Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH RETORIKA

Menjelaskan Persiapan dan Penyusunan Pidato

Dosen : Muhammad Ruslan M.Pd

Disusun Oleh :

Safira Achmad Pane (1901020023)


Safriyandi Barus (1901020010)
Selvi Regita (1901020037)

KELAS V PAI A1 PAGI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan nikmat rahmat, hidayah, dan
inayahnya. Shalawat dan salam marilah kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan pencerahannya dari zaman jahiliyah hingga zaman mahiriyah seperti yang
kita rasakan saat ini.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menjelaskan


Persiapan dan Penyusunan Pidato”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Retorika.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang Maha Esa Allah SWT. Oleh karena
itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan kepada para pembaca.

Medan, 30 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Persiapan Sebelum Pidato ........................................................................................ 5


B. Teknik Persiapan Pidato ........................................................................................... 7
C. Cara Menyusun Naskah atau Teks Pidato ............................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 15

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia sejarah berbicara/berpidato merupakan instrument utama untuk


mempengaruhi massa. Bahasa yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain.
Ketidakmampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah
atau pikiran yang memadai akan membawa dampak negatif dalam hidup dan karya
seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang
memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi yang memiliki kemampuan pribadi,
keberhasilan pribadi, dan kehidupan pada umumnya.
Dunia tempat kita hidup menantikan orang-orang yang mampu berkomunikasi dengan
penuh keyakinan diri. Bila kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari segala
lapisan masyarakat dari penuh keyakinan diri, maka kesuksesan kita sudah di ambang
pintu. Manusia mempunyai kebutuhan untuk berbicara dengan manusia lain. Dengan
berbicara kita mampu memecahkan masalah, menciptakan ide-ide baru, memperoleh
petunjuk baru, melepaskan diri dari rasa terpencil, rasa takut atau rasa kesepian, membuat
kita merasa lebih dihargai, lebih berguna dan berarti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang,penulis akan membahas apa-apa saja yang
akan dibahas antara lain :

1. Apa saja persiapan sebelum pidato?


2. Apa saja teknik persiapan pidato?
3. Bagaimana cara menyusun naskah atau teks pidato?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persiapan sebelum pidato.
2. Untuk mengetahui teknik persiapan pidato.
3. Untuk mengetahui cara menyusun naskah atau teks pidato.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persiapan Sebelum Pidato

Persiapan sebelum melakukan berbagai kegiatan adalah langkah awal dalam


menentukan sukses tidaknya seseorang pada langkah selanjutnya. Begitu juga pada pidato,
terdapat persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu pidato yang
memukau, diantaranya :

1. Menentukan tema dan menyempitkan tema pembicaraan. Tema yang terlalu luas akan
mempersulit kita dalam menyampaikan gagasan yang ada. Penyempitan tema sangat
berpengaruh dalam pidato, karena dengan melakukan hal ini kita akan semakin paham
dengan tema yang diangkat serta akan mengungkapkan data-data yang tentunya lebih
akurat.

2. Menentukan tujuan pidato, mantapkan niat dalam penyampaian pidato. Menyampaikan


gagasan yang kita miliki yang didukung dengan berbagai fakta yang terjadi. Dengan
begitu pidato yang akan kita tampilkan jauh lebih berkualitas dan tepat.

3. Memperhatikan suasana pendengar. Siapa yang akan kita hadapi saat berpidato,
bagaimana kemungkinan terburuk yang akan terjadi dan hal-hal apa yang akan kita
lakukan untuk mencairkan suasana pada saat ini.

4. Mempersiapkan dan mengumpulkan bahan serta menyusun kerangka. Bahan yang akan
kita sampaikan merupakan inti dari persiapan sebelum berpidato. Pidato yang
direncanakan tentunya akan memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada pidato yang
bersifat seketika. Maka, kita wajib mempersiapkan materi dan hal-hal apa yang akan kita
sampaikan kepada pendengar. Dalam menulis teks pidato, yang pertama dilakukan adalah
menjelaskan bagian-bagian naskah pidato kemudian menentukan tema untuk dibuat
kerangka pidato yang selanjutnya dikembangkan menjadi naskah pidato utuh. Setelah itu
kita juga wajib untuk mengembangkan bahan-bahan yang telah didapatkan dan terakhir
latihan dengan suara yang nyaring agar mampu menempatkan posisi posisi suara dengan
tepat.

