Anda di halaman 1dari 14

TUGAS DOSEN PENGAMPU

Ahklaq Tasawuf Adi Wahyu Ilhami, S.H.I. , M.H.

Standar Baik Dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlaq ,Moral dan,Etika

Oleh :

KELOMPOK 3

Fitri 190105020439

Nor Ahdiyah 190105020333

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PERBANKAN SYARIAH

BANJARMASIN

2021

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa atas segala berkah,
rahmat, dan hidayah - Nya pula lah sehingga kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah membimbing dan
membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi orang yang membacanya.

Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami yakin masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan ataupun hal lainnya yang tercantum dalam makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr wb

Banjarmasin, 5 Oktober 2021


Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………..

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………

A. Pengertian Standar Baik Dan Buruk


Berdasarkan Ajaran Akhlaq,Moral Dan Etika...........................................
B. Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme, Naturalisme, Idealisme, Ilmu
Kalam dan Tasawuf…………………………………………………………………..
C.

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Simpulan .........................................................................................................
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Secara umum kata baik dalam makna lugas berarti sesuatu yang patut dan
berguna. Sedangkan buruk berarti rusak, busuk, atau jahat. sesuatu yang disebut baik atau
buruk itu sangat relatif. Bergantung kepada pandangan, persepsi atau penilaian masing-
masing orang yang memformulasikannya. Oleh karena itu, nilai baik atau buruk bersifat
subyektif, tergantung tolok ukur apa yang digunakan. Akan tetapi secara obyektif,
walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-beda, sesungguhnya pada
akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu,
bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan tujuan akhir dari semua
itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik. Dengan kata lain semuanya ingin bahagia.
Tak ada seorang pun dan sesuatu pun yang tidak ingin bahagia. Tujuan dari masing-
masing sesuatu, walaupun berbeda-beda, semuanya akan bermuara kepada satu tujuan
yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan bahagia,
tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu Ethik ”Kebaikan Tertinggi”, yang dengan
istilah Latinnya disebut ”Summum Bonum” atau bahasa Arabnya Al-Khair al-Kully.
Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kabahagiaan yang universal atau Universal
Happiness.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu;
a) Apa standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak, moral, dan etika?
b) Apa konsep baik dan buruk menurut aliran hedonisme, naturalisme, idealisme,
ilmu kalam, dan tasawuf?
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini, yaitu;
a) Memahami standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak, moral, dan etika
b) Memahami konsep baik dan buruk menurut aliran hedonisme, naturalisme,
idealisme, ilmu kalam, dan tasawuf.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak, Moral dan Etika
Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan dari kata khoir dalam bahasa
Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma`luf dalam kitab Munjid, mengatakan
bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya,
yang baik itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang
diharapkan dan memberikan kepuasan. Yang baik itu juga sesuatu yang sesuai dengan
keinginan. Dan yang disebut baik itu adalah sesuatu yang mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau bahagia. Adapula pendapat bahwa yang disebut baik
atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, diusahakan dan menjadi tujuan manusia.
Tingkah laku manusia adalah baik, apabila hal tersebut menuju kesempurnaan manusia.
Sedangkan kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi
kebaikan yang kongkrit.
Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah syarr. Dan diartikan
dengan sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam
kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, keji jahat, tidak bermoral dan perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat  yang berlaku. Dengan demikian
yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik.
Di dalam diri manusia ada dua potensi, yaitu potensi baik dan buruk. Ada akhlak baik ada
akhlak buruk. Definisi akhlak yang termaktub dalam kitab ihya Ulumuddin yaitu
kitabnya imam Al-Ghazali, imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang.Standar yang baik dan buruk adalah Al-Qur’an
dan hadits, dimana ada konsep agama maka disitulah ada standar baik dan buruknya,
dalam belajar itu ada fardhu’ain, fardhu kifayah, sunah, hal-hal yang berhubungan
dengan aqidah, fiqh, Tasawuf.
Di dalam aqidah mutlak wajib Seseorang untuk mengetahuinya sehingga dia
terlepas daripada taqlik.Taqlik itu adalah mengikuti secara membabi buta kan syar’i nya.
Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang pengertian kebaikan dan keburukan :
1) Ali bin Abi Thalib (w. 40 H): Kebaikan adalah menjauhkan diri dari larangan,
mencari sesuatu yang halal, dan memberikan kelonggaran kepada keluarga.
2) Muhammad Abduh (1849-1905): Kebaikan adalah apa yang lebih kekal
faedahnya sekalipun menimbulkan rasa sakit dalam melakukannya.
3) Louis Ma’luf : baik, lawan buruk, adalah menggapai kesempurnaan sesuatu.
Buruk, lawan baik, adalah kata yang menunjukkan sesuatu yang tercela atau dosa.
Macam-macam akhlak baik, yaitu:
1) At-Taqwa, merupakan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-nya Allah SWT.
2) Al-ahfal, merupakan kelembutan,berjinak-jinak lembut dengan manusia dan
senang dengan mereka.
3) Al-aqah atau persaudaraan merupakan suatu ikatan antara dua orang yang sudah
pasti rasanya kasih sayang antara keduanya.
4) As-siddiq atau benar merupakan mengabarkan sesuatu dengan sesuai realita.
5) Al-amanah merupakan mendirikan hak Allah dan hak hambanya Allah di dalam
hidup ada 2 hak:-yang berhubungan dengan Allah SWT dan yang berhubungan
dengan anak Adam atau manusia.untuk mengetahui hak tersebut ini kita harus
belajar fiqh
6) Al-Fath terpelihara merupakan satu sifat untuk mencegah orang dari pada haram,
dan kehinaan syahwat, iffah itu adalah satu sifat untuk mencegah seseorang dari
pada perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT
7) Al-muruah atau Marwah merupakan suatu sifat yang mengajak seseorang untuk
berjalan dengan kemuliaan akhlak dan Kebagusan sikap.
8) Al-hilmu lemah lembut merupakan sifat yang membuat seseorang meninggal kan
penyiksaan terhadap orang yang marah kepada dirinya padahal dia mampu
membalasnya.
9) Az-zahaq dermawan merupakan memberikan harta dengan tiada satu masalah dan
tidak menuntut untuk diberikan kembali kepada dirinya.
10) At-tawazuq merendahkan diri merupakan rendah hati, rendah diri yang tidak
membuat diri seseorang menjadi hina.

