Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KLIPING EKONOMI

Kebijakan Fiskal

Nama : Najmia Azka S

Kelas : XI IPS 4

No A : 24.
Apa itu Kebijakan Fiskal?
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mengatur belanja dan pajak negara yang berdampak pada kondisi
ekonomi secara makro.

Ekonomi makro yang dimaksud misalnya agregat permintaan pasar, jumlah tenaga kerja dan
pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.

Otoritas Jasa Keuangan juga mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai kebijakan yang membahas pajak,
penerimaan lain, utang-piutang, dan pengeluaran pemerintah dengan tujuan tertentu seperti menunjang
kestabilan ekonomi, keseimbangan moneter, peningkatan pembangunan ekonomi, dan perluasan tenaga
kerja.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal memiliki dua instrumen
utama yaitu belanja dan pendapatan negara dalam hal ini adalah pajak.

Asal Teori Pemikiran


pemikiran tentang fiskal pertama kali dikemukakan oleh ahli ekonomi asal Inggris, John Maynard Keynes
pada akhir tahun 1800-an.

Beliau meyakini bahwa pemerintah berperan terhadap perkembangan ekonomi suatu negara terutama
dalam hal ekspansi dan kontraksi pada siklus bisnis.
Keynes juga meyakini bahwa pemerintah mampu memanipulasi pengeluaran konsumen dan investor agar
tidak terjadi kontraksi yang berlebih sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan stabil.

Dampak pemikiran ekonomi Keynes juga terbukti saat terjadi depresi besar di dunia pada awal tahun
1900-an. Dimana sebelumnya banyak negara yang memegang prinsip ekonomi Laissez-Faire.

Prinsip tersebut meyakini bahwa pemerintah tidak boleh mengintervensi kapitalisme dalam ekonomi
pasar bebas.

Dengan ideologi ekonomi Keynes, pada saat itu presiden Amerika ke 32 saat itu, Franklin D. Roosevelt
berhasil menumbuhkan ekonomi sebesar 10,8% pada tahun 1934.

Instrumen Kebijakan Fiskal

Sebenarnya instrumen kebijakan sulit didefinisi karena sifatnya sangat relatif. Namun secara umum ada
empat instrumen kebijakan fiskal yaitu.

1. Perpajakan

Instrumen pajak pada kebijakan fiskal bisa dikatakan paling kuat keberadaannya di tangan otoritas
publik.

Hal tersebut karena pajak mampu memengaruhi ekonomi suatu negara secara makro. Misalnya saja
perubahan perilaku konsumsi masyarakat, daya beli, hingga investasi.

Alasan kedua sangat jelas bahwa pajak merupakan pemasukan utama dari sebuah negara

Hal-hal yang diperhatikan dalam instrumen pajak adalah ketika pendapatan pemerintah sedikit, maka
besar kemungkinan negara akan menaikkan tarif pajak.

Di sisi lain, ketika pemerintah menaikkan pajak pada kondisi tertentu, kemungkinan permintaan barang
dan jasa atau kemampuan daya beli masyarakat akan berkurang.

2. Pengeluaran

Pengeluaran pemerintah sangat erat kaitannya dengan upaya pembangunan negara. Mulai dari
pembangunan infrastruktur atau pembangunan SDM.

Pengeluaran negara ini nantinya akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya
saja pembangunan lalu lintas transportasi darat, fasilitas kesehatan, atau pendidikan.
3. Utang Publik

Upaya pemerintah untuk meminjam kepada bank dunia atau pinjaman publik dengan cara
mengeluarkan surat utang dan obligasi.

Hal itu muncul dari anggapan bahwa pemasukan pemerintah tidak cukup untuk memenuhi pengeluaran.

4. Anggaran

Segala rencana pengeluaran dan penerimaan negara untuk menjalankan program pertumbuhan
ekonomi terutama program-program jangka panjang.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Melalui definisi kebijakan fiskal, sebenarnya sudah bisa diketahui apa tujuan dibuatnya kebijakan fiskal.
Namun, secara komprehensif, kebijakan fiskal bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Dengan mengatur pemasukan dan pendapatan, negara bisa mengontrol peristiwa fluktuasi ekonomi
yang berakibat adanya pertumbuhan ekonomi.

Misalnya melalui tata kelola anggaran yang tepat sasaran, meningkatkan daya beli masyarakat dengan
insentif pajak, atau menaikkan pajak pada sektor-sektor tertentu.

2. Meningkatkan Kualitas SDM dan Menekan Angka Pengangguran

Kualitas SDM dan angka pengangguran tentu memengaruhi pendapatan nasional secara langsung dan
bukan hal yang mustahil pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Hal itu karena dengan adanya pengangguran, maka daya beli masyarakat akan menurun yang
berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi.

Selain itu kualitas SDM juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kualitas SDM yang baik menjadi
investasi negara terutama dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan
ketenagakerjaan.

3. Memastikan Stabilitas Harga

Turunnya harga barang mampu memberikan dampak bagi sektor swasta. Namun, harga yang meningkat
juga bisa menciptakan inflasi.

Di sisi lain, inflasi juga bisa memberikan keuntungan seperti menciptakan lapangan kerja. Namun, inflasi
juga bisa berdampak buruk bagi masyarakat ekonomi rendah karena turunnya daya beli.
4. Meningkatkan Laju Investasi

Ketika perekonomian negara baik, maka akan menjadi peluang bagi negara untuk mendatangkan
investor.

Adanya investor akan berpengaruh terhadap pemasukan negara dan juga mengurangi pengangguran.

Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal


Jenis kebijakan fiskal dibagi ke dalam beberapa klasifikasi. Ada yang berdasarkan teori, penerapan, dan
penerimaan/pengeluaran. Berikut jenis-jenis kebijakan fiskal.

• Kebijakan Fiskal dari Segi Teori

Fungsional: Kebijakan untuk mempertimbangkan pengeluaran dan penerimaan anggaran pemerintah


dengan melihat akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional. Contohnya adalah kesempatan
warga untuk mendapatkan pekerjaan.

• Disengaja: Kebijakan dalam mengatasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi dengan cara
memanipulasi anggaran belanja secara sengaja.

Ada tiga bentuk dari kebijakan fiskal disengaja yaitu; merubah pengeluaran pemerintah, perubahan
sistem pemungutan pajak, dan merubah pengelolaan pemerintah.

Tidak disengaja: Kebijakan untuk mengendalikan kecepatan siklus bisnis agar aktivitas ekonomi tidak
terlalu fluktuatif. Contoh: pajak progresif, dan kebijakan harga minimum.

• Kebijakan Fiskal Berdasarkan Penerapannya

Kebijakan Ekspansif: Kebijakan yang dilakukan ketika perekonomian suatu negara sedang melemah dan
bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Kebijakan yang diambil adalah dengan menaikkan belanja negara dan menurunkan nilai pajak.

Contohnya apa yang dilakukan Indonesia saat pandemi tahun 2020.


• Kebijakan Kontraktif: Kebijakan yang dilakukan ketika perekonomian suatu negara berada pada tingkat
yang cukup memanas. Misalnya adanya inflasi.

Kebijakan yang diambil adalah dengan cara menurunkan belanja negara dan menaikkan nilai pajak.

Kebijakan Fiskal Berdasarkan Jumlah Penerimaan dan Pengeluaran

Kebijakan fiskal seimbang: Kebijakan untuk menyeimbangkan jumlah penerimaan dan pengeluaran.
Kekurangan dari kebijakan ini adalah apabila ekonomi negara sedang terpuruk, maka kemungkinan
besar negara berada pada posisi tidak menguntungkan.

Kebijakan fiskal surplus: Kebijakan untuk membuat jumlah pendapatan harus lebih tinggi dengan
pengeluaran. Kebijakan ini digunakan untuk menghindari inflasi atau menekan angka inflasi yang tinggi.

Kebijakan fiskal defisit: Berlawanan dengan kebijakan surplus. Meski terdengar sesuatu yang negatif,
kebijakan ini sejatinya berfungsi untuk mengatasi kelesuan dan depresi perekonomian.

Kebijakan fiskal dinamis: Menyediakan pendapatan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah seiring dengan kebutuhan dan bertambahnya waktu.

Berikut 3 contoh berita terkait Kebijakan Fiskal :


Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah meminta pemerintah agar selektif dan
kalkulatif dalam menjalankan kebijakan fiskal, termasuk dalam memberikan insentif perpajakan. Dengan
amunisi terbatas, kebijakan fiskal harus benar-benar memiliki dampak bagi pertumbuhan ekonomi
nasional.

"Saya kira, rencana insentif pajak terhadap ritel dan pariwisata untuk menggaet wisatawan
mancanegara belum tepat. Sebab, sektor pariwisata, sepanjang pandemi masih berlangsung, wisman
lebih memilih menunda bepergian.

Industri ritel bahkan sebelum pandemi telah mengalami kontraksi karena pergeseran perilaku
masyarakat yang memilih memanfaatkan e-commerce,” ungkap Said dalam keterangannya, pada Senin
(10/5/2021).

Sehingga, katanya, berbagai iming-iming diskon tidak akan mengundang minat wisatawan. Hal itu
tampak dalam laporan BPS triwulan I-2021, jumlah wisman ke Indonesia turun 16,33 persen. Karena itu,
untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan ekonomi pada triwulan berikutnya, pemerintah fokus
memberi insentif terhadap sektor-sektor yang secara kalkulatif mendongkrak pertumbuhan sekaligus
menyerap lapangan kerja.

Misalnya, Said mencontohkan, sektor pertanian, perikanan, migas, serta industri makanan dan
minumanlah yang seharusnya mendapatkan berbagai dukungan kebijakan fiskal berkelanjutan.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah agar perumusan desain
asumsi Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2022 harus tepat
dan akurat.

Hal ini penting mengingat perekonomian domestik ke depan masih akan menghadapi tantangan yang
cukup berat.

Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diproyeksi akan mengalami tekanan yang
luar biasa.

"Dalam ketidakpastian ekonomi di akibat kondisi pandemi covid19, tentunya pemerintah perlu
membuat langkah-langkah taktis agar ekonomi bisa segera berputar, di sisi lain keuangan negara juga
harus aman dan dapat meningkatkan confident level pasar. Untuk itu, saya harapkan, berbagai upaya
kebijakan harus diarahkan agar perekonomian bisa kembali bangkit dan pulih," jelas Said di Jakarta,
Selasa (27/4/2021).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang fleksibel, dalam
menghadapi pandemi covid 19. Salah satu prioritasnya adalah fleksibilitas implementasi pelaksanaan
anggaran.

“Pelaksanaan anggaran sangat fleksibel. Misalnya, bisa menambah bantuan sosial karena saat ini banyak
masyarakat yang membutuhkan. Tetapi itu bukan berarti meningkatkan belanja pemerintah secara
keseluruhan. Kami melakukan prioritas ulang belanja,” kata Suahasil Nazara dalam acara A Virtual
Launch of Indonesia Economic Prospects June 2021 Report, Kamis (17/6/2021).

Fleksibilitas kebijakan fiskal bukan berarti terus menerus dengan defisit yang lebih tinggi atau mengubah
defisit dari satu hari ke hari lainnya.

Anda mungkin juga menyukai