Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI BAHAN AJAR FUSSION FOOD BERBASIS PANGAN LOKAL BALI

PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN KULINER

N W Sukerti 1, Cok Istri R Marsiti2, Luh Masdarini3, dan Damiati4


1,2,3,4
Program Studi Pendidikan Vokasional Seni Kuliner
Fakultas Teknik dan Kejuruan . UNDIKSHA
Email: wayan.sukerti@undiksha.ac.id

I
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk :(1) mendeskripsikan hasil implementasi bahan ajar pangan
lokal dilihat dari hasil belajar praktik siswa, (2) Mendeskripsikan perangkat pembelajaran mulai dari
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Video Pembelajaran pada kompetensi dasar fussion food
siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Buleleng (3) Untuk mendeskripsikan respon
siswa terhadap bahan ajar pangan lokal yang digunakan dalam pembelajaran fussion food kelas XII.
Diperolehnya bahan ajar yang dapat memfasilitasi siswa melakukan eksplorasi terhadap materi
pengembangan pembelajaran fussion food. Selanjutnya kendala dalam pengembangan dan
pemanfaatan bahan ajar pangan lokal dalam kompetensi dasar fussion food yang lebih luas kepada
siswa, yaitu kondisi pandemic covid 19 yang tidak memungkinkan untuk menghadirkan siswa secara
keseluruhan di kelas.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan mengacu pada model ADDIE.
Subyek penelitian ini adalah guru, tim peneliti dan siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini. Jumlah
responden sebanyak 36 orang. Data dikumpulkan dengan metode observasi dan angket. Data dianalisis
dengan teknik analisis deskriptif
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi bahan ajar pangan lokal melalui kegiatan belajar
praktik Fussion Food pada 4 SMK di kabupaten Buleleng dapat dinyatakan berhasil sesuai dengan hasil
penilaian kinerja praktik siswa pada masing-masing hidangan dengan 4 aspek yaitu aspek warna, rasa ,
warna, tekstur dan penyajian. Pada hidangan salad dengan skor rata-rata sebesar 3,78 dengan kategori
baik , Soup dengan skor rata-rata. 3,80 dengan kategori baik, Maincourse dengan skor 3,77 dengan
kategori baik dan dessert dengan skor 3,72 dengan kategori baik. . (2) tersusunnya perangkat pembelajaran
fussion food berbasis bahan pangan lokal Bali mulai dari, Lembar Kerja Peserta didik (LKPD), dan
media pembelajaran pangan (video pembelajaran). (3) Respon siswa terhadap bahan ajar yang
digunakan sebagai materi ajar untuk menunjang kegiatan praktik adalah positif.
Kata-kata kunci: bahan ajar pangan lokal , implementasi balinese fussion food skills,

1. Pendahuluan

Pembelajaran pangan lokal, seharusnya mencakup aktivitas dan materi pembelajaran yang
secara utuh dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbasis
kearifan lokal yang dapat mengangkat budaya bangsa. Pada materi pembelajaran pangan dirancang
aktivitas terkait ranah karya nyata, yaitu (1) karya pengolahan pangan,(2) karya penampilan pangan
dan (3) karya usaha pangan berbasis sumberdaya lokal Secara khusus permasalahan pangan