Selain persiapan yang telah dijelaskan diatas, ada dua persiapan pokok yang harus
dilakukan sebelum tampil berpidato, yaitu persiapan mental untuk berdiri dan berbicara di
muka pendengar, dan persiapan materi pidato yang akan disajikan. Jika persiapan mental
masih kurang dan belum mantap, sehingga pembicara merasa cemas (nervous) dan kurang
percaya diri, maka hal ini akan berakibat kacaunya - sikap dan kelancaran penyampaian
pidato, sekalipun sudah sedemikian rupa disiapkan sebelumnya. Sebaliknya, pidato akan
kacau jika yang disiapkan hanya mental semata, sedangkan persiapan isi pidato masih
kurang.

5
Perasaan gelisah, takut, dan cemas pada saat akan dan sedang menyampaikan
pidato merupakan hal yang biasa bagi pemula. Bahkan orang-orang yang ahli pidato pun
mengalami perasaan yang sama. Dale Carnegie mengatakan bahwa pada umumnya
pembicara pemula cenderung merasa sedikit tertekan, bahkan kadang-kadang gelisah.
Namun hal itu justru sangat positif. Orang yang berbicara di muka umum memang harus
sedikit bingung, karena hal itu menunjukkan ia berkemauan kuat untuk menyampaikan
pidato yang terbaik. Untuk menghilangkan kecemasan, satu-satunya cara adalah latihan
yang sungguh-sungguh.

Selain mental, beberapa perlengkapan harus juga dipersiapkan, yaitu

1. Mimbar

Mimbar mempunyai fungsi yang penting dalam suatu upacara atau pertemuan.
Bagi pembicara, apalagi pidato dengan teks, mimbar sangat diperlukan untuk tempat teks
pidato, sehingga mudah dilihat dan mudah dibaca.

Mimbar juga dapat menolong pembicara untuk mengetahui respons pendengar,


dan membantu Anda melakukan kontak batin dengan pendengar, serta membantu daya
tahan fisik Anda dengan cara bertekan atau menyandarkan diri pada mimbar.

Mimbar harus diletakkan di tempat yang strategis yang memungkinkan pembicara


memandang semua pendengar secara merata. Sebaliknya, pendengar dapat pula melihat
pembicara dengan mudah tanpa suatu halangan dan rintangan. Gerak-gerik pembicara dan
semua bahasa tubuhnya dapat diikuti dengan mudah oleh pendengar, sehingga menjadi
lebih jelaslah bagi pendengar apa yang dimaksudkan oleh pembicara.

Mimbar hendaknya mempunyai bentuk yang memungkinkan pembicara bergerak


dengan bebas dan lapang, sehingga gerak-gerik badannya tidak terhalang karena keadaan
mimbar yang tidak sesuai. Keadaan mimbar mempunyai efek psikologis yang besar
terhadap pembicara maupun pendengar. Mimbar yang megah dan semarak dengan
pendengar yang antusias pasti dapat menambah semangat pembicara, menjernihkan
pikiran, memudahkan gerak-gerik, bahkan akan mendatangkan inspirasi-inspirasi bagi
pembicara

2. Penggunaan pengeras suara juga memegang peranan yang menentukan dalam


suatu acara

Menempatkan pengeras suara terutama microphone dan loudspeaker juga


memerlukan keahlian tersendiri. Perhatikan, masing-masing jenis pengeras suara
mempunyai karakteristik sendiri. Ada yang harus didekatkan kira-kira 5 cm dari mulut
pembicara, ada yang harus dengan jarak 30 atau 40 cm. Pengeras suara dari jenis dan
produk perusahaan yang sama belum tentu dengan kualitas yang sama pula. Maka
sebelum berbicara haruslah diteliti dan dicoba dahulu, atau juga dapat dikenal watak
masing-masing pengeras suara. Jangan lupa, Anda juga harus mengetahui apakah
pengeras suara berfungsi dengan baik atau tidak, berapa jauhnya mulut pembicara dari
pengeras suara supaya suaranya terdengar dengan baik dan terang. Bisa juga
6
dipertimbangkan, berdasar situasi dan keadaan pendengar, apakah perlu memakai
pengeras suara atau tidak. Kadang kala justru lebih baik berbicara tanpa pengeras suara
karena kondisi, struktur atau konstruksi bangunan tempat pertemuan. Misalnya suara
dalam ruangan itu bergaung, tak terdengar, dan sebagainya.

