KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Syair
a. Hakikat Syair
Syair adalah karya sastra yang sangat puitis, sarat makna, dan memuat nilai-
nilai yang biasa diambil di dalamnya dapat dikatakan bahwa penciptaan syair
Puitis adalah sifat yang selalu melekat pada syair dengan kadar tertentu. Artinya,
ada syair yang benar-benar puitis ada pula syair yang kurang puitis sesuai dengan
koherensi yang terdapat pada syair tersebut. Pada teks syair Ikan Terubuk
masyarakat Melayu Bengkalis ini tidak terlepas dari nilai-nilai estetika, moral,
pendidikan, akhlak dan lebih khususnya lagi bahwa teks syair ini berada dalam
lingkup seni sastra. Hal ini disebabkan karena pola teks yang digunakan adalah
pola puisi lama yakni pola syair. Dengan demikian untuk menguraikan cerita
dalam bait-bait syair setiap pengarang terikat oleh jumlah baris dan sajak.
yang tepat dan tetap menjaga nilai estetika teks syair tersebut. Teks syair Ikan
Terubuk masyarakat Melayu Bengkalis sebagai hasil karya sastra daerah, tidak
terlepas dari masyarakat sebagai konsumen karya itu sendiri. Sehubungan dengan
14
hal tersebut Damono (1979: 1) berpendapat bahwa sastra diciptakan untuk
pembaca atau penikmat hasil karya sastra tersebut. Pembaca atau penikmat
Apakah pembaca sebagai pembaca awam yang akan menghargai karya sastra
samping menghargai juga menilai karya sastra itu dengan memperkenalkan nilai-
Syair sebagai hasil karya sastra lama berisi cerita yang disusun dalam
bentuk rangkaian bait-bait yang terikat oleh jumlah baris dan sajak, maka syair
tergolong pula kepada bentuk puisi naratif. Braginsky (1998: 225) menjelaskan
bahwa puisi-puisi naratif atau syair (kata Melayu ’syair’ berasal dari kata Arab
syi’r, yang berarti ’sajak’, puisi), menjadi bentuk ’genre, pokok puisi tertulis
Melayu selama periode klasik. Syair ini berupa kuatrin-kuatrin berima tunggal
yang berpola a-a-a-a, b-b-b-b, c-c-c-c, dan dari segi irama agak sederhana. Sejalan
dengan pendapat Braginsky tentang pola syair, Teeuw (Liaw, 1993: 201)
mengungkapkan syair terdiri dari empat baris, setiap baris mengandung empat
kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari sembilan sampai dua belas suku kata.
Bedanya dengan pantun ialah keempat baris dalam syair merupakan satu bagian
daripada sebuah puisi yang lebih panjang. Syair juga tidak mempunyai unsur-
unsur sindiran di dalamnya. Aturan sanjak akhir ialah a-a-a-a dan sanjak dalam
(internal rhyme) hampir-hampir tidak ada. Sehubungan dengan puisi dan sajak
15
tersebut Atmazaki (2005: 41) menjelaskan bahwa syair itu bukan hanya susunan
kata-kata yang membentuk garis dan bait, tetapi sesuatu yang terkandung di dalam
kata, baris, dan bait itu. Tegasnya, syair atau puisi adalah keindahan dan suasana
yang terdapat di dalam kata-kata. Sedangkan sajak adalah kata-kata yang disusun
paparan dan terdiri atas paragraf-paragraf maka sajak terdiri atas kata-kata yang
merupakan karya sastra yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas sebagai
ungkapan sastra. Syair juga merupakan puisi atau karangan dalam bentuk terikat
yang mementingkan irama dan dituangkan dalam bentuk kata-kata. Syair adalah
bagian dari puisi lama, satu bait syair terdiri dari 4 baris, bersajak a-a-a-a,
keempat barisnya merupakan isi, jumlah kata dalam satu baris, yaitu 4-5 kata,
sedangkan jumlah suku kata dalam satu baris 8-12 suku kata. Syair merupakan
kelompok dari puisi lama atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan
irama sajak. Syair dipakai untuk mencatat segala peristiwa dan pengalaman. Syair
tidak terdapat sampiran (perlambang pada dua baris pertama) dan beraneka ragam
dengan lukisan yang panjang. Orang membaca syair umumnya bukan untuk
ceritanya, meskipun ada juga syair yang lukisan dan bunyi tiap-tiap barisnya
16
b. Syair Ikan Terubuk
pada abad ke-19 yang lampau melalui media lisan, tanpa ada kejelasan siapa
penciptanya, termasuk dalam model karya anonim. Syair tersebut bukan hanya
bersifat hiburan akan tetapi juga berisi contoh teladan dan nasihat orang tua,
terutama kaum wanita dalam masyarakat Melayu Bengkalis pada masa itu,
mereka sudah sangat terbiasa membaca syair untuk mengisi waktu luangnya,
terlebih pada malam hari menjelang tidur. Dengan demikian, pesan-pesan yang
ingin disampaikan penulis melalui syair akan mudah dicerna dan dipahami.
