Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkansetiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi–tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial maupun

ekonomis. (Undang-undang No. 36 Tahun 2009).

Pembangunan kesehatan juga merupakan salah satu upaya pembangunan

yang berkesinambungan dan merupakan suatu rangkaian pembangunan

menyeluruh serta terpadu untuk mencapai tujuan nasional bangsa indonesia.

Membangun kesehatan masyarakat, pemerintah memiliki tanggung jawab dalam

hal merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi

penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Pemerintah juga memiliki tanggung jawab dalam ketersediaan lingkungan,

fasilitas kesehatan yang bermutu, serta pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat. Pemerintah dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut,

pemerintah memiliki instansi kesehatan, baik yang berada di pemerintahan pusat

maupun pemerintahan daerah.

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta nomor 278

tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Selatan merupakan perpanjangan tangan Dinas Kesehatan.


Provinsi DKI jakarta untuk mempermudah kedudukan, tugas, dan fungsi

organisasi, kepegawaian, keuangan, aset, pelaporan,akuntabilitas, pengaawasan.

Apoteker berperan penting untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian di

fasilitas pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pekerjaan kefarmasian,

Apoteker juga dapat berperan dalam pemerintahan sebagai penyusun kebijakan di

bidang kefarmasian, perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kefarmasian

(PP No. 51, 2009).

Dalam pemerintahan khususnya Suku Dinas Kesehata, peran Apoteker lebih

diarahkan pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

sarana kefarmasian serta tenaga kefarmasian. Untuk lebih memahami serta

mengetahui peran dan fungsi apoteker di pemerintahan, maka calon apoteker

membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman

kerja, pengetahuan dan gambaran tentang peran apoteker di pemerintahan. Oleh

karena itu, Kepala Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan

Tekologi Nasional melakukan kerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan tanggal 21 sampai dengan 31 Oktober 2019.


B. Tujuan

Tujuan Penyusun Tugas Khusus ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan memahami kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan

Pengendalian (BINWASDAL) dalam sarana pelyanan kesehatan di Suku

Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur

2. Melakukan Rekapitulasi data Binwasdal pada sarana Farmasi, Makanan dan

Minuman di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur pada

periode Januari – Oktober 2019.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK)

Bidang Sumber Daya Kesehatan merupakan unit kerja lini Suku Dinas

Kesehatan dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sumber

daya kesehatan. Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala

Bidang yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku

Dinas. Bidang Sumber Daya membawahi 3 bagian yaitu program Farmasi,

Makanan dan Minuman, program Tenaga Kesehatan dan program Standarisasi

Mutu dan Kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 278 Tahun

2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Suku Dinas Kesehatan, bidang sumber

daya kesehatan kota administrasi mempunyai tugas sebagai berikut.

1. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku

Dinas Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.

2. Menyusun bahan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran

Suku Dinas Kota Sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian monitoring, dan evaluasi sumber

daya kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, farmasi dan perbekalan,

makanan dan minuman, kerja sama pelayanan dan litbangkes;

4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian perizinan dan non

perizinan pada praktek tenaga kesehatan;


5. Melaksanakan evaluasi perizinan dan non perizinan pada praktik tenaga

kesehatan

6. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka

penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran atau penyalahgunaan

perizinan dan non perizinan pada praktik tenaga kesehatan.

7. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDK ;

8. Melaksanakan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai;

9. Melakasanakan penilaian dan penetapan angka kredit jabatan Fungsional;

10. Melakasanakan verifikasi usulan izin belajar dan tugas belajar;

11. Melaksanakan Monitoring, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan

kegiatan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan tenaga

kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penilaian tenaga

kesehatan

12. Melakasanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan ditingkat

Suku Dinas Kesehatan

13. Melaksanakan pengelolaan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

pada lingkup kota administrasi

14. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan PIRT

15. Melakasanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan

PIRT

16. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan PIRT

17. Mengelola obat program, vaksin dan makanan tambahan program gizi

tingkat kota administrasi dengan sistem pengelolaan satu pintu

18. Mengelola logistik obat buffer bencana tingkat kota administrasi;


19. Melakasanakan pengawasan dan pengendalian pelayanan kefarmasian di

Puskesmas dan RSUD/RSKD

20. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelayanan kefarmasian di

puskesmas dan RSUD/RSKD

21. Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana produksi,

perdagangan obat, kosmetik, obat tradisional;

22. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka

penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran / penyalahgunaan

perizinan dan non perizinan pada bidang Sumber Daya Kesehatan.