3. Tempat Duduk Pendengar

Usahakan pendengar dapat mengikuti semua acara dengan tenang dari awal sampai
akhir. Sediakan tempat duduk sesuai dengan situasi pertemuan dan ruangan yang tersedia.
Dalam upacara-upacara resmi atau setengah resmi, pengaturan, tempat dan penentuan
prioritas mempunyai aturan dan Etika tersendiri. Penyelenggara haruslah mengetahui etika
Protokol tertentu, di manakah tempat duduk para pejabat, di mana meja protokol, meja
panitia, bagaimana dan di mana letak bendera kebangsaan, lambang negara dan atribut-
atribut lainnya

B. Teknik Persiapan Pidato

Herbert V. Prochnow menyarankan agar semua pembicara membuat persiapan


dengan berpikir, membaca dan bercakap-cakap. Mungkin dengan cara Anda membuat
garis besar atau menulis pidato secara lengkap. Bisa Anda sampaikan secara hafalan atau
Anda membacanya di panggung karena acaranya resmi dan isi pidato tidak boleh salah
atau juga untuk kepentingan publikasi.

Untuk membuat persiapan pidato, sebaiknya pembicara melakukan hal-hal berikut ini:

1. Lakukan Refleksi dan Perbanyak Bacaan

Lakukanlah refleksi, yaitu pikirkanlah materi pidato dengan maksimal, pikirkan


secara mendalam, lalu bacalah semua tulisan yang terkait dengannya, apa saja yang telah
di. tulis dan dikatakan oleh orang lain, dan terakhir, gunakanlah waktu sebaik-baiknya
untuk berkonsultasi dengan orang lain, setidaknya untuk mengetahui pendapat mereka
yang hampir serupa dengan calon pendengar Anda.

2. Gunakan Pemikiran Orang Lain

Jangan takut memakai pikiran orang lain, tetapi ungkapkanlah milik Anda sendiri,
sesuaikan dengan pemikiran Anda atau situasi yang ada dan tariklah konklusi Anda
sendiri. Apa yang dikatakan orang sebagai sesuatu yang baru dan modern sebenarnya
hanya pengulangan dari pernyataan orang-orang sebelumnya. Anda boleh
menggunakannya, asalkan Anda tidak menirunya secara utuh. Berikanlah sedikit
tambahan yang orisinal dari diri Anda sendiri. Shakespeare pun melakukannya. la
memakai cerita orang lain dan mengembangkannya menjadi karyanya sendiri sehingga
menjadi seni yang tak ternilai harganya.

3. Perbanyak Belajar Langsung Dari Orang Lain

7
Setiap kali ada kesempatan, diskusikanlah bahan pidato Anda baik dengan teman
sendiri maupun orang lain. Banyak orang yang belajar dari membaca, dari hasil observasi,
dan lain-lain. Anda bisa mengikuti pidato siapa saja. Anda akan mendapat ilmu yang luas,
asalkan Anda aktif bertanya, aktif belajar dan mempunyai kemauan yang kuat untuk
mewujudkannya.

Dari segi hal-hal yang diperlukan, T.A. Latief Rousdy membagi empat persiapan
pidato, yaitu persiapan teknis, persiapan psikis, dan persiapan fisik.

a. Persiapan Teknis (Persiapan Ilmiah)

Menurut para ahli retorika, persiapan teknis ialah persiapan yang dilakukan oleh
pembicara, yang meliputi menemukan ide, tema dan judul serta uraian bahasannya sampai
menyampaikannya di depan pendengar. Gentasri Anwar memberikan langkah-langkah
dalam persiapan teknis atau materi pidato, yaitu

- Jika topik yang akan dibicarakan belum ditentukan panitia penyelenggara, maka
tentukan terlebih dahulu topik pidato Anda.

