Anda di halaman 1dari 19

Paper Pendidikan Agama Islam

Mengimplementasikan Moderatisme Beragama Islam dalam Lingkungan Masyarakat


Multikultural

Disusun Oleh :

Alisha Putri Najla (1107620174)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas perkenan-Nya penyusunan
paper pendidikan agama islam ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini akan
memuat informasi-informasi yang dapat menambah wawasan baru bagi pembaca nanti.
Paper yang berjudul “ Pengimplementasian Moderatisme Beragama Dalam Masyarakat
Multikultural” ini disusun dan dibuat untuk memenuhi penugasan Ulangan Tengah
Semester (UTS) mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Penyusunan paper ini telah dilakukan semaksimal mungkin agar terciptanya


informasi-informasi yang bermanfaat bagi para pembaca nantinya. Saya mengucapkan
banyak sekali terimakasih kepada sumber-sumber yang telah saya gunakan demi
terciptanya paper ini.

Saya menyadari penyusunan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya menerima berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun., demi sempurnanya
tugas ini.

Bekasi, November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB 1...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Keterkaitan Masyarakat Multikultural dengan Moderatisme Agama Islam.................4
2.1.1 Masyarakat Multikultural.......................................................................................4
2.1.2 Moderatisme Agama Islam.....................................................................................6
2.1.3 Sejarah Islam Moderat di Indonesia.......................................................................8
2.2 Pentingnya Mengimplementasikan Moderatisme Islam.............................................10
2.3 Bentuk Implementasi Sikap Moderatisme Agama Islam dalam Masyarakat..............12
Multikultural......................................................................................................................12
2.3.1 Bersikap Toleran (Tasamuh)................................................................................12
2.3.2 Menghargai dan Menerima Perbedaan.................................................................13
2.3.3 Bersikap Adil dan Seimbang (Tidak Berpihak Pada Salah Satu Sisi)..................14
2.3.4 Menanamkan Pribadi yang Anti Radikal..............................................................14
BAB III...........................................................................................................................................15
PENUTUP......................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sudah lama dikenal dengan keberagamannya
dalam berbagai hal. Dengan keragamannya dalam suku,etnis,budaya,Bahasa dan agama
yang bahkan negara lain nyaris tidak dapat menandinginya. Dalam Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 1965 dan Undang Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1969, terdapat enam
agama yang telah resmi diakui oleh pemerintah diantaranya; Islam, Kristen,
Katolik,Hindu,Budha, Konghucu, dan kepercayaan lainnya. Berdasarkan data hasil
sensus penduduk 2010, dari 237,6 juta jiwa penduduk di Indonesia, sebagian besar
penduduk yang memeluk agama islam sebanyak (87,51%), diikuti dengan agama
Kristen sebanyak (6,98%) dan Katholik (2,92%).1 Selain enam agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia, masih ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa, dan kepercayaan
local lainnya di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2010, Indonesia memiliki 1340 suku bangsa.2 Lain halnya dengan jumlah Bahasa yang
ada di Indonesia, pada tahun 2017 Badan Bahasa melalukan verifikasi mengenai jumlah
Bahasa yang benar per tahun 2017 ada sebanyak 652 bahasa daerah dan data ini tidak
termasuk dialek dan sub dialeknya.3
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul melalui berbagai sumber, memang
sudah menjadi fakta yang umum bahwa Indonesia memiliki ratusan hingga ribuan
keberagaman. Keberagaman ini menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat
multikultural dan sudah seharusnya kita bermoderasi dalam beragama agar dapat
mempelajari dan menghargai persamaan yang dimiliki oleh tiap-tiap agama, dan tidak
selalu melihat perbedaan saja.

1
Mohamad Dokhi,dkk. Analisis Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman Budaya (Jakarta : Pusat Data dan
Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hlm.20.
2
Arie Welianto. “Daftar Suku Bangsa di Indonesia” Diakses dari https://bit.ly/32XCBqq, pada tanggal 11
November 2020 pukul 09.28.
3
Lukman Hakim Saifuddin. Moderasi Beragama ( Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2019), hlm.3.