23. Melakasanakan pengawasan, pembinaan, dan pengendalian sarana

produksi, peredaran, perdagangan alat kesehatan, perbekalan kesehatan

dan reagensia

24. Melaksanakan pengendalian mutu keamanan pangan dan PIRT;

25. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan PIRT;

26. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan PIRT ;

27. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka

penetapan dan pembinaan sanksi atas pelanggaran atau penyalahgunaan

perizinan dan non perizinan PIRT ;

28. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD / UKPD, Organisasi

profesi dan instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka

melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap sumber daya kesehatan ;

29. Melakukan koordinasi kantor PTSP tingkat kota administrasi dalam

mengelola data dan informasi usaha dan kegiatan produksi, peredaran,


perdagangan dan penggunaan sediaan farmasi, alkes, perbekalan kesehatan

dan PIRT

30. Melakasanakan manajemen data base program sumber daya kesehatan

melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi

31. Mengelola data daninformasi manajemen dalam ruang lingkup

pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan

32. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas seksi

Sumber Daya Kesehatan

2.2 Program Farmasi Makanan dan Minuman

Program Farmasi Makanan dan Minuman merupakan sarana yang

pembinaan pengawasan dan pengendaliannya berada di bawah tanggung jawab

Program Farmasi Makanan Makanan dan Minuman dalam bidang sumber daya

kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Madya yang berada di Provinsi DKI

Jakarta. Sarana Farmasi Makanan dan Minuman harus selalu dilakukan

pembinaan, pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan mutu dari proses

atau produk pelayanan di bidang kesehatan secara efektif.

Program Farmasi Makanan dan Minuman mempunyai tugas sebagai

berikut :

1. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Bidang

Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.

2. Melakasanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran

Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Melaksanakan bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis pelaksanaan ,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengadaaan bahan


baku, produksi, distribusi dan pelayanan kefarmasian, makanan dan

minuman.

4. Melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi

perizinan dan non perizinan pada farmasi, makanan dan minuman.

5. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka

penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran penyalahgunaan

perizinan dan non perizinan pada farmasi, makanan dan minuman.

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan,

pembinaan dan pengendalian sarana produksi, peredaran, perdagangan

obat, kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan

rumah tangga;

7. Melaksanakan pengelolaan obat program penanggulangan tuberklosis,

malaria, HIV AIDS, diare, kusta, kesehatan ibu dan anak, vitamin A dan

gizi tingkat Provinsi; melakukan koordinasi dan kerjasama dengan

SKPD/UKPD dan

8. Instansi pemerintah/ swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pembinaan,pengawasan dan pengendalian terhadap pengadaan bahan baku,

produksi, peredaran, perdagangan dan penggunaan obat dan perbekalan

kesehatan, serta makanan dan minuman;

9. Mengelola data dan informasi usaha dan kegiatan produksi, peredaran,

perdagangan dan penggunaan obat, perbekalan kesehatan, serta makanan

dan minuman;

10. Mengelola data informasi, laporan narkotika dan psikotropika tingkat

provinsi;
11. Melaksanakan pengelolaan logistik obat dan perbekalan kesehatan buffer

bencana tingkat provinsi;

12. Melakasanakan pembinaan penggunaan obat generik dan advokasi

implementasi pedoman dan standar untuk peningkatan penggunaan obat

tradisional tingkat provinsi; dan

13. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan tugas Seksi Farmasi,

Makanan dan Minuman.

