Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN MELALUI STRUKTUR MODAL SEBAGAI


VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DALAM BURSA EFEK
INDONESIA ( BEI )
Brigitta Clarabella Petta dan Josua Tarigan
Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: Josuat@petra.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kinerja keuangan melalui struktur modal sebagai variabel intervening, dimana penelitian serupa
dengan menggunakan variabel struktur modal sebagai variabel intervening ini, belum ditemui
peneliti pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan 89 perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia ( BEI ) selama periode 2011-2015 sebagai
sampel. Data dikumpulkan berdasarkan laporan keuangan tahunan periode 2011-2015 dan
diolah dengan menggunakan software WarpPLS versi 5.0. Berdasarkan data sample, penelitan
ini menunjukkan tingkat rata-rata kepemilikan intitusional pada perusahaan manufaktur di
Indonesia cukup tinggi. Tingginya tingkat kepemilikan oleh pihak institusional akan
meningkatkan kinerja keuangan sehingga dapat menurunkan adanya konflik kepentingan dalam
perusahaan. Selain itu, kepemilikan institusional dapat menurunkan hutang dalam struktur
modal perusahaan karena peranan hutang atau kreditor dalam mengawasi perusahaan dapat
dialihkan pada pengawasan dari pihak institusi. Adanya penggunaan hutang dalam struktur
modal dapat menurunkan kinerja keuangan disebabkan karena semakin meningkatnya resiko
perusahaan.

Kata Kunci : Struktur Kepemilikan, Kepemilikan Institusional, Struktur Modal, Kinerja


Keuangan.

ABSTRACT

This research aimed to know the influence of institutional ownership towards financial
performance with capital structure as an intervening variable, this kind of research that used
capital structure as intervening variable, was not done before. This research used 89
manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange, during the period of 2011-2015 as
the sample. Data collected from annual reports of the period 2011-2015 and was analyzed by
using WarpPLS software version 5.0. According to the data, this research showed there was a
high level of institutional ownership among the manufacturing companies in Indonesia. This high
level of institutional ownership maximized the financial performance of the firms and minimized
the conflict of interest in the firm. Furthermore, institutional ownership was able to minimize the
debt in capital structure because of the monitoring role of creditor was redirected to institutional
investor. Moreover the use of debt in capital structure was able to decrease the firm’s financial
performance due to the higher risk of the firms.
Keywords : Ownership Structure, Institutional Ownership, Capital Structure, and Financial
Performance

625
626 Business Accounting Review, Vol. 5, No.2, Agustus 2017 (625-636)

PENDAHULUAN dapat dengan bebas untuk memonitor kinerja


manajemen, terutama tindakan dari dewan
Kelemahan tata kelola perusahaan di komisaris ( board of directors ). Namun
Asia pada tahun 1997, telah membuat banyak menurut Jensen dan Meckling (1976),
negara di kawasan Asia Timur mengalami manajer akan lebih mengutamakan
kondisi perekonomian yang buruk. Penelitian kepentingannya untuk memperoleh
dari Booz-Allen menyebutkan bahwa pada kompensasi yang lebih tinggi dibandingkan
tahun 1998, indeks corporate governance untuk mengutamakan kepentingan pemilik
negara di Asia Timur memiliki skor yang atau pemegang saham. Hal ini menimbulkan
rendah. Sedangkan, Indonesia mendapatkan adanya konflik kepentingan. Untuk
skor sebesar 2,88 dimana poin ini merupakan mengurangi adanya konflik kepentingan
poin yang paling rendah. Hal ini disebabkan tersebut, perusahaan dapat melakukan 4 cara
oleh adanya kelemahan perekonomian di yaitu meningkatkan kepemilikan saham pada
Indonesia terutama pada perekonomian manajemen, meningkatkan deviden payout
tingkat mikro ( Bangun dan Jeffry, 2008 ). ratio, meningkatkan hutang, serta
Sistem tata kelola atau corporate governance meningkatkan pengawasan oleh pihak
merupakan cara perusahaan untuk institusional.
meyakinkan pemegang saham dalam Untuk meningkatkan kesejahteraan
memperoleh return dan untuk meningkatkan pemilik dan pemegang saham, perusahaan
nilai dari perusahaan. Terjadinya masalah harus memiliki kinerja keuangan atau
kelemahan dalam sistem tata kelola financial performance yang baik. Apabila
perusahaan ini, tidak terlepas dari masalah perusahaan memiliki kinerja keuangan yang
struktur kepemilikan perusahaan, yaitu baik, maka dapat meningkatkan nilai pasar
pemisahan antara pemilik dengan pengendali perusahaan. Hal ini sangat memudahkan
perusahaan. Sehingga, struktur kepemilikan bagi perusahaan untuk dapat memperoleh
juga berpengaruh terhadap keberlangsungan, modal eksternal berupa pinjaman dana
dan nilai perusahaan. maupun penanaman saham oleh investor
Struktur kepemilikan dalam perusahaan luar. Dengan demikian, investor akan lebih
mempunyai dua aspek konsentrasi yaitu percaya untuk menginvestasikan dananya di
konsentrasi kepemilikan dari pihak luar ( perusahaan serta mengharapkan return atau
outsiders ownership) dan konsentrasi tingkat pengembalian yang tinggi atas dana
kepemilikan dari pihak dalam atau manajer ( investasinya.
insiders ownership ). Adanya perbedaan Dalam penelitian ini, peneliti
konsentrasi kepemilikan tersebut menggunakan institusional ownership
menyebabkan terjadinya pemisahan (kepemilikan institusional) sebagai obyek
wewenang dalam perusahaan, yaitu antara penelitian dari struktur kepemilikan. Dengan
pengelola (manajer) dengan pemilik ( agency adanya peningkatan kepemilikan institusi
theory). Hal ini disebabkan karena pihak perusahaan diharapkan lebih mampu
pengendali dan pemilik mempunyai fokus meminimalisasikan adanya konflik
kepentingan yang berbeda ( Jensen dan kepentingan antara principal dengan agents,
Meckling, 1976). meningkatkan pengawasan terhadap kinerja
Untuk mewujudkan kemajuan perusahaan menciptakan serta dapat
perusahaan, maka pemilik harus meningkatkan nilai perusahaan.
menyerahkan tugas pengelolaan perusahaan Struktur modal yang optimal dapat
kepada pihak luar yang bersifat independen memaksimalkan harga saham perushaaan
dan dapat dipercaya yaitu pihak manajemen. melalui kombinasi dari hutang dan modal
Tindakan dan pengambilan keputusan oleh yang dimiliki perusahaan. Pendanaan dalam
pihak manajemen tersebut diharapkan agar perusahaan dapat diperoleh melalui modal
dapat menciptakan kinerja keuangan yang dari pihak eksternal maupun internal, dan
baik dan dapat meningkatkan laba penerbitan hutang terhadap pihak lain.
perusahaan. Selain itu, Moh’d et al (1998) Dengan semakin menggunakan hutang,
juga berasumsi bahwa kepemilikan oleh proporsi saham dapat semakin meningkat.
pihak institusional juga dapat mengurangi Perusahaan yang profitable dapat
konflik kepentingan dalam perusahaan. menggunakan kesempatan untuk berhutang
Pihak institusional memiliki hak yang besar dengan lebih banyak. Hal ini dapat bertujuan
dalam melakukan pengawasan terhadap untuk penghematan pajak melalui
perusahaan. Sehingga, investor institusional
Petta: Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan 627

