Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan Dalam Menurunkan tekanan darah pada lansia

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan hal yang sangat penting dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi mengenalisa masalah-
masalah,kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial,
spiritual, lingkungan, juga memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
pasien, memperoleh konsep sehat sakit, memperoleh tentang sistem keluarga dan
nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien menurut [ CITATION Soe12 \l 1033 ] .Pada
langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa

Anamnesa merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter


maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan
pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong
pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesa dilakukan dengan cara
yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar
pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari
masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan
kepada pasien dalam anamnesa sangat beragam dan bergantung pada
beberapa faktor.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis
dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan
dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera,
pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung,
lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,
ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran,
keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi
trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis. Pada
pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau
tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada
putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan). Pada
pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas
tambahan). Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi
(mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan
batas-batas jantung 26 untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi
(mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau
tidak kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh
darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri
tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu,keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian
yang luas, respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap maslah kesehatan
dan proses kehidupan yang dialami klien.masalah kesehtan mengacu kepada
respons klien terhadap kondisi sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu
kepada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupanya
dimulai dari fase pembuhan hingga menjelang ajal dan meninggal yang
membutuhkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan biasanya berisi tiga
bagian : 1) Diagnosa Aktual 2) Diagnosa Resiko 3) Diagnosa promosi kesehatan
( Potter & Perry, 2013).

a. Diagnosa Aktual
Diagnosa ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien.

b. Diagnosa Resiko
Diagnosa ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang dapat menyebabakan klien berisiko mengalami
masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada
klien, namnun klien memiliki faktor risiko mengalami maslah kesehatan

c. Diagnosa Promosi Kesehatan


Diagnosa ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan terjadi pada masalah pasien yang
akan dilakuan tindakan pembedahan adalah ansietas berhubungan akan
dilakuan tindakan pembedahan (SDKI, 2015).
d. Diagnosa yang diambil pada karya tulis ilmiah ini adalah nyeri kronis
berhubungan dengan kerusakan sistem saraf dalam standar diagnosa
keperawatan Indonesia (Sdki

Saya mengambil 1 diagnosa inti yaitu diagnosa nyeri kronis

Tanda dan gejala mayor


Data Ssubjektif
1. mengeluh nyeri
2. merasa depresi (tertekan)
Data objektif
1. Ekspresi wajah nyeri (mis. Tegang, meringis)
2. Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Tanda dan gejala minor
Data Subjektif
Merasa takut mengalami cedera berulang
Data objektif
1. Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri)
2. Perubahan prilaku (gelisah, menangis, waspada,)
3. Pola tidur berubah.
4. Anorekia.
5. Pokus menyempit (mis.persepsi, proses berfikir, interaksi dengan orang lain
dan lingkungan).
6. berfokus pada diri sendiri.

3. Perencanaan
Perencanaan Keperawatan Merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga
dalam membuat suatu proses kekperawatan.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Hari/
Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi
Tanggal
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
dengan agen keperawatan …x 24 jam klien komprehensif
pencidera dapat mengontrol nyeri meliputi lokasi,
fisiologis : dengan karakteristik,
peningkatan kriteria : durasi, frekuensi,
tekanan 1. Mengenal faktor nyeri kualitas, intensitas
vaskuler serebral 2. Tindakan pertolongan 2. Observasi reaki
nonfarmakologi nonverbal dan
3. Mengenal tanda pencetus ketidaknyamanan
nyeri untuk mencari 3. Gunakan
pertolongan komunikasi
4. Melaporkan nyeri terapeutik agar
berkurang klien dapat
dengan menggunakan mengekspresikan
manajemen nyeri nyeri
5. Menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan
setelah nyeri berkurang penggunaan teknik
non farmakologi :
teknik relaksasi
progresif
5. Berikan analgetik
sesuai anjuran
6. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian
7. Cek instruksi
dokter tentang
jenis, obat, dosis
dan frekuensi
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan suasana
tidur keperawatan …x 24 jam tidak lingkungan yang
berhubungan terjadi gangguan pola tidur tenang dan nyaman
dengan kurangnya dengan kriteria : 2. Beri kesempatan
kontrol tidur 1. Jumlah jam tidur dalam klien untuk
batas istirahat/tidur
normal 6-8 jam/hari 3. Evaluasi tingkat
2. Tidak menunjukkan stress
perilaku 4. Monitor keluhan
gelisah nyeri kepala
3. Wajah tidak pucat dan 5. Lengkapi jadwal
konjungtiva tidak anemis tidur secara teratur
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam tidak 1. Tentukan
ketidakseimbanga terjadi intoleransi aktifitas keterbatasan klien
n antara suplai dan dengan kriteria : terhadap aktifitas
kebutuhan oksigen 1. Meningkatkan energy 2. Tentukan penyebab
untuk melakukan lain kelelahan
aktifitas sehari-hari 3. Observasi asupan
2. Menunjukkan penurunan nutrisi sebagai
gejala-gejala intoleransi sumber energy
aktifitas yang adekuat
4. Observasi respons
jantung terhadap
aktivitas (mis.
Takikardia,
disritmia, dyspnea,
diaphoresis, pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
5. Dorong klien
melakukan aktifitas
sebagai sumbe
Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
curah jantung d.d keperawatan…x 24 jam tidak 2. Berikan
perubahan terjadi penurunan curah lingkungan
afterload jantung tenang, nyaman,
dengan kriteria : kurangi aktivitas,
1. TTV dalam batas normal batasi jumlah
TD : pengunjung
S : 120-140 mmHg 3. Pertahankan
D : 80-90 mmHg pembatasan
N : 60-100x/mnt aktivitas seperti istirahat
RR : 12-24 x/mnt T : 36.5- ditempat
37.5 tidur/kursi
2. Berpartisipasi dalam 4. Bantu melakukan
aktivitas aktivitas
yang menurunkan TD perawatan diri
3. Mempertahankan TD dalam sesuai kebutuhan
rentang yang apat diterima