Ruang Lingkup Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman di Wilayah DKI

Jakarta.

adalah:

1. Pemberi perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman seperti apotik,

peerdagangan eceran obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT),

Industri Rumah Tanggan Pangan (IRTP);

2. Binwasdal sarana farmasi, makanan dan minuman;

3. Pemantauan dan pengendalian harga obat;

4. Pengelolaan perbekalan dan persediaan obat (gudang obat)

2.3. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal)

Salah satu tugas dari bidang sumber daya kesehatan adalah melakukan

kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana

farmasi, makanan dan minuman. Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 233 Tahun

2014, kegiatan Binwasdal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan yang

didasari atas laporan dari masyarakat, kunjungan rutin dan rekomendasi dari Balai

Besar POM.
Pembinaan merupakan kegiatan untuk menyiapkan, mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas agar mempunyai kompetensi untuk

memenuhi persyaratan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi,

bimbingan teknis, rujukan tekonologi, forum komunikasi, konsultasi, pelatihan,

studi banding, seminar dan penyuluhan.

Pengawsan adalah teknik pemantuauan yang tujuannya adalah melihat

adanya kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan prosedur. Bentuk kegiatan

pengawasan berupa suatu laporan yang meliputi supervisi, audit mutu serta

monitoring dan evaluasi program, dan pengendalian adalah bagian dari kegiatan

yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan

program/layanan agar memenuhi standar.

Tujuan pelaksanaan binwasdal oleh farmasi, makanan dan minuman antara

lain, Tujuan umum dari kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

(Binwasdal) adalah terlaksananya Binwasdal dibidang kesehatan sesuai peraturan

yang berlaku dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Provinsi

DKI Jakarta. Tujuan khusus dari kegiatan Binwasdal yaitu tersedianya pedoman

yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Binwasdal;

terwujudnya pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan melalui proses

Binwasdal, serta terwujudnya peningkatan mutu kegiatan Binwasdal di Provinsi

DKI Jakarta (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005). Batas kewenangan

Suku Dinas Kesehatan meliputi pelaksanaan Binwasdal, aspek manajerial dan

teknis untuk izin yang diterbitkan oleh Sudinkes, pencabutan dan pembekuan izin

untuk izin yang ditertibkan oleh Sudinkes. Metode – metode dalam pelaksanaan

binwasdal antara lain:


1. Kunjungan ke lapangan : kuesioner dan analisa

2. Observasi ke lapangan

3. Berita acara pemeriksaan (BAP)

Pelayanan Binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Kota dilaksanakan

berdasarkan:

1. Peninjauan secara teknis yaitu sebagai pendampingan pelaksanaan

perizinan oleh PTSP dalam memverifikasi atau peninjauan lapangan ke

sarana farmasi, makanan dan minuman dalam rangka proses persyaratan

izin apotek maupun persyaratan sertifikat pangan Industri Rumah Tangga

(SPP-IRT)

2. Adanya temuan pelanggaran oleh BPOM

3. Penindak lanjutan atas pelaporan atau keluhan dari masyarakat atas sarana

farmasi, makanan dan minuman yang meresahkan masyarakat sekitar.

Kegiatan Binwasdal yang dilakuakn oleh Program Farmasi, Makanan dan

Minuman idealnya dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan

di targetkan dalam i1 bulannya terhadap 10 sarana. Kegiatan dapat dilakukan

secara acak atau berdasarkan riwayat dari sarana tersebut bila sebelumnya pernah

melakukan kesalahan atau melanggar peraturan. Tujuannya untuk melihat apakah

sarana tersebut telah menjalankan kegiatannya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Semua perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan dan minuman dalam

memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan untuk

memberikan kesehatan jasmani maupun rohani bagi konsumen yang dilayani.

Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak
menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan, maka akan

diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggran yang dilakukan. Sanksi yang

diberikan bagi pengelola yang tidak menjalankan sesuai peraturan perundangan

dalam mengelola saran kesehatan farmasi, makanan dan minuman dapat dibagi

menjadi beberapa kriteria antara lain :

1. Sanksi Administrative, sanksi adminitratif memiliki bentuk peringatan,

penghentian sementara kegiatan dan pencabutan izin.