Macam-macam akhlak buruk, yaitu;


4) Al-khiziq atau dusta merupakan mengabarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan
realita
5) Al-hibbu atau licik merupakan menyembunyikan keburukan dan merencanakan
untuk menyakiti.
6) Al-hasad atau dengki merupakan berencana, bercita-cita untuk menghilangkan
nikmat yang dimiliki oleh orang lain.
7) Al-lagibah merupakan yang dibencikan oleh saudaramu yang dihibahkan
walaupun di depannya.ghibah itu tidak mesti di belakang di depanpun.walau apa
yang kita sebut dia benci itu juga dinamakan ghibah.

Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu sesuai
dengan sifat filsafat itu yakni berubah, realatif nisbi, dan tidak universal. Sedangkan baik
buruk yang didasarkan pada agama akan tetap, berlaku umum/ universal dan sepanjang
masa. Sifat dari baik dan buruk yang demikian itu tetap berguna sesuai dengan
zamannya, dan ini dapat digunakan untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk yang
terdapat dalam ajaran akhlak yang bersumber dari ajaran Islam.

Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dab Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits banyak istilah yang
mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk. Di antara istilah
yang mengacu pada baik misalnya hasanah, thoyyibah, khairoh, karimah, mahmudah,
azizah dan birr. Adanya istilah kebaikan yang demikian variatif yang diberikan Al-
Qur’an dan Hadits itu menunjukan bahwa penjelasan terhadap sesuatu yang baik menurut
ajaran Islam itu jauh lebih lengkap dibandingkan dengan arti kebaikan yang dikemukakan
sebelumnya.

Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan al-quran dan Sunnah Rasul, sedangkan
moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat menganggap satu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.

         Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan Abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak
merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik
merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam
perilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana
disabdakan nya: “ aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (Hadits
riwayat Ahmad).
          Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak baik pada dasarnya adalah akumulasi
dari aqidah dan syariah yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah
telah mendorong pelaksanaan syariat yang akan lahir akhlak yang terpuji, atau dengan
kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah
dilaksanakan berdasarkan aqiqah.
Reinforcement merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia.
Reinforcement dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement
negative. Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia
akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga  perilaku tersebut
akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Dalam Islam,
reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala, masuk surga
yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga membentuk
kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa, masuk neraka,
merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi perilaku
buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.

B. Konsep Baik dan Buruk Menurut Aliran Hedonisme, Naturalisme, Idealisme, Ilmu
Kalam dan Tasawuf
1) Hedonisme

Hedonis berasal dari bahasa Yunani hedone yang berarti “kesenangan”


atau “kenikmatan”. Dalam filsafat Yunani, Hedonisme ditemukan oleh Aristippos
dari Kyrene (sekitar 433-355 SM), seorang murid Socrates. Socrates bertanya
tentang tujuan terakhir bagi kehidupan manusia, atau apa yang sungguh-sungguh
baik bagi manusia, tetapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas
pertanyaan tersebut. Aristippos akhirnya menjawab pertanyaan itu, “Yang
sungguh-sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan.
Hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada
pemikiran Filsafat Yunani, khususnya pemikiran Epicurus (341-270 SM).
Menurut paham ini, hal-hal yang dipandang baik adalah sesuatu yang
mendatangkan kenikmatan dan kelezatan nafsu biologis. Dan sebaliknya, yang
dikatakan buruk, bila sesuatu yang tidak bermanfaat untuk memuaskan nafsu.
Itulah sebabnya, sehingga Epicurus mengatakan, bahwa kebahagiaan terletak pada
kepuasan biologis, dan itulah yang merupakan tujuan hidup manusia menurut
pandangannya. Tidak ada kebaikan dalam hidup manusia menurut pandangannya.
Tidak ada kebaikan dalam hidup kecuali kelezatan, dan tiada keburukan kecuali
penderitaan. Maka orang yang bermoral (berakhlaq dalam bahasa Islam), adalah
orang yang berbuat untuk mendatangkan kelezatan, sebagai wahana untuk
mendapatkan kebahagiaan dan keutamaan hidup. Perkembangan pemikiran
hedonisme pada masa selanjutnya, terlihat adanya dua macam corak, yaitu ada
yang menekankan pada kelezatan yang dinikmati oleh perorangan yang
disebut egoistis hedonism, dan ada pula yang harus dinikmati oleh orang banyak
yang disebut universalistis hedonism. Hedonisme perorangan, mengatakan bahwa
orang yang bermoral adalah orang yang mampu berbuat untuk mendatangkan
kelezatan dirinya. Tetapi hedonisme universal mengatakan, bahwa orang yang
bermoral adalah ia yang mampu berbuat untuk mendatangkan sesuatu yang dapat
dinikmati secara bersama-sama. Hedonisme egoistis (individualistis), banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat Barat yang liberal dan kapitalistik,
misalnya masyarakat Amerika dan Eropa Barat. Sedangkan hedonisme yang
universal , banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat komunis, misalnya
Rusia dan Eropa Timur.
2) Naturalisme
Naturalisme adalah aliran filsafat yang menerima “natura” sebagai
keseluruhan realitas. Istilah “natura” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat manusia sampai sistem
total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan
kepada kita oleh sains dan alam. Istilah “Naturalisme” merupakan kebalikan dari
istilah “Supranaturalisme” yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam
dengan adanya kekuatan atau ada dua (wujud) di atas di luar alam.