- Periksalah sejauh mana pengetahuan Anda terkait dengan topik tersebut.

- Jika merasa belum menguasai materi tersebut secara luas dan mendalam, maka
kumpulkan berbagai buku dan bertanya kepada orang yang dianggap ahli dalam bidang
tersebut.

- Baca dan pelajari semua buku dan tulisan-tulisan tersebut dengan sistematis.

- Setelah bahan dirasa cukup, barulah Anda mulai membuat kerangka pidato.

- Tulislah materi pidato selengkap-lengkapnya dengan anggapan tulisan inilah yang akan
disajikan secara utuh di depan forum ilmiah.

- Baca tulisan itu berulang-ulang, sampai Anda betul-betul mengerti, memahami, dan
menguasai dengan baik.

- Buatlah ringkasan tulisan itu dalam bentuk skema yang meliputi pendahuluan, isi, dan
kesimpulan serta saran-saran.

- Jika pidato yang Anda sampaikan bersifat ilmiah, maka sebaiknya Anda gunakan alat
bantu presentasi.

- Carilah waktu dan tempat yang nyaman dan aman dari gangguan untuk berlatih
menyampaikan seluruh materi tersebut tanpa teks.

b. Persiapan Psikis (Mental)

Persiapan psikis ialah persiapan mental untuk berbicara di depan umum. Walaupun
dari segi teknis atau ilmiah telah dipersiapkan dengan baik, tetapi apabila secara psikis
8
tidak siap, maka pembicara akan mengalami kekecewaan atau kegagalan ketika
menyampaikan pidato.

Menyangkut persiapan psikis ini, yang paling utama ialah adanya keberanian
untuk melakukan suatu tindakan. Seorang yang belum pernah menyanyi di panggung akan
merasa takut dan gemetar jika dipersilakan mengalunkan suaranya di depan banyak orang.
Demikian juga seorang pembicara. Untuk pertama kali ia menginjakkan kakinya di
mimbar untuk berpidato, mungkin akan mengalami hal-hal yang memalukan atau
Mengecewakan. Terasa seolah-olah ada bendungan atau sekatan di dalam hatinya. Lidah
serasa kaku atau seperti terbelenggu, sehingga sukar sekali untuk mengeluarkan kata-kata
yang mesti diucapkannya. Kadang-kadang diiringi keluarnya keringat dingin, lutut jadi
gemetar, jantung berdebar-debar memukul dengan kencangnya, pemandangan menjadi
seperti berkunang-kunang. Hai ini terjadi karena kurangnya persiapan psikis pembicara
dalam menghadapi pendengar, sehingga terjadilah berbagai ragam benturan kejiwaan di
dalam dirinya dan hilangiah keseimbangan jiwa pembicara.

Setelah membiasakan diri berbicara di depan umum, benturan-benturan yang


demikian akan berkurang, rasa takut akan hilang, berganti dengan keberanian dan
kemantapan diri sehingga pembecara dapat berbicara dengan tenang, percaya kepada diri
sendiri, berani, dan berwibawa.

c. Persiapan Fisik

Kita akan dapat berbicara dengan lancar dan fasih apabila kondisi fisik kita prima.
Jalan pikiran kita akan dapat diatur secara sistematis, logis, dan daya ingatan cukup kust
jika kondisi fisik tidak mengalami kelainan atau terkena penyakit. Sebab itu, Anda tidak
dibenarkan berbicara di depan umum ketika sedang sakit, lapar, lelah, mengantuk, dan
lain sebagainya.

Menurut teori retorika, pendengar lebih tertarik dan terkesan pada pembicara yang
kondisi fisiknya bagus sekaligus dengan busana yang rapi dan sopan. Semua gerak-gerik
dari tubuh pembicara, gerak tangan, sorot mata, paras muka, dan lain-lain mempunyai
fungsi pelengkap yang memudahkan pendengar memahami penjelasan pembicara. Bahasa
tubuh (gesture) itu meliputi gerakan tangan, jari jemari, bahu, kerut muka, senyum, dan
sebagainya. Sudah tentu gesture itu harus tepat dan sesuai dengan waktu dan kata-kata
yang diucapkan. Jangan sampai berlebihan, sehingga dapat membingungkan pendengar.
Apabila gerakan-gerakan tubuh itu dapat digunakan dengan baik, tepat, spontan, dan
alami, maka hasilnya pasti akan dapat memperkuat dan menambah kejelasan isi pidato.

