Anda di halaman 1dari 86

Karakteristik Lansia dan Kejadian Jatuh di Posyandu

Lansia Kecamatan Sipoholon

SKRIPSI
OLEH

SONYA BUTARBUTAR
161101135

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
iii

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kasih karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “Karakteristik Lansia dan Kejadian Jatuh di Posyandu Lansia
Kecamatan Sipoholon” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan,


dukungan, dan saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada keluarga, terutama untuk Ayahanda Harapan Butarbutar, Ibunda
Mediana Simamora, Kakak penulis Citra Butarbutar, Putra Butarbutar, adik penulis
Enjel Butarbutar dan saudara ipar penulis Rio Tobing atas perhatian, perjuangan,
dukungan, dan doa yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.

Secara khusus penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph. D selaku Dekan Fakultas Keparawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku Wakil Dekan
II Fakutas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr.Siti Saidah Nasution, S.Kep., M.Kep., Sp. Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ismayadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing,
membantu, serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Ibu Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS. Dan ibu Evi Karota, S.Kp.,
MNS. selaku dosen penguji yang telah membantu membimbing dan
mengarahkan penulis.
7. Ibu Febrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan dan masukan dalam bidang
akademik kepada penulis.
8. Seluruh dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak membantu dan memberikan bekal ilmu selama penulis
menjalankan pendidikan.
9. Sahabat-sahabat penulis OT (Ami, Brigita, Melisa), SPRCNTKN (Dea dan
Ayu), Putri dan Mika, serta bias-bias yang telah menemani dan menghibur
penulis dalam penyusunan skripsi ini terkhusus SEVENTEEN.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu, memberikan dukungan, dan
semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi


ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Medan, Februari 2020


Penulis

Sonya Butarbutar
NIM. 161101135

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i


LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ……………… ........ ii
PRAKATA ………………………………………………… .............. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………… ........... v
DAFTAR SKEMA ………………………………………………… .. viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………….... ix


DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… x
ABSTRAK ………………………………………………… .............. xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
1. Latar Belakang …………………………………………… . 1
2. Rumusan Masalah ……………………………………… .... 4

3. Tujuan Penelitian ………………………………………… . 4


3.1 Tujuan Umum ……………………………… ............. 4
3.2 Tujuan Khusus ……………………………… ............ 4
4. Manfaat Penelitian ……………………………………… ... 5
4.1 Bagi Masyarakat …………………… ........................ 5
4.2 Bagi Peneliti ………………………………… ........... 5

4.3 Bagi Profesi Keperawatan …………………… .......... 5


BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………… . 6
1. Lanjut Usia …………………………………………........... 6
1.1 Defenisi Lanjut Usia …………………………… ....... 6
1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia …………………… ....... 7
1.3 Karakteristik Lansia …………………………… ........ 8

1.4 Proses Menua …………………………… ................. 9


1.5 Perubahan-perubahan yang terjadi Akibat Menua …… 13

vi

Universitas Sumatera Utara


1.6 Masalah Lanjut Usia …………………………… ....... 16
2. Kejadian Jatuh pada Lansia ……………………………….. 17
2.1 Defenisi Jatuh ………………………………… ......... 17
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Jatuh pada
Lansia …………………………………………… ...... 17
2.3 Komplikasi Jatuh ………………………………… .... 23
2.4 Akibat Jatuh …………………………….................... 24

2.5 Pencegahan Jatuh ………………………………… .... 24


BAB III KERANGKA PENELITIAN ………………………………… 27
1. Kerangka Konseptual ………………………………….. ..... 27
2. Defenisi Operasional …………………………………… .... 28
BAB IV METODE PENILITIAN ……………………………………… 31
1. Rancangan Penelitian …………………………………… ... 31

2. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………… ... 31


2.1 Lokasi Penelitian …………………………… ............ 31
2.2 Waktu Penelitian ……………………………............. 31
3. Populasi dan Sampel …………………………………… ... 32
3.1 Populasi ……………………………………………… 32
3.2 Sampel ……………………………………………….. 32

4. Variabel Penelitian ……………………………………… ... 32


5. Instrumen Penelitian …………………………………… .... 33
5.1 Kuesioner Karakteristik Demografi ………………… 33
5.2 Kuesioner Pengkajian Kejadian Jatuh
pada Lansia ………………………………… ........... 33
6. Validasi dan Reliabilitas ………………………………… .. 33

6.1 Validasi …………………………… .......................... 33


6.2 Reliabilitasi ……………………………..................... 34

vii

Universitas Sumatera Utara


7. Pengumpulan Data ……………………………………… ... 34
8. Etika Penelitian ………………………………………… .... 35
9. Prosedur Analisa Data …………………………………. ..... 36
9.1 Pengolahan Data ………………………………….. ... 36
9.2 Analisa Data ……………………………………….. .. 37
BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………… 38
1. Hasil Penelitian ………………………………………… .... 38
1.1 Karakteristik Lansia di Psyandu Lansia Kecamatan
Sipoholon ………………………………………… .... 38
1.2 Kejadian Jatuh Lansia di Posyandu Lansia Kecamatan
Sipoholon ………………………………………… ..... 40
2. Pembahasan ………………………………………… .......... 41
2.1 Karakteristik Lansia ………………………………… 41
2.2 Kejadian Jatuh ……………………………………….. 42
BAB VI Penutup ………………………………………… .................. 44
1. Kesimpulan ………………………………………… ......... 44
2. Saran ………………………………………… ................... 44

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………27

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.2 Defenisi Operasional…………………………………………………29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Inform Consent
2. Instrumen Penelitian
3. Jadwal Tentative Penelitian
4. Uji Realibilitas
5. Frequency table

6. Master Data
7. Taksasi Dana
8. Riwayat Hidup
9. Kegiatan Konsultasi
10. Surat Penelitian

xi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Jatuh adalah sebuah keadaan yang tidak bisa diperkirakan, dimana kondisi lansia

berada dibawah atau lantai tanpa sengaja dengan ada atau tanpa saksi. Tujuan

penelitian untuk mengetahui karakteristik lansia dan kejadian jatuh, jenis

penelitian deskriptif, pendekatan retrospektif, dengan subyek penelitian adalah

lanjut usia yang tinggal di Kecamatan Sipoholon. Proses penelitian telah

dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2020 di Kecamatan Sipoholon Kota Tarutung.

Jumlah populasi sebanyak 1050 responden dan sampel 91 responden. Dalam

menentukan sampel pada penelitian ini digunakan rumus Slovin, dengan

menggunakan nilai e = 10% atau 0,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 91

responden mayoritas lansia mengalami jatuh disebabkan oleh faktor ekstrinsik.

Berdasarkan hasil tersebut perlu pendidikan kesehatan, penyuluhan, dan

komunikasi dengan lansia mengenai pentingnya manfaat pelayanan kesehatan.

Kata kunci: Karakteristik, Jatuh, Lanjut Usia.

xii

Universitas Sumatera Utara


xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Terpenuhinya derajat kesehatan menjadi salah satu bagian hak yang bisa

dirasakan setiap manusia. Kesejahteraan dalam bidang kesehatan juga harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Adapun

kelompok masyarakat yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan slah satunya

ialah lanjut usia. Lanjut usia dipandang sebagai masaa kemunduran dimana

seseorang mengalami penurunan fungsi baik secara fisik maupun psikologis (BPS,

2014). Proses menua merupakan perubahan yang dialami oleh setiap orang (Miller,

2012). Populasi Lansia di Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.

Populasi lansia di Indonesia dari tahun 2010-2035 diperkirakan sebanyak 10%

penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2016), dan memasuki

peringkat lima besar di dunia mencapai 7,6% dari total penduduk (BPS, 2014).

Lansia adalah seseorang yang jika usianya telah mencapai 60 tahun ke atas

baik pria maupun wanita. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran seperti

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, gigi ompong, rambut

memutih, gerakan lambat, pendengaran dan penglihatan berkurang (Nugroho,

2008). Agar lansia dapat menikmati kehidupan dengan bergembira atau merasa

bahagia, diperlukan dukungan dari orang-orang terdekat mereka. Dukungan

Universitas Sumatera Utara


2

tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari-hari secara

teratur (Rahayu, 2010). Dari data WHO pada tahun 2012, dalam empat dekade

mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih dalam

populasi dunia diperkirakan meningkat dari 800 juta penduduk menjadi 2 miliar

penduduk lansia atau mengalami lonjakan dari 10% menjadi 22%(Fitriana,

2013). Di Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia sekitar

12% dan tahun 2050 sekitar 28% (Kemenkes, 2014).