pembayaran bunga hutang yang bersifat tax- Sedangkan kepemilikan oleh investor luar
deductible. berguna untuk meningkatkan pengawasan
terhadap kinerja insiders atau manajemen,
LANDASAN TEORI agar dapat mempertahankan kualitas kinerja
Agency Theory manajemen dan mengurangi adanya konflik
Agency theory secara formal terbentuk kepentingan dalam manajemen.
pada awal tahun 1970. Dalam teori ini
menyebutkan bahwa adanya pemisahan Kepemilikan Institusional.
tugas antara pemilik dan manajemen dapat Menurut Wiranata dan Nugrahanti
menyebabkan konflik antar principals dan (2013), kepemilikan saham institusional
agent. Menurut Farrer dan Ramsay (1998), merupakan kepemilikan yang dimiliki oleh
perbedaan kepentingan antara manajer pihak institusi yaitu perusahaan asuransi,
dengan shareholder ini, dapat menimbulkan bank, perusahaan investasi maupun
adanya information asymmetry yang memicu perusahaan swasta. Lembaga institusi
timbulnya agency cost. Menurut Haryono memiliki proporsi kepemilikan yang cukup
(2005) terdapat 3 jenis agency cost yaitu biaya besar terhadap perusahaan. Dengan adanya
monitoring, biaya bonding, dan residual loss. investor institusional kinerja manajemen
Terlibatnya manajer dalam kepemilikan serta keputusan-keputusan yang diambil oleh
atas sebagian saham perusahaan, dapat manajemen dapat dimonitor atau diawasi.
mempengaruhi kinerja manajemen untuk Menurut Haryono (2005), pada umumnya
menyamakan kepentingan dengan pemegang saham institusional memiliki
kepentingan pemegang saham. Perusahaan proporsi kepemilikan yang tinggi.
yang diawasi dan dikendalikan oleh pihak Kepemilikan institusional diukur dengan
pemilik atau shareholder secara aktif pun menggunakan rasio perbandingan antara
dapat mengurangi adanya information jumlah lembar saham yang dimiliki institusi
asymmetry, mengurangi adanya konflik dengan jumlah saham yang beredar.
kepentingan, dan mengurangi struktur
hirarkis dalam organisasi. Dengan demikian, Struktur Modal
perusahaan akan dapat mengurangi adanya Struktur modal merupakan kombinasi
biaya pengawasan ( monitoring ), serta pendanaan antara modal eksternal dengan
pengurangan agency cost. jumlah modal perusahaan sendiri. Struktur
modal merupakan kombinasi antara hutang
Struktur Kepemilikan jangka panjang dan ekuitas ( berupa saham
Struktur kepemilikan atau ownership preferen, modal saham biasa dan laba
structure merupakan bagian dari mekanisme ditahan) dalam struktur keuangan jangka
Corporate Governance yang dapat panjang perusahaan. Menurut Shubita dan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur Alsawalhah (2012) Struktur modal dikatakan
kepemilikan mencerminkan besarnya optimal, apabila dapat memaksimalkan nilai
presentase kepemilikan saham dari seluruh pasar dari perusahaan dengan jumlah saham
saham yang ada dalam perusahaan, serta perusahaan yang beredar. Struktur modal
mencerminkan keputusan yang dibuat oleh dalam penelitian ini diukur dengan
pihak yang memiliki saham perusahaan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) yang
tersebut. didapat dari perbandingan total debt dengan
Menurut Jensen dan Meckling (1976) total asset. Kemudian, Debt To Equity Ratio
struktur kepemilikan diklasifikasikan (DER) yang berasal dari perbandingan total
sebagai gabungan jumlah kontribusi modal debt terhadap total equity.
antara insider investor ( manager ) dan Terdapat beberapa teori yang mendasari
outsider investor(debtholder dan shareholder). Struktur modal dalam penelitian ini,
Manajer yang merangkap sebagai pemilik ( diantaranya adalah MM Theory, Trade-Off,
kepemilikan manajerial ), akan dapat Pecking Order dan Agency Cost.
mempengaruhi pengambilan keputusan,
sehingga keputusan yang diambil dalam MM Theory
manajemen tidak merugikan kepentingan Dalam teori MM ini terdapat 2 jenis,
pemilik dan manajemen sendiri. Hal ini yaitu MM teori dengan pajak dan tanpa
disebabkan karena phak insiders atau pajak. Teori MM tanpa pajak menemukan
manajemen juga berharap akan mendapat bahwa struktur modal tidak relevan dalam
peningkatan deviden dimasa mendatang. menentukan nilai perusahaan. Dalam MM-
628 Business Accounting Review, Vol. 5, No.2, Agustus 2017 (625-636)