2. Sanksi pidana, diajukan ke pengadilan.

Hasil kegiatan pembinaan, pengwasan dan pengendalian dicatat dan

dianalisis. Hasil kegiatan Binwasdal dilaporkan secara berkala ke unit tingkat

atasnya (supra system) dan ke unit yang dibina sebagai umpan balik. Hasil

kegiatan Binwasdal dibahas dalam temuan yang dilaksanakan secara berkal.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian, petugas

harus mencatat hasil kegiatan dan membuat rekapitulasi sebagai dasar untuk

pembuatan laporan. Data yang dilaporkan sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan. Audit pelayanan teknis harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan

yang mencakup Binwasdal penyelenggaraan upaya kesehatan. Hasil kegiatan

binwasdal dikomunikasikan kepada pimpinan unit pada pertemuan tinjauan

manajemen serta kemudian hasilnya ditindak lanjuti.

2.3 Ruang Lingkup Binwasdal Sarana Farmasi

Ruang lingkup pembinaan, pengwasan dan pengendalian (Binwasdal) pada

sarana Farmakmin terdiri dari Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Klinik,

Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM), Toko Obat, Usaha Mikro Obat Tradisional
(UMOT), Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) dan Pangan Industri Rumah

Tangga (PIRT).

1. Apotek

Berdasarkan PP No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan

kefarmasian yang dimaksud meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat.

Berdasarkan PMK nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Suatu apotek harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

(1) Apotek diselenggarakan oleh Pelaku Usaha perseorangan.

(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu

apoteker.

(3) Persyaratan untuk memperoleh Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) huruf x terdiri atas:

a. STRA;

b. surat izin praktik apoteker;

c. denah bangunan;

d. daftar sarana dan prasarana; dan

e. berita acara pemeriksaan.

2. Sarana dan Prasarana


Apotek harus mudah diaksesoleh masyarakat, Saran dan Prasarana Apotek

dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian.

Sarana dan Prasarana yang di perlukan untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian

di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi :

1. Ruang Penerimaan Resep

Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan

resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang

penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat

oleh pasien.

2. Ruang Pelayanan Resep dan peracikan (produksi persediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas

meliputi rakobat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan

sekurang – kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air

minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat,

lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label

obat,ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup,

dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).

3. Ruang Penyerahan Obat

Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

4. Ruang Konseling
Ruang Konseling sekurang – kurangnya memiliki satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku – buku referensi, leaflet, poster, alat bantu

konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.

5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/ lemari Obat, pallet,

pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus

narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat Khusus, pengukur suhu

dan kartu suhu.

6. Ruang Arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan

pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

serta pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.

3. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek

Berdasarkan PMK No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek :

(1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh

Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.

(2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud wajib

memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014, apoteker

adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker. Pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh


apoteker, dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan / atau tenaga teknis

kefarmasian yang memilki surat tanda registrasi, surat izin praktek atau surat izin

kerja. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian apoteker harus memilki kriteria:

a. Persyaratan administrasi

1. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi

2. Memiliki surat tanda registrasi apoteker (STRA)

3. Memilki sertifikasi kompetensi yang masih berlaku

4. Memiliki surat izin praktek apoteker (SIPA)

b. Menggunakan atribut praktek, antara lain baju praktek, tanda pengenal

c. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan / Continuing Professional

Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang

berkesinambungan.

d. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan

diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan

atau mandiri.

4. Toko Obat

Berdasarkan PP 51 Tahun 2009, toko obat adalah sarana yang memiliki

izin untuk menyimpan obat – obat bebas dan obat – obat bebas terbatas untuk

menjual secara eceran. Pendirian toko obat harus memiliki izin usaha melalui

Dinas Kesehatan setempat. Adapun pesyaratan yang harus dilengkapi untuk

memperoleh izin usaha toko obat diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1331/ MENKES/ SK/ X/ 2002 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/ Kab/ B. VII/ 72 tentang Pedagang Eceran

Obat.
Pedagang eceran obat dipimpin oleh seorang asisten apoteker sebagai

penanggung jawab teknis. Dalam pelaksanaannya, pedagang eceran obat hanya

menjual obat bebas dan obat bebas terbatas dalam kemasan pabrik dan

menjualnya secara eceran, dilarang menerima dan melayani resep dokter, dilarang

membuat atau mengemas obat kembali, dan menyimpan obat bebas terbatas di

lemari khusus.

Pesyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendirikan pedagang

eceran obat diantaranya memiliki bangunan, sarana, dan fasilitas (misalnya

etalase), papan nama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Persyaratan lain

yang harus dipenuhi pedagang eceran obat untuk mendirikan toko obat, antara

lain:

1. Alamat dan denah tempat usaha

2. Nama dan alamat pemohon

3. Nama dan alamat asisten apoteker

4. Fotocopy ijazah, surat penugasan, dan surat izin kerja asisten apoteker

5. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung

jawab teknis.

5. Usaha Mikro Obat Tadisional (UMOT)

Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) adalah usaha yang hanhya

membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan,

obat luar dan rajangan.

Pesyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Usaha Mikro

Obat Tradisional, antara lain:

1. Surat permohonan
2. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

3. Susunan direksi/ pengurus dan komisaris/badan pengawas dalam hal

permohonan bukan perseorangan.

4. Fotokopi KTP/Identitas pemohon dan/atau direksi/pengurus dan

komisaris/badan pengawas

5. Pernyataan pemohon dan/ atau Direksi/ Pengurus dan Komisaris/ Badan

Pengawas tidak pernah terlihat pelanggar peraturan perundang-undangan

di bidang farmasi.

6. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan

7. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan

perseorangan

8. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan

perseorangan

9. Fotokopi Nomor Pajak Wajib Pajak

10. Fotokopi Surat Keterangan Domisili

6. Cabang Penyalur Alat Kesehatan

Cabang penyalur alat kesehatan adalah unit usaha dari penyalur alat

kesehatan yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan kegiatan pengadaan,

penyimpanan dan penyaluran alat kesehatan dalam jumlah besar sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat mengajukan

permohonan izin CPAK, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki izin PAK


2. Memilki penanggung jawab teknis yang bekerja penuh, dengan

pendidikan paling rendah asisten apoteker atau tenaga lain yang sederajat

sesuai bidangnya.

3. Memiliki saran dan prasarana berupa ruangan dan perlengkapan lainnya

yang memadai untuk kantor administrasi dan gudang dengan status milik

sendiri, kontrak atau sewa paling singkat 2 (dua) tahun.

4. Memilki bengkel atau bekerja sama dengan PAK dalam melaksanakan

jaminan purna jual untuk perusahaan yang mendistribusikan alat

kesehatan yang memerlukannya.

5. Melaksanakan CDAKB

7. Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

Menurut peraturan kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Nomor Hk/03.1.23ia.04.12.2207 Tahun 2012 Tentang tata cara pemeriksaan

sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga adalah perusahaan pangan yang

memiliki tempat usaha satu tempat tinggal dengan peralatan pengolahan manual

hingga semi otomatis yang kemudian untuk keperluan operasional disebut Industri

Rumah Tangga Pangan (IRTP), P-IRT adalah pangan olahan hasil produksi

industri rumah tangga yang yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel

untuk dapat memproduksi pangan yang memenuhi standar dan persyaratan

keamanan maka ditetapkan cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah

tangga (CPPB/IRTP)

Ruang lingkup pemeriksaan saran produksi P-IRT mencangkup lokasi dan

lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air dan
sarana penyedia air fasilitas dan kegiatan sanitasi higienis, kesehatan dan higieni

karyawan, pemeliharaan program higieni sanitasi, penyimpanan, pengendalian

proses, pelabelan proses,pengawasan oleh penanggung jawab, penarikan produk,

pencatatan dan dokumentasi, serta pelatihan karyawan. Jika kondisi saran IRT

diperiksa tidak memenuhi persyaratan maka menjadi temuan ketidak sesuaian

dengan kriteria yang ditetapkan CPPB-IRT yakni minor,mayor, srius dan kritis.

Ketidak sesuaian minor adalah penyimpangan terhadap persyaratan yang

mempunyai potensi mempengaruhi mutu produk pangan. Ketidak sesuaian kritis

adalah penyimpangan terhadap persyaratan di dalam CPPB-IRT yang akan

mempengaruhi keamanan produk pangan IRT secara langsumg dan atau

merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi.


BAB III
METODE

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Tugas khusus dibuat selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Pada

tanggal 17 Oktober sampai 01 November 2019.