1
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh indonesia inilah yang bisa kita sebut
sebagai multikultural. Indonesia memang belum menjadi negara yang maju, indonesia
masih termasuk kedalam negara yang berkembang, tetapi indonesia memiliki ciri khas
yang tidak dimiliki oleh kebanyakan negara lainnya. Dengan adanya keanekaragaman
ini, tentunya akan sering konflik-konflik berbeda bermunculan.
Keanekaragaman yang dimiliki oleh negara ini adalah anugerah dari Allah
Subhannalahu Wa Ta’ala, namun yang menjadi permasalahan dan tantangan bagi
masyarakat kita saat ini adalah mampu dan sanggupkah kita menghormati perbedaan
yang ada, tidak saling menyalahkan agama satu dengan yang lain, dan hanya
memperhatikan persamaan yang dimiliki saja. 4
Memahami dan menerapkan Islam moderat sebenarnya telah ada bukti nyata yang
telah dilakukan oleh pendahulu kita yaitu Walisongo dalam menyampaikan dakwahnya
di Tanah Jawa. Dalam konteks Indonesia sendiri, istilah “Islam Moderat” lebih merujuk
kepada konsep umatan wasatan yaitu menjadi umat yang berada di tengah-tengah.
Ketika sudah memasuki pembahasan mengenai wacana dialog peradaban, toleransi, dan
kerukunan, ajaran yang menerima secara terbuka hal inilah yang biasanya disebut
dengan moderat. Jadi, ajaran yang berpusat pada perdamaian dan kehidupan yang
harmonis dalam keanekaragaman, lebih tepat disebut moderat, karena sikapnya
menekankan pada sikap saling menghargai dan menghormati adanya perbedaan.
Pembahasn moderat sendiri menekankan bahwa Islam sangat membenci kekerasan,
karena beradasarkan sejarah yan telah terjadi di masa lampau, kekerasan hanya akan
menimbulkan kekerasan yang baru. Padahal Islam merupakan agama yang penuh akan
kedamaian, dan Islam diturunkan Allah sebagai Rahmatan lil alamin (Rahmat bagi
seluruh masyarakat dunia).5

4
Asep Abdurrohman. “Eksistensi Islam Moderat dalam Perspektif Islam”. Rausyah Fikr, Vol.14, No.1, 2018,
hlm.29.
5
Ibid., hlm. 29-30.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa keterkaitannya masyarakat multikultural dengan moderatisme agama islam?


2. Mengapa masyarakat multikultural perlu mengimplementasikan sikap moderatisme
agama islam?
3. Apa saja bentuk implementasi sikap moderatisme agama islam dalam masyarakat
multikultural?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami keterkaitan antaran masyarakat multikultural dengan moderat beragama.


2. Mampu mengimplementasikan sikap moderat dalam beragama.
3. Mengetahui dan mengimplementasikan sikap moderat dalam beragama.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Masyarakat Multikultural dengan Moderatisme Agama Islam
2.1.1 Masyarakat Multikultural
Kalimat masyarakat multikultural terbentuk dari tiga kata yakni masyarakat,
multi, dan kultural. Masyarakat memiliki arti sekelompok manusia yang saling
melakukan komunikasi dan berinteraksi pada suatu daerah tertentu. Multi memiliki
arti berjumlah banyak atau beragam. Lalu kultural memiliki arti budaya. Jadi,
masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki budaya yang beragam.
Masyarakat multikulturalisme biasanya memiliki pandangan akan keanekaragaman
yang berbeda dari masyarakat pada umumnya, mereka menganut paham
multikulturalisme. Multikulturalisme adalah suatu pandangan dan kebijakan bagi
para masyarakat multikultural bahwa mereka menerima dan mengakui adanya
keberagaman dan perbedaan budaya yang ada.6
Secara hakiki, dalam kata “multikulturalisme” mengandung arti pengakuan
akan martabat manusia yang hidup dalam kelompoknya dengan masing-masing
kebudayaan unik yang berbeda-beda. Dengan demikian, tiap-tiap individu akan
merasa di hargai dan juga dihormati sehingga akan tumbuh rasa bertanggung jawab
mereka terhadap kelompok atau komunitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan multikultural, seperti J. Nasikun yang
berpendapat bahwa suatu masyarakat dapat dikatakan multikultural apabila
memiliki kebudayaan yang bersifat diverse dan diikuti dengan kurang
berkembangnya sistem nilai dari kesatuan – kesatuan sosial, dan sering terjadinya
konflik – konflik sosial.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural
merupakan sekelompok orang yang tinggal dan menetap pada suatu lingkungan
yang memiliki karakteristik yang berbeda – beda serta budaya yang mampu
membedakan