Jatuh adalah sebuah keadaan yang tidak bisa diperkirakan, di mana kondisi

lansia berada di bawah atau lantai tanpa sengaja dengan ada atau tanpa saksi

(Koyabayasi, et.al, 2009). Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari

kematian dan cedera pada lansia. 20% sampai 30% dari lansia yang memiliki

derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan dalam

aktivitas hidup sehari-hari (Jamebozorgi, et.al, 2013). Insiden jatuh di Indonesia

tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47% mengalami

jatuh. kejadian jatuh tergolong masalah yang sangat mudah ditemukan di antara

cara pemula si usia lanjut di Indonesia. Jatuh dapat terjadi dimana dan kapan saja

yang tidak ditentukan kapan waktu terjadinya. Menurut hasil (Riset Kesehatan

Dasar, 2015) bahwa terjadi peningkatan untuk masalah jatuh baik yang

menimbulkan cidera maupun jatuh yang tidak menyebabkan cidera atau trauma

yakni mencapai persentase 40,9%.

Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti gangguan

gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi, serta faktor

Universitas Sumatera Utara


3

ekstrinsik seperti lantai yang licin, tersandung oleh benda, penglihatan kurang

karena cahaya kurang terang, dan terbatasnya pegangan untuk berjalan (Darmojo,

2004). Menurut Nugroho (2008), sekitar 30% sampai 50% dari populasi lansia

yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. separuh dari angka

tersebut akan mengalami jatuh berulang.

Di Indonesia, survei yang dilakukan oleh riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) menyatakan bahwa jumlah kejadian jatuh pada lansia berumur 60

tahun atau lebih sekitar 70,2% (Riyadana, 2009). Aktivitas sehari-hari dan

lingkungan merupakan faktor yang berperan terhadap terjadinya jatuh.

Kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari sangat penting dilakukan untuk

mengetahui tingkat kemandirian pada lansia dan untuk mengetahui apakah lansia

memiliki hambatan dalam melakukan fungsi kesehariannya (Maryam, dkk, 2011).

Lansia yang mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari memiliki resiko jatuh

lebih besar dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Miller, 2006).

Berdasarkan laporan kongres XII PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit

Indonesia) tahun 2012 menunjukkan bahwa kejadian pasien jatuh termasuk ke

dalam tiga besar insiden medis rumah sakit dan menduduki peringkat kedua setelah

medicine error. Dari laporan tersebut didapatkan data kejadian jatuh sebanyak 34

kejadian dan membuktikan bahwa kejadian jatuh pasien masih tinggi di Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Natalia mengatakan bahwa

analisis kejadian jatuh selama ini di Rumah Sakit RK. Charitas dilakukan per

kejadian, apabila ada kejadian jatuh dengan dampak klinis yang berat.

Universitas Sumatera Utara


4

Berdasarkan kondisi diatas, penelitian ini menjadi penting untuk

mengidentifikasi karakteristik lansia dan kejadian jatuh di Posyandu lansia

Kecamatan Sipoholon.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik lansia dan kejadian jatuh di

Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon?”

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

lansia dan kejadian jatuh di Posyandu lansia Kecamatan Sipoholon.

3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik lansia di Posyandu lansia Kecamatan

Sipoholon.

2. Mengidentifikasi kejadian jatuh pada lansia di Posyandu lansia

Kecamatan Sipoholon.

3. Menganalisis faktor-faktor penyebab jatuh pada lansia di Posyandu

lansia Kecamatan Sipoholon.

Universitas Sumatera Utara


5

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan tentang karakteristik lansia

dan kejadian jatuh pada lansia.

4.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data dan informasi tentang

karakteristik lansia dan kejadian jatuh pada lansia.

4.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal pada profesi

keperawatan dan mahasiswa keperawatan nantinya dalam menerapkan Asuhan

Keperawatan pada lansia.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanjut Usia

1.1 Defenisi Lanjut Usia

Menurut WHO dan Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lansia pasal 1 ayat 2 bahwa lansia adalah seseorang yang telah

mencapai umur 60 tahun keatas. Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan

merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan terus-menerus

dan berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan

kemampuan tubuh secara keseluruhan.

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 60 keatas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan tahap

lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan

tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Efendi, 2009).

Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan

riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus

memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya

(Potter & Perry, 2009).

Universitas Sumatera Utara


7

1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World

Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

Berbeda dengan WHO, menurut Siti Maryam (2010) lansia dikategorikan

sebagai berikut:

a. Pra Usia Lanjut (Prasenilis): Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Usia Lanjut: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Usia Lanjut Resiko Tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Usia Lanjut Potensial: Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Usia Lanjut Tidak Potensial: Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Universitas Sumatera Utara


8

1.3 Karakteristik lansia

Ada beberapa karakteristik lansia yang perlu diidentifikasi berdasarkan data

demografi untuk mengetahui keberadaan masalah-masalah kesehatan lansia yaitu

umur (≥ 60 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, riwayat jatuh, serta riwayat penyakit yang pernah dialami. Selain itu,

terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang dihadapi antara lansia

laki-laki dan perempuan. Misalnya, lansia laki-laki banyak menderita hipertropi

prostat sementara lansia perempuan menderita osteoporosis. Status perkawinan,

yang masih berpasangan atau sudah hidup sendiri mempengaruhi kondisi kesehatan

fisik maupun kondisi kesehatan secara psikososial pada lansia umumnya.

Penataan kehidupan lansia bervariasi, keadaan pasangan yang masih

menanggung keluarganya: anak atau keluarga lainnya, tempat tinggal, suasana

tinggal bersama dengan anak atau keluarga besar, atau tinggal sendiri. Kebanyakan

manusia hidup sebagai bagian dari keluarganya, baik sebagai kepala keluarga atau

bagian dari keluarga anak-anaknya. Walaupun ada kecenderungan bahwa lansia

akan ditempatkan oleh anaknya atau keluarganya di rumah yang berbeda.

Kondisi kesehatan lansia dan kondisi kemampuan umum dalam beraktivitas sehari-

hari dapat dioptimalkan sehingga tidak bergantung kepada orang lain, seperti

makan atau minum, berpindah, kebersihan diri mandi, mengganti pakaian sendiri,

buang air kecil dan buang air besar. Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan lansia

menjadi tidak produktif lagi dan mengalami ketergantungan kepada orang lain. Hal

ini harus diupayakan untuk meminimalkan resiko penyakit yang timbul dalam

melakukan kontrol secara rutin ke pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


9

1.4 Proses Penuaan

Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. proses merupakan sepanjang, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi tua merupakan

proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu

anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

psikologis. memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,

gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. Proses merupakan proses

yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah yang umumnya dialami oleh

semua makhluk hidup. Misalnya dengan kejadian hilangnya jaringan pada otot

susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan

proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan lama. Tetapi ada juga

seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukkan

kekurangan yang mencolok. Ada pula orang yang tergolong lanjut usia,

penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian,

harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia

secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan

menempuh semakin banyak distorsi meteorit dan struktural yang disebut sebagai

penyakit degeneratif, misalnya hipertensi, diabetes melitus dan kanker, yang akan

Universitas Sumatera Utara


10

menyebabkan berakhirnya hidup dengan penyakit terminal seperti infark miokard,

koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya (Nugroho, 2008).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.

1. Teori biologi

a. Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram

bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis terkait

dengan frekuensi mitosis. Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-

spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia memiliki

rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-sel di perkirakan hanya mampu

membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi (Padila, 2013).

b. Wear and Tear Theory

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat

kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak

mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).

c. Teori Stres

Universitas Sumatera Utara


11

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila,

2013).

d. Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan

responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut

menjadi jaringan lemah (Padila, 2013).

e. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi (Padila,

2013).

f. Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular,

lama kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis), hal ini disebabkan oleh

karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang

sangat kuat (Padila, 2013).

g. Teori Mutasi Somatik

Universitas Sumatera Utara


12

Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses

translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga

akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi

sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).

h. Teori Nutrisi

Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu

meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih lama

sehat. (Sofia, 2014).

2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif termasuk

pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori yang merupakan

psikososial adalah sebagi berikut :

a. Teori Integritas Ego

Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas-tugas yang

harus dicapai dalam tahap perkembangannya. Tugas perkembangan terkahir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya.

b. Teori Integritas personal

Universitas Sumatera Utara


13

Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak dan

tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa menjadi

mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).

3. Teori Sosial

Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,

kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga

interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila 2013).

4. Teori Konsekuensi Fungsional

Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan

perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013).

1. 5 Perubahan-perubahan yang terjadi Akibat Menua

Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk

menerima segala perubahan dalam aspek-aspek kehidupan. Perubahan fungsional

akibat penuaan terjadi pada fungsi fisiologi dan psikologis diantaranya adalah

perubahan pada fungsi neurologi, sensori, muskuloskeletal, dan kognitif.

1. Perubahan Sistem Neurologis

Perubahan pada sistem neurologis diantaranya adalah penurunan berat otak,

aliran darah ke otak dan berkurangnya neuron. Perubahan anatomis tersebut

menyebabkan manusia kehilangan memori, menjadi lambat dalam bereaksi,

Universitas Sumatera Utara


14

masalah keseimbangan dan gangguan tidur (Mauk, 2010; Wallace, 2008).

Perubahan sistem saraf pada manusia mempengaruhi sistem organ lainnya.

Perubahan sistem saraf di otak berpengaruh pada stabilitas tubuh. Perubahan pada

saraf motorik mengakibatkan perubahan dalam reflek, kerusakan kognitif dan

emosi, serta penurunan jumlah sel otot yang dapat mengakibatkan kelemahan otot.

