Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENULANGAN BAMBU PADA

KEKUATAN GESER DINDING MASONRY

Yudha Rachman Winarto, S.T., M.T. , Dra. Tri Endang S.P.

ABSTRAK
Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah rawan gempa. Pengembangan
kontruksi tahan gempa yang murah dan mudah diaplikasikan sangat diperlukan oleh
masyarakat dalam kondisi saat ini. Penulangan bambu pada dinding masonry dapat
memberikan kekuatan yang lebih besar sehingga menghasilkan bangunan yang tahan
gempa. Tujuan utama ditulisnya tesis ini adalah untuk mengetahui perilaku keruntuhan
geser masonry bertulang dengan penulangan bambu. Untuk itu dilakukan pengujian berupa
pengujian beban lateral pada dinding masonry. Hasil pengujian yang diperoleh dianalisa
dengan mengunakan analisa varian dua arah menggunakan metode rancangan acak lengkap
dan analisa varian satu arah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
perkuatan bambu pada dinding masonry dapat meningkatkan kuat geser dinding masonry.
Persentase peningkatan P maksimum yang dapat ditahan oleh dinding masonry normal
dibandingkan dengan dinding masonry dengan penambahan penulangan bambu adalah
609,99% untuk penambahan penulangan 7 bambu/m, 226,70% untuk penambahan
penulangan 2,3 dan 4 bambu/m dengan bendrat dan 286,32% untuk penambahan
penulangan 2,3 dan 4 bambu/m tanpa bendrat.

Kata Kunci: kekuatan geser dinding masonry

1. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya intensitas gempa


1.1. LATAR BELAKANG yang terjadi di Indonesia dalam kurun
Sebagian besar wilayah Indonesia waktu beberapa tahun belakangan ini
merupakan daerah rawan gempa. Gempa dengan jumlah korban jiwa yang sangat
di Jogyakarta, Sabtu 27 Mei 2006 besar menunjukkan perlunya perhatian
berkekuatan 5,9 skala Richter, terhadap desain bangunan tahan gempa.
menyebabkan 5.000 korban jiwa, ribuan Bambu memiliki kekuatan tarik,
orang terluka dan sekitar 500.000 rumah sehingga penggunaan bambu sebagai
rusak. Gempa di Sumatera Bagian Utara alternatif pengganti tulangan baja pada
28 Maret 2005 berkekuatan 8,7 skala konstruksi bangunan perlu dikembangkan
Richter, menyebabkan 1.313 korban jiwa. terutama untuk menekan biaya. Selain
Gempa di Aceh Sumatera 26 Desember itu, bambu mudah dijumpai dan
2004 berkekuatan 9 skala Richter pembudidayaan yang baik akan
menyebabkan 283.106 korban jiwa.
memberikan jaminan ketersediaan secara Manfaat yang akan diperoleh dari
terus menerus. penelitian ini adalah :
Konstruksi bambu lebih sederhana a. Dapat mengetahui perilaku
daripada kayu dan perbedaan diantara keruntuhan geser reinforced
700 spesiesnya nampaknya relatif masonry yang menggunakan
kecil.(Liese,1992). penulangan bambu.
Berdasarkan uraian di atas penulis b. Hasil penelitian ini diharapkan
akan melakukan penelitian reinforced dapat menambah kepustakaan
masonry dengan perkuatan penulangan bangunan tahan gempa dan sebagai
dari bambu. acuan penelitian selanjutnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH 2. TINJAUAN PUSTAKA