6
Ifa Nurhayati dan Lina Gustina. “Masyarakat Multikultural”. Akademika, Vol.14, No. 1, 2020, hlm.19.

4
komunitas yang satu dengan yang lain. Setiap komunitas atau kelompok tersebut
akan melahirkan budaya – budaya yang unik dan khas untuk masyarakat.7
Jadi, istilah multikulturalisme merujuk pada sebuah keadaan di masyarakat
yang terdiri dari kelompok – kelompok atau suku – suku bangsa yang memiliki
budaya yang berbeda tetapi masih terhubung oleh kepentingan bersama yang
bersifat formal pada suatu tempat. Masyarakat multikultural umumnya memiliki
bermacam – macam kebudayaan yang hidup berdamingan sehingga menimbulkan
sebuah interaksi. Dengan adanya keberagaman tersebut, maka diperlukan sikap
saling menghormati, saling menyesuaikan diri dengan perbedaan – perbedaan yang
budaya lain miliki namun tetap berpegang kepada nilai, norma, dan kepribadian
bangsa agar terciptanya kehidupan yang aman, tentram, seimbang, dan damai.
Keanekaragaman akan yang menimbulkan interaksi, secara tidak langsung maupun
langsung antar masing-masing unsur kebudayaan akan saling memberikan dampak
berupa perubahan – perubahan.
Masyarakat multikultural terbentuk karena banyaknya budaya yang ada pada
suatu masyarakat. Adanya keanekaragaman ini tentunya akan menumbuhkan
konflik-konflik baru yang bermunculan. Masyarakat ini cenderung sering
mengalami konflik yang biasanya berbau SARA. Masyarakat multikultural juga
mengalami integrasi sosial, namun integrasi sosial disini berjalan lambat dan terjadi
karena adanya dorongan atau paksaan, bukan dari kesadaran mereka sendiri.
Masyarakat multikultural seharusnya dapat menerapkan perilaku yang sesuai
dengan adanya keberadaan mereka, seperti :
1. Sikap Menghargai Perbedaan
Menghargai perbedaan yang ada merupakan salah satu faktor yang penting
agar dapat menciptakan suatu kondisi di masyarakat menjadi lebih baik lagi dan
faktor ini dapat mengurangi konflik. Perbedaan yang ada dapat dilihat sebagai
kekayaan dan kelebihan yang hanya dimiliki oleh masyarakar multikultural.
2. Sikap Nasionalisme
7
Middya Boty.“Masyarakat Multikultural : Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu dengan Non
Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kel. Sukajadi Kec. Sukarami Palembang” JSA, Vol.1, No. 2, 2017, hlm.
4-5.

5
Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan dan keutuhan bangsa dan
mengesampingkan hal-hal negatif yang dapat membawa bangsa ini menuju
perpecahan. Seperti semboyan bangsa ini, “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti
bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sudah seharusnya sebagai warga negara
Indonesia kita bersatu, walaupun dengan melimpahnya perbedaan yang kita
miliki, kita harus bisa bersatu demi keutuhan negara dan bangsa ini.
3. Menumbuhkan Sikap Toleransi
Sikap toleransi dapat memperkuat integrasi bangsa yang dilatarbelakangi
oleh berbagai perbedaan. Toleransi hendaknya dilakukan dengan cara
akomodatif yaitu sutau upaya untuk menjembatani perbedaan agar salah satu
pihak tidak merasa dirugikan.8

2.1.2 Moderatisme Agama Islam


Kata moderasi berasal dari bahasa latin moderatio yang berarti
keseimbangan akan suatu hal, tidak kelebihan atau kekurangan. Kata ini juga berarti
mengendalikan diri agar tidak bersikap secara berlebihan ataupun kekurangan.
Dalam KBBI, kata moderasi berarti bersikap sewajarnya, biasa-biasa saja, atau tidak
ekstrem.9
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan untuk menjelaskan
average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak).
Secara umum, moderat berarti mendahulukan keseimbangan dalam hal keyakinan,
moral, dan watak, baik ketika berhadapan dengan seseorang maupun institusi
negara.10
Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau
wasathiyah yang memiliki arti yang sama dengan kata tawassuth (tengah-tengah),
i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Seseorang yang menerapkan wasathiyah
biasa disebut dengan wasith.11Kata ini biasa diartikan sebagai pilihan terbaik, karena
memilih jalan terbaik yakni jalan tengah diantara adanya pilihan yang ekstrem.
8
Kusuma Wardani,dkk. The King SBMPTN SOSHUM 2020 ( Yogyakarta : Forum Edukasi, 2020), hlm.68.
9
Lukman Hakim Saifuddin. Moderasi Beragama ( Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2019), hlm. 15.
10
Ibid., hlm 15.
11
Ibid., hlm. 16.

