Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DAN ANAK PENDERITA HIV/AIDS


KASUS BAYI BARU LAHIR DENGAN HIV/AIDS

Oleh:

PANDE LUH SINTHA OKTAVIANI

NIM. P07124019031

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari
pokok pembahasan mengenai kasus ibu Nifas dengan HIV/AIDS. Setiap pembahasan dibahas
secara sederhana sehingga mudah dimengerti. Dalam penyelesaian Makalah ini, saya banyak
mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,sudah sepantasnya jika saya mengucapkan terima
kasih kepada semua dosen yang membimbing saya. kami sadar, sebagai seorang mahasiswi
yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................2
D. Manfaat ............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI .....................................................................................3
A. Pengertian HIV/AIDS ......................................................................................3
B. Penyebab HIV/AIDS .......................................................................................3
C. Tahap Perubahan HIV/AIDS ...........................................................................4
D. Penularan HIV/AIDS .......................................................................................5
E. Gejala HIV/AIDS .............................................................................................5
F. Pencegahan HIV/AIDS ....................................................................................5
G. Pengobatan bagi penderita HIV/AIDS .............................................................6
BAB III PEMBAHASAN .........................................................................................8
A. Pengertian HIV/AIDS ......................................................................................8
B. Faktor risiko penularan HIV pada bayi ............................................................8
C. Penularan HIV dari ibu ke bayi .......................................................................9
D. Pencegahan penularan HIV ibu hamil ke janin yang dikandungnya ...............9
E. Diagnosis ..........................................................................................................10
F. Pengobatan infeksi virus HIV ..........................................................................11
G. Penatalaksananya .............................................................................................11
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................13
A. Kesimpulan ......................................................................................................13
B. Saran ................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
AIDS adalah penyakit yang berkembang saat individu tidak mampu melawan
infeksi. AIDS disebabkan oleh virus kecil, yaitu HIV. individu dapat terkena HIV
dalam tubuhnya selama beberapa tahun sebelum menunjukan tanda penyakit. Akan
tetapi, HIV pada akhirnya akan membuat individu tersebut kesulitan melawan infeksi.
Individu tersebut pun mulai mengalami masalah kesehatan.
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi
diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin
keekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah
pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia. Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak
bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari ibu
ke anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko
penularan di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV
dapat terjadi saat kehamilan maupun setelah masa persalinan. Risiko penularan
terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam kandungan 6% dan pasca
persalinan sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan vagina
yang mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari HIV/AIDS ?
2. Bagaimanakah cara penularan HIV/AIDS ?
3. Bagaimanakah pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak ?
4. Bagaimanakah diagnosisnya ?
5. Bagaimanakah tanda dan gejalanya ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?

1
C. TUJUAN UMUM dan TUJUAN KHUSUS
Tujuan penulisan makalah ini mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan HIV/AIDS.

D. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini mahasiswa dapat mengetahui apa itu HIV/AIDS
dan mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan HIV/AIDS.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired
berarti didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima
hingga sepuluh tahun atau lebih. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala
penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah
tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah
masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah,
penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya. Orang yang
baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama kelamaan sistem
kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua penyakit dapat masuk
ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah penderita disebut sudah terkena AIDS.

B. Penyebab HIV/AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen,
dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang terintegrasi di
dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk RNA
(ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse
transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki
retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan.

3
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS
dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang
terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis
AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral
(ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus
bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang
terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load').

C. Tahap Perubahan HIV/AIDS


1. Fase I ( periode jendela )
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes
darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
2. Fase II ( HIV posistif tanpa gejala)
Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu
sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat
menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan,
seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
3. Fase III ( HIV positif muncul gejala )
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala AIDS.
Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu
malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang
tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta
berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang.
4. Fase IV (AIDS)
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu
yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang
menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya
sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan

4
diare parah berminggu-minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan
mental dan sakit kepala.
D. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV melalui ASI merupakan faktor penting penularan pasca persalinan dan
meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat. ASI diketahui banyak mengandung HIV.
Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain :

➢ Mastitis atau luka pada putting


➢ Luka di mulut bayi
➢ Prematuritas dan Fungsi kekebalan tubuh bayi

E. Gejala HIV/AIDS
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang
yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama,
banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya. Beberapa
minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin tidak mengalami gejala atau
penyakit seperti influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan.
Ketika infeksi semakin memperlemah sistem kekebalan, seorang individu dapat
mengembangkan tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah bening yang
membengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Tanpa pengobatan,
mereka juga bisa mengembangkan penyakit berat seperti tuberkulosis, meningitis
kriptokokus, infeksi bakteri berat dan kanker seperti limfoma dan sarkoma Kaposi.