Rumusan masalah dalam penelitian 2.1.STRUKTUR MASONRY
ini adalah bagaimana perilaku keruntuhan Masonry adalah salah satu dari
geser pada reinforced masonry dengan material konstruksi yang paling tua, yang
penulangan bambu? digunakan untuk semua jenis struktur
pada milenium terakhir. Masonry
1.3. BATASAN MASALAH sekarang ini sangat sering digunakan
Untuk membatasi obyek penelitian khususnya untuk struktur perumahan
dan menyusun langkah kerja yang karena keuntungannya, seperti, kuat
sistematis, maka lingkup permasalahan tekan yang memadai yang digabungkan
dibatasi sebagai berikut : dengan properti panas yang bagus serta
1. Perilaku masonry yang diamati biaya konstruksi rendah.
adalah Kuat geser dan pola Kerugian masonry adalah pada
keruntuhan yang terjadi. tarik dan kuat tarik fleksuralnya yang
2. Analisa biaya tidak dibahas. rendah, yang dapat menyebabkan retakan
dan mengurangi kekakuan dan kekuatan.
1.4. TUJUAN PENELITIAN Oleh karena itu, masonry diletakkan pada
Tujuan penelitian ini adalah untuk sebagian besar bidang penerapan dalam
mengetahui perilaku keruntuhan geser pengembangan beton bertulang. Daya
reinforced masonry dengan penulangan dukung beton, yang secara umum
bambu. memiliki kuat tekan tinggi tetapi kuat
tarik rendah, dapat diperbaiki dengan
1.5. MANFAAT PENELITIAN penggunaan tulangan. Oleh karena
properti yang sama antara beton dan jangkar yang memadai yang dapat
masonry, penggunaan tulangan pada diperkirakan hanya pada gabungan
masonry nampaknya juga berarti untuk batangan tulangan vertikal dan inti yang
memperbaiki daya dukung dan untuk digrout.
mengontrol lebar retakan. Gabungan Lebih jauh tulangan vertikal dapat
antara masonry dan tulangan dihasilkan mentransfer tegangan tarik yang tegak
dalam “masonry bertulang”. (Matthias lurus dengan sambungan dasar. Oleh
Ernst dan Gert Konig). karena itu standar “keruntuhan tarik pada
palung sambungan” tidak meyakinkan
2.2. RANCANGAN BLOK untuk kekuatan geser pada masonry
MASONRY TANAH LIAT bertulang.
BERTULANG
2.2.1. RANCANGAN GESER Keruntuhan sambungan
Seperti yang dikonfirmasikan pada (1a) Kuat Geser pada masonry tidak
hasil tes, rancangan geser untuk masonry bertulang
bertulang dapat dikerjakan secara sama 1
 xy   f vo   . y .
hst
1   .2.
dengan prosedur rancangan yang sudah l st

dikenal untuk masonry tidak bertulang. (2.1)


Berdasarkan standar keruntuhan geser (1b) Kuat geser untuk masonry bertulang
untuk masonry tidak bertulang As ,h . f sy As*,v . s ,v
 xy  . h . s   ( f vo   . y )
l .t l.t
(keruntuhan geser pada sambungan,
(2.2)
keruntuhan tarik pada blok dan
Koefisien friksi pada sambungan
keruntuhan tekanan pada masonry), kuat
dapat diperkirakan pada μ = 0,95 untuk
geser pada masonry bertulang dan tidak
gabungan blok dan mortar yang dites.
bertulang harus ditetapkan untuk setiap
Faktor αs mempertimbangkan pengaruh
standar ini. Nilai standar terendah
panjang dan tinggi dinding, faktor αh
mewakili kuat geser.
adalah efisiensi tulangan horisontal.
Kuat geser meningkat yang
Dapat didekati dengan:
disebabkan oleh tulangan adalah
0,9.d
memungkinkan jika jenis keruntuhan s  untuk h / l  1
s
“keruntuhan sambungan” dan 0,8.h
s  untuk h / l  1
“keruntuhan tarik pada blok” s
meyakinkan. Tulangan sambungan dasar αh = 0 untuk masonry tulangan horisontal
dapat menjadi efektif hanya pada kasus saja
αh = 1,0 untuk masonry tulangan bertulang dan tidak bertulang (gambar
horisontal dan vertikal 2.1).

Keruntuhan Tarik pada Blok


(2a) Kuat geser untuk masonry tidak
bertulang Gambar 2.1. Kurva kegagalan geser
 z ,st y untuk masonry bertulang dan tidak
 xy  . 1
2,3  z ,st
bertulang (a: masonry bertulang, b:
(2.3) masonry tidak bertulang, 1: Keruntuhan
(2b) Kuat geser untuk masonry bertulang tarik pada dasar sambungan, 2:
*
As,h.s,h 1 x A . A . Keruntuhan geser pada dasar sambungan,
xy  .h.s  .st.y. 1  s,h s,h .s.h  s,v s,v