B. Metode Pelaksanaan

Data yang dianalisis diperoleh dari berkas langsung Suku Dinas Kesehatan

Kota Administrasi Jakarta Timur Subseksi Farmasi, Makanan dan Minuman yang

berasal dari hasil kunjungan ke lapangan dan observasi ke lapangan dalam hal

kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) pada priode

bulan Januari – Oktober 2019.

C. Pengolahan Data
Data Binwasdal yang sudah diperoleh, dikumpulkan dan rekapuitasi dalam
tabel yang berisi tanggal pelaksana, nama petugas penanggung jawab, alamat,
hasil – hasil temuan, dan rekomendasi atau pembinaan oleh Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ( PKPA), yang dikhususkan

membahas mengenai Program Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin)

karena seluruh kegiatan yang menyangkut kefarmasian dilakukan oleh Program

Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin) oleh Seksi Sumber Daya

Kesehatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan di antaranya mempelajari tugas

pokok serta fungsi Seksi Sumber daya Kesehatan khusunya program farmasi

makanan dan minuman. Tugas pokok farmasi, makanan dan minuman adalah

pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Binwasdal program Farmakmin antara

lain pendampingan teknis perizinan bersama PTSP terhadap sarana Farmasi,

Makanan dan Minuman antara lain apotek, toko obat, P-IRT, Cabang Penyalur

Alat Kesehatan, Industri Kecil , Obat Tradisional, usaha Mikro Obat Tradisional,

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas, Binwasdal dalam tindak lanjut

temuan Balai Besar Pengelolaan Obat dan Makanan, Binwasdal rutin yang

dilakukan setiap bulan terhadap 10 sarana Farmasi, Makanan dan Minuman.

Rekapitutasi hasil kegiatan Binwasdal Periode Bulan Januari – Oktober

2019 yang dilakukan oleh Program Farmasi Seksi Sumber Daya Kesehatan di

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur 2019 dapat dilihat dari
Tabel 4.1 Sarana kegiatan Binwasdal Periode Bulan Januari – Oktober 2019.

NO. Sarana Binwasdal Binwasdal Binwasdal Total Kete


TL Pendampinga Rutin
BBPOM n PTSP rang

an
1 Apotek 7 27 23 57
2 Toko Obat 29 29
3 Puskemas 1 19 20
4 P-IRT 2 7 23 32

Dalam pelaksanaan Binwasdal pada sarana kefarmasian mengacu pada

PMK Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran Penyimpanan Pemusnahan dan

Pelaporan Narkotika Psikotropika dan Prekusor, PMK Nomor 31 Tahun 2016

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes /Per

/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

beserta Peraturan Perundang-undangan mengenai sarana tersebut yang telah

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Kegiatan Binwasdal yang dilakukan apotek mengacu pada PMK Nomor

73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek dan PMK

Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek Meliputi Tentang Pemeriksaan

Kelengkapan Surat Izin Apotek (SIA), keberadaan tenaga kefarmasian mulai dari

apotek penanggungjawab apotek (APA), apotek pendamping dan tenaga teknis

kesehatan (TTK), pencatatan mutasi obat kadaluarsa, stok buku penerima, laporan

narkotika dan psikotropika, dokumentasi Pemberian Informasi Obat (PIO), catatan

suhu kulkas, catatan pemusnahan lembar resep, ada tidaknya buku standar
(Farmakope Indonesia, ISO,MIMS,FORNAS, Peraturan Perundang-undangan),

tersediannya lemari penyimpanan, penyusunan obat secara alfabet, tersedianya

lemari es, terdapat termometer dilemari es, timbangan telah ditera (rutin satu

tahun sekali), lemari narkotik dan psikotropik sesuai persyaratan, tabung

pemadam kebakaran, lampu emergency, pelayanan konseling, tersedia ruang racik

beserta peralatan komputer beserta internet, ruang apoteker, ruang konseling,

ruang tunggu pasien,papan nama apotek dalam ruang tunggu, tempat sampah

tertutup, toilet dilengkapi westapel dan adanya sumber air.