Perubahan pada sistem saraf pusat mempengaruhi proses komunikasi dan sistem

organ lain seperti sistem penglihatan, vestibuler dan propiosepsi. Gangguan pada

pengiriman pesan tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan yang terjadi melalui

tiga tahap yaitu transduksi, transmisi, dan modulasi. Tahap transduksi adalah

penerimaan rangsangan dari luar oleh reseptor visual, propioseptif, dan vestibuler.

Rangsangan tersebut dapat berupa cahaya, sentuhan, gerakan, tekanan, dan

lingkungan. Pada tahap transmisi, rangsangan dikirim ke pusat keseimbangan di

otak. Informasi yang diterima di otak akan diolah untuk dilakukan proses modulasi

dan diterima neuromuskuloskeletal sebagai efektor untuk beradaptasi dalam

mempertahankan keseimbangan.

2. Perubahan Sistem Sensori

Perubahan sistem sensori terdiri dari sentuhan, pembauan, perasa,

penglihatan dan pendengaran (Mauk, 2010). Perubahan pada indera pembawaan

dan pengecapan dapat mempengaruhi lansia dalam mempertahankan nutrisi yang

adekuat. Penurunan sensitifitas sentuhan terjadi pada lansia seperti berkurangnya

kemampuan neuron sensori yang secara efisien memberikan sinyal deteksi, lokasi

dan identifikasi sentuhan atau tekanan pada kulit. Manusia juga terjadi kehilangan

Universitas Sumatera Utara


15

sensasi dan propiosepsi serta resepsi informasi yang mengatur pergerakan tubuh

dan posisi.

Kehilangan pendengaran pada lansia terjadi sebagai hasil perubahan dari

telinga bagian dalam. Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan organ-organ

keseimbangan. sistem vestibular bersama-sama dengan mata dan propioseptor

membantu dalam mempertahankan keseimbangan fisik tubuh. Gangguan pada

sistem vestibular dapat mengarah pada pusing dan vertigo yang dapat mengganggu

keseimbangan.Faktor resiko dari perubahan pendengaran pada lansia adalah proses

penyakit dan pengaruh lingkungan. Konsekuensi fungsionalnya adalah

berpengaruh terhadap pemahaman dalam berbicara, gangguan komunikasi,

kebosanan, apatis, isolasi sosial, rendah diri, serta ketakutan dan kecemasan yang

berhubungan dengan bahaya keamanan lingkungan.

3.Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal adalah berkurangnya

massa dan kekuatan otot, serta berkurangnya massa dan kekuatan tulang. Lansia

mengalami penurunan kekuatan dan kelenturan otot Seperti kekuatan genggaman

tangan dan kekuatan kaki berkurang. Sistem musculoskeletal berhubungan dengan

mobilitas dan keamanan yang dapat mempengaruhi seluruh aktivitas sehari-hari.

Mobilitas yang aman dan keseimbangan juga dipengaruhi oleh sistem sensori

seperti penglihatan dan pendengaran, hipotensi postural, dan sistem saraf pusat.

Lansia wanita lebih memiliki kontrol muskular yang kurang sehingga

mempengaruhi ekstremitas bawah. Ketidakseimbangan pada posisi tegak

dipengaruhi oleh perubahan akibat penuaan seperti berkurangnya reflek, kerusakan

Universitas Sumatera Utara


16

fungsi propioseptif, berkurangnya sensasi vibrasi dan posisi tulang sendi pada

ekstremitas bawah. Faktor resiko dari mobilitas yang tidak aman adalah lingkungan

yang tidak aman, medikasi, dan kerusakan kognitif. konsekuensi fungsional negatif

yang diakibatkan dari perubahan sistem muskuloskeletal dan faktor risikonya ialah

berkurangnya kekuatan otot, kelenturan dan koordinasi, terbatasnya rentang gerak

sendi, meningkatnya resiko jatuh dan fraktur.

4. Perubahan Fungsi Kognitif

Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan kognitif dan afektif.

Kemampuan kognitif lansia juga dipengaruhi oleh faktor personal dan lingkungan

seperti tingkat pendidikan, persepsi diri dan pengharapan, serta status kesehatan

seperti kecemasan dan depresi. Perubahan psikososial juga berdampak pada

kepuasan hidup dan perubahan arti hidup.

1.6 Masalah Lanjut Usia

Departemen Sosial Republik Indonesia (Ihromi,2004:202) menyatakan

bahwa masalah yang sering dihadapi oleh kelompok lansia adalah:

a. Ketiadaan sanak saudara, kerabat, dan masyarakat lingkungan yang dapat

memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupan.

b. Kesulitan hubungan antara lansia dengan keluarga ditempat ia tinggal.

c. Tidak ada jaminan keuangan/ ekonomi dari keluarga untuk penghidupan secara

layak, sehingga kebutuhan-kebutuhan hidup tidak dapat dipenuhi.

Universitas Sumatera Utara


17

d. Perbedaan nilai-nilai yang dianut antara lansia dengan generasi muda yang

menimbulkan keresahan para lansia

e. Kurangnya kesempatan keluarga dalam memberikan pelayanan kepada lansia.

2. Kejadian Jatuh pada Lansia

2.1 Defenisi Jatuh

Jatuh adalah sebuah keadaan yang tidak bisa diperkirakan, dimana kondisi

lansia berada dibawah atau lantai tanpa sengaja dengan ada atau tidak ada saksi

(Koyabayashi, et.al, 2009). Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari

kematian dan cedera pada lansia. 20-30% dari lansia yang memiliki derajat

kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan dalam

aktivitas hidup sehari-hari (Jamebozorgi et al, 2013).

Jatuh merupakan kondisi dimana seseorang tidak sengaja tergeletak di lantai

, tanah, atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk orang yang

berpindah (WHO, 2007).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jatuh pada Lansia

1. Faktor Intrinsik

Menurut Kane (1994 dalam Darmojo 2014) faktor intrinsik adalah beberapa

variabel yang akan menentukan mengapa seseorang bisa jatuh pada waktu tertentu

Universitas Sumatera Utara


18

dan orang lain lainnya yang sama dengan dirinya mungkin tidak mengalami

kejadian jatuh, faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang itu sendiri diantaranya yaitu :

A. Usia

Usia dapat mempengaruhi resiko jatuh pada lansia, karena umur atau usia

berkaitan erat dengan proses pertumbuhan dan penuaan. Pada lansia yang sedang

dalam proses penuaan, akan terjadi perubahan fisiologis di tubuhnya dan proses

tersebut berlangsung terus-menerus. Sedangkan penurunan fisiologis yang terjadi

pada pertambahan usia itu sendiri meliputi sistem muskuloskeletal, saraf,

kardiovaskuler, pernafasan, indra dan integumen.

B. Perubahan fisiologis

Perubahan fisiologis pada lansia yang berkatian dengan kejadian jatuh

diantaranya pada sistem muskuloskeletal, sistem persarafan, dan sistem sensori

menurut Kane (1996 dalam Darmojo 2014):

1. Sistem muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal diantaranya terjadi

pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, otot, tulang dan sendi.

a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Universitas Sumatera Utara


19

Perubahan kolagen tersebut menjadi penyebab fleksibelitas menurun pada

lansia sehingga memunculkan dampak antara lain nyeri, kekuatan otot menurun

dan menurunnya kemampuan berubah posisi seperti bergerak dari duduk ke

berdiri, jongkok dan berjalan, juga terjadi hambatan dalam menjalankan aktivitas

setiap hari. Dimana hambatan tersebut dapat berpengaruh pada aktivitas sehari-

hari lansia dan dapat mengakibatkan jatuh.

b. Kartilago

Pada proses penuaan jaringan kartilago pada persendian mengalami

kalsifikasi, fungsi didalamnya yang sebagai peredam kejut dan permukaan sendi

yang berpelumas menurun, sehingga kartilago di persendian sangat rentan untuk

terjadi gesekan dan kartilago pada persendian menjadi lunak. Akibat dari

perubahan kartilago sering terjadi pada sendi-sendi besar yang biasanya sebagai

penumpu badan, sendi akan mengalami peradangan, nyeri, kaku dan keterbatasan

gerak. Sehingga perubahan tersebut akan memperngaruhi aktivitas sehari-hari

pada lansia.

c. Otot

Perubahan struktural otot pada penuaan sangat bervariasi. Menurunnya

jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan penghubung dan jaringan

lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak dari perubahan otot

tersebut adalah menurunnya kekuatan, fleksibilitas, dan kemampuan fungsional

otot dan yang menyebabkan resiko jatuh akan lebih tinggi.

d. Sendi

Universitas Sumatera Utara


20

Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia

mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago dan jaringan periartikular

mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,

kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas

keseharian lainnya. Hal tersebut akan menjadikan lansia mengalami resiko jatuh

yang tinggi.

e. Tulang

Semakin bertambahnya usia, tulang akan berkurang kepadatannya. Hal

tersebut juga dapat mengakibatkan gangguan pada tulang yaitu Osteporosis.

