DISUSUN OLEH :
1
THAHARAH Menurut Imam (SYAFI'I)
OLEH: Ahmad Juni Putra Wijaya, S.Ag
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayyah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul "thaharah" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya. Dan
apabila terdapat kekurangan di sana sini perlu ada saran dan kritik demi sempurnanya penulisan ini.
Penyusun
Ahmad Juni Putra Wijaya, S.Ag
2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
…………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi
……………………………………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……….
………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……..
……………………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan
…………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Thaharah
……………………………………………………………………………………. 2
2.2 Dalil-Dalil Thaharah ..
…………………………………………………………………………………. 2
2.3 Tujuan thaharah
…………………………………………………………………………………… 3
2.4 Manfaat Thaharah .
………………………………………………………………………………….. 3
2.5 Syarat Wajib Thaharah
…………………………………………………………………………………… 3
2.6 Alat Yang Digunakan Untuk Berthaharah
…………………………………………………………………………………. 4
2.7 Klasifikasi air
…………………………………………………………………………………. 4
2.7.1 Air suci dan mensucikan (air mutlaq)
………………………………………………………………………………… 4
2.7.2 Air suci dan mensucikan namun makruh (Musyammas)
………………………………………………………….. 5
2.7.3 Air Suci Tidak Mensucikan
…………………………………………………………………………………. 6
2.7.4 Air Najis
…………………………………………………………………………………. 7
2.8 Pembagian Thaharah
…………………………………………………………………………………. 8
2.8.1 Wudhu
…………………………………………………………………………………. 9
2.8.2 Tayamum
………………………………………………………………………………….. 9
2.8.3 Mandi Wajib
………………………………………………………………………………….. 10
2.8.4 Istinja’
………………………………………………………………………………….. 11
2.9 Macam-macam Najis
………………………………………………………………………………….. 11
2.9.1 Najis Mukhaffafah
…………………………………………………………………………………….. 11
2.9.2 Najis Mutawassithah
……………………………………………………………………………………. 12
2.9.3 Najis mughallazah
……………………………………………………………………………………. 12
2.10 Jenis-jenis hadats
……………………………………………………………………………………. 12
2.11 Pembatalan
…………………………………………………………………………………… 12
2.11.1 Pembatalan Wudhu
…………………………………………………………………………………… 12
2.12.2 Kesimpulan
.................................................................................................................................13
2.13.3 Daftar Pustaka
.............................................................................................................................13
2.14.4 Daftar Riwayat Hidup
..........................................................................................................................13
1.3 Tujuan
َّض َوال تَ ْق َربُوهُنَّ َحتَّى يَ ْط ُه ْرنَ فَإِ َذا تَطَهَّ ْرنَ فَأْتُوهُن َ ِّض قُ ْل ه َُو أَ ًذى فَا ْعتَ ِزلُوا الن
ِ سا َء فِي ا ْل َم ِحي ِ سأَلُونَكَ ع
ِ َن ا ْل َم ِحي ْ ََوي
َ ْ َّ هَّللا هَّللا ُ َ
)٢٢٢( َِمنْ َح ْيث أ َم َرك ُم ُ إِنَّ َ يُ ِح ُّب الت َّوابِينَ َويُ ِح ُّب ال ُمتَط ِّه ِرينُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang
suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.
يا ابن عمر؟, اال تدعو هللا لي: دخل عبد هللا بن عمر على ابن سعوده وهو مريض فقال: قال,س ْع ٍد َ ص َعب بن
ْ عن ُم
غلول وكنت
ٍ ْ وال صدقة من, ال تقبل الصالة بغير طهو ٍر: يقول, إنّي سمعتُ رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم:قال
على البصرة.
Artinya: dari mus”ab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah menjenguk ibnu amir yang sedang
sakit. Ibnu amir berkata: “Apakah kamu tidak mau mendo’akan aku, hai ibnu umar?”. Ibnu umar
berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Shalat yang tanpa bersuci tidak
diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah penguasa bashrah”.
2.3 Tujuan Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
“Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”, karena
termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang bersuci : firman-
Nya, yang artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan
dirinya”.(Al-Baqarah:122)
2.4 Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan
suatu ibadah.
1. terjauh dari penyakit
2. syetan, jin tidak menyukainya
3. disukai sesma manusia
4. dekat dengan allah dan para malaikat
5. sebagai penghapus dosa
ٌسائ ُل الط َها َرةُ ( األشْيا َء التِى يتطَهر بِ َها ) أَ ْربِ ِعة
َ و:
َ
1. الما ُء
2. ابُ الت َر
3. الدابغ
4. ستِ ْنجاءْ حج ُر اإل
1. Air
2. Tanah
3. Menyamak (yaitu membersihkan kulit binatang dari bulunya, lamad2 nya dan darahnya)
4. Batu dan Sejenisnya
2.7 Klasifikasi air
(س َما ِء) أي النَّا ِز ُل ِم ْن َها َو ُه َو ال َمطَ ُر )ال ِميَاهُ الَّتِ ْي يَ ُج ْو ُز َ ص ُّح (التَّ ْط ِه ْي ُر بِ َها
َّ س ْب ُع ِميَا ٍه َما ُء ال ِ َي ي ْ َأ
)ج َو َماء البَ َر ِد ِ (و َما ُء البِ ْئ ِر َو َما ُء ال َع ْي ِن َو َماء الثَّ ْل
َ الح ْل ِو
ُ (و َما ُء النَّ َه ِر) أي َ ح ِ أي ال ِم ْل ْ )(و َما ُء البَ ْح ِر َ
ْ
ص ِل ال ِخلقَ ِة َ
ْ صف ٍة َكانَ ِمنْ أ َ ِ ي َ
ِّ ض َعلَى أ َ َ
ِ س َما ِء أ ْو نَبَ َع ِمنَ األ ْر َ
َّ َما نَزَ َل ِمنَ ال:َس ْب َع ِة ق ْولُك َّ َويَ ْج َم ُع َه ِذ ِه ال
Air-air yang boleh, sah digunakan bersuci dengannya ada tujuh macam air.
1. Air langit maksudnya yang turun dari langit, yaitu air hujan,
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air sumber air
6. Air tsalju atau embun
7. Air es (dari langit).
Ahmad Juni Putra Wijaya S.Ag
Perbedaan antara air tsalju dan air barad adalah tsalju itu turun dari langit dalam kondisi cair
lantas membeku di atas bumi karena cuaca yang sangat dingin. Sedangkan barad itu turun dari langit
dalam keadaan beku/keras kemudian mencair di atas bumi.
Sebagian Ulama’ menyatakan bahwa sebenarnya keduanya turun dari langit dalam keadaan cair saat
ditengah-tengah perjalanan ke bumi keduanya mengeras. Yang membedakan keduanya adalah saat
berada diatas bumi, tsalju tetap dalam kondisi beku sedangkan barad mencair. Keduanya dibedakan
dari air hujan yang sebenarnya sama-sama turun dari langit karena memandang sisi bekunya. Kondisi
beku dan keras inilah yang membedakan keduanya dari air hujan. Lihat Al-Baijuri, Al-Haramain, Juz
1 hal. 27.
(ُ َوه َُو ال َما ُء )ثُ َّم ال ِميَاه.ُستِ ْع َمالُه ِ س ٍام) أَ َح ُدهَا (طَا ِه ٌر) فِ ْي نَ ْف
ْ س ِه ( ُمطَ ِّه ٌر) لِ َغ ْي ِر ِه ( َغ ْي ُر َم ْك ُر ْو ٍه ا َ س ُم ( َعلَى أَ ْربَ َع ِة أَ ْق
ِ َتَ ْنق
ً ض ُّر القَيِّ ُد ال ُم ْنفَكُّ َك َما ِء البِ ْئ ِر فِي َك ْونِ ِه ُم ْطلَقاُ َال ُم ْطلَقُ) عَنْ قَيِّ ٍد اَل ِز ٍم فَاَل ي
Selanjutnya, air terbagi atas 4 macam.
Yang pertama: Air yang suci dzatnya menyucikan terhadap selainnya dan tidak makruh digunakan.
Yaitu Air yang terbebas dari identitas yang mengikat. Maka keberadaan identitas yang tidak mengikat
itu tidak membahayakan terhadap kemutlakan air.
1. Berada di daerah bercuaca panas seperti Mekah dsb. Sehingga tidak makruh jika digunakan dalam
daerah yang bercuaca sedang seperti negara Mesir atau daerah Jawa dan daerah dingin seperti Syiria
dsb.
2.Sengatan matahari merubah kondisi air sekira pada air muncul zat yang berasal dari karat logam.
3. Air berada pada wadah yang terbuat dari logam selain emas perak. Seperti wadah yang terbuat
dari logam besi, tembaga dsb.
4.Digunakan saat suhu air sedang panas.
5. Digunakan pada kulit badan. Meskipun pada badan orang yang terkena penyakit kusta, orang
mati
dan hewan.
6. Dipanaskan saat cuaca panas.
7. Masih ada air selain musyammas yang dapat dipergunakan.
8. Waktu sholat masih longgar sehingga masih ada waktu untuk mencari air yang lain.
9. Tidak mendapat bahaya secara nyata atau dalam dugaan kuatnya.
Jika meyakini atau menduga akan muncul bahaya maka haram hukumnya.
Bila tidak memenuhi sembilan syarat ini maka hukum menggunakannya tidak lagi makruh. Nihayat
az-Zain, Darul Kutub Al-Ilmiyah, hal. 17
Tidak makruhnya menggunakan air musyammas dalam bejana yang terbuat dari logam mulia (emas
dan perak) bukan berarti boleh menggunakan bejana tersebut. Sebab penggunaan bejana itu hukumnya
haram dari sisi menggunakan emas perak. Sedangkanm tidak makruhnya menggunakan air
musyammas dalam bejana tersebut karena memandang sisi tidak membahayakannya menggunakan air
mesyammas tersebut. Sehingga hukum menggunakan air musyammas dalam bejana itu hukumnya
tidak makruh (halal) dipandang dari sisi menggunakan air musyammas yang tidak berbahaya dan
haram dari sisi menggunakan emas dan perak. Lihat Al-Baijuri, Darul Kutub Al-Ilmiyah, hal. 29-30
2.7.3 Air Suci Tidak Mensucikan
(س إِنْ لَ ْم ) َوٍ ث أَ ْو إِزَالَة نَ ْج ٍ ستَ ْع َم ُل) فِي َر ْف ِع َح َد ْ س ِه ( َغ ْي ُر ُمطَ ِّه ٍر) لِ َغ ْي ِر ِه ( َوه َُو ال َما ُء ال ُم ُ ِس ُم الثَّال
ِ ث (طَا ِه ٌر) فِي نَ ْف ْ ِالق
ُ ش َّربُهُ ال َم ْغ
ل ِمنَ ال َما ِء£ُ س ْو َ ِيَتَ َغيَّ ْر َولَ ْم يَ ِز ْد َو ْزنُهُ بَ ْع َد ا ْنف.
َ َصالِ ِه َع َّما َكانَ بَ ْع َد ا ْعتِبَا ِر َما يَت
2.7.3.1 Air Musta’mal
Air suci dalam dzatnya tidak menyucikan terhadap selainnya. Ialah air musta’mal / yang telah
digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis. (Dihukumi musta’mal dengan syarat) air tidak
berubah dan setelah terpisah (dari benda yang dibasuh) volume air tidak bertambah dari semula
dengan mengira-ngirakan bagian air yang terserap oleh benda yang dibasuh.
2.7.4 Air Najis
(سةٌ) )و َ ي َحلَّتْ فِ ْي ِه نَ َجاْ س َما ِن أَ َح ُد ُه َما قَلِ ْي ٌل ( َوه َُو الَّ ِذ ٌ س) أي ُمتَنَ ِّج
ْ ِس َوه َُو ق ٍ س ُم ال َّرابِ ُع ( َما ُء نَ ْج
ْ ِالق
)الحا ُل أَنَّهُ َما ٌء (د ُْونَ القُلَّتَ ْي ِن
َ ي َو ْ َ(و ُه َو) أ َ تَ َغيَّ َر أَ ْم اَل
Dan bagian yang keempat adalah air najis, maksudnya mutanajis. Air ini ada dua bagian:
Yang pertama adalah yang volumenya sedikit; yaitu air yang didalamnya terdapat najis baik air mengalami
perubahan atau tidak dan air tersebut; maksudnya kondisi air tersebut adalah air yang kurang dari dua qullah.
2.8 Pembagian Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah/suci dari najis
dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan
tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat,
seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu : wudhu,
tayamum, mandi wajib dan istinja’.
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota badan tertentu
dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat
dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah
mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata
kaki.”(QS Al maidah :6)
2.8.1.2 Rukun Wudu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
1. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
2. Membasuh seluruh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
5. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu (pasir, tanah) yang suci karena tidak ada air
atau adanya halangan memakai air.
Tayamum menurut istilah adalah menyapukan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib
karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
2.8.2.1 Syarat Tayamum:
2.8.2.2 Rukun Tayamum:
1. Niat
2. Mengusap debu ke muka
3. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
4. Tertib
2.8.3 Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib adalah
menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi
wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
نويت غسل الجنابة لرفع الحدث الكبر فرضا هلل تعا لى
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena
2.8.4 Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan
qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya.
Istinja’ hukumnya wajib.
2.8.4.2 Tata Cara Istinja’:
1. Membasuh tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih
2. Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak ada batu
dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.
Ahmad Juni Putra Wijaya S.Ag
2.9 Macam-Macam Najis
Yaitu najis ringan, ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah
makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai bersih.
Yaitu najis sedang, ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang, kecuali air
mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah
kering dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan
rupanya)
2.9.3 Najis Mughallazah
2.11 Pembatalan
1. Sesuatu yang keluar dari 2 lubang (Kubul dan Dubur) baik yang biasa atau yang langka (contoh:
darah, kerikil, bilatung, cacing) kecuali air mani.
3. Hilangnya akal
Baik disebabkan minuman keras atau disebabkan sakit seperti: Gila, Ayan, Sihir, Kesurupan,
Memakan obat yang dapat menghilangkan akal
Bukan Muhrim yang batal wudhu disebabkan bertemu kulit apabila sudah sampai kepada umurnya
Menurut Syekh Nawawi batasan usia termasuk bagi perempuan kira-kira umur 9 tahun bagi laki-laki
kira-kira umur 15 tahun
5. Memegang kemaluan manusia dengan telapak tangan
Baik kemaluan dirinya ataupun orang lain, perempuan/laki - laki, anak kecil atau dewasa, mati atau
hidup atau memegang dubur manusia sama juga, ini menurut Qaul Jadid Imam Syafi’i.
Adapun menurut Qaul Qodim memegang dubur manusia itu tidak membatalkan.
Adapun telapak tangan yang dipakai memegang itu batasannya apabila 2 telapak tangan disatukan
maka setiap telapak tangan yang tertutup itu yang bisa membatalkan.
Kesimpulan
Dari Buku yang kami buat ini kami simpulkan bahwa thaharah sangat penting bagi seorang orang
muslim dalam menjalani kehidupannya. Karena pada dasarnya manusia itu fitrahnya adalah bersih dan
membenci hal –hal yang kotor. Oleh karena itu wajarlah jika ajaran islam menyuruh untuk
berthaharah dan menjaga kebersihan. Selain itu dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar dan
mandiri dalam menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti dari sopan santun karena seorang
muslim harus suci ketika berhadapan dengan Allah dalam sholatnya,
karena Allah menyukai orang-orang yang taubat dan membersihkan dirinya.