pada kurikulum SMK, tidak pernah dibahas,dipelajari, apalagi dipraktikkan oleh guru dan siswa.
Seharusnya remaja memiliki kemampuan menyediakan pangan lokal untuk dirinya sendiri,
menampilkan pangan lokal yang inovatif dan kemampuan wirausaha pangan lokal secara
sederhana. Oleh sebab itu, penelitian pengembangan ini sangat diperlukan agar remaja sebagai
generasi muda menyadari dan mendukung program kemandirian pangan, melalui pelestarian kuliner
khas Bali, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran di SMKN bidang
1
keahlian kuliner bidang keahlian Tata Boga adalah menganalisis dan mempraktikkan Fussion food.
Kompetensi Dasar ini terdapat pada mata pelajaran pengolahan dan penyajian makanan ,
Kompetensi Dasar ini terdapat pada mata pelajaran pengolahan dan penyajian makanan ,
Kompetensi Dasar 3.24 dan Kompetensi Dasar 4.24 yang muncul di kelas XII semester ganjil.
Salah satu materi yang penting untuk diangkat ke dalam KD Fussion food ini adalah materi Fussion
food berbasis pangan lokal. Hal ini menarik sebab daerah Bali kaya akan sumberdaya alam yang
bisa dikemas dalam materi Fussion food, berbasis pangan lokal, sehingga keunikan mater ajar ini
bisa disebarluaskan kepada masyarakat melalui siswa yang melakukan praktikum pengolahan
Fussion food. Pembelajaran pangan lokal, seharusnya mencakup aktivitas dan materi pembelajaran
yang secara utuh dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbasis
kearifan lokal yang dapat mengangkat budaya bangsa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan berbagai inovasi
program pendidikan antara lain; penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku/ bahan ajar,
peningkatan mutu guru, dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan, peningkatan
manajemen pendidikan, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Kompetensi Dasar fussion
food yaitu mengembangkan pengetahuan dan melatih keterampilan kecakapan hidup berbasis seni,
teknologi dan ekonomi. Pembelajaran ini berawal dengan melatih kemampuan ekspresi-kreatif untuk
menuangkan ide dan gagasan agar mampu menciptakan suatu produk makanan inovatif dengan
memadukan resep-resep yang sudah ada, bisa dikombinasikan, ditambahkan, dikurangi baik bahan
utama maupun bahan-bahan lain sehingga tercipta produk baru dan dirasionalisasikan secara
teknologis sehingga keterampilan tersebut bermuara apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis
dan aplikatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampaknya terhadap
ekosistem, manajemen, dan ekonomis. [1]. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kajian ini menjadi
sangat urgen, karena dengan implementasi bahan ajar fussion food dapat diketahui kemampuan
siswa melalui hasil belajar praktik dalam mengolah hidangan fusion berbahan pangan lokal Bali [2]

Hingga saat ini pembelajaran pangan lokal belum dicantumkan didalam kurikulum diberbagai
tingkatan sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
dan juga Sekolah Menengah Kejuruan. Pembelajaran pangan lokal dengan adaptasi kuliner lokal
semestinya diberikan di jenjang sekolah sebagai upaya pengenalan potensi pangan lokal untuk
kemandirian serta ketahanan pangan daerah/nasional. Pembelajaran pangan lokal, seharusnya
mencakup aktivitas dan materi pembelajaran yang secara utuh dapat meningkatkan kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbasis kearifan lokal yang dapat mengangkat budaya
bangsa. Mengingat sumber belajar terkait pangan lokal dan cara pengolahannya masih sangat
terbatas, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui pengembangan sebuah perangkat
pembelajaran berupa buku ajar sebagai sumber belajar guru dan siswa. Materi yang dimuat dalam
buku ajar disusun secara sistematis dan mudah dipahami peserta didik terkait upaya pengolahan
pangan lokal dengan teknik fusion food, sehingga menghasilkan hidangan tradisional yang
memenuhi standar penyajian secara internasional. Saat ini teknik fusion food menjadi sebuah tren
atau pilihan karena memberikan sajian hidangan yang lebih kreatif dan inovatif sehingga menarik
selera konsumen.
[3] bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar yang sangat bermanfaat dalam kegiatan
pembelajaran. Bahan ajar selain merupakan sumber belajar juga sebagai buku pegangan bagi
mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan yang memuat konsep dasar, materi pelajaran, contoh-
contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Ciri-ciri atau karakter buku ajar yang baik,
diantaranya 1) harus berisikan substansi yang memadai dan disajikan secara sistematis untuk
mencapai tujuan pembelajaran; 2) substansi harus sesuai dengan kurikulum meliputi aspek
2
tujuan/kompetensi yang ingin dicapai, metode, dan penilaian yang digunakan dalam proses
pembelajaran; 3) disusun secara sistematis dengan kaidah penulisan ilmiah; 4) disusun dalam
bahasa yang mudah dicerna dan dikuasai oleh peserta didik, sehingga memiliki derajat keterbacaan
yang tinggi; 5) bentuk format dan fisik bahan ajar menarik; dan 6) mampu membangun motivasi
pembacanya untuk belajar [4]. Komponen buku ajar berisikan rangkuman, adanya umpan balik,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, disusun terstruktur berdasarkan kebutuhan
peserta didik, dan menggunakan gaya bahasa yang komunikatif.