Osteoporosis akan menjadi penyebab nyeri, deformitas dan fraktur. Hal tersebut

akan menjadikan lansia mengalami resiko jatuh.

2. Sistem persarafan

Perubahan fisiologis selanjutnya adalah perubahan sistem persarafan,

perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan

neuron. Secara fungsional terdapat suatu perlambatan reflek tendon, terdapat

kecenderungan ke arah tremor dan langkah yang pendek-pendek atau gaya

berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang

sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih lambat contohnya ketika jatuh lansia akan

terlambat untuk mencari pegangan atau berpegangan, hilangnya hentakan

pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena

pengurangan dendrite dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi.

Universitas Sumatera Utara


21

3. Sistem sensoris

Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan merupakan faktor

yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke

arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang kehidupan.

Lansia mengalami penurunan penerimaan cahaya, ukuran pupil menurun sehingga

respon terhadap cahaya melambat dan juga terhadap akomodasi, lensa pada mata

menguning dan secara perlahan menjadi buram sehingga menyebabkan

pandangan pada lansia menjadi kabur sehingga berpengaruh terhadap kemampuan

lansia untuk melihat, menerima cahaya dan membedakan warna sertabenda.

Keadaan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari lansia

dan juga resiko jatuh pada lansia akan lebih tinggi.

C. Keseimbangan

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap bagian tubuh dan

didukung oleh sistem muskuloskeletal serta bidang tumpu. Tujuan tubuh

mempertahankan keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh melawan gaya

gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh yang

lain saat melakukan suatu gerakan (Irfan, 2012). Kemampuan untuk menjaga

keseimbangan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia

mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efesien (Yuliana, 2014).

Universitas Sumatera Utara


22

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar yang menyebabkan lansia

beresiko mengalami jatuh, diantaranya yaitu :

A. Lingkungan

Menurut (Nugroho, 2000) Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar

(lingkungan sekitar) yang dihubungkan dengan jatuh pada lansia diantaranya,

penerangan yang kurang/ menyilaukan, lantai yang licin/ lantai yang tidak rata,

tersandung benda-benda tertentu, tempat pegangan yang tidak adekuat/ tidak

terjangkau, dan alat bantu berjalan yang tidak sesuai. Darmojo (2004) mengatakan

bahwa faktor ekstrinsik tersebut diantaranya lingkungan yang tidak mendukung

yaitu cahaya ruangan yang kurang terang, tempat berpegangan yang tidak

adekuat, lantai yang licin, wc yang terlalu rendah, tempat tidur yang rendah, alat

bantu berjalan dan obat-obatan yang dikonsumsi.

B. Latihan atau aktivitas fisik

Menurut WHO (2007) salah satu intervensi yang bisa dipakai untuk

memperbaiki faktor fisiologis yang menyebabkan kejadian jatuh adalah

melakukan latihan fisik. Latihan fisik dapat diartikan sebagai sebuah tipe suatu

aktivitas yang direncanakan dan teprogram, terstruktur dan berupa gerakan tubuh

yang berulang-ulang yang dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan

satu atau lebih komponen kebugaran fisik. Penelitian yang dilakukan oleh

Gunawan (2016) di kartasura menunjukkan data bahwa lansia yang sering

melakukan aktivitas fisik memiliki resiko jatuh lebih rendah dibandingkan lansia

Universitas Sumatera Utara


23

yang tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas fisik. Lansia yang sering

melakukan aktivitas fisik akan lebih mampu menjaga keseimbangan tubuhnya

saat melakukan aktivitas sehariharinya.

C. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang berperan terhadap kejadian jatuh pada lansia.

Mekanisme tersering termasuk sedasi, hipotensi ortostatik, efek ekstrapiramidal,

miopati, dan gangguan adaptasi visual pada penerangan yang redup. Obat-obatan

yang menyebabkan sedasi diantaranya golongan benzodiazepine, antihistamin

bersifat sedative, narkotik analgesik, trisklik antidepresan dan SSRI(selective

serotonin reuptake inhibitor). Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi ortostatik

seperti antihipertensi, antiangina, obat anti Parkinson, trisiklik antidepresan dan

antipsikotik. Obat-obatan yang menyebabkan miosis seperti pilocarpine untuk

pengobatan glucoma. Dosis waktu pemberian dan ketaatan minum obat juga

mempengaruhi terjadinya jatuh (Darmojo 2014).

2.3 Komplikasi Jatuh

Menurut Darmajo (2004), komplikasi jatuh/ cedera adlah sebagai berikut:

1. Perlukaan (Injuri)

Mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa

robek atau rutaknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena, patah tulang atau

fraktur,misalnya fraktur pelvis, femur, lengan bawah, dan tungkai kaki.

Universitas Sumatera Utara


24

2. Disabilitas (Gangguan Aktivitas)

Mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlakuan

fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan

keterbatasan bergerak.

3. Kematian.

2.4 Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan

psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah

tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur

pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak

psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa

takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas,

hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, dan fobia jatuh

2.5 Pencegahan Jatuh

Menurut Darmajo (2004) ada tiga usaha pokok mencegah resiko jatuh pada

lansia, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


25

1. Identifikasi Faktor Resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor

intrinsik resiko jatuh. Perlu dilakukan assessment keadaan sensorik,

muskuloskeletal, dan pentakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh

harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai

rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang sulit terlihat,

Peralatan rumah sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan atau temnpat aktivitas lansia. Lantai kamar mandi tidak licin,

dan diberikan pegangan pada dindingnya, pintu mudah dibuka, dan WC sebaiknya

dengan kliset duduk dan diberi pegangan di dinding juga.

2. Penilaian Keseimbangan dan Gaya Berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam

melakukan gerakan pindah tempat dan pindah posisi. Bila goyangan badan pada

saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh tim

medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah

ektremitas bawah lansia dapat bertumpu pada lantai (berdiri/ berjalan) dengan

baik.

3. Mengatur dan Mengatasi Faktor Situasional

Faktor situasional yang bersifat akut yang diderita lansia dapat dicegah

dengan pemeriksaan rutin kesehatan. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

Universitas Sumatera Utara


26

dicegah dengan memperbaiki lingkungan, faktor situasional berupa aktifutas fisik

dapat diatasi dengan kondisi kesehatan lansia. Aktifitas tersebut tidak boleh

melebihi batasan yang diperbolehkan bagi lansia, maka dari itu lansia tidak

dianjurkan melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi

untuk terjadinya jatuh.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu dengan konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dibab tinjauan

pustaka atau ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai

variabel yang diteliti.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Lansia Kejadian Jatuh

27

Universitas Sumatera Utara


28

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Pada defenisi operasional akan

dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang meliputi bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel.

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Karakteristik Gambaran mengenai Kuesioner - Umur (≥ 60 Kategorik.

Lansia identitas responden tahun)

dalam penelitian, - Jenis kelamin

dengan menguraikan (Laki-laki dan

identitas responden Perempuan)

maka akan dapat - Pendidikan (SD,

diketahui sejauh mana SMP, SMA,

latar belakang Perguruan

responden. Tinggi).

- Pekerjaan (

Pegawai Swasta,

Buruh Pabrik,

Buruh Tani,

Wiraswasta,

TNI/Polri, PNS,

Lainnya…)

- Penghasilan

Universitas Sumatera Utara


30

- Riwayat Jatuh

(Pernah, Tidak

Pernah)

- Riwayat

Penyakit yang

Pernah Dialami.

2 Kejadian Sebuah keadaan yang Kuesioner Skor Pertanyaan Kategorik.

Jatuh tidak bisa diperkirakan, 1 = Ya

dimana kondisi lansia 0 = Tidak

berada dibawah atau

lantai tanpa sengaja

dengan ada atau tanpa

saksi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode

pendekatan retrospektif yang berguna untuk mengetahui bagaimana faktor resiko

mempengaruhi kasus. Sumber data penelitian menggunakan kuesioner untuk

mengetahui karakteristik lansia dan kejadian jatuh di Posyandu Lansia Kecamatan

Sipoholon.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu lansia Kecamatan Sipoholon.

2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020.

31

Universitas Sumatera Utara


32

3. Populasi dan Sampel

3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu yang ingin diteliti (Supriyadi,

2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang berjumlah

1050 orang di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon.

3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih menggunakan teknik tertentu

untuk dapat mewakili populasi. Sampel akan menjadi subjek dalam penelitian

(Nursalam, 2017). Dalam menentukan sampel pada penelitian ini digunakan rumus

Slovin, dengan menggunakan nilai e = 10% atau 0,1

Sehingga dapat diperoleh rumus :


𝑁
𝑛 = (1+ 𝑁 × 𝑒 2 )

1050
𝑛 = (1+ 1050 × 0.12 )

1050
𝑛=
11,5

𝑛 = 91,3

= 91 responden

4. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini ada 2, yaitu karakteristik lansia sebagai variable

independen (bebas) dan kejadian jatuh sebagai variable dependen (terikat).