Menurut aliran Naturalisme, ukuran baik atau buruk adalah apakah sesuatu
itu sesuai dengan fitrah (naluri) manusia atau tidak, baik fitrah lahir maupun batin.
Apabila sesuai dengan fitrah dikatakan baik, sedangkan apabila tidak sesuai
dipandang buruk. Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan
setiap manusia didapat dengan jalan memenuhi panggilan natur atau kejadian
menusia itu sendiri. Itulah sebabnya aliran itu disebut Naturalisme.
Berikut ini beberapa pemikiran aliran Naturalisme :
a) Segala sesuatu dalam dunia ini menuju pada tujuan tertentu. Memenuhi
panggilan natur setiap sesuatu dapat mengantarkan pada kesempurnaan.
Benda-benda dan tumbuh-tumbuhan juga termasuk di dalamnya, menuju pada
satu tujuan, tetapi dapat dicapai secara otomatis tanpa pertimbangan dan
perasaan.
b) Hewan mencapai tujuannya melalui naluri, sedangkan manusia melalui
akalnya karena akal itulah yang menjadi perantara baginya untuk mencapai
kesempurnaan. Atas dasar itu, menusia harus berpedoman pada akal.

J.J. Rosseau (1712-1778) menyatakan, bahwa prinsip pandangan yang lebih


menitikberatkan atas kemampuan menilai sesuatu yang baik dan buruk, dapat
dipengaruhi oleh pembawaaan sejak manusia itu lahir. Jadi sejak anak lahir, ia
sudah dapat menilai suatu yang baik dan buruk, hanya saja ia belum bisa
menganalisis, mengapa sesuatu itu dikatakan baik atau buruk. Ini menurut
pandangan aliran naturalisme yang dipelopori oleh J.J Rosseau. 

Jadi proses kematangan manusia dalam menilai hal yang baik dan buruk,
ditentukan oleh pengalaman hidupnya. Semakin banyak pengalaman hidupnya, semakin
matang pula pemahaman terhadap hal-hal yang baik atau buruk, sehingga cara
menilainya juga semakin sempurna.

Nilai baik dan buruk menurut aliran ini, ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi
alam yang ditempati manusia hidup, maka konsekwensi logisnya, bisa terjadi pada
sesuatu yang dipandang baik pada tempat dan kondisi tertentu tetapi sebaliknya dapat
dipandang tidak baik pada tempat dan kondisi yang lain. Hal ini ditegaskan bahwa
kebaikan dan keburukan, ada yang bersifat universal, dan juga ada yang bersifat lokal.
Tentu saja hal tersebut, hanya berlaku di suatu tempat dan kondisi tertentu pula.

Ringkasnya, tolak ukur yang dipergunakan aliran Naturalisme mengenai kebaikan dan
keburukan adalah apakah sesuatu itu sesuai sesuai dengan fitrahnya atau tidak. Jika
sesuai dengan fitrah, sesuatu itu baik, begitu pula sebaliknya.
3) Idealisme

Tokoh utama pada aliran ini adalah Immanuel Kant (1725-1804). Pokok – pokok
pandangannya adalah sebagai berikut :
a) Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) adalah kerohanian. Seseorang berbuat
baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain, melainkan atas dasar kemauan
sendiri atau rasa kewajiban. Sekalipun diancam dan dicela orang lain, perbuatan baik itu
dilakukan karena adanya rasa kewajiban yang terdapat dalam nurani manusia.
b) Faktor  yang paling penting memengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan
tindakan yang konkret. Adapun pokonya disini adalah “kemauan baik”.
c) Kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya,
yaitu “rasa kewajiban”.

Dalam etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :

a) Dasar etika Kant, ialah akal pikiran.


b) Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat sesuatu.
c) Kant, mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan banyak hal-hal yang
meminta perhatian etika.
Menurut Plato, manusia memiliki kemampuan dasar yang terdiri dari
kemampuan berpikir yang terletak di kepala, kemampuan berkehendak yang terletak di
dada, kemampuan bernafsu (berkeinginan) yang terletak di perut. Pikiran (idea),
kehendak (kemauan) dan nafsu (keinginan) terikat dalam kehidupan jasmani manusia.
Dasar pandangan idealisme Plato (427-347 SM), murid Socrates (468-399 SM) yang
mengajarkan tentang idea (serba cita), termasuk penilaian baik dan buruk, harus diukur
dengan kemampuan cita, tidak dapat diukur dengan kemampuan panca indera, menurut
aliran idealisme.
Aliran ini memandang bahwa semua ada, serta seluruh kenyataan ini, tergantung dari
kesadaran dan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengetahui sesuatu. Benda –
benda yang ada, pada hakekatnya berhubungan dengan pengertian-pengertian yang
bersifat idea (spiritual). Oleh karena itu, dalam kajian epistimologi mengatakan, aliran
idealisme memandang bahwa idea – idea adalah faktor yang hakiki dalam pegetahuan.
Termasuk Akhlak yang telah dipengaruhi oleh pemikiran aliran idealisme yaitu, selalu
diukur dengan kemampuan idea (cita) seseorang, tidak pernah menggunakan pengamatan
panca indera. Maka pemahaman tersebut, cenderung kurang objektif.
4) Ilmu Kalam
Menurut ilmu kalam perbuatan manusia merupakan hasil usaha manusia itu
sendiri dan bukan perbuatan Tuhan karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengerjakan dan meninggalkan perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan
Tuhan. Sementara jabariyah mengatakan bahwa manusia mewujudkan perbuatannya
sendiri tanpa campur tangan tuhan akan tetapi, dalam paham aliran jabariyah maka
manusia tidak berkuasa atas perbuatannya, yang menentukan perbuatan itu adalah
kehendak Allah. Asy'ariyah dalam menampilkan pendapatnya tentang perbuatan baik dan
buruk ia berada pada posisi tengah mereka mengatakan bahwa manusia tidak
menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh sesuatu perbuatan. Sementara
jabariyah mengatakan bahwa manusia mewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur
tangan tuhan akan tetapi, dalam paham aliran jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas
perbuatannya, yang menentukan perbuatan itu adalah kehendak Allah. Asy'ariyah dalam
menampilkan pendapatnya tentang perbuatan baik dan buruk ia berada pada posisi tengah
mereka mengatakan bahwa manusia tidak menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa untuk
memperoleh sesuatu perbuatan. Sementara jabariyah mengatakan bahwa manusia
mewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan tuhan akan tetapi, dalam paham
aliran jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas perbuatannya, yang menentukan
perbuatan itu adalah kehendak Allah. Asy'ariyah dalam menampilkan pendapatnya
tentang perbuatan baik dan buruk ia berada pada posisi tengah mereka mengatakan
bahwa manusia tidak menciptakan sesuatu, tetapi berkuasa untuk memperoleh sesuatu
perbuatan.
5) Tasawuf
Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai
dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Paham ini, terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada
Tuhan sangat memegang peran penting. Karena tidak mungkin orang berbuat sesuai
dengan kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman kepada-Nya.
Perlu diketahui, bahwa di dunia ini ada bermacam-macam agama yang dianut, dan
masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing.
Masing-masing agama tersebut memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan
buruk antara yang satu dengan lainnya berbeda-beda dan juga ada persamaannya.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang melekat pada diri kita sejak kita terlahir di dunia.
Banyak ulama’ maupun tokoh – tokoh yang memaparkan definisi kebaikan dan keburukan.
Seperti Louis Ma’luf berpendapat bahwa baik, lawan buruk, adalah menggapai kesempurnaan
sesuatu. Buruk, lawan baik, adalah kata yang menunjukkan sesuatu yang tercela atau dosa.

Kebaikan dan keburukan juga dapat diukur atau ditentukan dengan berbagai aliran. Seperti aliran
Idealisme, Naturalisme, Hedonisme, dan Modern. Masing-masing dari aliran ini mengemukakan
penentuan baik dan buruk berbeda-beda. Dan masing-masing aliran ini pula mempunyai tokoh-
tokoh yang memperkuat masing- masing aliran tersebut.

B.Saran

Makalah kami jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan yang perlu dibenahi
dari makalah kami ini. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun agar
makalah kami menjadi lebih baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000
Al Baqir, Muhammad. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung: Karisma.
Heri Gunawan ,Pendidikan Karakter Konsep Dan implementasinya (Bandung,Alfabeta 2012), 14
Mansur muslich ,Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan krisis Multimendiontal
(Jakarta,Bumi Aksara ,2006), 74
Mufti amir ,Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam ,(Jakarta ,logos Wacana
Ilmu.1999), 17

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf(Bandung : Penerbit Pustaka Setia, 2010), 70-77

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II (Jakarta : Kalam Mulia, 2010), 39-42

Anda mungkin juga menyukai