2. Metode
Metode penelitian pengembangan ini menggunakan (Research & Development) mengacu
pada ADDIE model yang dikembangkan oleh [5] Subjek uji coba pada tahap implementasi yaitu 4
orang peneliti, 12 orang guru dan 20 orang siswa Peneliti dalam penelitian ini melaksanakan penilaian
terhadap hasil praktikum siswa Bersama-sama dengan guru mata pelajaran fusion di setiap sekolah.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Selanjutnya siswa diminta respon terhadap bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. Data
dikumpulkan melalui pelaksanaan kinerja yang terdiri dari 1) data hasil evaluasi produk dari aspek
rasa, warna, bentuk dan penyajian ,2) data evaluasi tahap kedua merupakan data hasil respon siswa
SMK dalam jumlah terbatas. Instrumen untuk pengumpulan data berupa lembar observasi yaitu
lembar pengamatan sesuai aspek yang dinilai, yaitu aspek rasa, warna, bentuk dan penyajian.
Selanjutnya angket yang disebarkan kepada siswa untuk mengumpulkan respon siswa terhadap
bahan ajar yang dimplementasikan. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan
seluruh informasi dari data kualitatif, berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang
diperoleh dari pengisian angket. Hasil analisis dan kajian dari data yang diperoleh digunakan untuk
menyempurnakani produk bahan ajar yang dikembangkan
Tahapan penelitian pengembangan pada tahun kedua terdiri dari tahap Implementasi dan
tahap evaluasi. Adapun tahapan penelitian, yaitu Tahap persiapan meliputi kegiatan orientasi tentang
pengembangan buku ajar, koordinasi dengan guru pengampu mata pelajaran pengolahan dan
penyajian makanan pada Kompetensi Dasar Fussion Food, yang akan dijadikan sebagai partner
sekaligus sumber informasi untuk pengembangan buku ajar, dilanjutkan dengan penyusunan
instrumen penelitian. Tahap pengembangan buku ajar mengacu pada model pengembangan ADDIE,
namun pelaksanaan pada tahun kedua terdiri dari dua tahap yaitu tahap implementasi dan tahap
evaluasi.

Gambar 1. Alur Model Pengembangan ADDIE (Branch, 2009:2)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil
Pengembangan buku ajar Balinese Fusion Food mengacu pada ADDIE model, dimana pada
pelaksanaan tahum kedua terdiri dari Tahap Implementasi (implementation) dan Evaluasi (evaluation)
Pada tahun ke 2 ini penelitian dilanjutkan dengan tahap mengimplementasikan hasil pengembangan
buku ajar yang sudah melalui review dari beberapa ahli dibidangnya. Untuk implementasi buku ajar ini tim
peneliti bekerjasama dengan 4 sekolah SMK baik negeri maupun swasta yang ada di kabupaten
Buleleng. Keempat sekolah ynag dimaksud yaitu : SMKN 1 Sukasada, SMKN 2 Singaraja, SMK
3
Triatmajaya Singaraja dan SMKN 1 Seririt.
Sebelum implementasi dalam bentuk praktikum siswa, tim peneliti mengadakan focus group
discussion (FGD) untuk penyamaan persepsi terhadap kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Berikut
dokumentasi pada saat FGD.

Gambar 1. FGD penyamaan persepsi antara guru, siswa dan tim peneliti (sumber: Olahan Peneliti)

Gambar 2 FGD dengan guru-guru pengajar fussion food (sumber: olahan peneliti)

Setelah pelaksanaan FGD, dilakukan kegiatan praktik di setiap sekolah dengan melibatkan 5 orang siswa
pada tiap sekolah. Langkah ini diambil mengingat situasi pandemic covid 19 dengan kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, sehingga siswa dibatasi hanya 5 orang yang
berpartisipasi dalam kegiatan praktikum. Berikut hasil kegiatan praktikum siswa.