Universitas Sumatera Utara


33

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang disusun

sendiri oleh peneliti dan akan di uji validasinya. Kuesioner terbagi menjadi 2

bagian, yaitu:

5.1 Kuesioner Karakteristik Demografi

Kuesioner karakteristik demografi berisikan nama (inisial), umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, riwayat jatuh, dan riwayat

penyakit yang pernah dialami.

5.2 Kuesioner Pengkajian Kejadian Jatuh pada Lansia

Kuesioner pengkajian tingkat resiko jatuh pada lansia yang terdiri dari 10

pertanyaan dengan keterangan: 1 = Ya dan 0 = Tidak.

6. Validasi dan Reliabilitas

6.1 Validasi

Sebuah instrumen yang dikategorikan valid apabila dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Penelitian ini menggunakan uji validasi

dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran

instrumen, yang meliputi relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan

penelitian supaya dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian, bahwa relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran

melalui instrumen yang disusun dengan tinjauan pustaka. Penguji validitas hanya

Universitas Sumatera Utara


34

dilakukan oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang

berkomponen di bidang tersebut.

6.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas memiliki tujuan untuk mengetahui besar derajat alat ukur

untuk mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang di

kategorikan sebagai alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil

yang relatif sama apabila digunakan beberapa kali pada sampel yang sama.

Kuesioner yang ada dalam penelitian ini disusun sendiri berdasarkan sumber yang

ada ditinjauan pustaka penelitian tersebut.

Untuk menguji kuesioner dengan lembar cheklis menggunakan rumus KR 21,

yang akan di uji terhadap 30 responden. Hasil uji realibilitas instrumen terhadap 30

orang responden menghasilkan nilai r sebesar 0,76 untuk kuesioner pengkajian

jatuh pada lansia. Oleh karena itu, berdasarkan Polit & Beck (2010) bahwa suatu

instrumen yang baru reliable apabila koefisiennya 0,70 atau lebih. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa instrument yang digunakan reliable karena itu layak dipakai

untuk penelitian.

7. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dimulai setelah peneliti

menerima surat izin dari Fakultas Keperawatan dan izin dari pihak Posyandu lansia

Kecamatan Sipoholon. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan

kuesioner dan melakukan sedikit wawancara terhadap responden. Sebelum

kuesioner dibagikan terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri kepada

Universitas Sumatera Utara


35

responden dan membagikan lembar informed consent kepada responden. Kemudian

peneliti menyebar kuesioner kepada responden dan dimulai dengan penjelasan

mengenai tujuan dan cara pengisian kuesioner sesuai pilihan jawaban yang ada

dengan tetap memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya mengenai

hal yang mereka tidak mengerti. Setelah responden menyelesaikan pengisian

kuesioner, peneliti mengumpulkan kuesioner dan memeriksa kembali lembar

kuesioner.

8. Etika Penelitian

Unsur penelitian yang tak kalah penting adalah etika penelitian. Secara umum

prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan bagian data dapat dibedakan

menjadi 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan

prinsip keadilan dan pembuatan kuesioner dimodifikasi dari kuesioner buku

pengetahuan sikap dan perilaku manusia (Wawan, masi 2011)

1. Prinsip Manfaat

a. Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian

atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang

dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

Universitas Sumatera Utara


36

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Recpect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak untuk

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

adanya sanksi apapun.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclouser).

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan yang

akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa

data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu

(Nursalam, 2013).

9. Prosedur Analisa Data

9.1 Pengolahan Data

a. Editing

Peneliti akan melakukan pemeriksaan dari kelengkapan pengisian kuesioner,

kesesuaian jawaban dengan pertanyaan, serta konsistensi jawabannya.

b. Coding

Universitas Sumatera Utara


37

Peneliti melakukan coding atau pemberian kode pada data untuk

mempermudah dalam memasukkan data.

c.Entry Data

Peneliti melakukan entry data dengan memasukkan data yang didapat dari

instrument kedalam komputer untuk dianalisa.

d.Cleaning

Peneliti memeriksa kembali data yang sudah dientry kedalam komputer

kemudian dilakukan analisa.

9.2 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat. Analisa

univariat dimaksudkan untuk tujuan menyampaikan variable bebas dan variable

terikat. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi

dari tiap variabel, meliputi : 1) Variabel bebas: karakteristik lansia, dan 2) Variabel

terikat: kejadian jatuh.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

1.1 Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh karakteristik

responden, yaitu mayoritas dalam kelompok yang telah berusia 60-75 tahun

(86,8%). Lebih dari setengahnya responden menunjukkan bahwa responden

perempuan mendominasi jumlah dibandingkan dengan responden laki-laki, yaitu

frekuensi 55 orang (60,4%). Hampir setengahnya berpendidikan SMA 40 orang

(44%), memiliki pekerjaan sebagai buruh tani sebanyak 44 orang (48,4%). Pada

umumnya memiliki penghasilan Rp 200.000 – Rp 1.300.000 sebanyak 62 orang

(68,1%). Seluruh lansia pernah mengalami jatuh 91 orang (100%). Dan setengah

dari responden menunjukkan tidak memiliki riwayat penyakit 45 orang (49,5%).

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Lansia di Posyandu

Lansia Kecamatan Sipoholon.

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


Umur

60-75 79 86,8%

76-90 12 13,2%

38

Universitas Sumatera Utara


39

Jenis Kelamin

Laki-laki 36 39,6%

Perempuan 55 60,4%

Tingkat Pendidikan

SD 13 14,3%

SMP 27 29,7%

SMA 40 44%

Perguruan Tinggi 11 12,1%

Pekerjaan

Tidak ada 17 18,7%

Pegawai Swasta 0 0%

Buruh Tani 44 48,4%

TNI/Polri 0 0%

Buruh Pabrik 0 0%

Wiraswasta 11 12,1%

Pensiunan 12 13,2%

PNS 7 7,7%

Penghasilan

Tidak ada 17 18,7%

200.000 – 1.300.000 62 68,1%

1.400.000 – 2.500.000 8 8,8%

2.600.000 – 4.000.000 4 4.4%

Riwayat Jatuh

Pernah 91 100%

Tidak pernah 0 0%

Universitas Sumatera Utara


40

Riwayat Penyakit

Tidak ada 45 49,5%

Komplikasi 7 7,7%

Asam Urat 7 7,7%

Asam Lambung 5 5,5%

Diabetes 2 2,2%

Gagal Ginjal 2 2,2%

Kolesterol 2 2,2%

Hipertensi 21 23,1%

1.2 Kejadian Jatuh Lansia di Posyandu Lansia Kacamatan Sipoholon

Selanjutnya hasil penelitian ini akan menampilkan tabel tentang kejadian

jatuh lansia di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa lebih dari setengah tidak ada yang membantu lansia berdiri

saat terjatuh sebanyak 46 orang (50,5%), mayoritas tidak ada yang membawa lansia

untuk berobat setelah mengalami jatuh sebanyak 52 orang (57,1%), dan pada

umumnya masih banyak lansia yang tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mengatasi jatuh berulang sebanyak 59 orang (64,8%).

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kejadian Jatuh Lansia di Posyandu

Lansia Kecamatan Sipoholon.

Pertanyaan Ya Tidak
n (%) n (%)
Apakah saat bapak/ibu jatuh ada yang membantu
45 (49,5%) 46 (50,5%)
berdiri?

Apakah ada yang membawa bapak/ibu berobat


39 (42,9%) 52 (57,1%)
setelah mengalami jatuh?

Apakah bapak/ibu meminum obat ketika mendapati


61 (67%) 30 (33%)
tanda memar/ bengkak setelah jatuh?

Apakah setelah jatuh ada yang merawat bapak/ibu?


58 (63,7%) 33 (36,3%)
Menurut bapak/ibu, apakah penerangan diruangan
79 (86,8%) 12 (13,2%)
dan dikamar cukup terang?

Menurut bapak/ibu, apakah lantai kamar mandi yang


14 (15,4%) 77 (84,6%)
digunakan saat ini licin?

Apakah barang-barang didalam rumah bapak/ibu


68 (74,7%) 23 (25,3%)
ditata dengan rapi?

Apakah tempat tidur bapak/ibu terlalu tinggi?


6 (6,6%) 85 (93,4%)
Apakah bapak/ibu menggunakan fasilitas pelayanan
32 (35,2%) 59 (64,8%)
kesehatan unuk mengatasi jatuh berulang?

Apakah setiap bulan bapak/ibu memeriksakan


49 (53,8%) 42 (46,2%)
kesehatan?

Universitas Sumatera Utara


42

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Lansia

Dari hasil table 1.1 yang dilakukan kepada 91 responden didapatkan

gambaran umur (60-75) 79 orang (86,8%), umur (76-90) 12 orang (13,2%).