Menurut T.A. Latief Rousydy dalam rangka persiapan objektif ini pertu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut

1) Tempat

Pemilihan dan penentuan tempat pertemuan sangat penting artinya dalam


menentukan sukses atau tidaknya suatu pidato. Inilah biasanya yang kurang menjadi
perhatian dan sering dilupakan oleh banyak orang.
9
Tempat pertemuan biasanya mempunyai karakteristik masing-masing. Pertemuan
di dalam masjid atau tempat ibadah lainnya berbeda dengan pertemuan di gedung-gedung
resmi pemerintahan, di tanah lapang dan lain sebagainya. Masjid sebagai tempat ibadah
mempunyai karaketeristik tersendiri dengan pengaruh yang spesifik bagi pendengar.
Suasana di dalam masjid lebih khidmat, lebih agung dan lebih mencerminkan suasana
penyembahan kepada Allah, lebih mempengaruhi rasa dan jiwa keimanan. Sedangkan
gedung gedung pemerintahan lebih mencerminkan suasana serius dan menonjolkan unsur
formal. Sementara panggung tempat hiburan lebih memantulkan refleksi kegembiraan.

Demikian juga antara ruangan tertutup dan terbuka masing-masing juga memiliki
karakteristik tersendiri. Di arena terbuka, orang lebih bebas bergerak, bebas memilih
duduk atau berdiri, bahkan juga bebas meninggaikan pertemuan. Sebab itu, mengadakan
pertemuan di tempat terbuka mengharuskan pengaturan yang lebih berat dan teliti
terutama dari segi keamanan jalannya acara. Pembicara juga membutuhkan keahlian
berbicara yang khusus. Di arena ini sangat dibutuhkan orator yang benar-benar dapat
menguasai pendengar dengan uraian-uraian yang memikat perhatian dan menarik simpati
mereka. Pengaturan tempat di ruangan terbuka harus tepat agar pendengar betah
mengikuti acara demi acara. Pembicara juga harus mampu memilih materi pembicaraan
dan teknik berbicara yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

2) Waktu

Pembicara juga harus memperhatikan waktu diadakan pertemuan tersebut, siang


atau malam, pagi atau petang karena ketepatan memilih waktu sangat besar pengaruhnya
terhadap kepekaan pendengar. Keadaan sosial dan situasi setempat kadang kala
menghendaki diadakannya pertemuan di malam hari karena pada siang harinya
kebanyakan penduduk sibuk mencari nafkah. Tetapi sebaliknya, di tempat lainnya, orang
menghendaki pertemuan diadakan di siang hari, sebab pada malam hari banyak faktor-
faktor yang tidak memungkinkan mereka menghadiri pertemuan tersebut. Pada intinya,
pemilihan waktu harus disesuaikan dengan keleluasaan waktu masyarakat setempat
sehingga tidak merugikan kegiatan mereka dalam lapangan ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya.

3) Perlengkapan

Sebuah pidato tidak akan berjalan lancar dan sukses, manakala tidak disertai
perlengkapan yang menjamin kelancaran proses kepentingan orator, pendengar, dan sifat
pertemuan yang sedang berlangsung.

4) Situasi Sosial

Orator pada hakikatnya adalah the leader (pemimpin), the Incerpreter


(penerjemah), dan the symbol (lambang) bagi pendengar. Sebab itu, ia harus selalu
memperhatikan situasi sosial yang sedang mereka rasakan. Apabila dalam satu pertemuan,
pendengar sedang menghadapi suatu keadaan sosial tertentu yang memengaruhi

10
kehidupan mereka, maka isi pidato dan gaya pengungkapannya haruslah sesuai dengan
situasi pada waktu itu.