F. Pencegahan HIV/AIDS
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut:
➢ A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
➢ B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
➢ C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
➢ D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
➢ E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai
HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

5
Paket komprehensif intervensi untuk pencegahan dan pengobatan HIV meliputi :

➢ Program jarum dan alat suntik.

➢ Terapi substitusi opioid untuk orang yang bergantung pada opioid dan
pengobatan ketergantungan obat berbasis bukti lainnya.

➢ Tes dan konseling HIV.

➢ Perawatan HIV.

➢ Informasi dan edukasi pengurangan risiko dan penyediaan nalokson.

➢ Penggunaan kondom.

➢ Manajemen IMS, tuberkulosis dan virus hepatitis

G. Pengobatan bagi penderita HIV/AIDS


1. HIV/AIDS belum dapat disembuhkan
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV
dari dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa
HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya
tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan pengobatan alternatif atau
pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini digunakan berfungsi menahan
perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari
dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah dipasarkan secara umum, untuk obat
generik.
Namun tidak semua orang yang HIV positif sudah membutuhkan obat
ARV, ada kriteria khusus. Meskipun semakin hari makin banyak individu yang
dinyatakaN positif HIV, namun sampai saat ini belum ada informasi adanya
obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai sekarang belum
ada perkiraan resmi mengenai kapan obat yang dapat menyembuhkan AIDS
atau vaksin yang dapat mencegah AIDS ditemukan.
2. Pengobatan HIV/AIDS
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang
ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah
obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat
perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT,

6
Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang
digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya
kekebalan tubuh. Yang terpenting untuk pengobatan oportunistik yaitu
menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya, contoh : obat-obat anti TBC.

7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah penyakit yang berkembang saat individu tidak mampu melawan
infeksi. AIDS disebabkan oleh virus kecil (sejenis kuman), yaitu HIV. Individu dapat
memiliki HIV dalam tubuhnya selama beberapa tahun sebelum menunjukan tanda
penyakit. Akan tetapi, HIV pada akhirnya akan membuat individu tersebut kesulitan
melawan infeksi. Individu tersebut pun mulai mengalami masalah kesehata individu
pengidap HIV semakin sulit diobati, individu tersebut menderita AIDS (Klein, dkk
2012). AIDS merupakan penyakit yang tergolong dalam penyakit defisiensi imun
sekunder, yang untuk pertama kalinya dikenal tahun 1980 di Amerika Serikat. Sejak
peristiwa itu jumlah penderita terus meningkat dan melanda di seluruh negara sebagai
wabah yang menakutkan (Prof. Subowo, 2010).
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi
diluar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin
keekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah
pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia. Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak
bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.

B. Faktor Risiko Penularan HIV Pada Bayi


Tingginya angka penularan dari ibu ke janin sangat dipengaruhi oleh adanya
faktor risiko pada ibu hamil yang terinfeksi HIV. Faktor risiko tersebut adalah beratnya
infeksi HIV yang diderita ibu, adanya penyakit infeksi lain pada genitalia ibu, dan
kebiasaan ibu. Beratnya keadaan infeksi HIV pada ibu merupakan faktor risiko utama
terjadinya penularan perinatal. Berdasarkan hasil studi, ternyata angka penularan
vertikal lebih tinggi pada ibu terinfeksi HIV dengan gejala yang sangat berat dibanding
ibu terinfeksi HIV tanpa gejala. Beratnya keadaan penyakit ibu ditentukan dengan
menggunakan kriteria klinis dan jumlah partikel virus yang terdapat dalam plasma serta
keadaan imunitas ibu. Adapun tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV

8
dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik. Namun, yang
berpengaruh terhadap penularan HIV selama masa kehamilan adalah faktor ibu, yang
terdiri dari:
a. Jumlah virus (viral load)
b. Jumlah sel CD4
c. Status gizi selama hamil
d. Penyakit infeksi selama hamil

C. Penularan HIV dari Ibu ke Bayi


Penularan dari ibu ke bayi menjadi penyebab sebagian besar infeksi HIV pada
anak-anak. Transmisi transplasental dapat terjadi dini, dan virus telah diidentifikasi
pada kehamilan yang diakhiri dengan abortus elektif. Namun, pada sebagian besar
kasus, penularan terjadi pada periode peripartum, dan 15-40% bayi lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV dan tidak diobati akan terinfeksi. Komplikasi kehamilan, mencakup
persalinan preterm, hambatan pertumbuhan janin, dan lahir mati, dikaitkan dengan
infeksi HIV pada ibu.

D. Pencegahan Penularan HIV Ibu Hamil ke Janin yang Dikandungnya


Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA) merupakan program
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Konsep dasarnya adalah
menurunkan Viral Load serendah rendahnya. Meminimalkan paparan janin/bayi dari
cairan tubuh HIV positif. Lalu mengoptimalkan kesehatan bayi dari ibu dengan HIV
positif. Sampai saat ini, pengobatan yang tepat untuk menghindari atau menyembuhkan
HIV atau AIDS tidak dijumpai atau masih dalam percobaan. Obat yang masih dalam
percobaan adalah Azidothymidine (AZT) yang kerjanya untuk menghambat pada ibu
HIV. Pelayanan Bidan Praktik Mandiri merupakan salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang ada di Indonesia. Bidan Praktik Mandiri merupakan
tempat pelayanan dasar yang menjadi lini pertama deteksi dini terhadap komplikasi
pada kehamilan termasuk HIV.
PPIA pada pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat menurunkan angka
kematian pada ibu HIV. Pelayanan Bidan Praktik Mandiri merupakan salah satu
fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang ada di Indonesia. Program PPIA
sebagai program pencegahan HIV dari ibu ke anak sebagian besar dapat dilakukan oleh

9
bidan. Bidan dapat memberikan konseling dan dukungan pada perempuan yang tidak
terinfeksi HIV maupun yang sudah terinfeksi HIV.

E. Diagnosis
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama
periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah
pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii. Gejala umum yang ditemukan pada
bayi dengan ifeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare
kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran hapar dan lien).
Karena antibody ibu bisa dideteksi pada bayi sampai bayi berusia 18 bulan,
maka tes ELISA dan Western Blot akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV
karena tes ini berdasarkan ada atau tidaknya antibody terhadap virus HIV. Tes paling
spesifik untuk mengidentifikasi HIV adalah PCR pada dua saat yang berlainan.DNA
PCR pertama diambil saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitive selama
periode satu bulan setelah lahir.CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR
setidaknya diulang pada saat bayi berusia empat bulan.Jika tes ini negative, maka bayi
terinfeksi HIV. Tetapi bila bayi tersebut mendapatkan ASI, maka bayi resiko tertular
HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan,
pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan
yang lain.
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan hitung
limfosit CD4+ dan manifestasi klinis penyakit.Pasien dikategorikan berdasarkan
derajat imunosupresi (1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C, E).Klasifikasi ini
memungkinkan adanya surveilans serta perawatan pasien yang lebih baik. Klasifikasi
klinis dan imunologis ini bersifat eksklusif, sekali pasien diklasifikasikan dalam suatu
kategori, maka diklasifikasi ini tidak berubah walaupun terjadi perbaikan status karena
pemberian terapi atau factor lain.
Bayi yang beresiko tertular HIV diantaranya :
• Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
• Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
• Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
• Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang

10
• Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril.
F. Pengobatan Infeksi Virus HIV
Pengobatan saat ini yang tepat untuk menghindari atau menyembuhkan HIV atau
AIDS tidak dijumpai atau masih dalam percobaan. Obat yang masih dalam percobaan
adalah Azidothymidine (AZT) yang kerjanya untuk menghambat duplikasi virus
intraseluler. Hasilnya masih belum dapat dipastikan untuk penyembuhan dan
pengobatan massal. Selain itu, belum didapatkan data yang akurat tentang bagaimana
pengaruh AZT terhadap penularan virus HIV ke janin.

