)--apendisitis supuratif akut

Aliran arteri terganggu

Infark dinding dan gangren (apendisitis gangrenosa)

Rapuh dan pecah

Apendisitis perforasi

Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.

4. Mengapa ditemukan defans muscular?


Defans muscular terjadi akibat peritonitis generalisata, karena terjadi iritasi peritoneum menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
untuk melindungi organ visceral.
5. Apa Diagnosis dan dd dari akut abdomen?
Diagnosis : apendisitis
DD :
 Bayi : stenosis pylorus, obstruksi usus
 Anak : intususepsi, divertikulitis Merckel, gatroenteritis akut, limfadenitis mesenterik, IBD.
 Dewasa : pielonefritis, kolitis, divertikulitis, pankreatitis
 Perempuan usia puber : pelvic inflammatory disease (PID), abses tubo-ovarium, ruptur kista ovarium
atau torsio ovarium, kehamilan ektopik.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.
6. Bagaimana manifestasi klinis skeenario?
Keluhan apendisitis dimulai dari nyeri di periumbilikus dan muntah karena rangsangan peritoneum viseral. Dalam waktu 2-12 jam seiring
dengan iritasi peritoneal, nyeri perut akan berpindah ke kuadran kanan bawah yang menetap dan diperberat dengan batuk dan berjalan.
Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan menunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah anoreksia, malaise, demam tak terlalu tinggi, konstipasi, diare, mual, dan muntah.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.
7. Bagaimana factor resiko dan etiologic dari scenario?
Etiologi : fekalit/apendikolit, hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, neoplasma, fibrosis
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.
Faktor resiko : pola diet serat
Damanik, B. Hubungan Antara Pola Diet Serat Pada Anak Dengan Angka Kejadian Apendisitis Di RSUP H. Adam Malik Medan
(Master's thesis).
8. Bagaimana penatalaksanaan scenario?
1) Pre-operatif
Observasi ketat, tirah baring, dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah dapat di ulang secara periodik. Foto
abdomen dan thoraks dapat dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan analgesik dapat diberikan.
Pada perforasi apendiks perlu diberikan resusitasi cairan sebelum operasi.
2) Operatif
 Apendiktomi terbuka : dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah (Davis-Rockey) atau insisi oblik
(McArthur-McBurney). Pada diagnosis yang belum jelas dapat dilakukan insisi subumbilikal pada garis tengah.
 Laparoskopi apendiktomi : teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi lebih kecil.
3) Post-operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya pendarahan dalam. Syaok, hipertermia, atau gangguan pernapasan.
Pasien diabringkan dalam posisi fowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi tau peritonitis
umum, puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali normal. Secara bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak, dan
makanan biasa.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.

9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari scenario?

Wiyono, M. H. (2011). Aplikasi Skore Alvarado pada Penatalaksanaan Apendisitis Akut. Jurnal Kedokteran Meditek.
ANAMNESIS

1. Sakit perut mulai sekitar pusat yang berpindah ke perut kanan bawah
2. Sakit tidak menjalar ke pinggang
3. Buang air kecil tidak terganggu
4. Hampir selalu disertai mual dan muntah
5. Demam timbul setelah sakit perut
PEMERIKSAAN FISIK :

• Berjalan membungkuk sambil memegangi perut kanan bawah


• Bila diminta tidur akan mem-fleksikan tungkai pada sendi lutut dan sendi panggul
INSPEKSI :

• Perut tidak kembung


• Kulit tidak ada kelainan
• Tidak ada gambaran usus dan peristaltik usus
AUSKULTASI
Bising usus menurun
• Tidak terdengar bising aorta
PALPASI :

• Dimulai dari perut kiri bawah  kiri atas  kanan atas  kanan bawah
• Nyeri tekan titik Mc Burney
• Muscle guarding
• Nyeri lepas
PEMERIKSAAN TAMBAHAN (khusus appendisitis):

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri
bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsov Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi d
a’s sign ari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi intern
al pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium ata
u vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda sperma
tic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, k
emudian berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)’s Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat
sign pasien dibaringkan pada sisi kiri
Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasie
n dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlenta
ng
Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan p
ositif Shchetkin-Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawa
h kemudian dilepaskan tiba-tiba
PEMERIKSAAN PENUNJANG :

- Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan pasien, sel darah putih akan meningkat dengan neutrofil lebih dari 75%. Kadar leukosit normal p
ada apendisitis ditemukan pada 10% kasus. Kadar leukosit yang tinggi, lebih dari 20.000/ml didapatkan apabila t
erjadinya gangren atau apendisitis perforasi. Urinalisis dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding
pyelonephritis atau nephrolithiasis.
- Pemeriksaan Radiografi
- Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat digunakan dengan penemuan diameter anteroposterior apendiks yang lebih besar dari 7mm, pen
ebalan dindng, struktur lumen yang tidak dapat dikompresi, atau adanya apendikolit.
- CT-scan
CT-scan merupakan pilihan untuk pasien pria, pasien yang lebih tua dan ketika pasien diduga terdapat abses seki
tar apendiks. Diagnosis CT-scan pada apendisitis didasarkan pada penemuan sebagai berikut: 1. dilatasi apendiks
hingga > 6mm, 2. apendiks dikelilingi oleh gambaran inflamasi atau abses, 3. abses pericecal atau massa inflama
si dengan pembentukan apendicolith
10. Apa klasifikasi dari diagnosis scenario?
Apendisitis di klasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu apendisitis akut dan apendisitis kronik. Apendisitis akut di bagi menjadi beberapa
derajat :
a) Apendisitis akut sederhana
b) Apendisitis akut purulenta/supuratif
c) Apendisitis akut gangrenosa
d) Apendisitis infiltrat
e) Apendisitis abses
f) Apendisitis perforasi
Apendisitis kronik jarang terjadi daripada apendisitis akut dan lebih sulit untuk di diagnosis. Apendisitis kronik yang dapat menjadi akut
lagi disebut apendisitis kronik dengan eksaserbasi akut. Penegakkan diagnosis pada apendisitis kronis paling tidak harus ditemukan 3 hal
yaitu :
1) Memiliki riwayat nyeri kuadran kanan bawah abdomen selama paling sedikit 3 minggu tanpa alternatif diagnosa lain.
2) Setelah dilakukan apendiktomi gejala yang dialami pasien tersebut hilang
3) Secara histopatologik, gejalanya dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada dinding apendiks atau fibrosis
pada apendiks.
Ramadhani, F. R. (2018). Hubungan Peningkatan Jumlah Leukosit dengan Kejadian Apendisitis Akut Perforasi di RSU Tangerang
Selatan pada Tahun 2015-2016.2018 (Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-FK).
11. Apa komplikasi dari scenario?
Perforasi usus, peritonitis umum, abses apendiks, tromboflebitis supuratif sistem portal, abses subfrenikus, dan obstruksi usus.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid
2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2018.

Anda mungkin juga menyukai