Gambaran skor jenis kelamin laki-laki 36 orang (39,6%), perempuan 55 orang

(60,4%). Gambaran skor pendidikan SD 13 orang (39,6%), SMP 27 orang (29,7%),

SMA 40 orang (44%), Perguruan Tinggi 11 orang (12,1%). Gambaran skor

pekerjaan Tidak ada 17 orang (18,7%), Buruh Tani 44 orang (48,4%) Wiraswasta

11 orang (12,1%), Pensiunan 12 orang (13,2%), PNS 7 orang (7,7%). Gambaran

skor penghasilan Tidak ada 17 orang (18,7%), (200.000-1.300.000) 62 orang

(68,1%), (1.400.000-2.500.000) 8 orang (8,8%), (2.600.000-4.000.000) 4 orang

(4,4%). Gambaran skor riwayat jatuh Pernah 91 orang (100%). Gambaran skor

riwayat penyakit yang pernah dialami Tidak ada 45 orang (49,5%), Komplikasi 7

orang (7,7%), Asam Urat 7 orang (7,7%), Asam Lambung 5 orang (5,5%), Diabetes

2 orang (2,2%), Gagal Ginjal 2 orang (2,2%), Kolesterol 2 orang (2,2%), Hipertensi

21 orang (23,1%).

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi usia mayoritas lansia

yang mengalami jatuh 60-75 tahun yang termasuk kategori usia elderly menurut

WHO. Usia tua akan mengalami penurunan dalam kemampuan melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari, sehingga fleksibilitas yang dimiliki akan semakin menurun

dan menyebabkan risiko jatuh yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Gupta, dkk terhadap 265 pasien usia lanjut yang menyatakan bahwa

23,4% dari semua pasien mengalami penuruan kemampuan melakukan aktivitas

Universitas Sumatera Utara


43

sehari-hari, 70% diantaranya berusia 60-69 tahun, dan usia >80 tahun memiliki

penurunan kemampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari yang lebih signifikan.

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi jenis kelamin perempuan

cenderung lebih memikirkan kesehatan dibandingkan responden laki-laki, dilihat

dari hasil gambaran jenis kelamin responden yaitu laki-laki 36 orang (39,6%),

perempuan 55 orang (60,4%).

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi tingkat pendidikan SD

13 orang (39,6%), SMP 27 orang (29,7%), SMA 40 orang (44%), Perguruan Tinggi

11 orang (12,1%). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

mempengaruhi pikiran seseorang. Tingkat pendidikan yang baik diharapkan

mampu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman, salah satunya

dalam hal kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Notoadmodjo

(2003) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih mudah

orang tersebut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu tingkat

pendidikan responden yang tinggi dapat meningkatkan proses berpikir dalam

menerima hal-hal baru serta memiliki kemampuan untuk bertindak sehingga

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mencari

informasi lebih lengkap dan memanfatkan pelayanan kesehatan.

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi pekerjaan Tidak ada 17

orang (18,7%), Buruh Tani 44 orang (48,4%) Wiraswasta 11 orang (12,1%),

Pensiunan 12 orang (13,2%), PNS 7 orang (7,7%). Aktivitas sehari-hari merupakan

salah satu parameter untuk melihat status fungsional seseorang, khususnya usia

Universitas Sumatera Utara


44

lanjut dapat diamati dari kemampuannya atau kemandiriannya dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Kemampuan atau kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

memiliki manfaat yaitu dalam keseimbangan, meningkatkan kelenturan, dan

kekuatan otot, serta self efficacy atau keberdayagunaan mandiri menurut Bozo.

Keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari berbagai faktor,

diantara input sensorik, dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada

seseorang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat

penyakit yang diderita. Keseimbangan dianggap sebagai penampilan yang

tergantung atas aktivitas yang terus menerus dilakukan. Faktor keseimbangan pada

lansia dipengaruhi oleh penurunan aktivitas fisik dan kekuatan otot. Selain itu,

dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses

degeneratif (penuaan).

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi penghasilan.

Penghasilan responden frekuensi tertinggi yaitu (2.600.000-4.000.000) 4 orang

(4,4%) dan dan frekuensi terendah yaitu lansia yang tidak memiliki penghasilan

atau tidak memiliki pekerjaan.

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi riwayat jatuh. Seluruh

responden/ lansia di posyandu lansia Kecamatan Sipoholon pernah mengalami

jatuh yaitu 91 orang (100%).

Dari hasil karakteristik subjek penelitian distribusi rwayat penyakit yang

pernah dialami/ diderita Komplikasi 7 orang (7,7%), Asam Urat 7 orang (7,7%),

Asam Lambung 5 orang (5,5%), Diabetes 2 orang (2,2%), Gagal Ginjal 2 orang

Universitas Sumatera Utara


45

(2,2%), Kolesterol 2 orang (2,2%), Hipertensi 21 orang (23,1%). Seorang lansia

akan mengalami proses penuaan yang terjadi perubahan fisioligis yaitu kekuatan

jantung saat memompa darah menurun dan arteri menjadi kaku dan akan

mengalami penurunan pengembangan pembuluh darah sehingga mengakibatkan

kenaikan tekanan darah pada lansia. Berdasar riset kesehatan (Riskesdas) tahun

2013 penyakit terbanyak lansia adalah hipertensi. Penyakit kronis adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial lansia dalam mengahadapi

masalah kesehatan. Masalah kesehatan lansia akan mempengaruhi lansia dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sehingga lansia akan berisiko terjadi jatuh (Saftri,

Zulfitri & Utami, 2017).

2.1 Kejadian Jatuh

Berdasarkan table 1.2 menunjukkan bahwa dari 91 responden kejadian jatuh

lebih dari setengah tidak ada yang membantu lansia berdiri saat terjatuh sebanyak

46 orang (50,5%), mayoritas tidak ada yang membawa lansia untuk berobat setelah

mengalami jatuh sebanyak 52 orang (57,1%), lansia tidak meminum obat ketika

mendapati tanda memar atau bengkak setelah jatuh 61 orang (67%), lebih dari

setengahnya ada yang merawat lansia setelah jatuh 58 orang (63,7%), mayoritas

penerangan di ruangan dan kamar lansia cukup terang 79 orang (86,8%), lantai

kamar mandi yang digunakan saat ini tidak licin 77 orang (84,6%), barang-barang

di dalam rumah ditata dengan rapi 68 orang (74,7%), mayoritas tempat tidur lansia

tidak terlalu tinggi 85 orang (93,4%), pada umumnya masih banyak lansia yang

tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi jatuh

Universitas Sumatera Utara


46

berulang sebanyak 59 orang (64,8%), dan lansia yang mau memeriksakan

kesehatan setiap bulannya 49 orang (53,8%).

Jatuh adalah sebuah keadaan yang tidak bisa diperkirakan, dimana kondisi

lansia berada dibawah atau lantai tanpa sengaja dengan ada atau tanpa saksi. Jatuh

menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada lansia. Jatuh dapat

terjadi ketika sistem kontrol postural tubuh gagal mendeteksi pergeseran serta tidak

mereposisi pusat gravitasi terhadap penopang tubuh pada waktu yang tepat.

Kuantitas lansia yang terus meningkat sangat berbanding terbalik dengan kualitas

hidup lansia yang kurang diperhatikan. Banyak lansia memiliki masalah fisik, salah

satunya ialah kehilangan keseimbangan tubuh dan jatuh (Dewi, 2012).

Faktor instrinsik yang mempengaruhi kejadian jatuh adalah umur dan

riwayat penyakit yang diderita. Berdasarkan table 1.1 menunjukkan bahwa dari 91

responden hampir seluruhnya (86,8%) lansia berumur 60-75 tahun sebanyak 79

orang.

A. Usia

Usia dapat mempengaruhi resiko jatuh pada lansia, karena umur atau usia

berkaitan erat dengan proses pertumbuhan dan penuaan. Pada lansia yang sedang

dalam proses penuaan, akan terjadi perubahan fisiologis di tubuhnya dan proses

tersebut berlangsung terus-menerus. Sedangkan penurunan fisiologis yang terjadi

pada pertambahan usia itu sendiri meliputi sistem muskuloskeletal, saraf,

kardiovaskuler, pernafasan, indra dan integument. Lebih dari setengah responden

memiliki riwayat penyakit sebanyak 46 orang. Faktor instrinsik yang banyak

Universitas Sumatera Utara


47

mengakibatkan jatuh pada lansia adalah berkurangnya kontrol postur untuk

merespon keseimbangan. Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap

bagian tubuh dan didukung oleh sistem muskuloskeletal serta bidang tumpu.

Tujuan tubuh mempertahankan keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh

melawan gaya gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat

massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan

bagian tubuh yang lain saat melakukan suatu gerakan (Irfan, 2012). Kemampuan

untuk menjaga keseimbangan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan

membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efesien (Yuliana,

2014). Kejadian jatuh terjadi akibat gerakan yang tiba-tiba pada bidang tumpu,

seperti tergelincir/ tersandung, dan akibat spontanitas jatuh berhubungan dengan

psikis seperti pusing, kejang, dan lain sebagainya.

B. Perubahan fisiologis

Perubahan fisiologis pada lansia yang berkatian dengan kejadian jatuh

diantaranya pada sistem muskuloskeletal, sistem persarafan, dan sistem sensori

menurut Kane (1996 dalam Darmojo 2014):

1. Sistem muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal diantaranya terjadi

pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, otot, tulang dan sendi.