G. Penatalaksanaannya
1) Penghisapan lendir bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut,
melainkan dengan suction penghisap lendir yang dihubungkan dengan mesin
penghisap.
2) Perlakukan bayi seperti individu yang tidak terinfeksi.
3) Pencegahan infeksi harus dilakukan agar bayi terhindar dari transmisi infeksi
dari ibu ke bayi.
4) Ibu bayi harus diberitahu agar menghindari bayinya terkena sekresi tubuhnya.
5) Pemilihan makanan bayi harus didahului dengan konseling tentang risiko
penularan HIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau
sebelum persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah
mendapat informasi secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus
didukung.
6) Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu
melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya. Ia membutuhkan
dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama
karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat
terhadap ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu dan bayi sangat penting
dijaga. Dukungan juga harus diberikan kepada anak dan keluarganya. Dengan
dukungan psikososial yang baik, ibu dengan HIV akan bersikap optimis dan
bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak bijak dan
positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, serta berperilaku
sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.

11
7) Dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat
meningkat dan mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal
lainnya.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang ditularkan
secara seksual (melalui hubungan seksual tanpa pelindung), secara parenteral (melalui
perlengkapan injeksi yang digunakan bersama-sama atau melalui tranfusi
darah/penerima organ donor), atau dari ibu ke bayinya melalui penularan vertikal
(selama kehamilan, persalinan, atau menyusui).
Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari
ibu ke anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko
penularan di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV
dapat terjadi saat kehamilan maupun setelah masa persalinan. Perkembangan
HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat menghawatirkan karena dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan.
Awal infeksi biasanya terjadi dengan cara paparan cairan tubuh yang berasal
dari orang yang terinfeksi HIV. Virus HIV ditemukan sebagai partikel virus yang bebas
dan terdapat dalam sel yang terinfeksi, dalam semen, cairan vagina dan air susu ibu
(ASI). Penularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan
pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak mendapatkan
penanganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar 15 – 45 %. Risiko penularan 15 – 30
% terjadi pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV
sebesar 10 -20 % pada masa nifas dan menyusui.
Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak diantaranya, jumlah virus selama
hamil, status imunitas ibu hamil, riwayat infeksi pada genetalia ibu, gaya hidup dan
faktor perilaku, faktor obstetri seperti cara melahirkan bayi dan proses persalinan bayi,
dan pemberian ASI kepada bayi sesudah lahir. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari
Ibu ke Anak (PPIA) merupakan program pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi. Konsep dasarnya adalah menurunkan Viral Load serendah-rendahnya.
Meminimalkan papaan janin/bayi dari cairan tubuh HIV positif. Lalu mengoptimalkan
kesehatan bayi dari ibu dengan HIV positif.

13
B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya metode penelitian lebih lanjut
akan upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk menanggulangi bayi baru lahir
dengan HIV/AIDS agar setiap tahunya kasustersebut dapat menurun. Sekian yang dapat
saya sampaikan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan mahasiswa
kebidanan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anuar, B., & Siregar, S. P. (2016). Infeksi HIV pada bayi. Sari Pediatri.

Ayu Dian Saraswati, I. (2021). GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Sarjana Terapan
Kebidanan Jurusan Kebidanan 2021)

Darmadi, D., & Ruslie, R. H. (2012). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI HIV
PADA NEONATUS. Majalah Kedokteran Andalas.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2017. Laporan Situasi Perkembangan HIVAIDS& PIMS Di
Indonesia Triwulan I Tahun 2017. Kuningan: Jakarta Selatan.
Romlah, S. N., Puspita, R. R., & Hasanah, I. F. (2020). HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS (HIV) PADA BAYI BARU LAHIR DITINJAU DARI BERBAGAI LITERATUR.

15

Anda mungkin juga menyukai