6
Kebalikan dari sikap moderat dalam bahasa Arab biasa disebut dengan tatharruf
yang berarti sikap berlebihan. 12
Mengutip pandangan Muhammad Ali mengenai makna islam moderat,
menurutnya islam yang moderat adalah mereka yang dapat berperilaku normal
(tawassut) saat menerapkan apa yang telah diajarkan oleh agama mereka; mereka
toleran terhadap perbedan, menghindari kekerasan, dan memprioritaskan pemikiran
dan dialog sebagai strateginya. Gagasan-gagasan seperti “islam pribumi”, “islam
rasional”, “islam progresif”, “islam transformatif”, “islam liberal”, “islam inklusif” ,
“islam toleran” , dan “islam plural” yang sudah mulai bermunculan sejak tahun
1970-an dapat di katakan sebagai contoh islam moderat. Gagasan lainnya seperti
reaktualisasi islam, nasionalisasi islam, desakralisasi budaya islam, atau ijtihad
kontekstual dapat juga dikategorikan sebagai islam moderat.13
Lain hal nya dengan Ahmad Najib Burhani yang memandang islam moderat
dalam makna yang berbeda dari bahasanya yakni penengah diantara liberal dan
islamis. Mereka yang berada di tengah-tengah antara liberal dan islamis adalah
moderat. Menurut Burhani, moderat indonesia adalah orang yang tidak liberal dan
juga tidak islamis, mereka berada di tengah-tengahnya.14
Dalam surah Al-Anbiya ayat 107, islam adalah agama yang rahmatan lil
‘alamin yang artinya bahwa agama islam merupakan bentuk rahmat dan kasih
sayang Allah SWT kepada seluruh alam semesta. Rahmat inilah yang merupakan
kepemilikan Allah SWT dan diturunkan melalui islam. Sehingga dengan
pemaknaan ini, dapat disimpulkan bahwa islam yang moderat adalah islam yang
bukan ekstrem atau radikal, yang tidak berperilaku kasar antar sesama dan tidak
menempuh garis keras dalam mengimplementasikan keislamannya. Selama
kelompok liberal atau islamis tidak menempuh jalur rahmah maka mereka tidak
dapat dikatakan telah bermoderat. Islam moderat ini memiliki karakteristik yakni
bersikap normal (tawassut) dalam menerapkan ajaran agama, memiliki sikap

12
Ibid., hlm. 16.
13
Toto Suharto. “Indonesianisasi Islam : Penguatan Islam Moderat Dalam Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia” Al-Tahrir, Vol.17, No.1, 2017, hlm. 163.
14
Ibid., hlm. 164.

7
toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada, tidak melakukan kekerasan
sekalipun keadaan terus mendorong mereka untuk melakukan kekerasan,
menafsirkan teks secaa konteksual dan menggunakan ijtihad dalam menafsirkan apa
yang tidak ada dalam Al-quran maupun sunnah.

2.1.3 Sejarah Islam Moderat di Indonesia


Sejak kedatangan Islam di Nusantara, semasa proses penyebarannya sebagai
agama dan budaya, sebenarnya sejak awal Islam telah menunjukkan keramahannya.
Islam merupakan agama yang disebarkan melalui cara yang damai, tidak
memaksakan kehendak seorang individu untuk memeluknya, dan walaupun Islam
juga mecampurkan penyebarannya melalui sela-sela budaya dan seni yang ada di
nusantara, hal tersebut tidak membuat Islam kehilangan jati dirinya. Sikap toleran
yang diterapkan oleh para penyebar agama Islam (walisongo) inilah yang membuat
masyarakat setempat ingin memeluk agama ini. Selain itu, Walisongo merupakan
tokoh-tokoh penyebar agama Islam yang terkenal handal.15
Walisongo mampu memadu padankan aspek-aspek yang ada di Indonesia
pada saat itu yakni aspek spiritual dan sekuler dalam menyiarkan Islam. Mereka
merupakan agen pengubah dan juga penyebar agama Islam pada masanya. Mereka
dikenal sebagai agen penyebar yang memanfaatkan kanekaragaman yang dimiliki
oleh Jawa. Keanekaragaman yang ada pada saat itu tidak membuat mereka
kebingungan, melainkan menggunakan keberagaman tersebut untuk menumbuhkan
ide-ide dan metode-metode dakwah yang berbeda agar dapat mudah untuk
dipahami,diterima, dan disenangi oleh masyarakat saat itu. Walisongo
menyampaikan dakwah-dakwah agama dengan cara akulturasi budaya, yaitu
mencampurkan dakwah mereka ke dalam budaya-budaya yang ada di nusantara saat
itu seperti seni wayang dan seni gamelan. Selain melalui akulturasi budaya,
walisongo juga mengajarkan Islam melalui pondok pesantren dan salah satu cara
yang terbaik diantara semuanya cara yang dilakukan oleh walisongo adala mereka