Tabel 01. Hasil Penilaian Praktikum Siswa dengan tema Fussion Food Berbasis Pangan Lokal
PE hidangan
nila salad soup maincourse dessert
i Wa ra tek peny wa ra tek peny wa ra tek peny Wa ra tek peny
rna sa stu ajian rna sa stu ajian rna sa stru ajian rna sa stu ajian
r r r
4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
1
2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4
3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4
5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4
6 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
7 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3
4
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4
13 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4
14 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
15 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
16 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4
tota 64 5 57 64 64 5 58 64 62 5 60 62 62 5 58 63
l 7 7 7 5

Adapun rumus untuk mencari rata-rata yang digunakan adalah sebagai berikut (Koyan, 2007:75) :

M=
∑x
N
Keterangan :
M : Rata-rata uji kualtias (aroma, tekstur dan rasa)
∑ x : Jumlah masing-masing skor (aroma, tekstur dan rasa)
N : Jumlah subjek (sampel)

Dalam penelitian ini M (mean) adalah rata-rata uji kualitas yang berfungsi untuk mencari rata-rata dari
aspek warna, rasa, tekstur dan penyajian. Sedangkan ∑x adalah masing-masing skor yang didapatkan
dari aspek rasa, tekstur dan penyajian N (banyak data) adalah jumlah subjek, dalam penelitian ini
jumlahnya 16 penilai .
Acuan dalam pengambil keputusan yang digunakan dalam menentukan tingkat kualitas produk hidangan
fussion food dilihat dari aspek warna ,aroma, tekstur dan rasa. Rumus pedoman konversi dengan skala
tiga, sebagai berikut :

Rumus Pedoman Konversi Skala 4


Mi + 1 SDi Mi + 3 SDi (baik)
Mi - 1 SDi Mi + 1 SDi (cukup)
Mi - 3 SDi Mi – 1 SDi (kurang)

Sumber :[6]

Keterangan :
Mi : Mean atau rata-rata ideal
SDi : Standar Deviasi ideal
Rumus mencari Mean ideal dan Standar Deviasi Ideal
1
Mi = (Skor maksimal + skor minimum)
2
1
SDi = (Skor maksimal – skor minimum)
6
Sumber : [6]

Skor maksimal = 4
Skor minimum = 1

Berdasarkan rumus diatas, maka data yang terkumpul akan dicari konversinya, sehingga mendapatkan
hasil sebagai berikut :
1
Mi = (4+1)
2
Mi = 2,5

5
1
SDi = (4-1)
6
SDi = 0,5

Adapun acuan pengambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan kualitas mie tepung ampas
tahu dari aspek aroma, tekstur dan rasa berdasarkan rumus diatas adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.6
Tabel Rentang Rerata Skor
Rerata Skor Kriteria Indikator
3,00-4,00 Baik
2.00 - 2,99 Cukup
0,5 – 1,99 Kurang

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh hasil perhitungan rata-rata pada setiap aspek sebagai berikut

Tabel 02
Hasil Penilaian Produk Salad (Balinese Urab with Coconut)

Aspek Penelitian Hasil Kategori

Warna 4,0 Baik


Rasa 3,56 Baik
Tekstur 3,56 Baik
Penyajian 4,0 Baik
Rata-rata =3,78 baik

Tabel 02

Hasil Penilaian Produk Soup (Ares)

Aspek Penelitian Hasil Kategori

Warna 4,0 Baik


Rasa 3,57 Baik
Tekstur 3,62 Baik
Penyajian 4,0 Baik
Rata-rata =3,80
Tabel 03
Hasil Penilaian Produk Maincourse (Pan share fish&Shreded Sere Lemo)

Aspek Penelitian Hasil Kategori

Warna 3,88 baik


rasa 3,56 baik
Tekstur 3,75 Baik
penyajian 3,88 Baik
3,77 Baik

Tabel 04
Hasil Penilaian Produk Dessert (Crepe Laklak Cake)
6
Aspek Penelitian Hasil Kategori

Warna 3,88 baik


rasa 3,44 baik
Tekstur 3,62 Baik
penyajian 3,94 Baik
Rata-rata= 3,72 baik

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka secara keseluruhan dapat dinyatakan kualitas produk mulai
dari salad dengan skor sebesar 3,78 dalam kategori baik, Soup dengan skor rata-rata sebesar 3,80
dengan kategori baik, Maincourse dengan skor rata-rata sebesar 3,77 dalam kategori baik dan dessert
dengan rata-rata 3,72 dalam kategori baik. Selanjutnya respon siswa terhadap buku ajar yang telah
disempurnakan sebagai berikut:

Tabel 4. Angket Respon Siswa terhadap Buku Ajar


Uraian Respon Siswa (%)
SB B C K
1. Tampilan Buku Ajar menarik 41,03 58,97 0 0
2. Terdapat keserasian warna, ukuran, tata 28,21 64,10 7,69 0
letak dalam sampul buku ajar
3. Memiliki kejelasan petunjuk setiap Bab 53,85 43,59 2,56 0
4. Ukuran dan jenis hurup yang digunakan 56,41 41,03 2.56 0
mudah dibaca
5. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti 48,72 51,28 0 0
6. Gambar yang digunakan jelas 48,72 46,15 5,13 0
7. Uraian materi sudah runut 25,64 71,79 2,56 0
8. Saya mudah memahami kalimat-kalimat 38,46 53,85 7,69 0
yang digunakan dalam buku ini
9. Tidak ada kalimat yang menimbulkan makna 17,95 76,92 5,13 0
ganda
10. Latihan soal yang digunakan dalam buku ini 51,28 38,46 10,26 0
sesuai dengan materi
Keterangan :
SB = Sangat Baik;= 41,50% B = Baik;=54,61% C = Cukup= 3,87%; K = Kurang

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraiakan di atas, bahwa implementasi buku ajar
fussion food melalui prkatikum yang dilaksanakan oleh siswa siswi Sekolah Menegah Kejuruan pada
4 sekolah yang ada dikabupaten Buleleng dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan dapat dilhat dari
rata-rata kualitas setiap produk mulai dari salad, soup, maincourse dan desseert dengan kategori
baik . Selanjutnya pada penyusunan perangkat pembelajaran, telah berhasil disusun Lembar Kerja
Peserta Didik, yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktikum. Selanjutnya respon
siswa terhadap pembelajaran fussion food di sekolah dalam kategori positif . Keberhasilan ini tidak
terlepas dari keseriusan siswa, dalam bekerja, mengikuti prosedur yang telah disiapkan. Temuan ini
sejalan dengan hasil penelitian [7]; [[8][9]
Penelitian pengembangan buku ajar ini hanya melalui evaluasi formatif untuk mengumpulkan
data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan [8][8] Evaluasi dilakukan terkait
dengan tahapan penelitian pengembangan untuk memperbaiki produk pengembangan yang
dihasilkan. Pengembangan buku ajar Balinese Fusion Food dilakukan dalam rangka membantu
guru serta memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran keterampilan bidang tata boga terkait
teknik fusion food dengan menonjolkan kearifan lokal hidangan tradisional Bali yang dikemas sebagai
produk kuliner dengan penyajian secara internasional. Buku ajar terdiri dari enam Bab, yaitu Bab I
tentang Mengenali Fusion Food; Bab II tentang Kuliner Tradisional Bali; Bab III tentang Dekorasi
Hidangan; Bab IV tentang Balinese Appetizer dengan Teknik Fusion; Bab V tentang Balinese
7
Maincourse dengan Teknik Fusion; dan Bab VI tentang Balinese Dessert dengan Teknik Fusion.
Pemilihan materi buku ajar berdasarkan hasil pengkajian kompetensi yang diminta kepada peserta
didik yang tertuang dalam silabus mata pelajaran, serta hasil analisis karakteristik peserta didik terkait
pengetahuan, sikap, serta keterampilan awal yang telah dimiliki siswa terkait fussion food berdasarkan
informasi dari guru bidang keahlian tata boga SMK. Hal ini dilakukan agar buku ajar yang nantinya
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan memberikan dampak positif terhadap pembelajaran di
sekolah. Topik-topik materi yang telah tersusun disajikan dalam unit-unit pembelajaran (Bab) secara
berurutan dan terstruktur. Draf penyusunan buku ajar dilakukan uji validasi ahli untuk memperoleh
kajian kelayakan penggunaannya untuk siswa.
Berdasarkan penyebaran angket respon yang diberikan kepada 20 siswa dengan sepuluh
butir uraian, bila dikaji dari sebaran prosentase dapat dinyatakan bahwa siswa memberikan respon
positif dengan kategori baik hingga sangat baik. Siswa memberikan beberapa masukan dan saran
terhadap draf buku ajar dan telah dirangkum sebagai berikut:
1) Gambar yang digunakan dalam buku ajar agar lebih jelas dan menarik minat pembaca
2) Warna dalam sampul sebaiknya jangan menggunakan terlalu banyak warna yang memberi kesan
terlalu ramai.
3) Tulisan "belayag" diganti dengan "blayag"
4) Penempatan rangkuman dan tugas tidak dijadikan satu dengan materi
5) Diharapkan lebih banyak memberikan gambar pada materi sehingga pembaca dapat memahami
materi dengan mudah.
6) Ukuran font nya agar diperbesar
7) Pemaparan materi mengenai teknik membuat garnish hidangan lebih baik jika diberi gambar
Berdasarkan masukan dari ahli, praktisi, dan siswa maka diperlukan perbaikan dan penyesuaian.
Penggunaan gaya bahasa dalam uraian penjelasan, pemberian ilustrasi/contoh dan interpretasi
dengan bahasa yang komunikatif akan mudah dicerna serta dipahami siswa dalam pembelajaran
sebagai pengguna buku ajar .