Pembicara adalah pemimpin yang harus tetap hidup di tengah-tengah mayarakat


yang dipimpinnya, tidak di depan dan tidak di belakang mereka. Ia harus mampu menjadi
juru bicara hati nurani mereka. Para Nabi dan Rasul sukses menyampaikan pesan
keagamaan karena mereka berbicara kepada umatnya sesuai dengan situasi dan
kepentingan mereka.

C. Cara Menyusun Naskah Atau Teks Pidato

Sebelum menyusun sebuah naskah pidato, yang harus diperhatikan ialah tema
pidato yang akan disampaikan. Pemilihan tema yang tepat bertujuan untuk menyesuaikan
materi dengan situasi dan kondisi saat pidato berlangsung. Selanjutnya, dalam membuat
naskah pidato harus memerhatikan bagian-bagian penting dalam pidato. Bagian-bagian
tersebut yakni :

1. Mengumpulkan Bahan

Bahan-bahan menulis pidato dapat diperoleh dari Buku-buku, perturan-peraturan,


majalah-majalah, dan surat kabar merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat
digunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi pidato.

Jika tema sudah ditentukan selanjutnya kita membuat naskah pidato harus
membuat kerangka pidato terlebih dahulu. Secara garis besar kerangka pidato terdiri dari
pembukaan, Isi, dan penutup.

2. Membuat Kerangka Pidato.

Kerangka dasar dapat dibuat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan


menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci
baru dapat dibuat setelah bahan-bahan selesai dikumpulkan. Dengan bahan-bahan itu
dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik. Secara garis
besar kerangka pidato terdiri dari :

a. Pembukaan

Pembukaan merupakan salah satu hal penting dalam berpidato, Karena ini
merupakan pembuka Anda dalam pembicaraan sebelum masuk ke inti bahasan yang akan
Anda sampaikan kepada pendengar. Pembukaan biasanya diawali dengan salam. Bagi
ummat Islam salam biasanya berupa “Assalamualaikum wr. wb” Sedangkan bagi yang
bukan beragama islam cukup dangan ucapan “selamat pagi", “Selamat siang”, “selamat
sore, atau “selamat malam” yang sesuai dengan kondisi waktu pada sesi Anda berpidato.

Setelah mengucapkan salam pembuka, pembicaraan Anda lanjutkan dengan


ucapan terima kasih, serta tujuan dari berpidato. Ketiga ucapan tersebut termasuk dari

11
tengkelan pembukaan dalam pidato Anda. Ucapan-ucapan tersebut juga diucapkan
sebelum Anda masuk ke isi dari pidato yang akan Anda sampaikan kepada para hadirin.
Contoh :

Asalamuakakum wr. wb, Yang terhormat Bapak Desa Cimerak serta jajarannya

Yang saya hormat Bapak Kepala Dusun

Yang saya hormati tokoh masyarakat serta bapak/ibu/hadirin

Tak lupa juga kepada rekan-rekan dan adik-adik para pemuda yang saya cintai dan saya
banggakan. Pertama-tama, marilah kita bersama-sama panjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT, karena berkah dan karunianya kita semua dapat berkumpul dalam keadaan
sehat wal-afiat pada malam hari ini. Sholawat berserta salam semoga dilimpahkan kepada
junjungan kita, Rasulullah SAW. Kepada keluarganya, kepada sahabat-sahabatnya,
kepada umatnya dari awal islam sampai sekarang dan juga sampai akhir zaman yang terus
teguh menjalankan sunah-sunahnya. Semoga kita semua termasuk umatnya yang
mendapatkan syafaat di akhirat kelak Aamiin...

Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan sedikit pidato
mengenai “ Rasulullah SAW Sebagai Pelopor Terciptanya Masyarakat Madani"

b. Isi

Isi biasanya terdiri dari gagasan-gagasan yang hendak dicapai. Pada bagian ini,
pembicara menerangkan secara sistematis hal-hal yang ingin disampaikan sesuai poin-
poin yang telah tetapkan. Seandainya Anda mengaitkan pemaparan isi pidato dengan
kehidupan sehari-hari, pendengar dapat memahami dengan Jelas dan mudah tentang
intisari pidato yang disampaikan.

c. Penutup

Penutup pidato merupakan rangkaian akhir dari pembicaraan atau pidato Anda.
Sebelum salam penutup diucapkan, maka terlebih dahulu Anda harus menyimpulkan apa
yang telah Anda uraikan. Jangan lupa pula Anda setidaknya harus mengajak atau
menghimbau kepada para hadirin untuk menjalankan atau tidak menjalankan atau tidak
menaati dan untuk mengingat atau tidak mengingat kembali apa yang Anda uraikan dalam
isi pidato.