Universitas Sumatera Utara


48

a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Perubahan kolagen tersebut menjadi penyebab fleksibelitas menurun pada

lansia sehingga memunculkan dampak antara lain nyeri, kekuatan otot menurun

dan menurunnya kemampuan berubah posisi seperti bergerak dari duduk ke

berdiri, jongkok dan berjalan, juga terjadi hambatan dalam menjalankan aktivitas

setiap hari. Dimana hambatan tersebut dapat berpengaruh pada aktivitas sehari-

hari lansia dan dapat mengakibatkan jatuh.

b. Kartilago

Pada proses penuaan jaringan kartilago pada persendian mengalami

kalsifikasi, fungsi didalamnya yang sebagai peredam kejut dan permukaan sendi

yang berpelumas menurun, sehingga kartilago di persendian sangat rentan untuk

terjadi gesekan dan kartilago pada persendian menjadi lunak. Akibat dari

perubahan kartilago sering terjadi pada sendi-sendi besar yang biasanya sebagai

penumpu badan, sendi akan mengalami peradangan, nyeri, kaku dan keterbatasan

gerak. Sehingga perubahan tersebut akan memperngaruhi aktivitas sehari-hari

pada lansia.

c. Otot

Perubahan struktural otot pada penuaan sangat bervariasi. Menurunnya

jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan penghubung dan jaringan

lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Dampak dari perubahan otot

tersebut adalah menurunnya kekuatan, fleksibilitas, dan kemampuan fungsional

otot dan yang menyebabkan resiko jatuh akan lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara


49

d. Sendi

Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia

mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago dan jaringan periartikular

mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,

kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas

keseharian lainnya. Hal tersebut akan menjadikan lansia mengalami resiko jatuh

yang tinggi.

e. Tulang

Semakin bertambahnya usia, tulang akan berkurang kepadatannya. Hal

tersebut juga dapat mengakibatkan gangguan pada tulang yaitu Osteporosis.

Osteoporosis akan menjadi penyebab nyeri, deformitas dan fraktur. Hal tersebut

akan menjadikan lansia mengalami resiko jatuh.

2. Sistem persarafan

Perubahan fisiologis selanjutnya adalah perubahan sistem persarafan,

perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan

neuron. Secara fungsional terdapat suatu perlambatan reflek tendon, terdapat

kecenderungan ke arah tremor dan langkah yang pendek-pendek atau gaya

berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang

sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih lambat contohnya ketika jatuh lansia akan

terlambat untuk mencari pegangan atau berpegangan, hilangnya hentakan

Universitas Sumatera Utara


50

pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena

pengurangan dendrite dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi.

3. Sistem sensoris

Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan merupakan faktor

yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke

arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang kehidupan.

Lansia mengalami penurunan penerimaan cahaya, ukuran pupil menurun sehingga

respon terhadap cahaya melambat dan juga terhadap akomodasi, lensa pada mata

menguning dan secara perlahan menjadi buram sehingga menyebabkan

pandangan pada lansia menjadi kabur sehingga berpengaruh terhadap kemampuan

lansia untuk melihat, menerima cahaya dan membedakan warna sertabenda.

Keadaan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari lansia

dan juga resiko jatuh pada lansia akan lebih tinggi.

C. Keseimbangan

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap bagian tubuh dan

didukung oleh sistem muskuloskeletal serta bidang tumpu. Tujuan tubuh

mempertahankan keseimbangan, yaitu untuk menyangga tubuh melawan gaya

gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian tubuh yang

lain saat melakukan suatu gerakan (Irfan, 2012). Kemampuan untuk menjaga

keseimbangan antara massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia

mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efesien (Yuliana, 2014).

Universitas Sumatera Utara


51

Serta faktor ekstrinsik yang dihubungkan dengan jatuh pada lansia

diantaranya:

A. Lingkungan

Lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu penyebab jatuh pada

lansia. Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan

dan berkontribusi pada resiko jatuh, kejadian jatuh didalam ruangan lebih sering

terjadi seperti di kamar mandi, kamar tidur, dan dapur. Sekitar 10% jatuh sering

terjadi saat turun tangga karena lebih berbahaya dari pada saat naik tangga.

Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat pada lingkungan diluar rumah,

panti, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan tangga atau lorong (Mauk,

2010). Menurut Darmojo (2004), lingkungan yangtidak aman menyebabkan

lansia dengan segala keterbatasannya sulit untuk mempertahankan posisi,

stabilitas, dan proyeksi pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat kondisi

statis dan dinamis sehingga mengganggu keseimbangan.

B. Latihan atau aktivitas fisik

Universitas Sumatera Utara


52

Menurut WHO (2007) salah satu intervensi yang bisa dipakai untuk

memperbaiki faktor fisiologis yang menyebabkan kejadian jatuh adalah

melakukan latihan fisik. Latihan fisik dapat diartikan sebagai sebuah tipe suatu

aktivitas yang direncanakan dan teprogram, terstruktur dan berupa gerakan tubuh

yang berulang-ulang yang dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan

satu atau lebih komponen kebugaran fisik. Penelitian yang dilakukan oleh

Gunawan (2016) di kartasura menunjukkan data bahwa lansia yang sering

melakukan aktivitas fisik memiliki resiko jatuh lebih rendah dibandingkan lansia

yang tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas fisik. Lansia yang sering

melakukan aktivitas fisik akan lebih mampu menjaga keseimbangan tubuhnya

saat melakukan aktivitas sehariharinya.

C. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang berperan terhadap kejadian jatuh pada lansia.

Mekanisme tersering termasuk sedasi, hipotensi ortostatik, efek ekstrapiramidal,

miopati, dan gangguan adaptasi visual pada penerangan yang redup. Obat-obatan

yang menyebabkan sedasi diantaranya golongan benzodiazepine, antihistamin

bersifat sedative, narkotik analgesik, trisklik antidepresan dan SSRI(selective

serotonin reuptake inhibitor). Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi ortostatik

seperti antihipertensi, antiangina, obat anti Parkinson, trisiklik antidepresan dan

antipsikotik. Obat-obatan yang menyebabkan miosis seperti pilocarpine untuk

pengobatan glucoma. Dosis waktu pemberian dan ketaatan minum obat juga

mempengaruhi terjadinya jatuh (Darmojo 2014).

Universitas Sumatera Utara


53

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami jatuh

disebabkan oleh faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik menurut Sofyan, (2011)

antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang

terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau

tergeletak di bawah, tempat tidur yang tinggi, jongkok, obat-obatan yang diminum

dan alat-alat bantu berjalan. Penelitian Painter, Elliot, Sharon dan Hudson (2009)

telah membuktikan modifikasi lingkungan rumah terutama pada kamar mandi,

pegangan, pencahayaan sangat efektif dalam mencegah kejadian jatuh. Namun

yang menjadi masalah seringkali adalah biaya, karena untuk melakukan modifikasi

lingkungan cukup membutuhkan biaya.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

Penutup

1. Kesimpulan

1. Karakteristik lansia di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon mayoritas

berusia 60-75 tahun, berjenis kelamin perempuan (60,4%), berpendidikan

SMA 40 orang (44%), memiliki pekerjaan sebagai buruh tani (48,4%),

berpenghasilan Rp 200.000 - Rp1.300.000 (68,1%), seluruh lansia pernah

mengalami jatuh yaitu dengan jumlah 91 orang (100%), serta riwayat

penyakit yang pernah dialami Komplikasi (7,7%), Asam Urat (7,7%), Asam

Lambung (5,5%), Diabetes (2,2%), Gagal Ginjal (2,2%), Kolesterol (2,2%),

Hipertensi (23,1%).

2. Kejadian jatuh di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon pada umumnya

disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti lantai licin/ tidak rata, tersandung

benda-benda, obat-obatan, penerangan yang kurang, dan sebagainya

3. Kejadian jatuh di Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon pada umumnya

masih banyak lansia yang tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mengatasi jatuh berulang.

54

Universitas Sumatera Utara


55

2. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan

masukan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan gerontik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat difungsikan sebagai dasar untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan

mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang kejadian jatuh.

4. Bagi Keluarga

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi keluarga

untuk memberikan pengawasan dan pengasuhan yang tepat dan

memberikan dukungan positif kepada lansia.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Ariastika Irine Sofyan, Heryanto Adi Nugroho, Rahayu Astut. (2011). Hubungan
antara Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Jatuh pada
Lansia di Kelurahan Gunung Pati, Ngiji, Semarang. Vol.4 No.1 Maret 2011
: 18-29.
Ashar, Permata Hidayat. (2016). Gambaran Persepsi Faktor Resiko Jatuh pada
Lansia. Jakarta.
Azizah, Firda Dwi. (2017). Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Resiko Jatuh
pada Lanjut Usia. Surakarta.
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta. BPS.
Daniel. (2016). Tingkat Pengetahuan Caregiver terhadap Faktor Resiko,
Pencegahan, dan Komplikasi Jatuh pada Lansia. Bandung.
Darmajo & Martono. (2004). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
FKUI: Jakarta.
Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta: TIM.