pantun, syair, gurindam, peribahasa, seloka, dan lain-lain yang sering diselipkan
nasihat disebut juga dengan tunjuk ajar yang berkaitan dengan seluruh aspek
Syair Ikan Terubuk dijumpai banyak versi yang beredar di masyarakat, salah
satunya yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Ulul Azmi seorang dosen
ilmu budaya Melayu di salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di daerah
Riau. Rangkaian syair ini menceritakan perjuangan Ikan Terubuk, salah satu jenis
ikan yang menjadi pemimpin kerajaan laut dengan daerah kekuasaan meliputi
beberapa selat, untuk mendapatkan putri nan cantik jelita bernama Puyu-Puyu dari
bala pasukan yang dimilikinya untuk menerobos masuk ke kerajaan air tawar.
17
Namun, mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pasukan Terubuk
terjerat jaring nelayan. Syair Ikan Terubuk merupakan karya sastra sarat makna
Azmi (2006: 12) mengatakan bahwa karya sastra yang diciptakan pada abad ke-19
ini dibuat oleh seorang penyair yang memiliki pengetahuan luas mengenai
kehidupan di dalam air, baik air asin maupun air tawar. Secara politik, rangkaian
Syair Ikan Terubuk menggambarkan ambisi yang gagal dari penguasa lautan,
yaitu Ikan Terubuk untuk menguasai daerah pedalaman, putri Puyu-Puyu. Jika
ditarik pada konteks awal keberadaan syair tersebut, dapat diketahui bahwa Syair
Melayu, yang diwakili oleh Sultan Mahmud dari Melaka untuk menaklukan
fungsi. Mulanya syair ini merupakan karya sastra sarat makna, kemudian beralih
dari sekedar karya sastra menjadi mantra berkekuatan magis menunjukkan adanya
pergeseran makna dan fungsi dari Syair Ikan Terubuk. Masyarakat Bengkalis
percaya bahwa pembacaan Syair Ikan Terubuk dapat mengundang ikan terubuk
wilayah perairan Bengkalis untuk bertelur, beranak pinak, hingga akhirnya dapat
18
sebagai mantra pengundang. Syair Ikan Terubuk selalu dibacakan dalam upacara
mengundang Ikan Terubuk. Upacara ini disebut semah laut. Pelaksanaan upacara
semah laut dipandu oleh para bathin (tetua adat) yang berasal dari Kabupaten
Bengkalis sendiri. Dalam upacara ini, para tetua adat berperan sebagai mediator
2. Stilistika
Stilistika berasal dari bahasa Inggris yaitu stylistics, yang berarti studi
mengenai style ‘gaya bahasa’ atau ‘bahasa bergaya’. Stilistika merupakan ilmu
pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus
dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan
idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani.
stylisticians karena memiliki berbagai bentuk, pola, dan level yang membentuk
struktur linguistik sebagai indeks penting dari fungsi teks. Signifikansi fungsional
Sementara fitur linguistik tidak dengan sendirinya merupakan makna teks, namun
akun fitur linguistik berfungsi sebagai landasan interpretasi gaya. Objek studi
yang disukai dalam gaya bahasa adalah sastra karena sastra sebagai seni tinggi
19
khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Stilistika juga bertujuan untuk
menentukan seberapa jauh dalam hal apa bahasa yang digunakan dalam sastra
74) mengungkapkan stilistika berkaitan erat dengan stile. Stile merupakan teknik
untuk memilih pengungkapan bahasa yang dapat mewakili sesuatu yang akan
diungkapkan dan sekaligus mencapai efek keindahan yang mana dalam stile
struktur, dan citraan. Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan
Kajian stilistika akan memberi keuntungan besar bagi studi sastra jika dapat
menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra, dan jika dapat
menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra
dari keseluruhan unsurnya (Wellek 1989: 229). Kajian stilistika diarahkan untuk
membahas isi karya sastra. Kemudian juga Junus dalam Al-Ma’ruf (2009: 11)
menegaskan bahwa stilistika ialah studi terkait pemakaian bahasa dalam karya
sastra. Stilistika dipakai sebagai gabungan antara ilmu sastra dan linguistik.