4. Simpulan
Buku Ajar “Balinese Fusion Food” mengacu pada metode Penelitian dan Pengembangan (R &
D) dengan model ADDIE. Sebagai kelanjutan dari pegembnagan model ADDIE, pada langkah ke lima
yaitu implementasi buku ajar, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil penilaian kinerja siswa dalam mengolah produk hidangan dari salad, soup, maincourse dan
dessert diperoleh kualitas hasil praktik dalam kategori baik , mulai dari menu salad, soup,
maincourse dan dessert.
2. Pengembangan perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Peserta Didik, dan instrument
penilaian kinerja sudah berhasil disusun sesuai kreteria yang ditetapkan.
3. Respon siswa Berdasarkan penyebaran angket respon yang diberikan kepada 39 siswa dengan
sepuluh butir uraian, bila dikaji dari sebaran prosentase dapat dinyatakan bahwa siswa
memberikan respon positif dengan kategori baik

Contoh-contoh hasil kegiatan praktikum

8
Foto 1. Kegiatan di SMKN 1 Seririt Foto 2 Kegiatan di SMKN 2 Singaraja

Foto 3 Kegiatan di SMKN 1 Sukasada Foto 4 Kegiatan di SMKN 1 Sukasada

Contoh-contoh hasil Produk

Foto 5 Salad Foto 6 Soup Foto 7. Maincouse Foto 8 Dessert

Daftar Rujukan
[1] H. Purwanti, “Praktik Berkreasi Hidangan Fusion,” J. Ilm. WUNY, vol. 1, no. 2, pp. 1–9, 2019, doi:
https://doi.org/10.21831/jwuny.v1i2.27586.
[2] H. I. Ekayani, N. . Sukerti, L. Masdarini, and Damiati, “PENGEMBANGAN BUKU AJAR PANGAN
LOKAL UNTUK MENINGKATKAN BALINESE FOOD SKILLS PADA REMAJA SMK,” in Senari 7,
2020, pp. 235–242.
[3] Mahmudi, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk
Pembelajaran Di Smk,” 2019.
[4] Suwatno, “PEDOMAN PENULISAN BUKU AJAR,” 2012.
[5] R. M. 2009. I. U. U. of G. Branch, nstructional Design The ADDIE Approach (Serial Online). USA:
University of Georgia, 2009.
[6] I. W. Koyan, Asesmen Dalam Pendidikan. 2011.
[7] A. Thalib, M. M., & Munir, “Pengembangan Bahan Ajar Statistik Deskriptif Dengan Model ADDIE.,”
Pros. Semin. Nas., vol. 1, no. 1, pp. 2–11, 2021.
[8] Habibi, M. Wildan, E. Suarsini, and M. Ami, “Pengembangan Buku Ajar Matakuliah M(5);
pikrobiologi Dasar.,” J. Pendidik. Teor. Penelitian, dan Pengemb., vol. 1, no. 5, pp. 890–900, 2016.
[9] R. A. H. Cahyadi, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model,” Halaqa Islam. Educ. J., vol.
3, no. 1, pp. 35–42, 2019, doi: 10.21070/halaqa.v3i1.2124.

9
1
0

Anda mungkin juga menyukai