Kegiatan Binwasdal Tindak Lanjut Balai POM pada sarana apotek yang

berada di suku dinas kesehatan Jakarta Timur berdasarkan hasil temuan yang

dilakukan Balai Pom Memberi Sanksi terhadap apotek ada yang berupa

“Peringatan” dan “Peringatan Keras” dikarenakan apotek tersebut Melanggar

Peraturan yang telah di tetapkan oleh perundang-undangan. Diberikan sanksi

“Peringatan” terhadap Apotek karena terdapat temuan berupa kebersihan dan

kerapihan tidak terjaga, penyimpanan sediaan Narkotika bersama dengan sediaan

psikotropika generic dalam lemari tidak terkunci, terdapat selisih antara kartu

stock dengan fisik barang, obat keras dijual tanpa resep dokter, faktur pemesanan

obat dilakukan oleh TTK, tidak ada Kartu Stok untuk pencatatan obat narkotika

dan psikotropika, terdapat lemari es untuk penyimpanan obat tetapi tidak

dilakukan monitoring suhu dan laporan narkotika dan psikotropika dilaporkan via

sipnap tetapi tidak diarsipkan. Selain itu sanksi “Peringatan Keras” diberikan

kepada sarana apotek yang melakukan pelanggan Mayor dan Minor. Pelanggaran

Mayor yang di temukan antara lain Lemari Psikotropik tidak menjamin keamanan

karena tidak terkunci, penyimpanan obat psikotropika masih bergabung dengan


obat keras, penyerahan obat psikotropika tanpa disertai arsip atau fotokopi resep,

penyaluran obat psikotropika ke saran lain dan bentuk Pelanggaran Minor seperti;

Surat Pesanan dan faktur diarsipkan menjadi satu, resep narkotika psikotropik

diarsipkan dengan obat yang lain dan arsip laporan bulanan psikotropik mengenai

pemasukan dan pengeluaran tidak dapat ditunjukkan.

Pelaksanaan Binwasdal Sarana Farmasi di Pusat Kesehatan Masyarakat

pada dasarnya hampir sama dengan apotek. Binwasdal ini merupakan kegiatan

yang rutin dilakukan dan sudah terjadwalkan tiap bulannya. Dasar pelaksanaan

Binwasdal yang digunakan untuk pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) adalah

PMK Nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di

Puskesmas. Adapun temuan yang sering ditemukan di Puskesmas secara garis

besar yaitu belum terlaksananya kegiatan pelayanan farmasi klinik dengan optimal

seperti PIO dan Konseling, timbangan belum tersedia, penyimpanan alkes tidak

memenuhi persyaratan seperti pendingin ruangan, pallet penyimpanan, rak alkes

serta monitoringnya belum dilakukan, monitoring obat ED belum dilakukan tetapi

SOP nya sudah ada, belum tersedianya lampu emergency dan tidak ada ruangan

apoteker dan ruangan konseling.

Binwasdal di sarana Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor HK

03.1.23.04.12.2207 tahun 2012 Tentang Cara Pemeriksaan Sarana Produksi

Pangan Industri Rumah Tangga, pemeriksaan sarana produksi P-IRT mencakup

nama penanggung jawab P-IRT, jumlah karyawan, sertifikat penyuluhan

keamanan obat (PAK), surat izin P-IRT, catatan produksi, tanggal kadaluarsa

pada produk, nomor bets produksi, ruang produksi, kelengkapan ruang produksi,
tempat, penyimpanan, tata cara penyimpanan, lokasi dan bangunan produksi, tata

letak peralatan produksi, fasilitas sanitasi dan higine, pemeriksaan kesehatan

karyawan, dan kebersihan karyawan. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

memberikan pembinaan kepada Sarana P-IRT pada kegiatan binwasdal yang

dilakukan antara lain menjaga kebersihan, tempat sampah harus tertutup,

menggunakan sarung tangan khusus produksi dan pencahayaan ruangan masih

ada.