Theory ini disebutkan bahwa tidak adanya tertentu. Struktur modal yang optimal dapat
agency cost, tidak ada pajak, tidak ada biaya dicapai saat tingkat penghematan pajak dari
kebangkrutan, EBIT tidak dipengaruhi oleh tambahan hutang, sama dengan biaya
hutang, investor akan mendapat informasi kesulitan keuangan atau financial distress (
tentang prospek perusahaan yang sama Warner, 1977). Penggunaan hutang yang
dengan pihak manajemen, dan para investor dilakukan secara optimal dan masih sesuai
dianggap sebagai price-maker. Kemudian dengan kapasitas perusahaan.
terjadi information assymetry dimana Fisher et al (1989), menyebutkan bahwa
investor tidak mendapat informasi yang Dynamic Trade Off Theory diperhitungkan
lengkap mengenai perusahaan oleh dimana perusahaan akan mempertahankan
manajemen. Adanya information assymetry pada titik optimal, selama biaya yang
ini mengakibatkan investor tidak dapat dikeluarkan untuk mencapai di titik optimal
melakukan hutang dengan tingkat suku lebih rendah dibanding dengan biaya yang
bunga yang sama. Teori MM tanpa pajak ini dikorbankan bila hutang melewati titik
menimbulkan adanya 2 asumsi. Pertama, optimal.
perusahaan yang berhutang dengan
perusahaan yang tidak berhutang memiliki Pecking Order Theory
nilai yang sama. Kedua, adanya peningkatan Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam
biaya modal saham saat perusahaan mencari pecking order theory menjelaskan bahwa
pinjaman dari pihak luar, sehingga akan perusahaan akan lebih memilih
mengakibatkan resiko perusahaan makin menggunakan modal internal berupa laba di
meningkat, dan mempengaruhi peningkatan tahan atau retained earning, daripada
rate of required return of equity dari menggunakan modal eksternal (hutang atau
perusahaan. Kemudian pada tahun 1963, modal eksternal). Perusahaan akan
dilakukan pengujian ulang mengenai melakukan pinjaman hutang apabila modal
hubungan struktur modal dan nilai internal perusahaan tidak mencukupi untuk
perusahaan dengan menggunakan pajak. mendanai kegiatan operasional perusahaan
Pajak adalah aliran kas keluar yang wajib lagi.
dilakukan oleh perusahaan. Namun,
perusahaan cenderung untuk selalu mencoba Agency Cost Theory
meminimalisasi nilai pajak yang dibayarkan. Agency cost muncul pada saat terdapat
Penghematan pembayaran pajak ini konflik kepentingan antara pemilik,
dilakukan perusahaan dengan berhutang. manajemen, serta pemegang saham yang
Sehingga beban bunga yang timbul dari lainnya. Menurut Harris dan Raviv (1991),
hutang, dapat menjadi pengurang pajak. Hal bahwa penggunaan hutang dapat
ini disebabkan karena beban bunga bersifat meningkatkan saham manajer dan
sebagai pengurang pajak pula. Dengan mengurangi kerugian yang timbul akibat
berhutang perusahaan juga telah konflik kepentingan antara pihak manajemen
menggunakan biaya modal saham yang lebih dengan pemegang saham/ shareholder.
murah. Hal ini juga menurunkan biaya modal Penggunaan debt dapat mengurangi agency
rata-rata tertimbang ( Weighted Average Cost cost, yaitu dengan mengurangi free cash flow
Of Capital ) menjadi rendah. yang akan digunakan untuk manajer. Selain
itu, debt dapat menciptakan insentif bagi
Trade-Off Theory manajer untuk bekerja lebih keras,
Menurut Kraus dan Litzenberger (1973) pengurangan bonus, dan dapat membuat
dalam Jansen (2014), Teori Trade-Off dibagi manajer untuk melakukan keputusan
menjadi 2 yaitu Static dan Dynamic Trade Off investasi dengan lebih baik.
Theory. Static Trade Off Theory, menyatakan
bahwa hutang memiliki manfaat dan Kinerja Keuangan
kelemahan. Dimana manfaat dari hutang, Financial performance merupakan
perusahaan dapat menghemat pajak. Karena pengukuran keberhasilan suatu organisasi
beban bunga bersifat sebagai pengurang dalam menghasilkan laba melalui aktivitas
pajak. Namun, hutang juga mempunyai yang dilakukan perusahaan. Hal ini dapat
kelemahan, dimana perusahaan akan bertujuan untuk memprediksi keberhasilan
memiliki resiko kebangkrutan. Menurut Ross perusahaan untuk melihat prospek dan
(2010), trade off theory menyatakan bahwa pertumbuhan melalui sumber daya yang
perusahaan akan berhutang sampai tingkat dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan harus
Petta: Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan 629

melaksanakan standar dan tujuan yang institusi yang lebih, dapat membuat
diinginkan, agar memperoleh kinerja wewenang pihak institusional terhadap
keuangan yang baik dalam perusahaan. perusahaan menjadi lebih besar dibanding
dengan pemegang saham lainnya. Hal ini
HIPOTESA menandakan bahwa investor akan cenderung
Pengaruh Kepemilikan Institusional memilih proyek yang beresiko, karena
Terhadap Kinerja Keuangan beranggapan bahwa perusahaan yang
Menurut Jensen dan Meckling (1976), berhutang memiliki kinerja yang baik,
terdapat hubungan positif antara sehingga investor mengharapkan akan
kepemilikan institusional terhadap kinerja mendapat keuntungan yang tinggi pula
keuangan. Kepemilikan institusional dapat kelak. Dengan demikian investor lebih
meminimalisasi adanya konflik kepentingan memilih melakukan pendanaan dengan
antara prinsipal dengan agen. Dengan berhutang karena dengan berhutang,
adanya pengawasan dari institusional dapat perusahaan akan meningkatkan struktur
mengoptimalkan pengawasan kinerja modalnya. Hal ini juga didukung oleh Tarjo
manajemen untuk menghindari adanya dan Jogianto (2003) dan Chu (2005) dalam
perilaku penyelewengan yang dilakukan Nuraina (2012) yang menyatakan bahwa
manajemen. Sehingga dengan adanya kepemilikan institusional yang besar akan
keterlibatan institusi dengan perusahaan membuat leverage ratio perusahaan juga
dapat berpengaruh untuk meningkatkan meningkat. Di sisi lain, Sheiler dan Vishny
kinerja perusahaan yang lebih baik. Namun, (1994) menyatakan adanya hubungan negatif
terdapat juga penelitian yang menyatakan antara kepemilikan institusional terhadap
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh struktur modal. bahwa semakin besar
negatif terhadap kinerja keuangan. Hal ini kepemilikan saham oleh pihak institusi akan
dinyatakan oleh Sujoko dan Soebiantoro dapat mengawasi perilaku manajer untuk
(2017) bahwa pihak pemegang saham tetap melakukan seusai dengan kepentingan
institusi akan bekerja sama mendukung pemegang saham. Pengawasan atau
pihak manajemen dalam pemanfaatan monitoring ini berguna untuk menghindari
sumber daya untuk kepentingan pribadi dan adanya perilaku curang dari pihak
akan mengabaikan kepentingan dari manajemen, dan untuk meningkatkan nilai
pemegang saham minoritas. Adanya dari pemegang saham. Adanya peningkatan
hubungan negatif ini juga dikemukakan oleh pengawasan pihak luar terhadap kinerja
Susanti dan Mildawati (2014), dimana pihak manajemen dapat mengurangi penggunaan
institusi hanya berorientasi pada perusahaan dana dari luar atau hutang dan
yang sedang laba. Dan dapat secara sewaktu- meningkatkan penggunaan dana internal.
waktu menarik kepemilikan saham terhadap Adanya kepemilikan oleh pihak institusi akan
perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan debt ratio. Pengawasan dari
penurunan secara drastis terhadap harga institusi yang dilakukan dapat mengurangi
saham perusahaan. Selain itu, banyak juga penggunaan hutang.
perusahaan yang menemukan hasil pengaruh H4 : Terdapat pengaruh antara
tidak signifikan antara kepemilikan kepemilikan institusional dengan
institusional terhadap kinerja keuangan. struktur modal
seperti oleh Nuraina (2002) dan Xavier et al
(2015) Pengaruh Struktur Modal Terhadap
H2: Terdapat pengaruh antara Kinerja Keuangan
kepemilikan institusional dengan Keputusan pendanaan untuk modal
kinerja keuangan perusahaan. perusahaan harus dilakukan dengan hati-hati
karena, dapat berpengaruh langsung
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap kinerja dan nilai perusahaan.
terhadap Struktur Modal Struktur modal menunjukkan adanya
Pengaruh positif antara kepemilikan perbandingan antara modal eksternal jangka
institusional terhadap struktur modal panjang terhadap modal sendiri yang
dinyatakan oleh Widyawati dan Laksana memiliki pengaruh terhadap kinerja
(2016), bahwa adanya pemegang saham dari perusahaan. Sesuai dengan teori trade off,
pihak luar atau institusional dapat bahwa hutang mempunyai kelebihan dan
meningkatkan struktur modal dalam kelemahan bagi perusahaan. Menurut Jensen
perusahaan. Dengan adanya kepemilikan (1986) hutang dapat dilakukan untuk
630 Business Accounting Review, Vol. 5, No.2, Agustus 2017 (625-636)

mengendalikan penggunaan arus kas yang menggunakan purposive sampling.


secara berlebihan oleh manajemen untuk Pengambilan data didapat dari www.idx.co.id
menghindari investasi yang sia-sia. Menurut dan melalui bloomberg. Kriteria : 1.
pecking order theory, perusahaan dengan Perusahaan terdaftar dalam BEI tahun 2011-
tingkat keuntungan yang tinggi lebih 2015 2. Perusahaan mempunyai laporan
memilih menggunakan dana internal keuangan tahunan berturut-turut selama
dibanding dengan dana eksternal. Selain itu 2011-2015 3. Perusahaan tidak mengalami
menurut Modigliani dan Miller (1963) juga rugi pada periode 2011-2015. 4. Perusahaan
menyatakan bahwa penggunaan hutang akan menggunakan mata uang rupiah 5.
mengurangi pajak dari adanya beban bunga. Melakukan IPO sebelum 2011. 4. Terdapat
Sehingga, pengurangan pajak akan informasi tentang kepemilikan institusional.
membantu perusahaan dalam menghemat Dari 142 perusahaan, hanya 89 perusahaan
pengeluarannya. Namun, perusahaan harus yang memenuhi kriteria purposive sampling
menanggung resiko biaya bunga atas dalam 5 tahun pengamatan 2011-2015.
pinjaman hutang yang digunakan dan biaya
bunga ini bersifat mengurangi laba. Menurut ANALISA DAN PEMBAHASAN
penelitian Singh (2013) serta Velnampy dan Penelitian ini menggunakan software
Niresh (2012), bahwa terdapat hubungan WarpPLS versi 5 untuk melakukan analisa
negatif antara rasio debt dengan kinerja deskriptif.
keuangan. Hal ini disebabkan, karena
penggunaan hutang yang banyak akan Tabel 1a Analisa Deskriptif
menyebabkan tingkat resiko perusahaan
Std.
akan meningkat. N Min Max Mean Deviasi

H5 : Terdapat Pengaruh antara Struktur


KI 445 0,00 0,50 0,19 0,17
Modal dengan Kinerja Keuangan

METODE PENELITIAN SM 445 0,00 1957,49 42,76 97,40


Penelitian ini menggunakan kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional KK 445 -167,88 131,69 8,85 20,54
sebagai variabel independen, kinerja
keuangan sebagai variabel dependen, dan Tabel 1b Analisa Deskriptif
struktur modal sebagai variabel intervening.
Pengukuran variabel masing-masing adalah
sebagai berikut : N MIN MAX MEAN STD.DEVIASI
KI 445 0,00 0,50 0,19 0,17
1. Kepemilikan Institusional :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑥 100% DAR 445 0,00 243,19 24,96 31,39
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
DER 445 0,00 1.957,49 61,91 131,63
2. Struktur Modal : ROA 445 -65,13 45,36 6,71 11,19
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 ROE 445 -167,88 131,69 10,99 26,66
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 Goodness of Fit Test-Inner Model


𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑥 100% Tabel 2 Model Fit And Quality Indices
Model of Fit and Quality
3. Kinerja Keuangan : No Indices Kriteria Fit Hasil
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑥 100% Average Path Coefficient 0,228, P
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 1
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 ( APC) P < 0,05 <0,001
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100% Average R-Squared ( ARS 0,101, P =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 2
) P < 0,05 0,005
Jenis data yang digunakan dalam 3
Average adjusted R- 0,098, P =
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data squared ( AARS) P < 0,05 0,007
Average block VIF ( Acceptable if <=5,
yang digunakan adalah data sekunder berupa 4 1,012
AVIF) ideally <= 3,3
laporan keuangan tahunan pada 89 Average full of Acceptable if <=5,
perusahaan sektor manufaktur yang 5
collinearity VIF (AFVIF) ideally <= 3,3
1,312
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2015. Pemilihan sample dengan
Petta: Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan 631

Small >= 0,1, memiliki pengaruh terhadap kinerja


6 Tenenhaus GoF ( GoF ) Medium >= 025, keuangan.
0,292
Large >==0,36
Pengaruh kepemilikan institusional
Sympson's paradox ratio ( Acceptable if >=
7
SPR ) 0,7, ideally =1 terhadap
1 struktur modal memiliki nilai
R-Squared contribution Acceptable if >=0,9, koefisien sebesar -0,148 dan p value < 0,001.
8 1
Hal ini menandakan bahwa adanya
Ratio (RSCR) ideally =1
Statistical suppression hubungan negatif antara KI dengan SM.
9 Acceptable if >= 0,7 1
ratio ( SSR) Semakin rendahnya kepemilikan
Nonlinear bivariate institusional maka akan struktur modal
10 causality direction ratio ( Acceptable if >= 0,7 0,667
perusahaan meningkat. P value sebesar <
NLBCDR)
0,001 menandakan bahwa KI memiliki
pengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Profil Variabel
Sehingga dapat disimpulkan H2 diterima,
Berikut adalah tabel yang menunjukkan
karena kepemilikan institusional memiliki
nilai weight indicator pada setiap variabel
pengaruh negatif signifikan terhadap
dalam penelitian ini. Variabel Kepemilikan
struktur modal.
Institusional tidak termasuk sebagai weight
Pengaruh struktur modal terhadap
indicator. Sehingga, menggunakan variabel
kinerja keuangan memiliki angka koefisen
itu sendiri sebagai indikator dan
sebesar -0,377 dan p value <0,001. Hal ini
menghasilkan nilai weight sebesar 1.
menandakan bahwa terdapat hubungan
Tabel 4 Weight Indicator dari Struktur Modal
No. Indikator Weight Indicator Mean
negatif antara struktur modal terhadap
1. DAR 0.625 24,96 kinerja keuangan. Artinya, semakin tinggi
2. DER 0.625 61,91 struktur modal akan menurunkan kinerja
Variabel Struktur Modal memiliki 2 keuangan perusahan. Kedua variabel ini
indikator yaitu Debt to Asset Ratio dan Debt memiliki hubungan yang signifikan karena
To Equity Ratio. Kedua indikator ini memiliki angka p value lebih rendah dari alpha 5%.
weight indicator yang sama yaitu 0,625. Hal Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3
ini menunjukkan bahwa DAR dan DER diterima, karena struktur modal berpengaruh
merupakan komponen yang penting dalam negatif signifikan terhadap kinerja keuangan.
membentuk variabel Struktur Modal.
Tabel 5 Weight Indicator dari Kinerja Keuangan Tabel 7 Indirect Effect dan P-Values
Variabel Kinerja Keuangan diukur No. Indikator Weight Indicator Mean
dengan menggunakan 2 indikator yaitu ROA, 1. ROA 0,530 6,71
dan ROE. Kedua indikator ini mempunyai 2. ROE 0,530 10,99
bobot yang sama dengan koefisien yang KI
Coefficient P values
positif sehingga kedua indikator ini sama-
KK 0,056 0,048
sama penting dalam membentuk variabel
Pengaruh tidak langsung antara
Kinerja Keuangan.
kepemilikan institusional terhadap kinerja
keuangan menunjukkan angka koefisien
PENGUJIAN HIPOTESIS
0,056 dan p value 0,048. Sehingga dalam
Tabel 6 Path Coefficient dan P-Values
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
KI SM
Coefficient P values Coefficient P values struktur modal dapat memediasi variabel
SM -0,148 <0,001 - - kepemilikan institusional terhadap kinerja
KK 0,159 <0,001 -0,377 <0,001 keuangan.
Pengaruh kepemilikan institusional
terhadap kinerja keuangan memiliki nilai Tabel 8. Total Effect dan P Values
koefisien 0,159 dengan p values sebesar KI SM
<0,001. Hal ini menandakan bahwa terdapat Coefficient P values Coefficient P values
pengaruh positif signifikan antara SM -0,148 <0,001 - -
kepemilikan institusional terhadap kinerja KK 0,215 <0,001 -0,377 < 0,001
keuangan. Sehingga, semakin tinggi
kepemilikan institusional dapat Perhitungan kontribusi mutlak antar variabel
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. adalah sebagai berikut :
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 KI terhadap KK: (0,215)2 x 100% = 4,6225
diterima karena kepemilikan institusional Dari perhitungan tersebut dapat terlihat
bahwa, total effect antara kepemilikan
632 Business Accounting Review, Vol. 5, No.2, Agustus 2017 (625-636)

institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dimilikinya. Menurut


memiliki efek absolut yaitu sebesar 4,6225%. Kholis (2014), menyatakan bahwa pihak
Pembahasan Hipotesa institusional merupakan pemegang saham
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional mayoritas dan memiliki pendanaan yang kuat
terhadap Kinerja Keuangan sehingga perusahaan terhindar dari adanya
Penelitian ini menunjukkan adanya resiko. Untuk itu, perusahaan yang dimiliki
pengaruh positif signifikan antara oleh pihak institusional ini tidak memerlukan
kepemilikan institusional terhadap kinerja lagi dana yang berasal dari hutang atau
keuangan. Semakin tinggi kepemilikan oleh berasal dari kreditor karena modal yang
pihak institusional dapat meningkatkan diperlukan perusahaan sudah sangat cukup
kinerja keuangan suatu perusahaan. diberikan melalui pihak institusional itu
Menurut Jensen dan Meckling (1976), dengan sendiri. Sehingga dengan adanya kepemilikan
adanya kepemilikan dari pihak institusional institusional pada suatu perusahaan dapat
maka dapat mengurangi adanya konflik menggantikan peranan kreditor sebagai
kepentingan dalam perusahaan. Pihak pemberi modal pada perusahaan. Hal ini juga
institusional merupakan pihak yang bersifat berkaitan dengan fungsi pengawasan, dimana
profesional memiliki kemampuan yang lebih peranan pengawasan terhadap perusahaan
efektif dalam mengendalikan suatu yang semula dilakukan oleh kreditor dapat
perusahaan dan dengan pengendalian dialihkan oleh pihak institusional. Dengan
perilaku manajer. Dimana, hal ini akan demikian, perusahaan akan mengurangi
berbeda apabila perusahaan dikendalikan penggunaan hutang dalam struktur
oleh pemilik perusahaan itu sendiri yang pendanaan nya, sehingga penurunan
cenderung akan lebih mengutamakan penggunaan hutang ini dapat mengurangi
kepentingan dan keuntungannya terlebih resiko kebangkrutan baik bagi pihak investor
dahulu. Dengan adanya kepemilikan oleh institusional serta bagi pihak perusahaan itu
pihak institusional ini maka dapat menjadi sendiri. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
jembatan antara pihak pemilik dengan H2 diterima bahwa kepemilikan institusional
manajemen. Adanya kepemilikan dari pihak memiliki pengaruh negatif terhadap struktur
luar manajemen atau pihak institusional ini modal perusahaan.
dapat mengawasi perilaku dan kinerja
manajemen serta dapat mempengaruhi 3. Pengaruh Struktur Modal terhadap
keputusan yang diambil oleh manajemen. Hal Kinerja Keuangan.
ini disebabkan karena pihak institusional Ditemukan adanya pengaruh negatif
merupakan pemegang saham mayoritas yang signifikan pada struktur modal terhadap
memiliki kepemilikan yang cukup besar kinerja keuangan. Struktur modal dalam
terhadap perusahaan. Sehingga pihak penelitian ini diukur dengan DER dan DAR
institusional memiliki insentif untuk yang berguna untuk mengukur hutang
mengawasi kinerja manajemen dan berhak jangka panjang yang digunakan oleh
untuk mempengaruhi keputusan dan perusahaan. Sehingga berdasarkan hasil
tindakan yang dilakukan manajemen (Kholis, tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin
2014). Dengan demikian, dapat disimpulkan besar penggunaan hutang oleh perusahaan
bahwa H1 diterima, karena kepemilikan dapat menurunkan kinerja keuangan
institusional dapat berdampak positif perusahaan. Dari hasil penelitian, bahwa
terhadap peningkatan kinerja dan nilai tingkat hutang dalam pendanaan perusahaan
perusahaan. adalah cukup besar, sehingga semakin
besarnya hutang maka akan menunjukkan
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional bahwa komposisi modal suatu perusahaan
Terhadap Struktur Modal. lebih banyak didanai melalui hutang
Pada penelitian ini menunjukkan adanya dibanding dengan modal internal perusahaan
pengaruh negatif signifikan antara sendiri. Dengan bertambahnya penggunaan
kepemilikan institusional terhadap struktur hutang ini akan membuat perusahaan harus
modal. Pihak institusional merupakan pihak membayar bunga pinjaman serta pokok
yang mempunyai dana dalam jumlah yang pinjaman nantinya. Hal ini semakin
besar dan tidak terbatas. Sehingga, pihak meningkatkan rasio leverage yang dimiliki
institusional sendiri dianggap telah perusahaan dan meningkatkan resiko
mempunyai dana yang besar untuk kebangkrutan pada perusahaan. Peningkatan
membiayai pendanaan yang dibutuhkan oleh resiko dari berhutang ini akan berdampak
Petta: Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan 633

terhadap penurunan kinerja suatu struktur modal terhadap kinerja


perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian keuangan.
yang dilakukan oleh Singh ( 2013) serta 3. Variabel Struktur Modal memiliki
Velnampy dan Niresh (2012) yang pengaruh dalam memediasi
menyatakan bahwa terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap
negatif antara kepemilikan institusional kinerja keuangan.
terhadap penggunaan hutang. Dengan Pada penelitian ini struktur kepemilikan
demikian, H5 dapat diterima karena terdapat dengan jenis kepemilikan institusional dapat
pengaruh negatif signifikan pada struktur berpengaruh terhadap kinerja keuangan
modal terhadap kinerja keuangan. perusahaan. Hal ini dapat terlihat pada
hubungan langsung antar variabel dimana
4. Struktur Modal Sebagai Variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh
Intervening atau Mediasi Antara positif signifikan terhadap kinerja keuangan.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Dimana kepemilikan institusional yang tinggi
terhadap Kinerja Keuangan. dapat meningkatkan kinerja keuangan.
Selain itu dilihat dari hubungan tidak
Pada tabel indirect effect terlihat bahwa langsung atau indirect effect, bahwa
p value senilai 0,048. Sehingga struktur kepemilikan institusional dapat berpengaruh
modal memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja keuangan melalui variabel
dalam memediasi pengaruh kepemilikan struktur modal sebagai variabel mediasi.
institusional terhadap kinerja keuangan. Hal Namun, dengan menggunakan variabel
ini menyatakan bahwa tingginya kepemilikan pemediasi, pengaruh Kep. Institusional
institusional akan berpengaruh dalam terhadap Kinerja keuangan menjadi lebih
pengurangan struktur modal dengan hutang kecil dibandingkan dengan pengaruh
sehingga dapat meningkatkan kinerja langsungnya. Dimana indirect effect memiliki
keuangan suatu perusahaan nilai sebesar 0,056 sedangkan pada direct
effect memiliki nilai sebesar 0,159
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk SARAN
melakukan analisa pengaruh kepemilikan 1) Penelitian ini menggunakan data 89
institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2011-2015.
dengan struktur modal sebagai variabel Diharapkan agak penelitian selanjutnya
intervening atau variabel mediasi. Dalam dapat menambahkan jumlah sampel dan
penelitian ini menggunakan sample sebanyak tahun penelitian. 2) Diharapkan pada
89 perusahaan dalam sektor manufaktur penelitian selanjutnya dapat menggunakan
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tambahan variabel pengukuran sehingga
pada periode 2011-2015. Penelitian ini informasi mengenai struktur kepemilikan,
menggunakan kepemilikan institusional struktur modal dan kinerja keuangan dapat
sebagai variabel independen;variabel kinerja semakin akurat.
keuangan sebagai variabel dependen dan KETERBATASAN PENELITIAN
struktur modal sebagai variabel intervening. Pengukuran struktur kepemilikan hanya
Kinerja keuangan diukur dengan berdasarkan Kepemilikan Institusional.
menggunakan ROA dan ROE , dan variabel Diharapkan pada penelitian selanjutnya
struktur modal diukur dengan menggunakan dapat meneliti tentang struktur kepemilikan
DAR dan DER. Dalam penelitian ini dengan menggunakan jenis struktur
ditemukan bahwa terdapat pengaruh kepemilikan lainnya. Sehingga dapat
langsung yaitu :1. Hipotesis H1 diterima mengetahui pengaruh struktur kepemilikan
karena terdapat pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan lebih
antara kepemilikan institusional terhadap jelas.
kinerja keuangan.
1. Hipotesis H2 diterima karena DAFTAR REFERENSI
terdapat hubungan negatif signifikan Bangun, P ., Jeffry ( 2008). Pengaruh Good
antara kepemilikan institusional Corporate Governance dan Kinerja
terhadap struktur modal Keuangan terhadap Harga Saham. Jurnal
2. Hipotesis H3 diterima karena Akuntansi, Vol 8, No 1, hal 85-106.
terdapat hubungan negatif antara Fisher, E.O., Heinkel, R., Zechner, J (1989).
Dynamic Capital Structur Choice : Theory
634 Business Accounting Review, Vol. 5, No.2, Agustus 2017 (625-636)

and Tests. The Journal of Finance, Vol. Singh, G (2013). Interrelation Between
XLVI, No.1 Capital Structure And Profitability With
Harris, M ., Raviv. A (1991). The Theory of Special Refrence To Manufacturing In India.
Capital Structure. The Journal Of Finance, International Journal of Accounting and
Vol. XLVI, No. 1 Financial Management Research, Vol. 3
Haryono, S (2005). Struktur Kepemilikan Sujoko., Soebiantoro.u ( 2007) Pengaruh
Dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Struktur Kepemilikan Shaam, Leverage,
Akuntansi dan Bisnis, Vol.5, No.1, pp. 63- Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap
71. Nilai Perusahaan
Jansen, A ( 2014). Firm Spesific Determinants Susanti, R.m Mildawati, Titik ( 2014).
of Dutch Capital Structure : The Impact of Pengaruh Kepemilikan Manajemen,
The 2008 Financial Crisis. Kepemilikan Institusional Dan Corporate
Jensen, M.C (1986). Agency Cost of Free Cash Social Responsibility Terhadap Nilai
Flow, Corporate Finance, and Takeovers. Perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi
The American Economic Review, Vol. 76, No. Vol. 3 No. 1
2 Velnampy. T., Niresh, J. Aloy., (2012). The
Jensen, M.C., & Meckling, W.H (1976). Relationship between Capital Structure &
Theory of Firm : Managerial Behavior, Profitability. Global Journal Of
Agency Costs and Ownership Structure. Management and Business Research, Vol. 12
Journal of Financial Economics, Vol. 3, Warner, J. B (1977). Bankcruptcy Costs :
No.4, pp 305-360 Some Evidence. The Journal of Finance, Vol.
Kholis (2014). Analisis Struktur Kepemilikan 32, No. 2, pp 30-35
dan Perannya Terhadap Praktik Wiranata, Y.A ., Nugrahanti, Y.W (2013).
Manajemen Laba Perusahaan. ADDIN, Vol. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
8 , No. 1 Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di
Laksana, I.F., Widyawati,D ( 2016). Pengaruh Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Kepemilikan Saham, Kebijakan Deviden, Vol. 15, No 1, hal 15-26
Tangibility,Size,Dan Profitabilitas Terhadap Xavier, M.S., Shukla, J., Mbabazize, M (2015).
Struktur Modal. Jurnal Imu dan Riset Effect of Corporate Governance On The
Moh’d, A.M., Perry, G.L., Rimbey, J.N ( 1998). Financial Performance Of Banking Industry
The Impact of Ownership Structure On In Rwanda : ( A Case Study-Commercial
Corporate Debt Policy: a Time Series Cross- Banks In Rwanda). International Journal of
Sectional Analysis. The Financial Review 33 Small Bussiness and Enterpreneurship
Myers, S.C ., Majluf, N.S (1984). Corporate Research, Vol.3, No. 6
Financing and Investment Desicion When
Firms Have Information That Investors Do
Not Have.
Nuraina, Elva (2012). Pengaruh Kepemilikan
Institusional Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal
Bisnis dan Ekonomi, Vol.19, No. 2
Ross, G.A (2010). The “Dominant Bank
Effect;” How High Lender Reputation
Affects the Information Content and Terms
of Bank Loans. The Oxford University Press
on behalf oh the Society for Financial
Studies.
Shleifer,A ., Vishny. R.W (1986). Large
Corporate adn Corporate Control. The
Journal of Political Economy, Vol.94, No.3,
pp 461-488.
Shubita, M.F., Alsawalhah, J.M ( 2012). The
Relationship between Capital Structure and
Profitability. International Jouenal of
Business and Social Science, Vol. 3, No. 16

Anda mungkin juga menyukai