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai
daripengkajian, diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.

B. Konsep Medis
1) Konsep Dasar Lansia
a. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).

b. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun.
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun.

c. Klasifikasi Lansia
Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah
kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain

d. Kebutuhan Dasar Lansia


Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan
dan kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain,
hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
Kebutuhan utama, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,
pakaian, perumahan/tempat berteduh
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang
lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi sosial

Kebutuhan sekunder, yaitu :


1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,
partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau
pemerintah
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna
akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.
e. Hipertensi pada lansia
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan diastolik tekanan
yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh
darah sistolik.

2) Konsep Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014). Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan
systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan
yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
b. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada
usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit
renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan
penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

c. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
1) Faktor yang dapat diubah
a) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai
penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi.
Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik
(olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua
perilaku tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
b) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.

2) Faktor yang tidak dapat diubah


a) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk,
2009)
b) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
c) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih
terlindung daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum
menopause dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang berperan
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price &
Wilson, 2006).

d. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg
untuk tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
tidak sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Sub Grup : Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 Hipertensi Sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat ≥180 ≥110

e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 )

C. Konsep Intervensi
Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar di seluruh dunia.
Semangka tergolong tanaman labu-labuan seperti melon, blewah, dan timun.13 Kulit
buahnya tebal dan berdaging, licin, warna hijau tua, kuning agak putih, atau hijau
muda bergaris-garis putih.14 Klasifikasi taksonomi tanaman semangka menurut
Integrated Taxonomic Information System (ITIS) adalah sebagai berikut: 15
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Viridaeplantae
3. Infrakingdom : Streptophyta
4. Divisi : Tracheophyta
5. Subdivisi : Spermatophytina
6. Infradivisi : Angiospermae
7. Kelas : Magnoliopsida
8. Superordo : Rosanae
9. Ordo : Curcubitales
10.Famili : Cucurbitaceae
11.Genus : Citrullus
12.Spesies : Citrullus lanatus
Daging buah semangka mengandung air sebanyak 93.4%, protein 0.5%, karbohidrat
5.3%, lemak 0.1%, serat 0.2%, dan berbagai macam vitamin (A, B, dan C). Selain itu
juga mengandung antioksidan seperti asam amino (citrulline dan arginine), asam
asetat, asam malat, asam folat, likopen, karoten, bromin, kalium, silvit, lisin, fruktosa,
dekstrosa, dan sukrosa. Citrulline dan arginine berperan dalam pembentukan urea di
hati dari amonia dan CO2 sehingga keluarnya urin meningkat dan kandungan kalium
dapat membantu kerja jantung serta menormalkan tekanan darah. Kandungan asam
amino dalam semangka mampu meningkatkan fungsi arteri dan menurunkan tekanan
darah pada aorta. Semangka dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena
mengandung kalium, vitamin C, karbohidrat, likopen yang berfungsi untuk
meningkatkan kerja jantung serta citrulline yang mampu mendorong aliran darah ke
seluruh bagian tubuh dan vitamin B6 yang dapat merangsang hormon dalam otak
untuk mengatasi kecemasan. Kandungan kaliumnya cukup tinggi dan berperan
sebagai diuretik alami yang dapat membantu kerja jantung dan menurunkan tekanan
darah. Asam folat mengurangi cacat pada bayi baru lahir dan menurunkan risiko
penyakit jantung koroner.
Semangka memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah karena mengandung
citirulline dan arginine, zat ini mampu merangsang produksi senyawa kimia yang
membantu pembuluh darah menjadi lentur dan rileks. Citrulline akan bereaksi dengan
enzim tubuh dan diubah menjadi arginine, sejenis asam amino yang berkhasiat bagi
jantung dan sistem peredaran darah dan kekebalan tubuh yang terbukti menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi dengan obesitas. Penelitian ini menunjukkan
bahwa semangka dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi dengan
obesitas 10-20 Secara alamiah, fungsi fisiologis dalam tubuh lansia menurun seiring
pertambahan usia. Penurunan fungsi ini tentunya akan menurunkan kemampuan
lansia untuk menanggapi datangnya rangsangan baik dari luar tubuh maupun dari
dalam tubuh lansia itu sendiri. Satu persatu fungsi organ akan mulai berkurang,
kemampuan jaringan untuk mempertahankan infeksi serta memperbaiki kerusakan
yang diderita secara perlahan akan semakin berkurang. Semakin tua seseorang maka
semakin rentan terkena berbagai penyakit dan akan menjadi sulit untuk proses
penyembuhannya, hal ini disebabkan karena respon organ terhadap obat yang masuk
kedalam tubuh menjadi lebih lama.
Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah atau dikontrol adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik. Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah atau
dikontrol antara lain adalah kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen. Pada umur 45 sampai 70
tahun, dinding arteri akan mulai mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima
dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.
Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Resistensi perifer adalah gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan
arteriol) dan viskositas darah. Zat pada buah semangka yang bekerja pada bagian ini
adalah asam amino citrulline dan arginine. Citrulline dan arginine adalah asam amino
non-esensial yang berfungsi sebagai prekursor untuk nitrit oksida (NO). Nitrit oksida
sendiri merupakan substansi dilator umum pendek yang dilepaskan oleh sel endotel
pembuluh darah dalam responnya terhadap pengikatan vasodilator pada reseptor sel
endotelium.22 Citrulline dan arginine berperan dalam pembentukan urea di hati dari
amonia dan CO2 sehingga dapat meningkatkan keluarnya urin.
Pelepasan nitrit oksida dari sel endotel terjadi akibat peningkatan mikrosirkulasi yang
menyebabkan peningkatan dalam aliran darah. Peningkatan aliran darah
menyebabkan “Shear Stress” akibat tarikan viskus (Viscous drag) dari darah terhadap
dinding vaskular. Stress ini kemudian menyebabkan pelepasan nitrit oksida secara
hebat yang berefek merelaksasikan dinding arteri dan menyebabkan dilatasi pada
pembuluh darah. Respon ini bukan saja terjadi pada mikrosirkulasi tetapi juga
terhadap pembuluh darah besar. Efek vasodilatasi pada pembuluh darah menyebabkan
penurunan resistensi perifer total, penurunan beban kerja jantung yang mana berefek
juga terhadap penurunan tekanan darah. Berdasarkan ketetapan JNC (Joint National
Comitee) VIII mengenai tatalaksana pada pasien hipertensi, obat lini pertama yang
diberikan kepada semua pasien tanpa penyakit penyulit adalah thiazide dari golongan
diuretik.25 Thiazide mencegah perpindahan Na+ dan Cl- pada lapisan korteks tubulus
distal. Apabila filtrasi glomerolus menurun, maka lebih sedikit cairan yang sampai
pada tubulus distal dan thiazide berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Selain
itu juga thiazide memiliki beberapa efek samping dan yang paling sering adalah
hipokalemia. Thiazide tidak mempengaruhi transport ion K+ secara langsung tetapi
menstimulasi sekresi ion K+ secara tidak langsung. Sehingga menyebabkan
peningkatan sekresi kalium di tubulus distal. Apabila berlangsung secara terus
menerus maka dapat terjadi hipokalemia.
Konsumsi buah semangka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan obat thiazid,
salah satunya yaitu tidak menyebabkan efek samping hipokalemia, karena semangka
mengandung kalium 82 mg/100 gram daging buah semangka. Namun harus
diperhatikan pada penderita pembesaran prostat disarankan untuk tidak terlalu banyak
mengkonsumsi buah semangka karena akan meningkatkan produksi urin dan akan
susah untuk dikeluarkan. Selain itu juga buah semangka tidak boleh dikonsumsi
dengan gula aren karena dapat membentuk racun. Hal ini sangat menggangu pada
orang yang pencernaannya lemah. Racun ini dari menimbulkan kejang dan diare
sampai menyebabkan kematian.
Pemberian asupan buah semangka dapat memenuhi kekurangan kalium dan air serta
mendapatkan nilai positif dari penambahan antioksidan. Kalium sendiri merupakan
salah satu inhibitor pelepasan renin di ginjal. Kalium secara tidak langsung membantu
perangsangan terhadap saraf simpatik dalam menghambat terjadinya retensi natrium
sehingga menurunkan tekanan darah.27 Kandungan air dalam semangka dapat
meningkatkan kadar cairan tubuh sehingga dapat membantu menghambat pelepasan
renin. Daging buah semangka juga bebas lemak dan kadar gula yang sedikit sehingga
baik untuk kesehatan tubuh. Perpaduan antara air, kalium, dan antioksidan inilah yang
memiliki efek diuretik di ginjal dan mampu menurunkan tekanan darah.
Oleh karena itu, para ahli mengatakan bahwa mengkonsumsi jus semangka tanpa gula
bisa membantu menurunkan resiko penyakit jantung dan hipertensi pada lansia.
Mengkonsumsi jus semangka dapat efektif jika dikonsumsi 2 kali sehari sebanyak
300-350 gram

Anda mungkin juga menyukai