Dengan demikian, stilistika dapat sebagai aplikasi teori linguistik pada pemakaian
fokus kritis sastra pada pendekatan yang lebih umum daripada dalam istilah-
istilah seperti puisi/syair, gaya bahasa, atau retorika. Fokus lain dari puisi kognitif
20
terletak pada penekanannya pada efek estetika kreativitas manusia berhubungan
dengan kognisi manusia. Proses kognitif bawah sadar yang dengannya mengalami
bukan semata-mata atau bahkan terutama konseptual: elemen estetika dari sensasi
mengalami puisi (dan dalam hal ini semua bentuk seni) sebagai kemiripan
potensi stilistika atau gaya bahasa sebagai bidang penelitian yang dapat
mengambil manfaat dari disiplin ilmu lain dan membuktikan efektivitasnya dalam
merupakan merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya, kalau ditinjau dari
kebahasaan di antaranya bahasa kiasan, majas, citraan, aspek bunyi, diksi, dan
yang lainnya.
Simpson dalam Nurgiyantoro (2014: 76) bahwa objek kajian stilistika meliputi
seluruh aspek kebahasaan, mulai dari aspek bunyi, diksi, sampai grafologi dan
bahkan bentuk visual dalam puisi. Namun, dalam praktiknya pembaca diberi
21
kebebasan memilih unsur-unsur tertentu yang diminati. Tanda-tanda stilistika itu
sendiri yaitu: 1) fonologi, meliputi pola ucapan, irama, efek bunyi, dan irama; 2)
Stilistika hadir untuk mengupas lebih dalam keindahan yang ada di dalam bahasa
sehingga makna yang disampaikan oleh penulis dapat tersalurkan. Kajian stilistika
membentuk suatu pesan. Pada penelitian ini penulis mengambil unsur-unsur yang
ada dalam kajian stilistika seperti bunyi, kata/diksi, majas dan penyiasatan
a. Unsur-Unsur Stilistika
1) Bunyi
Bunyi merupakan salah satu unsur yang membentuk syair. Bunyi tersebut
menimbulkan bayangan angan yang jelas serta menimbulkan suasana yang khusus
serta keindahan. Selanjutnya, Nurgiantoro (2015: 154) mengatakan hal yang perlu
dikaji dalam mengkaji unsur bunyi sebagai bagian dari kajian stilistika adalah
persoalan yang berkaitan dengan sarana kepuitisan apa saja yang digunakan dan
didayakan untuk menghasilkan bunyi yang indah serta memiliki efek keindahan
22
dan kepuitisan pada sebuah puisi. Sarana yang dimaksud antara lain berwujud
persajakan/rima, irama, orkestrasi, dan fungsi bunyi lainnya. Pada penelitian ini
penulis memilih untuk menelaah unsur bunyi persajakan atau rima yang
Rima merupakan salah satu unsur penting dalam puisi atau syair. Melalui
rima inilah, keindahan suatu puisi tercipta. Rima tidak selalu berada diakhir baris
dalam satu bait. Rima juga dapat ditemukan dalam satu baris. Rima adalah bentuk
perulangan bunyi pada suatu rangkaian puisi. Suatu puisi atau syair pasti memiliki
suatu pola rima tertentu. Rima dan diksi disusun dan digabungkan dengan baik
perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Unsur bunyi dalam puisi, pada
umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Dilihat dari segi bunyi itu
sendiri dikenal adanya sajak sempurna, sajak paruh, aliterasi, dan asonansi; dari
posisi kata yang mengandungnya dikenal adanya sajak awal, sajak tengah (sajak
dalam), dan sajak akhir; dan dari segi hubungan antarbaris dalam tiap bait dikenal
adanya sajak merata (terus), sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk.
umumnya dapat diklasifikasikan dari segi bunyi itu sendiri dikenal adanya sajak
sempurna, sajak paruh, asonansi, dan aliterasi. Dilihat dari posisi kata yang
mendukung dikenal adanya sajak awal, sajak tengah (sajak dalam), dan sajak
23
akhir dan berdasarkan hubungan antarbaris dalam tiap bait dikenal adanya sajak
merata (terus), sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk. Sajak
sempurna adalah ulangan bunyi yang timbul sebagai akibat ulangan kata tertentu.
Sajak paruh merupakan ulangan bunyi yang terdapat pada sebagian baris dan kata-
kata tertentu. Asonansi adalah ulangan bunyi vokal yang terdapat pada baris-baris
puisi dan menimbulkan irama tertentu, sementara aliterasi adalah ulangan bunyi
konsonan. Sajak awal adalah ulangan bunyi yang terdapat pada tiap awal baris,
sementara sajak tengah terdapat pada tengah baris, dan sajak akhir terdapat pada
akhir baris. Sajak merata yang ditandai pada ulangan bunyi a-b-a-b disemua akhir
baris, sajak berangkai ditandai dengan ulangan bunyi a-a-b-b, dan sajak berpeluk
persajakan atau rima yang digunakan dalam syair Ikan Terubuk dengan hubungan
antarbaris dalam tiap bait. Ada beberapa pola rima yang dipakai dalam penulisan
puisi, antara lain: pola (a-a-a-a) pada bait puisi mempunyai rima dengan pola ini
artinya keempat barisnya mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama semua
pola ini juga sering disebut dengan rima terus. Pola (a-a-b-b) pada bait puisi
mempunyai rima dengan pola ini artinya dua baris pertama mempunyai akhiran
dengan bunyi yang sama dan dua baris terakhir mempunyai akhiran dengan bunyi
yang sama juga tetapi berbeda dengan bunyi akhiran kedua baris pertama pola ini
Pola (a-b-a-b) pada bait puisi mempunyai rima dengan pola ini artinya baris
pertama dan ketiga mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama dan baris kedua
24
dan keempat mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama juga tetapi berbeda
dengan bunyi akhiran baris pertama dan ketiga, sering disebut juga sebagai rima
silang (a-b-b-a). Bait puisi mempunyai rima dengan pola ini artinya baris pertama
dan keempat mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama dan baris kedua dan
ketiga mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama juga tetapi berbeda dengan
bunyi akhiran baris pertama dan keempat, sering juga disebut rima peluk.
2) Kata/Leksikal
Unsur leksikal yang membangun sebuah puisi atau syair yag dimaksud
mengacu pada penggunaan diksi atau pilihan kata oleh penyair. Bagaimana
diksi, yaitu mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja
dipilih penyair. Abrams dalam Wiyatmi, (2006: 63) menyatakan bahwa diksi
adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra. Setiap penyair akan memilih
kata-kata yang tepat sesuai dengan maksud yang diungkapkan dan efek puitis
yang ingin dicapai. Diksi seringkali juga menjadi ciri khas penyair atau zaman
tertentu. Diksi merupakan salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan
puisi, berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengekspresikan
adalah pilihan kata yang digunakan oleh pengarang dalam membuat membuat
25
karyanya. Nurgiyantoro (2013: 391) mengungkapkan untuk keperluan analisis
leksikal sebuah teks sastra dapat dilakukan berdasarkan tinjauan secara umum
seperti kata yang digunakan sederhana atau kompleks, formal atau kolokial, arah
makna kata yang ditunjuk bersifat referensial atau asosiatif, denotasi atau
konotasi, dan dapat dilakukan identifikasi berdasarkan jenis kata yang digunakan.
Identifikasi jenis kata merupakan identifikasi jenis kata apa yang digunkan oleh
pengarang seperti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata tugas.
penelitian ini akan mengkaji leksikal/kata yang digunakan dalam syair Ikan
jumlah frekuensi dan presentase masing-masing jenis kata untuk mengetahui jenis
3) Pemajasan
yang jumlahnya relatif banyak, namun secara garis besar dapat dikelompokkan ke
dalam majas perbandingan dan pertautan. Majas perbandingan antara lain berupa
26
personifikasi, dan alegori, sedangkan majas pertautan berupa metonimi dan
puisi atau pun syair dan pada penelitian ini penulis akan menggunakan
a) Simile
Simile adalah majas perbandingan antara dua hal yang berbeda tetapi sengaja
dianggap sama atau menyamakan satu hal dengan hal lain dengan
lain (Pradopo, 2000: 62). Hal serupa juga diungkapkan Keraf (2007: 138). Simile
sesuatu dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
b) Metafora
Metafora adalah majas yang menyamakan satu hal yang sama atau seharga
dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama tetapi tidak mempergunakan kata-
dengan pembandingnya, selain itu metafora memberi arti yang lebih luas dan
memberi gambaran yang lebih hidup daripada majas simile (Pradopo, 2000: 66).
Hubungan antara sesuatu yang dinyatakan pertama dengan yang kedua hanya
27
perbandingan antara dua hal yang berbeda secara implisit dengan menggunakan
kalimat yang singkat dan padat. Hal senada juga di ungkapkan Keraf (2007: 139).
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung,
tetapi dalam bentuk yang singkat contohnya, bunga bangsa, buaya darat, buah
hati, cindera mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata seperti, bak, bagai, laksana, dan sebagainya, sehingga pokok
c) Personifikasi
barang yang tidak bernyawa atau disebut penginsanian, yaitu menyamakan benda
dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya
seperti manusia. Dengan kata lain, majas yang menggambarkan benda-benda tak
hidup atau bernyawa, seolah-olah memiliki sifat-sifat insani atau hidup (Pradopo,
2000: 75). Hal serupa juga diungkapkan Keraf (2007: 140). Personifikasi adalah
d) Alegori
sesuatu atau menerangkan sesuatu. Jadi, majas alegori itu terdiri dari rangkaian
28
masih termasuk ke dalam majas perbandingan. Ada perasamaan antara majas
metafora dengan alegori yakni adanya unsur yang dibandingkan dengan unsur
penggambaran.
e) Metonimi
Majas metonimi adalah bentuk pengungkapan berupa penggunaan nama
untuk benda lain yang menjadi merk, ciri khas atau menjadi atribut. Majas
pertalian yang dekat antara kata-kata yang disebut dan makna yang sesungguhnya
majas metonimi adalah kiasan yang menyebut nama lain untuk suatu benda.
f) Sinekdoki
tertentu yang penting dari suatu untuk sutu itu sendiri. Sinekdoki berasal dari kata
yaitu semacam bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari sesuatu hal yang
29
4) Penyiasatan Struktur
retorika, sering dikenal dengan sebutan gaya bahasa. Penyiasatan struktur bermain
a) Repetisi
kata, bentukan kata, frase, kalimat, maupun bentuk lain yang bertujuan
Berikut beberapa bentuk stile repetisi. Pertama, repetisi adalah gaya bahasa
yang mengandung pengulangan bunyi, suku kata, kata, frase ataupun bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah tulisan.
Kelompok kata yang diulang bisa terdapat dalam satu kalimat atau lebih, berada
pada posisi awal, tengah atau di tempat yang lain. Kedua, paralelisme adalah
kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama atau dengan kata lain paralelisme adalah mengulang isi
30
kalimat yang dimaksud dan tujuannya sama. Ketiga, anafora merupakan
sesuatu yang lain yang sejajar dan seimbang. Kelima, asindenton merupakan
pengulangan pungutasi, tanda baca dalam sebuah gagasana atau kalimat pada
b) Pengontrasan
harfiah. Hal yang dikontraskan dapat berwujud fisik, keadaan, sikap dan sifat,
2014: 260).
Makna yang ditekankan atau dilebih-lebihkan sering menjadi tidak masuk akal
untuk ukuran nalar biasa. Kedua, litotes merupakan kebalikan dari hiperbola di
31
dan fakta yang ada. Ketiga, ironi adalah majas yang menyatakan hal yang
bermaksud menyindir, tapi dengan cara yang halus. Keempat, sarkasme adalah
majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang
c) Susunan Lain
berbasis pada pengulangan. Masih ada stile bentuk penyiasatan struktur lain yang
menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin meningkat.
yang makin lama semakin menurun. Antitesis adalah majas yang mempergunakan
5) Citraan
sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Abrams & Kenny dalam Nurgiyantoro
untuk menuliskan objek dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan dalam
32
karya sastra, baik dengan deskripsi secara harafiah maupun kias. Citraan
merupakan salah satu unsur stile yang penting karena berfungsi mengonkretkan
panca indra manusia. Kelima jenis citraan itu adalah citraan penglihatan (visual),
(olfaktori).
a) Citraan visual
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek yang
dapat dilihat oleh mata, dapat dilihat secara visual. Objek visual adalah objek
yang tampak seperti meja, kursi, jendela, pintu, dan lain-lain. Benda-benda yang
secara ilmiah kasat mata tersebut dapat dilihat secara mental lewat rongga
imajinasi walau secara faktual benda-benda tersebut tidak ada di sekitar pembaca,
b) Citraan Auditif
c) Citraan Gerak
objek gerak yang dapat dilihat oleh mata. Penghadiran berbagai aktivitas baik
yang dilakukan oleh manusia maupun oleh makhluk atau hal-hal lain lewat
33
penataan kata-kata tertentu secara tepat dapat mengonkretkan dan menghidupkan
pelukisan rabaan dan penciuman secara konkret walau hanya terjadi di prongga
b. Stilistika Kultural
sebuah teks. Stilistika berada dalam persinggungan studi linguistik, sastra, dan
kultur (Zyngier dalam Nurgiyantoro, 2014: 87). Stilistika sebagai salah satu kajian
untuk menganalisis karya sastra. Stile adalah sebuah seleksi terhadap berbagai
potensi bahasa yang ada pada sebuah bahasa, baik disadari maupun tidak oleh
penuturnya. Seleksi itu digunakan tidak hanya untuk memperindah bahasa saja,
namun juga digunakan agar mampu mendukung muatan makna secara tepat.
Muatan makna tersebut dalam beberapa hal juga kan dipengaruhi atau bahkan
Hal ini juga menujukkan bahwa stile atau gaya bahasa sebagai unsur stilitika
yang digunakan seorang penyair juga dipengaruhi oleh kultur dan budaya yang
34
hambar. Keindahan suatu karya sastra pasti dipengaruhi oleh kemampuan penulis
mengolah kata, latar belakang kultur, dan budaya penulisnya. Keindahan karya
sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Seperti yang telah
penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, dengan tujuan utamanya adalah
meneliti efek estetika dan keindahan suatu bahasa. Keindahan juga merupakan
Pemahaman gaya sebuah teks akan lebih tepat jika dilakukan dengan berangkat
yang mengangkat aspek kultur masyarakat tampaknya lebih tepat jika didekati,
dianalisis, atau dipahami dengan pendekatan stilistika kultural. Ada banyak karya
sastra nusantara yang mengangkat latar belakang budaya Melayu dengan aspek
filosofis dan budayanya. Salah satunya adalah syair Melayu Ikan Terubuk yang
ini makna sebuah teks kesastraan dapat dipahami, digali, dan dijelaskan dengan
baik. Pendekatan ini juga penulis gunakan untuk pendekatan stilistika kultural
35
3. Nilai Pendidikan Karakter
Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai suatu
benda berarti kualitas baik atau buruknya benda. Pada hakikatnya nilai adalah
(2008: 18) mengatakan bahwa nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu
yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Keberadaan nilai akan menjadi
Nilai dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia.
nilai adalah pandangan atau anggapan terhadap sesuatu hal yang dilihat dari
berbagai sudut pandang sehingga seseorang dapat menyebut sesuatu hal itu bagus
Karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan
sebagai kondisi dinamis struktur antropologis individu yang tidak mau sekedar
berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga usaha hidup untuk menjadi
semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya sediri sebagai proses
penyempurnaan dirinya terus menerus. Karakter sebagai identitas atau jati diri
suatu bangsa merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai
36
nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar, kedamaian (peace), menghargai
karakteristik dari program pengembangan karakter yang efektif untuk kelas K-6
(1) kepedulian, kasih sayang, kebaikan, dan empati, (2) kewarganegaraan, (3)
keberanian, (4) keadilan, (5) kejujuran dan kepercayaan, (6) integritas, (7)
kepemimpinan, (8) ketekunan dalam membangun dan mencapai tujuan, (9) rasa
hormat, (10) tanggung jawab, dan (11) kerja tim dan kerja sama. Ciri-ciri karakter
ini diakui secara universal oleh orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan
melampaui kepercayaan agama dan budaya yang berasal dari latar belakang
watak atau sifat batin atau dalam diri manusia yang mempengaruhi seluruh
37
pikiran dan tindakan yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Karakter
pembelajaran, pengamatan dan pemberian teladan yang baik dan positif untuk
apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan
sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang benar dan
salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan
bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik
kehidupannya, dengan kata lain peserta didik tidak hanya memahami pendidikan
nilai sebagai bentuk pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian dari
hidup dan secara sadar hidup berdasarkan nilai tersebut. Pendidikan karakter
38
adalah upaya sadar dan sunguh-sungguh dari seoarng guru untuk mengajarkan
nilai-nilai kepada siswanya (Winton dalam Samani & Hariyanto, 2012: 43).
Pendidikan karakter adalah membangun manusia yang utuh antara jasmani dan
rohani, keseimbangan antara kecerdasan dalam berpikir, sikap, dan serta alchlak
mulia yang sesuai tatanan nilai dan norma yang ada di masyarakat dan tuntutan
Alex Ogbola dan Kaun Chen Tsei dalam jurnal penelitiannya menjelaskan
yang disengaja untuk mengoptimalkan perilaku IOR etika siswa. Hasil dari
layanan lompatan tetapi memiliki rencana aksi untuk latihan. Dengan kata lain,
stakeholder harus bergabung kamp ini untuk mendorong siswa dalam rangka
mewujudkan nilai-nilai yang baik dalam hidup mereka. (Agboola, 163: 2012).
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk
dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa sehingga peserta didik
39
menjadi pribadi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
apa yang baik, dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
mengatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi makna dan makna yang
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik warga masyarakat
dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, dan warga
negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa secara umum adalah nilai-
nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
40
muda. Tujuan pendidikan karakter membesarkan anak-anak sebagai wawasan,
terbaik mereka untuk melakukan yang terbaik, dan yang memahami tujuan hidup
tentang suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa
itu menapaki dan melewati suatu zaman dan mengantarkannya pada suatu derajat
tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu
jawab bersama dan semua komponen bangsa untuk menyingsingkan lengan baju
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai
mengembangkan potensi kalbu atau nurani peserta didik yang memiliki nilai-nilai
yang terpuji dan sejalan dengan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga,
41
menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab. Keempat, mengembangkan
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan
dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity ) (Hasan 2010: 20). Salah
Hasil penelitian Djailani (2013: 49) di sekolah unggulan Banda Aceh yang
khusus, contoh, dan sanksi bagi peserta didik yang melanggar. Strategi yang
karena cukup sukses membentuk karakter peserta didik. Selain itu, guru dan staf
pendidikan di sekolah unggulan harus tetap tampil sebagai panutan bagi peserta
berhati baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan
42
dan bertanggung-jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan
pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga,
peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yaitu Pancasila; (3) budaya, nilai budaya
dijadikan dasar karena tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak
43
Berdasarkan keempat nilai tersebut, teridentifikasi 18 macam nilai dalam
pendidikan karakter, yaitu: jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
109). Mulai tahun ajaran 2011 seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
dengan semua mata pelajaran untuk hasil yang lebih baik. Sementara itu dalam
sebelumnya di kelompokkan menjadi lima nilai utama yang meliputi; (1) religius;
(2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas. Kelima nilai utama
44
1) Religius
Religius berasal dari kata religi yan merupakan kata benda yang berarti
Religius jiga berarti sifat sesorang yang religi. Nilai karakter religius
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan
Nilai karakter religius dalam agama memiliki peran dan pengaruh terhadap
pembentukan karakter dan pembangunan negeri. Dengan dasar nilai agama bisa
hidupnya (Lickona, 2015: 65). Orang yang religius berarti menjadikan agama
keagamaan menjadi nilai yang diyakini sehingga ritual dan kebiasaan yang
muncul akan dijalankan sesuai dengan keyakinan itu sendiri (Farida, 2014:38).
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan
alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku
mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai,
percaya diri, kerja sama antarpemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan
45
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih. Cinta damai merupakan sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya (Tim PKK, 2016). Hal serupa juga ungkapkan oleh Zuchdi (2012: 32)
2) Nasionalis
memiliki nilai moral karena bersatu tubuh dan jiwa dengan masyarakat (Frost,
2006: 20). Konsep nasionalis merupakan pilihan sesorang yang telah ditentukan
dengan tujuan membela negara. Nasionalis juga sebagai suatu sifat kebangsaan
yang berarti suatu perasan cinta kepada tanah tumpah darah, suatu perasaan halus
dalam jiwa, dan sebagai suatu yang tidak dapat hilang begitu saja. Ada perasaan
malu dan rasa dihina jika dikatakan tidak bernegara dan tidak ada tanah air
(Bakry, 1993: 140). Selanjutnya juga Farida (2014: 120) menjelaskan bahwa
46
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta
Sedangkan cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
3) Mandiri
Karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri adalah sikap atau
perilaku dalam bertindak yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan masalah atau tugas (Supinah dan Parmi, 2011: 24). Knowless
47
dalam Farida (2014: 128) peserta didik yang mandiri harus mempunyai kreativitas
dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan
yang diperolehnya.
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos
kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kerja keras adalah kegiatan
kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan atau mempunyai sifat yang
merupakan sikap berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
4) Gotong Royong
seseorang untuk membantu dan bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai
48
suatu tujuan bersama. Gotong royong dilakukan atas dasar kebersamaan dan
dalam masyarakat.
yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama,
sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
5) Integritas
mana ketika ucapan dan perbuatan sesuai dengan nilai yang diyakini, sesorang
yang berintegritas akan selalu berusaha melakukan perbuatan yang benar dalam
situasi apapun, keputusan yang diambil sesuai dengan kebenaran dan prinsip
hidupnya (Farida, 2014: 53). Hal serupa juga diungkapkan Aqib (2011: 87) bahwa
49
integritas ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan dan
sendiri maupun orang lain sehingga akan membentuk karakter. Konsep integritas
dengan tindakan (McCain & Mark, 2009). Nilai karakter integritas merupakan
nilai perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu jujur, dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki
komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (Tim PKK,
2016).
aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan
yang berdasarkan kebenaran. Sub-nilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
50
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang
secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun
nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius
sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan
secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai- nilai
kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama
nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus
karakter pada syair Ikan Terubuk adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tahun 2016 , yang mana ke-18 nilai
51
pendidikan karakter sebelumnya di kelompokkan menjadi lima nilai utama yang
meliputi; (1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas.
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini diharapkan
dapat memberi masukan serta dapat menjadi pembeda yang dilakukan dengan
penelitian yang pernah ada. Sehubungan dengan itu, dari penelusuran yang
terdapat beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, baik yang
Pendidikan Universitas Negeri Malang tahun 2016 yang ditulis oleh Laili
Fatmalinda dengan judul "Stilistika dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata"
Jurnal Bahas (Jurnal Ilmu-ilmu Bahasa dan Sastra) Universitas Riau tahun 2013
oleh Elsa Yanta dengan judul "Telaah Stilistika dalam Syair Burung Pungguk".
Dimana hasil temuanya adalah bahasa kiasan perbandingan yang paling dominan
dalam syair Burung Pungguk, disusul dengan bahasa kiasan metafora dan bahasa
52
kiasan personifikasi yang terakhir. Pada analisis diksi konotasi dijumpai tiga puluh
sembilan bait syair Burung Pungguk dari seratus tiga puluh enam bait syair yang
dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan gaya berbahasa yang digunakan pada
teks syair Burung Pungguk berkaitan erat dengan nasihat yang terkandung didalam
bait syair. Penyampaian nasihat dalam tiap bait syairnya dilakukan dengan diksi
dan bahasa yang indah. Selanjutnya nasehat yang terdapat pada teks syair Burung
Pungguk ini bisa dijadikan bahan ajar atau upaya pembentukan karakter.
relevan yang pernah dilakukan oleh Daulay dalam tesisnya (2013) dengan judul
Suku Batak Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam lirik
Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara adalah nilai-nilai edukatif religius, nilai-
kejujuran.
pendidikannya antara lain: (1) nilai-nilai tentang keimanan dan ketaqwaan, (2)
53
Selanjutnya, Febriana dalam tesisnya (2014) dengan judul “Nilai-nilai
Pendidikan Karakter dalam Novel Rantau Satu Muara Karya Ahmad Fuadi:
Tinjauan Sosiologi Sastra”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat nilai-
nilai pendidikan karakter di dalam novel yang berjudul Rantau Satu Muara antara
lain sebagai berikut. (1) nilai-nilai pendidikan karakter religius, (2) nilai-nilai
pendidikan karakter kerja keras, (3) nilai-nilai pendidikan karakter cinta tanah air,
Hal serupa juga pernah diteliti Neldawati dalam tesisnya (2015) dengan
Kabupaten Kampar antara lain sebagai berikut. (1) nilai-nilai pendidikan karakter
dan Sasstra Indonesia, Undiksha yang di teliti oleh Ni Luh Lina Agustini Dewi,
Ida Bagus Putrayasa dan I Gede Nurjaya pada tahun 2014 dengan judul “Analisis
54
terkandung dalam novel Sepatu Dahlan ada 14 yaitu, nilai karakter religius,
mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab, (2) terdapat relevansi atau hubungan
yang terkait antara nilai-nilai pendidikan karakter novel Sepatu Dahlan terhadap
antara lain: (1) objek penelitian, (2) hasil penelitian, (3) tempat penelitian yang
C. Kerangka Pikir
Syair adalah karya sastra yang sangat puitis, sarat makna, dan memuat
imajinasi yang puitis dalam menyampaikan pesan dan nilai-nilai yang hendak di
ungkapkannya. Puitis adalah sifat yang selalu melekat pada syair dengan kadar
tertentu. Artinya, ada syair yang benar-benar puitis ada pula syair yang kurang
puitis sesuai dengan kemampuan penyairnya. Adapun syair Ikan Terubuk yang
menjadi objek penelitian adalah teks syair Ikan Terubuk yang hidup dan populer
dalam Masyarakat Melayu Bengkalis. Syair ini tidak terlepas dari nilai-nilai
55
estetika, moral, pendidikan, akhlak dan lebih khususnya lagi bahwa teks syair ini
stilistika, makna budaya dan nilai pendidikan karakter yang ada di dalam syair
Ikan Terubuk. Dengan mengangkat unsur kearifan budaya lokal peneliti berharap
agar nantinya hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan ajar bagi tenaga
pendidik dalam memberikan materi yang berkaitan dengan analisis syair dan
pendidikan berkarakter. Serta menggugah rasa cinta kita terhadap kearifan budaya
lokal demi melestarikan budaya dan karya sastra yang kita miliki.
Aspek penting dari teknik penelitian ini berupa analisis isi secara semantik
dalam syair Ikan Terubuk dan anaisis isi secara pragmatik untuk menemukan nilai-
nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam syair Ikan Terubuk. Berikut
rumusan masalah yang diambil: (1) membaca berulang-ulang dan membaca kritis
teks syair Ikan Terubuk, (2) mengumpulkan data dan mempelajari teori-teori yang
relevan sesuai dengan kajian penelitian, (3) mencatat dan menganalisis semua data
yang berupa kutipan penting sesuai denga rumusan masalah yang dibahas.
56
Teks Syair Ikan Terubuk
Analisis Analisis
Semantik Pragmatik
1. Bunyi
1. Religius
2. Kata/Leksikal
2. Nasionalis
3. Pemajasan
3. Mandiri
4. Penyiasataan Struktur
4. Gotong-royong
5. Citraan
5. Integritas
Kesimpulan
Gambar 1
Kerangka Pikir Pendekatan Stilistika dan Nilai Pendidikan Karakter dalam
Syair Ikan Terubuk
D. Pertanyaan Penelitian
masalah, dan kerangka berpikir penelitian yang telah disusun, serta untuk
57
memulai rangkaian kerja dan prosedur analisis yang dilakukan dalam penelitian
Ikan Terubuk?
Ikan Terubuk?
Ikan Terubuk?
Ikan Terubuk?
Ikan Terubuk?
Ikan Terubuk.
58