Begitu juga dengan permintaan maaf Anda kepada para hadirin atas pidato Anda.
Mungkin dalam pidato Anda ada kata-kata yang tidak berkenan di hati para hadirin.
Setelah Itu baru Anda mengucapkan salam penutup, maka selesailah pidato Anda. Contoh
:

Hadirin yang dirahmati Allah SWT. Sekiranya Itu dapat digunakan sebagai bahan kita
untuk terus mencintai Nabi Besar kita dengan menjalankan berbagai sunahnya. Di
samping itu, kita juga bisa menjadikan Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan dalam

12
menjalankan roda kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan begitu Insya Allah kita akan
selamat di dunia dan akhirat. Aamiin...

4. Menguraikan isi naskah pidato secara terperinci.

Menguraikan isi pidato dengan menggunakan kerangka yang telah dibuat, ada dua hal
yang harus dilakukan:

(1) Mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato dengan


menggunakan metode ekstemporan

(2) Menulis atau meyusun naskah pidato secara lengkap yang dibacakan atau dihafalkan

Aristoteles membagi lima tahap dalam penyusunan pidato yang terkenal sebagai
lima hukum retorika, yaitu:

1. Invention (penemuan) Pembicara mencari topik dan meneliti khalayak untuk


mengetahui metodepersuasi yang paling tepat, juga merumuskan tujuan dan
mengumpulkan bahan(argument) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak atau mad’u.

2. Deposito (penyusunan) Pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan


pesan. Aristotelesmenyebutkan taxis yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi
dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis.

3. Elucution (gaya) Pembicara harus memiliki kata-kata dan menggunakan bahasa


yang tepat ataumenarik dalam menyampaikan pesannya.

4. Memoria (memori) Pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikan,


dengan mengaturbahan-bahan pembicaraannya.

5. Pronontiatio (penyampaian) Pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Di sini,


akting sangat berperan.Pembicara harus memperhatikan suara dan gerakan-gerakan
anggota badan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu pidato yang


memukau diantaranya :

1. Menentukan tema dan menyempitkan tema pembicaraan


2. Menentukan tujuan pidato
3. Memperhatikan situasi dan kondisi pendengar
4. Mempersiapkan dan mengumpulkan bahan serta meyusun kerangka

Adapun teknik untuk membuat persiapan pidato yaitu :

1. Lakukan refleksi dan perbanyak bacaan


2. Gunakan pemikiran orang lain tetapi ungkapkan dengan bahasa sendiri
3. Perbanyak belajar langsung dari orang lain

Sebelum menyusun sebuah naskah pidato, yang harus diperhatikan ialah tema pidato yang
akan disampaikan. Pemilihan tema yang tepat bertujuan untuk menyesuaikan materi dengan
situasi dan kondisi saat pidato berlangsung . Selanjutnya, langkah untuk menyusun sebuah
naskah pidato sebagai berikut :

1. Mengumpulkan bahan
2. Membuat kerangka pidato
3. Menguraikan isi naskah pidato secara terperinci

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti

A.J., Syahroni, 2012, Teknik Pidato dalam Pendekatan Dakwah, Surabaya:

Dakwah Digital Press

Hendrikus, P.Dori Wuwu. 1991. Retorika; Terampil berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,


dan Bernegoisasi, Yogyakarta; Kanisius.

Rakhmat,Jalaluddin, 2012, Retorika Modern Pendekatan Praktis, Bandung; PT. Remaja


Rosdakarya

Raudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta; UIN Jakarta press.

Kusuma, Rahmawati, Anggita. 2019. Penerapan Keterampilan Berbicara Dalam Berpidato,


Surakarta ; Jurnal Ilmiah

14

Anda mungkin juga menyukai