Gunawan, Juhendri Dwi Adi. (2016). Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Resiko Jatuh pada Lanjut Usia. Surakarta.
Hardywinoto & Setiabudhi, T. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka
Utama.
Karohmah, Azizah Nurul. (2016). Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Lanjut Usia. Semarang.

Kemenkes. (2014). Pusat Data dan Informasi Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
Jakarta.
Marlita, Lora. (2017). Faktor-fr yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Lansia
dalam Melakukan Activity Daily Living (ADL). Pekanbaru.
Maryam, R. Siti. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: TIM.
Murtiyani, Ninik. (2017). Fungsi Kognitif dengan Activities of Daily Living (ADL)
pada Lansia. Mojokerto.
Natalia, Elizabeth Yuli Candra. (2017). Analisis Karakteristik Pasien Jatuh di RS.
RK. Charitas. Palembang.

Universitas Sumatera Utara


Ningrum, Ellys Banati. (2018). Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-
hari dengan Resiko Jatuh pada Lansia. Semarang.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Nugroho, H. Wahyudi, B.Sc., SKM. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik.
Ediisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis(ed.4). Surabaya: Salemba Medika

Robert, Charles. (2013). Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Aktivitas


Mobilisasi Lansia. Lampung.
Sari, Yulinda Permata. (2015). Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-
hari dengan Resiko Jatuh Pada Lansia. Yogyakarta.
Sugiyanti, Reni. (2011). Hubungan Frekuensi Senam Lansia dengan Kemandirian
Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari. Yogyakarta.

Suryani, Ulfa. (2018). Hubungan Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari


dengan Resiko Jatuh pada Lansia. Padang.
Yan, Loriza Sativa,dkk. (2019). Pengalaman Jatuh dan Kejadian Imobilitas pada
Kelompok Lanjut Usia. Jambi.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent)

Saya Sonya Butarbutar adalah mahasiswa Program S1 Ilmu Keperawatan


Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Lansia dan Kejadian Jatuh di
Posyandu Lansia Kecamatan Sipoholon.” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik lansia dan kejadian jatuh di posyandu lansia
Kecamatan Sipoholon.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan
pendapat bapak/ibu serta informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan
dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan. Dan jika bapak/ibu
bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini dengan sukarela dan
silahkan mengisi kuesioner dengan jujur sesuai yang anda terapkan.

Terimakasih atas partisipasi yang telah diberikan.

Tanda Tangan

( …..…………… )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Lembar Kuesioner

Data Demografi

Petunjuk: Isilah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi kolom yang tersedia

dengan tanda check list ( √ ) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.

1. Tanggal Penelitian :

2. Nomor Kode Responden : (diisi oleh peneliti)

3. Data Responden

4. Nama Inisial :

5. Umur : ………….

6. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

7. Tingkat Pendidikan : SD SMA

SMP Perguruan

Tinggi

8. Pekerjaan : Pegawai Swasta Buruh Pabrik

Buruh Tani Wiraswasta

TNI/Polri PNS

Lainnya…….

9. Penghasilan : Rp ………….
L
10. Riwayat Jatuh : a Pernah Tidak Pernah
k
11. Riwayat Penyakit yang i
-
Pernah Diderita : l
a
k
i

Universitas Sumatera Utara


P
e
Lampiran 2

Kuesioner Pengkajian Kajian Jatuh

Pentunjuk : Berilah pendapat anda dengan memberi tanda check list ( √ ) pada

kolom jawaban yang telah tersedia.

0 = Tidak 1 = Ya

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah saat bapak/ibu jatuh ada yang membantu berdiri?

Apakah ada yang membawa bapak/ibu berobat setelah


2
mengalami jatuh?

Apakah bapak/ibu meminum obat ketika mendapati


3
tanda memar/ bengkak setelah jatuh?

4 Apakah setelah jatuh ada yang merawat bapak/ibu?

Menurut bapak/ibu, apakah penerangan diruangan dan


5
dikamar cukup terang?

Menurut bapak/ibu, apakah lantai kamar mandi yang


6
digunakan saat ini licin?

Apakah barang-barang didalam rumah bapak/ibu ditata


7
dengan rapi?

8 Apakah tempat tidur bapak/ibu terlalu tinggi?

Apakah bapak/ibu menggunakan fasilitas pelayanan


9
kesehatan unuk mengatasi jatuh berulang?

10 Apakah setiap bulan bapak/ibu memeriksakan kesehatan?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

JADWAL TENTATIVE PENELITIAN

No Kegiatan Sept ‘19 Okt ‘19 Nov ‘19 Des ‘19 Jan ‘20 Feb ’20 Maret ’20
April Mei ‘20 Jun‘20 Jul‘20
‘20
Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
dan ACC Judul
2 Pengerjaan
Proposal Penelitian
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
Penelitian
5 Pengajuan Izin
Penelitian
6 Uji Validasi dan
Reabilitasi
7 Pengumpulan Data
Penelitian
8 Analisa Data
9 Penyusunan
Laporan Penelitian
10 Pengajuan Jadwal
Sidang Skripsi
11 Seminar Hasil
Penelitian
12 Revisi Skripsi dan
Pengumpulan
Laporan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

No.
Responden Nomor Soal
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Xt
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
3 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
4 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5
5 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5
6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
9 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
10 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
12 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6
13 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3
14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
15 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4
16 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 6
17 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7
18 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
20 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
21 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
22 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
23 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
24 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4
25 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
26 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 3
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
28 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Varian total
= 6,79
M
Reliabilitas
=6,93
KR-21
= 0,76

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Frequency Table

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60 - 75 79 86.8 86.8 86.8
76 - 90 12 13.2 13.2 100.0
Total 91 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 36 39.6 39.6 39.6
Perempuan 55 60.4 60.4 100.0
Total 91 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 13 14.3 14.3 14.3
SMP 27 29.7 29.7 44.0
SMA 40 44.0 44.0 87.9
Perguruan tinggi 11 12.1 12.1 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 17 18.7 18.7 18.7
Wiraswasta 11 12.1 12.1 30.8
Pensiunan 12 13.2 13.2 44.0
PNS 7 7.7 7.7 51.6
Buruh Tani 44 48.4 48.4 100.0
Total 91 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 17 18.7 18.7 18.7
200.000 - 1.300.000 62 68.1 68.1 86.8
1.400.000 - 2.500.0000 8 8.8 8.8 95.6
2.600.000 - 4.000.000 4 4.4 4.4 100.0
Total 91 100.0 100.0

Riwayar Jatuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 91 100.0 100.0 100.0

Riwayat Penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tdak ada 45 49.5 49.5 49.5
Komplikasi 7 7.7 7.7 57.1
Asam Urat 7 7.7 7.7 64.8
Asam lambung 5 5.5 5.5 70.3
Diabetes 2 2.2 2.2 72.5
Gagal Ginjal 2 2.2 2.2 74.7
Kolesterol 2 2.2 2.2 76.9
Hipertensi 21 23.1 23.1 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 46 50.5 50.5 50.5
Ya 45 49.5 49.5 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 52 57.1 57.1 57.1
Ya 39 42.9 42.9 100.0
Total 91 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 30 33.0 33.0 33.0
Ya 61 67.0 67.0 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 33 36.3 36.3 36.3
Ya 58 63.7 63.7 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 12 13.2 13.2 13.2
Ya 79 86.8 86.8 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 77 84.6 84.6 84.6
Ya 14 15.4 15.4 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 23 25.3 25.3 25.3
Ya 68 74.7 74.7 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 85 93.4 93.4 93.4
Ya 6 6.6 6.6 100.0
Total 91 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 59 64.8 64.8 64.8
Ya 32 35.2 35.2 100.0
Total 91 100.0 100.0

Pertanyaan 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 42 46.2 46.2 46.2
Ya 49 53.8 53.8 100.0
Total 91 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Master Data

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
0 0 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
0 0 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 0 1 1
0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

Taksasi Dana

No Uraian Jumlah
1 Penyusunan Proposal : Pencetakan Jurnal (Referensi), Rp 450.000
Internet, Print, penggandaan dan jilid.
2 Izin Penelitian Rp 200.000
3 Pengumpulan data, surat komisi etik, fotocopy kuesioner Rp 300.000
4 Analisa data Rp 200.000
5 Penyusunan laporan hasil penelitian : ketik, penggandaan Rp 650.000
dan jilid
6 Transportasi Rp 400.000
7 Biaya tidak terduga Rp 200.000
Total biaya Rp 2.400.000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8

Riwayat Hidup

Nama : Sonya Butarbutar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Sipoholon, 02 Desember 1997

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Nama Orangtua

Ayah : Harapan Butarbutar (+)

Ibu : Mediana Simamora

Riwayat Pendidikan

1. 2003 – 2004 : TK Perumnas Beringin Permai

2. 2004 – 2010 : SD N 178492 Perumnas

3.2010 – 2013 : SMP St.Maria Tarutung

4.2013 – 2016 : SMA N 2 Tarutung

5. 2016 – Sekarang : Fakultas Keperawatan USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9

Kegiatan Konsultasi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10

Surat Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai