Anda di halaman 1dari 5

Cerita Fabel

Babi dan Domba

Pada suatu desa yang cukup jauh dari kota, ada beberapa keluarga yang tinggal di
dalamnya. Tepatnya ada di suatu lembah hijau disertai dengan pepohonan yang sangat
rimbun. Keluarga yang tinggal tersebut mempunyai peliharaan babi dan juga domba yang
snagat terkenal. Mereka mempekerjakan beberapa pekerja yang tinggal di sekitar lembah
untuk memberi makan babi dan domba.

Selain memberi makan, mereka juga harus membersihkan keduanya. Jika bulu
dombanya sudah lebat, maka para pekerja harus memotongnya dan menjual bulu tersebut ke
pasar. Begitu pula dengan babi, jika beratnya sudah cukup para pekerja harus menjualnya ke
kota. Jumlah dari domba dan babi di sana cukup banyak sehingga itu menarik minat para
pembeli.

Dan konon katanya, pada masa itu binatang bisa berbicara satu sama lain yang tidak
dimengerti oleh bahasa manusia. Kebetulan babi dan domba tersebut letak kandangnya
berdekatan sehingga mereka bisa berbicara satu sama lain.

Sehari-hari, kadang suara babi dan domba ribut dan itu tidak diketahui oleh manusia
bahwa mereka sedang berbicara. Saat hari jualan babi tiba, biasanya babi dengan ukuran yang
besar ditimbang dan diserahkan kepada para pembeli.

Suatu hari, seekor babi yang masih muda dan ukurannya cukup besar akan dijual.
Namun ia sulit saat hendak ditangkap. Namun, para pekerja akhirnya berhasil menangkap dan
mengikat dua pasang kaki babi tersebut.

Babi muda tersebut berteriak dan meronta. Melihat hal itu, kawanan domba pun
berteriak.

“Dasar penakut”

Kemudian salah satu dari kawanan domba menambahkan “mengapa kamu menangis
dan teriak denga gaduh. Padahal temanmu yang lain jarang melakukan sesuatu yang sama.
Mereka pasrah dengan nasib sekalipun harus disembelih”

Mendengar hal tersebut, salah satu babi dewasa berkata “Hai domba sok bijak, kamu
bisa berkata begitu karena tidak mengalami apa yang kami alami. Kamu hanya dicukur
bulunya tanpa harus disembelih. Namun lihat kami, kami diambil dan tak lama lagi nyawa
kami hilang. Hidup kami tentulah tidak senikmat hidup kalian. Begitu tegakah engkau
mengejek anak babi yang sedang diujung kematian?”

Sejak saat itu, kandang domba menjadi sunyi dan senyap. Mereka merenungkan apa
yang sudah disampaikan oleh salah satu babi tersebut. Dan akhirnya merekapun sadar bahwa
mereka lebih beruntung dari pada babi. Lalu merekapun meminta maaf kepada babi dewasa
yang tadi.
Cerita Fabel
Semut dan Belalang
Di suatu tempat, tepatnya di tengah hutan hidup seekor semut yang rajin. Ia selalu
mencari makanan dan menyimpan di lumbungnya. Ia sangat semangat sekalipun harus
diguyur hujan dan disengat teriknya matahari.

Suatu hari saat ia tengah membawa makanan untuk disimpan pada lumbung, ia bertemu
dengan seekor belalang yang bermalas-malasan sambil berjemur. Belalang itu bertanya, “Hai
semut, apa yang sedang kau lakukan?”

“Aku tengah bersusah payah mengumpulkan makanan di lumbung” Jawab semut.


Mendengar itu, belalang pun menimpal, “Buat apa susah payah mengumpulkan makanan, di
hutan ini banyak makanan yang bisa disantap”.

Semut pun menjawab, “Ia benar lang, namun aku menyimpan makanan sebagai
persiapan musim dingin nanti”. Belalangpun kembali menertawakan semut, “Musim dingin
masih lama. Untuk apa susah payahnya sekarang. Lebih baik senang-senang dulu”.

Namun semut sama sekali tidak peduli dengan ejekan belakang yang malas. Ia tetap
saja sibuk menyiapkan makanan di lumbungnya. Keesokan harinya saat hendak pergi
mencari makanan, ia kembali melihat belalang yang malas dan menertawakannya kembali.

Sepanjang hari, semut selalu sibuk mengumpulkan makanan. Sedangkan belalang


hanya asik bermain sambil bersenang-senang. Akhirnya lumbung makanan semut hampir
penuh. Namun itu tidak membuatnya merasa puas dan ia tetap mencari makanan untuk
disimpan.

Akhirnya, tibalah musim dingin. Semut dengan santai duduk di rumahnya sambil
menikmati makanannya yang banyak. Sementara belalang hanya menyimpan makanan dalam
jumlah sedikit karena ia fikir musim dingin akan segera berakhir.

Tak terasa musim dingin sudah berlalu selama satu bulan. Persediaan makanan yang
dimiliki oleh sang belalang pun habis. Sedangkan semut masih duduk santai sambil
menikmati makanannya. Belalang mencoba mencari makanan namun sama sekali tidak
berhasil.

Akhirnya ia pun mengetuk pintu rumah semut dan semut pun membuka pintu. “Ada
apa lang?” Tanya semut. “Tolong berikanlah kepadaku sedikit saja persediaan makananmu.
Karena aku kelaparan dan persediaanku sudah habis” Jawab belalang.
“Enak aja kau. Ketika aku susah mengumpulkan makanan engkau malah mengejek dan
menertawakanku. Dan sekarang mau minta persediaan makananku. Pergilah sana, cari sendiri
makananmu!” Jawab semut geram.

Akhirnya belalang meninggalkan rumah semut guna menemukan makanannya namun


sama sekali tidak menemukan apapun. Saat belalang hampir mati lantaran kedinginan,
akhirnya semut datang menolong dan mengajaknya ke rumah untuk menikmati makanan.

Anda mungkin juga menyukai