Disusun Oleh :
Nim : 17.1303.S
2021
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
A. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan (syok) yang
dapat menyebabkan kematian.(Alwali & Sudoyo,2006)
Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan dapat menyerang
semua orang terutama anak – anak dan dapat menyebabkan kematian. (Departemen
Kesehatan RI, 2010)
Dengue Hemoragic fever (DHV) atau yang dikenal dengan istilah demam berdarah
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aides Aegepty.
B. Etiologi
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh
karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue.
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk
dalam genus Flavirus, keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh melalui
vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan beberapa spesies lainnya seperti Aedes
Albopictus dan Aedes Polynesiensis. Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang
membawa virus ini akan tertulari dan akan mengalami viremia yang menunjukkan
tanda-tanda khas seperti demam, nyeri otot dan atau sendi yang disertai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositipenia, dan diathesis hemoragik.
C. Patofisiologi
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien
mengalami viremia. Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang
munkin terjadi pada system vaskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang
umum pada system vascular yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler
selama proses perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami
renjatan berat. Volume plasma dapat menurun hingga 30 %. Hal inilah yang dapat
menyebabkan seseurang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma
ini jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis
metabolic yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian. 10 Viremia juga
menimbulkan agregasi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni
yang berpangaruh pada proses pembekuan darah. Perubahan fungsioner pembuluh
darah akibat keocoran plasma yang berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit
maupun saluran cerna biasanya menimbulkan tanda seperti munculnya purpura,
ptekie, hematemesis, ataupun melena.
trombositopeni yang berpangaruh pada proses pembekuan darah. Perubahan
fungsioner pembuluh darah akibat keocoran plasma yang berakhir pada perdarahan,
baik pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya menimbulkan tanda seperti
munculnya purpura, ptekie, hematemesis, ataupun melena.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasiklinis yang muncul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut sering
disertai tubuh menggigil.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan,
perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan pada kulit, perdarahan lainseperti
melena. Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah
1. Keluhan pada pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan,
diare dan konstipasi.
3. Keluhan sistem tubuh yang lain diantaranya sakit kepala, nyeri pada otot dan
sendi, nyeri ulu hati, pegal – pegal di seluruh tubuh.
Klasifikasi DHF
DHF dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, WHO
(1986) membagi menjadi empat kategori
1. Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya
berupa torniket tes yang positif. panas 2-7 hari, ngejalanya nyeri kepala,otot
dan sendi, ruam kulit, manesfestasi pendarahan.
2. Derajat II
Gejala demam yang diikuti perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan di
bawah kulit.dan tanda pembesaran plasma.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah, gelisah, cianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda – tanda
awal renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur. Syok hebat dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terdeteksi.
E. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan lab antara lain
pemeriksaan darah dan urine. Pada pemeriksaan darah akan dijumpai :
Trombositopenia
Hemoglobin meningkat
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
Hasil kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia.
F. Penatalaksanaan
Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan dapat berakibat fatal
dan kematian bila terlambat diatasi, penatalaksanaannya sebagai berikut :
Tirah baring
Diet makanlunak
Minumbanyak 2 –2,5 liter/24 jam
Pemberiancairanintravena
Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam, jikadondisipasienmemburuk
PeriksaHb, Ht, Trombosittiaphari
Pemberianobat anti piretik
Monitor tanda – tandaperdarahanlebihlanjut
Pemberian anti biotik, kolaborasi dengan dokter.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF adalah:
a. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah
trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
d. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi
cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.
H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian data
a. Pola Nutrisi dan Metabolik Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah,
haus, sakit saat menelan. Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi,
lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.
b. Pola eliminasi Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri,
(tahap lanjut).
c. Pola aktifitas dan latihan 16 Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena
efusi pleura.
d. Pola istirahat dan tidur Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/
panas/ menggigil. Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi
pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi,
pegal-pegal seluruh tubuh. Tanda : Cemas dan gelisah.
f. Persepsi diri dan konsep diri Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
g. Sirkulasi Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah Tanda : Nadi cepat dan
lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan nyata (kulit
epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau lebih,
trombosit kurang dari 100.000/mm.
J. Fokus intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
suhu tubuh klien kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan pernapasan dalam
rentang nirmal, tidak ada perubahan warna kulit.
INTERVENSI RASIONAL
Monitor suhu sesering mungkin Untuk mengetahui bagaimana suhu
tubuh klien
Selimuti pasien, lakukan kompres Untuk mengembalikan suhu tubuh
hangat klien
Ajarkan pasien untuk selalu menjaga Untuk mempertahankan suhu tubuh
suhu tubuh dalam batasan normal
Kolaborasikan dengan dokter terkait Agar suhu tubuh klien kembali
pemberian paracetamol normal
INTERVENSI RASIONAL
Mengkaji keadaan umum dan tanda- Menetapkan data dasar pasien, untuk
tanda vital pasien. mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal.
Mengobservasi kemungkinan adanya Agar dapat segera dilakukan rehidrasi
tanda-tanda syok maksimal jika terjadi tanda-tanda
syok.
Memberikan cairan intravaskuler Pemberian cairan IV sangat penting
sesuai progam bagi pasien yang mengalami deficit
volume cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan IV langung
masuk kepembulu darah.
Memotivasi klien untuk banyak Untuk mengantisipasi terjadinya
minum. dehidrasi akibat kebocoran plasma.
Kolaborasikan dengan dokter terkait Untuk mempercepat penyembuhan.
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
Mengkaji pola kebutuhan nutrisi klien Untuk mengetahui status gizi klien
dan menimbang berat badan. dan masalahnya.
Memberikan makanan sedikit tapi Mencegah mual muntah.
sering, usahakan dalam keadaan
hangat.
Mencatat porsi makanan yang Untuk mengetahui kecukupan nutris
dihabiskan klien setiap hari. klien perharinya.
Kolaborasikan pemberian antiemetic Mengurangi mual, muntah, dan
dan antasida. melindungi lambung dari
peningkatan asam lambung.
K. Pathway
Virus Dengue
verimia
Peningkatan
permeabilitas
dinding kapiler
DDS
kematian
DAFTAR PUSTAKA
Alwi I, Setiyohadi B, Sudoyo A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid
Kamitsuru Shigemi & Herdman T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Kusuma Hardhi & Nurarif Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Panduan Penyusunan
Asuhan Keperawatan Profesional. Media Action : Jogjakarta