15
Asep Abdurrohman. “Eksistensi Islam Moderat dalam Perspektif Islam” Rausyah Fikr, Vol.14, No.1, 2018,
hlm. 30.

8
sering membantu orang lain, sikap mereka inilah yang membuat masyarakat tertarik
dengan agama Islam.
Apa yang telah dilakukan oleh walisongo menunjukkan ajaran Islam yang
dikenalkan di Tanah Jawa hadir dengan penuh kedamaian, memang prosesnya
lamban tetapi hasil akhirnya meyakinkan. Berdasarkan fakta sejarah, dengan cara
menoleransi segala kebudayaan lokal serta memadukannya dengana ajaran islam
serta tetap bersandar dengan prinsip-prinsip Islam, kala itu agama ini dipeluk oleh
bangsawan-bangsawan serta mayoritas masyarakat Jawa di pesisir utara. Metode
sederhana yang dilakukan oleh Walisongo memperlihatkan jlan dan alternatif baru
yang tidak mengusik kebudayaan lokal dan mudah pula dimengerti oleh orang
awam.16
Jadi, Masyarakat Multikultural sudah sejak dahulu saling terkait dengan
Moderatisme beragama. Bahkan sejak dahulu, walisongo yang merupakan tokoh
penyebar agama Islam di Tanah Jawa, menyadari bahwa untuk menyebarkan agama
Islam ini diperlukan adanya pengenalan secara perlahan melalui budaya-budaya
yang berada di lingkungan masyarakat. Sehingga, masyarakat sekitar sepenuhnya
paham dan mengerti bahwa dengan keanekaragaman yang dimiliki, tidak menutup
kesempatan bagi mereka untuk mengenal suatu hal yang baru dan berbeda.
Islam merupakan solusi dari setiap permasalahan yang bermunculan di muka
bumi ini. Dengan mengenal dan mempelajari Islam, mereka yang sedang terikat
atau mengalami masalah, akan lebih paham bagaimana seharusnya tindakan awal
yang dilakukan agar permasalahan yang dialami dapat selesai dengan cara damai
dan tanpa terjadinya kekerasan. Melihat zaman yang setiap saat selalu berkembang
dan kian hari kian berbeda dari zaman-zaman para Nabi dan Rasulullah,
menumbuhkan kesadaran umat muslim untuk bagaimana caranya kita sebagai umat
yang telah diajari oleh para Nabi dan Rasulullah menyikapi setiap perbedaan yang
ada.
Dalam Islam sendiri memang sebenarnya tidak ada rujukan yang pasti
mengenai Islam moderat, hanya saja dalam amaliah keagamaan Islam moderat lebih

16
Ibid., hlm. 30.

9
dekat artinya dengan konsep umatan wasatan yakni menjadi umat yang berada di
tengah-tengah. Islam moderat ini patut untuk diaktualisasikan karena dapat menjadi
cara menyikapi permasalahan-permasalahan yang menyangkut perbedaan.17

2.2 Pentingnya Mengimplementasikan Moderatisme Islam


Prinsip dasar moderasi adalah adil dan berimbang seperti keseimbangan antara
jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban, dan lain-lain. Inti dari moderasi
beragama adalah bagaimana kita seharusnya sebagai masyarakat multikultural yang
memiliki keanekaragaman yang melimpah dapat bersikap adil yakni tidak berat
sebelah, tidak membela apa yang ingin di bela saja, tidak memandang suatu hal hanya
dengan satu pandangan saja.
Prinsip keseimbangan berarti memandang,menyikapi, dan berkomitmen untuk
selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan persamaan. Memiliki sikap seimbang
berarti bersikap tegas, tetapi tidak keras karena selalu berpihak pada keadilan.
Keseimbangan juga merupakan suatu cara pandang seseorang untuk mengerjakan
sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan tidak kurang.
Adil dan seimbang akan mudah terbentuk apabila seseorang memiliki pengetahuan
yang luas sehingga dapat bersikap bijak, mampu menahan godaan sehingga mampu
bersikap tulus tanpa beban, tidak egois dalam penafsirannya sendiri dan mengakui tafsir
kebenaran orang lain dan berani menyampaikan pandangannya berdasarkan ilmu dan
fakta yang ada.18
Sikap keberagamaan seseorang dapat dipengaruhi oleh dua hal yakni akal dan
wahyu. Seseorang yang terlalu mengandalkan dan memandang suatu fenomena
berdasarkan akalnya cenderung suka mengabaikan teks yang sebenarnya sudah tertulis
dan dijelaskan dalam kitab mereka, hal ini biasa di sebut ekstrem kiri. Seseorang yang
hanya mengandalkan dan memahami apa yang telah tertulis di dalam teks (kitabnya)
tanpa melakukan verifikasi berdasarkan pengalaman nyata dan menerimanya secara
mutlak atau mentah mentah biasa disebut dengan ekstrem kanan.19

17
Ibid., hlm. 29.
18
Lukman Hakim Saifuddin. Moderasi Beragama ( Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2019), hlm. 19.
19
Ibid., hlm. 42.

10
Seseorang yang mengimplementasikan Islam moderat tidak akan memiliki
keberpihakan antara ekstrem kiri atau kanan, melainkan berada di tengah-tengahnya.
Sehingga mereka tidak akan bersikap berlebihan namun tidak kekurangan pula. Mereka
akan menyikapinya dengan benar yakni ia dapat bergerak ekstrem ke kiri tetapi ia tidak
akan hanya berdiam di ekstrem tersebut saja, melainkan ia akan bergerak juga ke
ekstrem kanan untuk melakukan verifikasi pada teks dan tetap memahami konteksnya.
Dalam konteks Masyarakat multikultural, moderasi beragama berperan sebagai
suatu solusi bagaimana kita sebagai masyarakat yang memiliki keanekaragaman dapat
menyikapi suatu hal tidak kepada satu sisi ekstrem saja melainkan berada di tengah-
tengah (seimbang). Sebagai bangsa yang plural dan multikultural, Indonesia telah
memperlihatkan kemampuan mereka dalam menyikapi perbedaan secara adil dan
seimbang. Indonesia merupakan negara yang memiliki hari libur nasional terbanyak
berdasarkan hari besar semua agama. Negara juga berperan penting dalam menjaga
keseimbangan ini, karena akan mempengaruhi terciptanya moderasi yang salah satu
pilarnya adalah keadilan.
Masing-masing umat beragama meyakini dan taat terhadap ajaran yang diajarkan
oleh agamanya masing-masing, namun mereka masih mampu berdialog, bertukar
pikiran, dan bekerjasama walaupun memiliki perbedaan tersebut. Bahkan contoh
nyatanya dapat kita lihat dari sejarah negara ini sendiri, kita tahu dengan jelas
bagaimana tokoh-tokoh pendahulu bekerjasama untuk melawan ketidakadilan yang
terjadi di negeri ini dan perjuangan mereka yang tadinya tidak memahami perbedaan
menjadi paham akan perbedaan dan berakhir bersatu untuk memerdekakan negeri
mereka yang tercinta ini.20
Walaupun memang di zaman yang terus berkembang ini, terkadang terjadi konflik
antar umat beragama, namun negara ini pada dasarnya telah memiliki modal sosial yang
mengalir dalam diri mereka yang melahirkan sikap saling percaya, dapat bersikap
positif antar satu dengan yang lainnya dan mengesampingka hal-hal yang berbau
negatif. Dan modal sosial inilah yang dapat menumbuhkan sikap empati, saling
menyayangi, dan sikap bekerjasama.

20
Ibid., hlm. 56.

11
Dalam konteks indonesia yang multikultural, konflik-konflik umat beragama sering
bermunculan, Kasus-kasus mengenai kejadian-kejadian yang terjadi setiap tahunnya
dicatat oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama. Sejumalh kasus tersebut direkam dan dsudah dilaporkan
sejak tahun 2010. Konflik-konflik yang terjadi selama beberapa tahun terakhir telah
menjadi hal yang sering sekali terjadi, hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini masih
memerlukan pemahaman mengenai agama lebih jauh lagi. Yang artinya tidak hanya
ekstrem kekanan maupun kekiri, tetapi memahami keduanya dan tidak berpihak kepada
salah satu sisi saja. Dan bangsa ini pun masih perlu menguatkan dan memahami
mengenai keragaman yang dimiliki oleh negara yang mereka tinggali ini. Keragaman
agama yang dimiliki ini seharusnya bisa menjadi perekat sosial dan mampu memahami
lebih jauh keragaman yang ada, bukannya menjadikan keragama ini sebagai salah satu
faktor pemicu konflik.21

2.3 Bentuk Implementasi Sikap Moderatisme Agama Islam dalam Masyarakat


Multikultural
2.3.1 Bersikap Toleran (Tasamuh)
Seperti yang telah dibahas di atas secara rinci, dapat disimpulkan bahwa
negara ini memiliki keanekaragaman unik yang dapat dikatakan jarang dimiliki oleh
negara lainnya. Sebagai masyarakat yang memiliki keanekaragaman tersebut, kita
seharusnya dapat memanfaatkan keanekaragaman ini sebagai salah satu kekayaan
yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya.
Dalam Islam, Ahl sunnah waljamaah adalah mereka yang mengikuti ajaran
Rasulullah SAW dengan istiqomah dan golongan ini memiliki sikap toleransi yang
tinggi terhadap tradisi dibandingkan golongan yang lainnya. Bagi Ahlussunah,
mempertahankan tradisi memiliki peran yang sangat penting dalam agama.
Sehingga kita tidak dapat menghapuskan tradisi yang telah ada, tidak menerima
tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan tidak pula menghakimi tradisi
yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Menurut Ahlussunah, sikap

21
Ibid., hlm. 58-59.

12
seharusnya yang harus kita lakukan yakni melakukan akulturasi budaya yaitu
menyelipkan sedikit demi sedikit ajaran-ajaran Islam terhadap tradisi yang ada di
masyarakat. Sehingga masyarakat pun dapat lebih mudah memahami dan
memproses apa yang telah disampaikan karena penyampaiannya melalui media
yang sudah mereka kenal, dan mereka pun tidak merasa asing akan hal itu.22
Toleransi sendiri saling terkait dengan pembahasan moderasi beragama,
karena toleransi merupakan hasil yang di dapatkan ketika moderasi berhasil di
terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kata toleransi berarti kelapangan dada,
membiarkan orang berpendapat lain, tidak menggangu kebebasan berfikir dan
keyakinan lain. Bersikap toleransi dalam konteks ini dapat diartikan sebagai sikap
terbuka untuk menerima perbedaan pandangan maupun pendapat, toleransi juga
berfungsi secara dua arah yakni untuk mengemukakan pandangan dan menerima
pandangan dalam batasan tertentu namun tidak merusak keyakinan agama masing-
masing.23
Melalui sikap toleransi inilah akan tumbuh interaksi dan kesepahaman yang
baik di ruang lingkup masyarakat beragama sehingga terciptanya lingkungan yang
tentram dan rukun.

2.3.2 Menghargai dan Menerima Perbedaan


Dengan bersikap moderat, kita dapat menghargai dan menerima perbedaan
yang ada dimanapun wilayah yang kita pijaki. Karena prinsip moderat sendiri
memang terpacu pada konteks ini pula.

2.3.3 Bersikap Adil dan Seimbang (Tidak Berpihak Pada Salah Satu Sisi)
Adil dan seimbang sendiri juga merupakan prinsip yang mendasari moderasi
beragama ini. Dengan memahami dan mempelajari moderasi beragama, seseorang
dapat bersikap adil dan seimbang terhadap suatu persoalan yang ada. Bersikap adil

22
Eka Prasetiawati. “Menanamkan Islam Moderat Upaya Menanggulangi Radikalisme di Indonesia” Fikri,
Vol. 2, No. 2, 2017, Hlm. 537-538.
23
Lukman Hakim Saifuddin. Moderasi Beragama ( Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2019), hlm. 79-80.

13
dan seimbang juga berarti bahwa seseorang tersebut tidak hanya memihak salah
satu sisi saja, melainkan berada di tengah-tengah antara keduanya.

2.3.4 Menanamkan Pribadi yang Anti Radikal


Di zaman yang semakin berkembang ini, informasi mudah sekali di dapat
karena pengaruh globalisasi dan teknologi. Dan rata-rata masyarakat indonesia
sendiri sering sekali menerima informasi tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu
apakah data tersebut valid atau tidak, kebiaasan ini sudah menjadi hal yang umum
dilakukan oleh masyarakat indonesia. 24
Banyak sekali pengaruh-pengaruh dari dalam maupun luar yang terkadang
menjerumuskan dan mendoktrin masyarakat ini dengan paham-paham radikal,
namun mereka menyebutnya sebagai ‘jihad’. Dan jihad inilah yang dijadikan
sebagai suatu pembenaran atas tindakan yang mereka lakukan. Hal ini bukan hanya
terjadi karena faktor dalam diri saja, melainkan adanya faktor-faktor dari luar yang
memberikan paham-paham yang salah kepada individu tersebut. Sehingga mereka
memahami dan mencerna sesuatu yang salah, dikarenakan mereka pun tidak
mempertanyakan kebenaran informasi yang mereka dapatkan ini.
Paham Islam moderat sendiri merupakan bentuk perlawanan terhadap Islam
radikal. Dengan menerapkan Islam moderat ini bukan hanya mengajarkan kita
untuk bersikap adil dan seimbang, melainkan mengajarkan kita untuk memahami
semua informasi yang di dapat lalu melihat rujukannya kepada pedoman kita
sebagai umat muslim, yakni Al-quran dan Hadits. Islam moderat mencerminkan
karakter jati diri yang khusus dimiliki oleh manhaj islam dalam pemikiran dan
kehidupan, dalam pandangan, pelaksanaan, dan penerapannya.25

BAB III

PENUTUP

24
Ibid., hlm. 123-124.
25
Nurul Faiqah dan Toni Pransiska. “Radikalisme Islam VS Moderasi Islam : Upaya Membangun Wajah Islam
Indonesia Yang Damai” Al- Fikra, Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, 2018, Hlm. 46-48.

14
3.1 Kesimpulan
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman
budaya,suku,ras, hingga agama. Bangsa indonesia pun biasa dikenal sebagai
masyarakat multikultural karena memiliki keberagaman budaya. Keberagaman
ini dapat dilihat dari dua sisi yakni sebagai kekayaan bangsa dan dapat pula
menjadi pemicu konflik. Dapat dilihat bahwa setiap tahunnya, konflik antar
beragama sudah sering terjadi karena bangsa ini tidak dapat memanfaatkan
keanekaragaman ini sebagai kekayaan dan tidak siap menerima perbedaan yang
ada.
Moderasi beragama mengajarkan masyarakat yang dikenal multikultural ini
untuk tidak memandang suatu persoalan dari satu sisi saja melainkan berada di
tengah, adil, seimbang, dan tidak sepenuhnya berpihak. Dengan bermoderat,
masyarakat dapat lebih menghargai dan menerima perbedaan, dapat
menciptakan masyarakat yang anti radikal, bersikap adil dan seimbang, dan
memiliki toleransi yang tinggi.

3.2 Saran
Sebaiknya masyarakat-masyarakat di indonesia mulai menerapkan paham
ini, karena paham ini sangat cocok sekali dengan masyarakat indonesia yang
memiliki banyak sekali keanekaragaman dan perbedaan pendapat akibat faktor
masyarakatnya yang banyak. Jika sikap moderat ini di terapkan secara teratur
dan progresif di lingkungan masyarakat, maka bukanlah hal yang tidak
mungkin bila sewaktu-waktu di masa depan, masyarakat di Indonesia telah
memiliki langkah dan sikap yang tegas dalam menghadapi konflik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman,Asep. (2018). Eksistensi Islam Moderat dalam Perspektif Islam. Rausyan Fikr, hlm.29.

Boty, Middya. (2017). Masyarakat Multikultural : Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu dengan
Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kelurahan Sukajadi Kecamatan Sukarami Palembang.
JSA, Vol.1, No.2, 4-5.

Dokhi, Mohammad dkk. (2016). Analisis Kearifan Lokal Ditinjau Dari Keragaman Budaya. Jakarta: Pusat
Data Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.

Faiqah, Nurul dan Toni Pransiska. (2018). Radikalisme Islam VS Moderasi Islam : Upaya Membangun
Wajah Islam Indonesia yang Damai. Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No.1, 46-48.

Nurhayati, I. d. (2020). Masyarakat Multikultural. Akademika, Vol.14, No.1, 19.

Prasetiawati, Eka. (2017). Menanamkan Islam Moderat Upaya Menanggulangi Radikalisme di Indonesia .
Fikri, Vol.2, No.2, 537-538.

Saifuddin, Lukman Hakim. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI.

Suharto, Toto. (2017). Indonesianisasi Islam : Penguatan Islam Moderat Dalam Lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia. Al-Tahrir, Vol.17, No.1, 163.

Wardani, Kusuma dkk. (2020). The King SBMPTN SOSHUM 2020. Yogyakarta: Forum Edukasi.

Welianto, Arie. (2020, Januari 4). Daftar Suku Bangsa di Indonesia . Retrieved from Kompas :
https://bit.ly/32XCBqq

16

Anda mungkin juga menyukai