TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan hal yang sangat penting dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi mengenalisa masalah-
masalah,kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial,
spiritual, lingkungan, juga memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
pasien, memperoleh konsep sehat sakit, memperoleh tentang sistem keluarga dan
nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien menurut [ CITATION Soe12 \l 1033 ] .Pada
langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa
2. Diagnosa
a. Diagnosa Aktual
Diagnosa ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien.
b. Diagnosa Resiko
Diagnosa ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang dapat menyebabakan klien berisiko mengalami
masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada
klien, namnun klien memiliki faktor risiko mengalami maslah kesehatan
3. Perencanaan
Perencanaan Keperawatan Merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga
dalam membuat suatu proses kekperawatan.
Hari/
Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi
Tanggal
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
dengan agen keperawatan …x 24 jam klien komprehensif
pencidera dapat mengontrol nyeri meliputi lokasi,
fisiologis : dengan karakteristik,
peningkatan kriteria : durasi, frekuensi,
tekanan 1. Mengenal faktor nyeri kualitas, intensitas
vaskuler serebral 2. Tindakan pertolongan 2. Observasi reaki
nonfarmakologi nonverbal dan
3. Mengenal tanda pencetus ketidaknyamanan
nyeri untuk mencari 3. Gunakan
pertolongan komunikasi
4. Melaporkan nyeri terapeutik agar
berkurang klien dapat
dengan menggunakan mengekspresikan
manajemen nyeri nyeri
5. Menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan
setelah nyeri berkurang penggunaan teknik
non farmakologi :
teknik relaksasi
progresif
5. Berikan analgetik
sesuai anjuran
6. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian
7. Cek instruksi
dokter tentang
jenis, obat, dosis
dan frekuensi
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan suasana
tidur keperawatan …x 24 jam tidak lingkungan yang
berhubungan terjadi gangguan pola tidur tenang dan nyaman
dengan kurangnya dengan kriteria : 2. Beri kesempatan
kontrol tidur 1. Jumlah jam tidur dalam klien untuk
batas istirahat/tidur
normal 6-8 jam/hari 3. Evaluasi tingkat
2. Tidak menunjukkan stress
perilaku 4. Monitor keluhan
gelisah nyeri kepala
3. Wajah tidak pucat dan 5. Lengkapi jadwal
konjungtiva tidak anemis tidur secara teratur
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam tidak 1. Tentukan
ketidakseimbanga terjadi intoleransi aktifitas keterbatasan klien
n antara suplai dan dengan kriteria : terhadap aktifitas
kebutuhan oksigen 1. Meningkatkan energy 2. Tentukan penyebab
untuk melakukan lain kelelahan
aktifitas sehari-hari 3. Observasi asupan
2. Menunjukkan penurunan nutrisi sebagai
gejala-gejala intoleransi sumber energy
aktifitas yang adekuat
4. Observasi respons
jantung terhadap
aktivitas (mis.
Takikardia,
disritmia, dyspnea,
diaphoresis, pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
5. Dorong klien
melakukan aktifitas
sebagai sumbe
Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
curah jantung d.d keperawatan…x 24 jam tidak 2. Berikan
perubahan terjadi penurunan curah lingkungan
afterload jantung tenang, nyaman,
dengan kriteria : kurangi aktivitas,
1. TTV dalam batas normal batasi jumlah
TD : pengunjung
S : 120-140 mmHg 3. Pertahankan
D : 80-90 mmHg pembatasan
N : 60-100x/mnt aktivitas seperti istirahat
RR : 12-24 x/mnt T : 36.5- ditempat
37.5 tidur/kursi
2. Berpartisipasi dalam 4. Bantu melakukan
aktivitas aktivitas
yang menurunkan TD perawatan diri
3. Mempertahankan TD dalam sesuai kebutuhan
rentang yang apat diterima
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai
daripengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
B. Konsep Medis
1) Konsep Dasar Lansia
a. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
b. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.
c. Klasifikasi Lansia
Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah
kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
2) Konsep Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014). Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan
systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan
yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
b. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
1) Faktor yang dapat diubah
a) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai
penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi.
Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik
(olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua
perilaku tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
b) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
d. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg
untuk tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
tidak sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Sub Grup : Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 Hipertensi Sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat ≥180 ≥110
e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 )
C. Konsep Intervensi
Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar di seluruh dunia.
Semangka tergolong tanaman labu-labuan seperti melon, blewah, dan timun.13 Kulit
buahnya tebal dan berdaging, licin, warna hijau tua, kuning agak putih, atau hijau
muda bergaris-garis putih.14 Klasifikasi taksonomi tanaman semangka menurut
Integrated Taxonomic Information System (ITIS) adalah sebagai berikut: 15
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Viridaeplantae
3. Infrakingdom : Streptophyta
4. Divisi : Tracheophyta
5. Subdivisi : Spermatophytina
6. Infradivisi : Angiospermae
7. Kelas : Magnoliopsida
8. Superordo : Rosanae
9. Ordo : Curcubitales
10.Famili : Cucurbitaceae
11.Genus : Citrullus
12.Spesies : Citrullus lanatus
Daging buah semangka mengandung air sebanyak 93.4%, protein 0.5%, karbohidrat
5.3%, lemak 0.1%, serat 0.2%, dan berbagai macam vitamin (A, B, dan C). Selain itu
juga mengandung antioksidan seperti asam amino (citrulline dan arginine), asam
asetat, asam malat, asam folat, likopen, karoten, bromin, kalium, silvit, lisin, fruktosa,
dekstrosa, dan sukrosa. Citrulline dan arginine berperan dalam pembentukan urea di
hati dari amonia dan CO2 sehingga keluarnya urin meningkat dan kandungan kalium
dapat membantu kerja jantung serta menormalkan tekanan darah. Kandungan asam
amino dalam semangka mampu meningkatkan fungsi arteri dan menurunkan tekanan
darah pada aorta. Semangka dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena
mengandung kalium, vitamin C, karbohidrat, likopen yang berfungsi untuk
meningkatkan kerja jantung serta citrulline yang mampu mendorong aliran darah ke
seluruh bagian tubuh dan vitamin B6 yang dapat merangsang hormon dalam otak
untuk mengatasi kecemasan. Kandungan kaliumnya cukup tinggi dan berperan
sebagai diuretik alami yang dapat membantu kerja jantung dan menurunkan tekanan
darah. Asam folat mengurangi cacat pada bayi baru lahir dan menurunkan risiko
penyakit jantung koroner.
Semangka memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah karena mengandung
citirulline dan arginine, zat ini mampu merangsang produksi senyawa kimia yang
membantu pembuluh darah menjadi lentur dan rileks. Citrulline akan bereaksi dengan
enzim tubuh dan diubah menjadi arginine, sejenis asam amino yang berkhasiat bagi
jantung dan sistem peredaran darah dan kekebalan tubuh yang terbukti menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi dengan obesitas. Penelitian ini menunjukkan
bahwa semangka dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi dengan
obesitas 10-20 Secara alamiah, fungsi fisiologis dalam tubuh lansia menurun seiring
pertambahan usia. Penurunan fungsi ini tentunya akan menurunkan kemampuan
lansia untuk menanggapi datangnya rangsangan baik dari luar tubuh maupun dari
dalam tubuh lansia itu sendiri. Satu persatu fungsi organ akan mulai berkurang,
kemampuan jaringan untuk mempertahankan infeksi serta memperbaiki kerusakan
yang diderita secara perlahan akan semakin berkurang. Semakin tua seseorang maka
semakin rentan terkena berbagai penyakit dan akan menjadi sulit untuk proses
penyembuhannya, hal ini disebabkan karena respon organ terhadap obat yang masuk
kedalam tubuh menjadi lebih lama.
Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah atau dikontrol adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik. Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah atau
dikontrol antara lain adalah kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen. Pada umur 45 sampai 70
tahun, dinding arteri akan mulai mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima
dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.
Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Resistensi perifer adalah gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan
arteriol) dan viskositas darah. Zat pada buah semangka yang bekerja pada bagian ini
adalah asam amino citrulline dan arginine. Citrulline dan arginine adalah asam amino
non-esensial yang berfungsi sebagai prekursor untuk nitrit oksida (NO). Nitrit oksida
sendiri merupakan substansi dilator umum pendek yang dilepaskan oleh sel endotel
pembuluh darah dalam responnya terhadap pengikatan vasodilator pada reseptor sel
endotelium.22 Citrulline dan arginine berperan dalam pembentukan urea di hati dari
amonia dan CO2 sehingga dapat meningkatkan keluarnya urin.
Pelepasan nitrit oksida dari sel endotel terjadi akibat peningkatan mikrosirkulasi yang
menyebabkan peningkatan dalam aliran darah. Peningkatan aliran darah
menyebabkan “Shear Stress” akibat tarikan viskus (Viscous drag) dari darah terhadap
dinding vaskular. Stress ini kemudian menyebabkan pelepasan nitrit oksida secara
hebat yang berefek merelaksasikan dinding arteri dan menyebabkan dilatasi pada
pembuluh darah. Respon ini bukan saja terjadi pada mikrosirkulasi tetapi juga
terhadap pembuluh darah besar. Efek vasodilatasi pada pembuluh darah menyebabkan
penurunan resistensi perifer total, penurunan beban kerja jantung yang mana berefek
juga terhadap penurunan tekanan darah. Berdasarkan ketetapan JNC (Joint National
Comitee) VIII mengenai tatalaksana pada pasien hipertensi, obat lini pertama yang
diberikan kepada semua pasien tanpa penyakit penyulit adalah thiazide dari golongan
diuretik.25 Thiazide mencegah perpindahan Na+ dan Cl- pada lapisan korteks tubulus
distal. Apabila filtrasi glomerolus menurun, maka lebih sedikit cairan yang sampai
pada tubulus distal dan thiazide berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Selain
itu juga thiazide memiliki beberapa efek samping dan yang paling sering adalah
hipokalemia. Thiazide tidak mempengaruhi transport ion K+ secara langsung tetapi
menstimulasi sekresi ion K+ secara tidak langsung. Sehingga menyebabkan
peningkatan sekresi kalium di tubulus distal. Apabila berlangsung secara terus
menerus maka dapat terjadi hipokalemia.
Konsumsi buah semangka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan obat thiazid,
salah satunya yaitu tidak menyebabkan efek samping hipokalemia, karena semangka
mengandung kalium 82 mg/100 gram daging buah semangka. Namun harus
diperhatikan pada penderita pembesaran prostat disarankan untuk tidak terlalu banyak
mengkonsumsi buah semangka karena akan meningkatkan produksi urin dan akan
susah untuk dikeluarkan. Selain itu juga buah semangka tidak boleh dikonsumsi
dengan gula aren karena dapat membentuk racun. Hal ini sangat menggangu pada
orang yang pencernaannya lemah. Racun ini dari menimbulkan kejang dan diare
sampai menyebabkan kematian.
Pemberian asupan buah semangka dapat memenuhi kekurangan kalium dan air serta
mendapatkan nilai positif dari penambahan antioksidan. Kalium sendiri merupakan
salah satu inhibitor pelepasan renin di ginjal. Kalium secara tidak langsung membantu
perangsangan terhadap saraf simpatik dalam menghambat terjadinya retensi natrium
sehingga menurunkan tekanan darah.27 Kandungan air dalam semangka dapat
meningkatkan kadar cairan tubuh sehingga dapat membantu menghambat pelepasan
renin. Daging buah semangka juga bebas lemak dan kadar gula yang sedikit sehingga
baik untuk kesehatan tubuh. Perpaduan antara air, kalium, dan antioksidan inilah yang
memiliki efek diuretik di ginjal dan mampu menurunkan tekanan darah.
Oleh karena itu, para ahli mengatakan bahwa mengkonsumsi jus semangka tanpa gula
bisa membantu menurunkan resiko penyakit jantung dan hipertensi pada lansia.
Mengkonsumsi jus semangka dapat efektif jika dikonsumsi 2 kali sehari sebanyak
300-350 gram