Standar yang Harus dipenuhi untuk toko obat berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1331/Menkes/SK/X/2002 mengenai surat izin toko

obat harus memenuhi persyaratan antara lain SIKTTK Asisten Apoteker (AA)

berada ditempat, adanya pencatatan mutasi barang, catatan mutasi obat

kadaluarsa, kartu stok obat, pembelian harus PBF resmi, catatan pemusnahan

obat, terdapat lemari atau penyimpanan obat, penyusunan obat sesuai alfabet,

tidak boleh ada obat keras, injeksi, dan obat narkotik psikotropik, pemilik

bangunan serta berada dilingkungan pasar atau tidak. Untuk Binwasdal yang

dilakukan di toko obat ditemukan beberapa temuan antara lain Tenaga Teknis

Kefarmasian tidak standby, kartu stok obat belum ada, pembelian obat masih

melalui atau antar toko obat dipasar, pencatatan mutasi barang dan pencatatan

mutasi obat kadaluarsa belum tersedia dan belum dilakukannya penyusunan obat

secara alfabet, FIFO dan FEFO.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sudah tidak lagi

mengurus perizinan secara langsung, baik untuk Apotek, Toko Obat, PIRT, dan

izin tenaga kesehatan. Wewenang perizinan diberikan kepada Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP). Penyelenggaraan PTSP bertujuan untuk memberikan


kemudahan dankepastian bagi masyarakat dalam memperoleh pelayanan perizinan

dan non perizinan.

Dengan adanya temuan-temuan tersebut maka masing-masing sarana

farmasi, makanan dan minuman diberikan pembinaan untuk memperbaiki temuan

yang ada dan diberikan waktu untuk memperbaiki temuan tersebut kemudian

dilakukan pemeriksaan ulang terhadap perbaikan yang telah dilakukan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Binwasdal merupakan salah satu tugas pokok dari Program Farmasi

Seksi Sumber Daya Kesehatan yang bertujuan untuk memastikan

bahwa sarana farmasi, makanan dan minuman memenuhi persyaratan

yang telah terjamin mutunya.

2. Kegiatan Binwasdal yang dilakukan pada bulan Januari- Oktober 2019

di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Kota Adminitrasi Keseluruhan

berjumlah 107 sarana yaitu 57 Apotek, 23 Toko Obat, 19 Puskesmas,

8 P-IRT .

3. Sarana yang melakukan pelanggaran yang ditemukan oleh petugas

Binwasdal maka akan diberikan Pembinaan dan Pemberian Surat

Peringatan Keapada sarana tersebut apabila belum melakukan

perbaikan berdasarkan ketentuan yang sesuai.

4. Binwasdal Tindak Lanjut Temuan Balai POM terhadap sarana Apotek

memberikan sanksi “Peringatan” tergantungdari jenis pelanggaran

yang dilakukan oleh apotek tersebut. Sanksi “Peringatan” diberikan

kepada 7 sarana apotek yang ada di jakarta timur yaitu Apotek Mitra

Ceracas, Apotek K24 Pondok Kelapa, Apotek Gadi Lamba, Apotek

Farantha Farma, Apotek Life Guard, Apotek Sulthan, Apotek Prama

Medika.
B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan Selama pelaksanan PKPA di Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, Adapun Saran yang dapat diberikan:

Perlu menambah fasilitas sarana seperti Komputer dan jaringan penunjang lain

untuk menjamin terlaksanya kegiatan, khususnya di Program Farmasi Makanan

dan Minuman.
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. A.A. Gde Muninjaya, dr, MPH., Manajemen Kesehatan , 1999.


2. Brown, Thomas, R, Handbook of institutional Pharmacy Practice, 1979.
3. Guidelines for Good Hospital Pharmacy Practice and management,
WHO, 1989.
4. Hassan, William, E, JR, Hospital Pharmacy, fifth edition , 1986.
5. Jonatthan, D, Quick et all, Managing Drug Supply, The Selection,
Procurement, Distribution and the use of Pharmaceutical, second edition,
1997.
6. Kepeutusan Menteri Kesehatan No. 1747/Menkes/SK/XII/2000 tentang
Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota.
7. Kepeutusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Pemberian Izin Apotek.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972
tentang Pedagang Eceran Obat.
9. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit oleh BPP ISFI dan
HIFARSI, 2000.
10. PP No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintahan
No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek.
11. PP. No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
12. Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta, 1999
13. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
14. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropik.
15. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotik.

Anda mungkin juga menyukai