l.t 2 l l.t l.t


3: Keruntuhan tarik pada blok, 4:
(2.4)
Keruntuhan tekan pada masonry)
dimana x1 = h untuk h ≤ l
Sumber: (Matthias Ernst, Gert Konig,)
x1 = l untuk h > l
Koefisien fiksi μst sepanjang
2.3 BAMBU
retakan melalui blok dapat diasumsikan
Keunggulan bambu antara lain;
pada μst = 0,97 untuk blok yang dites.
kuat terhadap gaya tarik (terutama kulit
bambu yang merupakan pelindung dan
Keruntuhan Tekanan
bagian terkuat dari bambu), banyak
Pengaruh tulangan terhadap kuat
dijumpai di Indonesia. Sedangkan
geser diabaikan pada kasus keruntuhan
kelemahan Bambu antara lain; sifat fisik
kompresi pada masonry. Oleh karena itu
bambu sebagai bahan alam yang
standar yang sama dapat digunakan untuk
membuatnya sukar dikerjakan secara
masonry bertulang dan tidak bertulang:
mekanis, variasi dimensi dan
(3) Kuat geser pada masonry bertulang
ketidakseragaman panjang ruasnya,
dan tidak
ketidakawetannya, dan bambu lemah
bertulang
terhadap gaya geser.
l
 xy   y  f m . st Namun terdapat satu hal yang perlu
2.hst
diketahui bahwa bambu akan mengalami
(2.5)
pembesaran dimensi jika menyerap air.
Standar ini digunakan untuk
Hal ini juga berlaku pada saat bambu
mempresentasikan kurva keruntuhan
diselimuti pasta semen, yang pada awal
untuk keruntuhan pada masonry
pengerasan, pasta semen yang
mengandung banyak air akan diserap d) Batang bambu berupa bilah-bilah
oleh bambu, sehingga akan terjadi lebih baik daripada berbentuk
pembesaran dimensi dari bambu tersebut. bulat, dapat mencegah retakan
Keadaan ini merugikan karena selama interaksi bambu dan pasta
pembesaran dimensinya akan semen.
mengakibatkan pasta semen terdesak oleh Dari serangkaian analisis diatas, kita
tekanan dan dapat merusak serta perlu menguji masing-masing kekuatan
memecahkan pasta semen yang belum dari tarikan bambu Tali, lentur tarik
mengeras dengan benar dan mencapai beton, dan tarik lekatan bambu tali dan
kekuatannya. Hal ini juga mengakibatkan semen.
retak sepanjang bilah bambu dan
kekuatannya melawan gaya geser akan 2.4. HIPOTESIS
berkurang. Bila pasta semen telah Penambahan tulangan vertikal
mengeras serta bilah bambu tidak bisa bambu akan meningkatkan kekuatan
menyerap air lagi atau mengerut, maka geser dinding masonry.
akan timbul rongga-rongga udara
disekeliling bambu antara batang bambu 3. METODOLOGI PENELITIAN
dan pasta semen sehingga mempengaruhi Untuk membuktikan hipotesis
daya lekat keduannya. yang diajukan, dilakukan penelitian
Berdasarkan penelitian Herdarmin eksperimental di Laboratorium Bahan
(1991), cara-cara untuk mengatasi dan Kontruksi Jurusan Sipil, Fakultas
masalah tersebut lah: Teknik Universitas Brawijaya.
a) Memakai batang bambu yang tua Pelaksanaan penelitian direncanakan
agar daya serap terhadap pada bulan Desember 2007 sampai
kelembabannya kecil, sehingga dengan Juli 2008.
tidak mengalami pengerutan dan
retak yang terlampau besar. 3.1. DESAIN PERCOBAAN
b) Melapisi batang bambu dengan Benda Uji yang dibuat Masonry
bahan kedap air (kerosin alkohol, dengan spesifikasi campuran mortar 1:5
aspal dan lain-lain). dengan campuran Additon HE 120 cc /
c) Memakai semen yang 50 kg semen berupa :
berkekuatan awal tinggi. Tabel 3.1. Rancangan percobaaan
pengujian beban lateral
Dinding pasangan bata merah Gambar 3.1. Dimensi dinding pasangan
memiliki ukuran 1 m x 0,11 m x 1 m (b x bata merah
t x h) dengan susunan bata setengah batu.
Ikatan antara bata adalah mortar dengan
komposisi 1 : 5, dengan penambahan air
sehingga mencapai kelecakan tertentu.
Siar tegak dan siar kasuran pada dinding
pasangan adalah 1 cm.
Gambar 3.2. Pengujian dinding pasangan
batu merah

3.2.DIAGRAM PELAKSANAAN
PENELITIAN
3.3. PENGUJIAN BAHAN DASAR 3.4 TEKNIK ANALISA DATA
Langkah pertama sebelum memulai Untuk mengetahui apakah ada
penelitian ini dilakukan pengujian perbedaan nilai kuat tekan masonry
terhadap bahan-bahan dasarnya terlebih antara masing-masing perlakuan
dahulu. digunakan analisis varian dua arah
1. Agregat halus (pasir) dengan menggunakan rancangan acak
2. Mortar lengkap (RAL) dan juga analisis varian
3. Bata satu arah.
4. Bambu Tulangan
4. HASIL PENELITIAN DAN Setelah dilakukan uji lentur
PEMBAHASAN terhadap mortar, maka didapatkan hasil
4.1. HASIL PENGUJIAN BAHAN- rata-rata 12,5 KN
BAHAN DASAR
4.1.1. Agregat Halus (Pasir) 4.1.3. Bata Merah
Pengujian yang dilakukan pada Pengujian yang dilakukan pada
agregat harus ada uji analisa saring dan bata adalah pengujian sifat fisis dan sifat
uji sifat fisis. Uji analisa saring mekanis. Pengujian sifat fisis adalah
digunakan untuk mengetahui gradasi pengujian terhadap warna, bentuk, berat
agregat halus. Sedangkan uji sifat fisis dan pengujian ukuran yang meliputi
dilakukan untuk mengetahui berat jenis panjang, lebar dan tebal bata. Sedangkan
dan penyerapannya. Dari hasil pengujian, pengujian sifat mekanis adalah pengujian
didapat bahwa : kuat tekan bata. Pada penelitian ini
Modulus kehalusan pasir : 4,63698 dilakukan uji kuat tekan pada umur 28
Dari grafik, masuk pada zona gradasi : 2 hari. Bata yang akan diuji sifat fisis dan
Berat jenis curah : 2,58 mekanis diperoleh dengan cara
Berat jenis kering permukaan jenuh : 2,60 mengambil secara acak 5 buah bata dari
Berat jenis semu : 2,65 tumpukan.
Penyerapan : 1,112 Didapatkan kuat tekan bata rata-rata =
138,722/3 = 46,2407 kg/cm2
4.1.2. Mortar
4.1.2.1. Kuat Tekan Mortar 4.1.4. Bambu Tulangan
Pengujian yang akan dilakukan Setelah dilakukan uji tarik bambu,
pada mortar adalah uji tekan. Campuran maka data yang diperoleh adalah sebagai
mortar yang digunakan adalah 1 : 5. berikut:
Benda uji mortar adalah kubus yang Tabel 4.1. Kuat Tarik Bambu
memiliki sisi 5 cm. Pengujian dilakukan
ketika benda uji berumur 28 hari
didapatkan kuat tekan mortar rata-rata =
298,33/6 = 49,7215 kg/cm2.

4.1.2.2. Kuat Lentur Mortar


4.2. HASIL PENGUJIAN BEBAN dengan bendrat, 4 bambu tanpa bendrat,
LATERAL PADA SETIAP dan 7 bambu tanpa bendrat, maka
PERLAKUAN didapatkan data yang disusun pada tabel
Setelah dilakukan pengujian beban 4.2. Foto-foto di bawah ini merupakan
lateral terhadap setiap perlakuan yaitu dokumentasi saat melakukan penelitian.
normal, lobang, 2 bambu dengan bendrat, Tabel 4.2. Hasil Uji Lateral pada setiap
2 bambu tanpa bendrat, 3 bambu dengan perlakuan.
bendrat, 3 bambu tanpa bendrat, 4 bambu
Gambar 4.1 Diagram Batang Beban Diagram Batang untuk
2.500,00
Maksimum Rata
Rata-Rata
2.000,00
Diagram Batang untuk
3000
Beban Maksimum 1.500,00

2500 1.000,00
2000
1500 500,00
1000
-
500

Lobang
Normal

2 Bambu tanpa bendrat


2 Bambu + Bendrat
3 Bambu tanpa bendrat
3 Bambu + Bendrat
4 Bambu tanpa bendrat
4 Bambu + Bendrat
7 Bambu tanpa bendrat
0
2 Bambu tanpa…
2 Bambu tanpa…

3 Bambu tanpa…
3 Bambu tanpa…

4 Bambu tanpa…
4 Bambu tanpa…

7 Bambu tanpa…
7 Bambu tanpa…
Lobang 2
Normal 1
Normal 3

2 Bambu + bendrat 2

3 Bambu + bendrat 2

4 Bambu + bendrat 2

Gambar 4.2 Diagram batang Kuat Geser 4.3. PENGUJIAN HIPOTESIS


Rata-rata Setelah didapatkan data yang
disusun pada tabel 4.2. diatas, maka
dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji F. Untuk itu data yang
diperoleh
eroleh diringkas dalam bentuk tabel di
bawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Kuat Geser
Tabel 4.4. Rataan Kuat Tarik Benda Uji

Berdasarkan data tersebut kita dapat melakukan perhitungan-perhitungan sebagai


berikut :
Tabel 4.5. Analisis Varian Faktorial AXB dalam RAL

Tabel 4.6. Analisa Ragam 1 arah untuk 5 perlakuan

Untuk melihat perbandingan antar


perlakuan-perlakuan tertentu, maka
diadakan uji F sebagai berikut :
Tabel 4.7. Analisis Varian Satu Arah Untuk 5 Perlakuan

Fhitung  KT perlakuan / KTgalatpercobaan Ftabel = 3,48

= 1707939,25/40141,36 Jadi Fhitung > Ftabel

= 42,55
Tabel 4.8. Analisa Ragam 1 arah untuk 2 perlakuan dengan membandingkan normal dan
lobang

Tabel 4.9. Analisis varian satu arah untuk 2 perlakuan dengan membandingkan normal dan
lobang

Fhitung  KT perlakuan / KTgalatpercobaan Ftabel = 7,71

= 823,49 / 4566,47 Jadi Fhitung < Ftabel

= 0,18
Tabel 4.10. Analisa Ragam 1 arah untuk 2 perlakuan dengan membandingkan normal dan
7 bambu
Tabel 4.11. Analisis varian satu arah untuk 2 perlakuan dengan membandingkan normal
dan lobang

Fhitung  KT perlakuan / KTgalatpercobaan Analisis yang dilakukan

= 5083700,58 / 50275,67 menggunakan analisis ragam melalui

= 101,12 beberapa tahapan yaitu :

Ftabel = 7,71 Analisis ragam faktorial dalam rancangan

Jadi Fhitung > Ftabel acak lengkap dan analisis interaksi kedua
faktor dan Analisis ragam satu arah.

4.4. PEMBAHASAN
Titik pengamatan 2 mengalami 4.4.1. Analisis Ragam

perpindahan yang paling dominan 4.4.1.1. Analisis Ragam Faktorial

dibandingkan titik pengamatan yang lain Dalam Rancangan Acak Lengkap dan

sehingga titik pengamatan 2 digunakan Analisis Interaksi Kedua Faktor.

sebagai acuan pengujian hipotesis pada Berdasarkan analisis ragam

percobaan ini. faktorial 2x2 dalam rancangan acak

Secara umum perilaku lengkap, keragaman total diuraikan

kemampuan menahan beban mempunyai menjadi sumber keragaman perlakuan

kecenderungan naik dari perlakuan dan galat percobaan. Dari hasil

normal sampai dengan penambahan 7 penguraian, sumber keragaman perlakuan

bambu. menjadi :
 Sumber keragaman pengaruh utama
yaitu bendrat dan bambu.
 Sumber keragaman pengaruh Dari uji F yang dilakukan nampak
interaksi dua faktor yaitu bendrat + adanya perbedaan yang nyata. Hal ini
bambu. berarti bahwa perlakuan yang diberikan
Dari hasil uji F didapatkan hasil pada dinding bata memberikan pengaruh
tidak nyata. Hal ini berarti bahwa : pada kekuatan lateral yang dapat ditahan.
 Apabila faktor bendrat diabaikan Pada analisis ragam yang dapat kita
maka kuat lateral antara bambu 2, lihat pada tabel 4.12, dimana dilakukan
bambu 3 dan bambu 4 tidak analisis ragam untuk dua perlakuan yaitu
berbeda. normal dan lobang, didapatkan hasil uji F
 Apabila faktor bambu diabaikan yang tidak nyata. Hal ini menunjukkan
maka kuat lateral untuk bahwa perlakuan pemberian lobang pada
penggunaan bendrat dan tanpa bata pasangan dinding tidak berdampak
bendrat tidak berbeda. pada kekuatan lateral yang dapat ditahan

 Interaksi dua faktor yaitu bendrat + oleh dinding bata.

bambu tidak nyata. Hal ini berarti Pada tabel 4.14, kita dapat melihat

bahwa tidak ada yang berbeda baik analisis ragam yang dilakukan untuk dua

pada kombinasi bendrat + 2 bambu, perlakuan yaitu normal dan 7 bambu,

bendrat + 3 bambu, bendrat + 4 dimana didapatkan hasil uji F yang nyata.

bambu, tanpa bendrat + 2 bambu, Hal ini berarti bahwa perlakuan

tanpa bendrat + 3 bambu dan tanpa pemberian 7 bambu pada bata pasangan

bendrat + 4 bambu. dinding berdampak pada kekuatan lateral

Karena hasil analisis ragam yang dapat ditahan

menunjukka hasil tidak nyata, maka dinding bata. Rata-rata kekuatan lateral

interaksi antara dua faktor yaitu bambu dinding normal adalah sebesar 301,8 kg,

dan bendrat tidak perlu dilakukan lebih sedangkan rata-rata kekuatan dinding

lanjut. dengan 7 bambu adalah sebesar 2142,76


kg dengan peningkatan kekuatan beban

4.4.2.1. Analisis Ragam Satu Arah. lateral sebesar 609,99%.

Analisis ragam satu arah yang Pada tabel 4.16 yang merupakan

dapat kita lihat pada tabel 4.9. dilakukan analisis ragam terhadap tiga perlakuan

untuk 5 perlakuan yaitu Normal, Lobang, yaitu dinding normal, bambu + bendrat

Bendrat, Tanpa Bendrat, 7 Bambu dan bambu + tanpa bendrat didapatkan


hasil uji F yang nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan pada bata
pasangan dinding berdampak kekuatan mendapat perhatian pada penelitian
lateral yang dapat ditahan dinding bata. sejenis antara lain :
Rata-rata kekuatan lateral dinding normal  Diperlukan penelitian lebih lanjut
adalah sebesar 301,8 kg, sedangkan rata- tentang susut bambu.
rata kekuatan lateral dinding dengan  Diperlukan penelitian lebih lanjut
bambu 2,3,4 + bendrat adalah sebesar pada aplikasi struktur tiga dimensi.
986,03 kg dan rata-rata kekuatan lateral  Diperlukan penelitian lebih banyak
dinding dengan bambu 2,3,4 + tanpa tentang variasi penataan bambu pada
bendrat adalah sebesar 1165,3 kg. dinding masonry.
Dengan peningkatan kekuatan beban
lateral sebesar 226,7 % untuk bambu DAFTAR PUSTAKA
2,3,4 + bendrat dan peningkatan sebesar Bertero, V.V., Proceedings of a
286,32% untuk bambu 2,3,4 + tanpa Workshop on Earthquake-Resistant
bendrat dan dinding normal. Reinforced Concrete Building
Construction, University of
5. KESIMPULAN DAN SARAN California, Berkeley, 1977,
5.1. KESIMPULAN Harianto Hardjasaputra, Wiryanto
Dari penelitian yang telah Dewobroto, Firman Setiawan,
dilakukan,didapatkan kesimpulan bahwa: Proyek Tangki Air dari Semen-
1. Pemberian lobang pada bata dalam Pasir-Bambu di Mesjid Al-Ikhlas,
susunan masonry tidak memberikan Binong - Tangerang1, http://sipil-
perubahan pada kuat geser uph.tripod.com, Jurnal Teknik
dibandingkan kondisi normal dinding Sipil UPH Jurusan Teknik Sipil
masonry. Universitas Pelita Harapan, Lippo-
2. Pemberikan perkuatan bambu Karawaci.
meningkatkan kuat geser dinding Herdarmin S. 1991. Pemakaian Bambu
masonry. Sebagai Tulangan Beton, UNTAR,
3. Pemberian ikatan bendrat pada Jakarta.
perkuatan bambu tidak berdampak Matthias Ernst, Gert Konig, Shear
pada kuat geser dinding masonry. Strength And Compressive
Strength of Reinforced.Perforated
5.2. SARAN Clay Block Masonry, Institute fur
Dari hasil pelaksanaan Massivbau, TH Darmstadt, now
penelitian, beberapa hal yang perlu Ingenieurburo BUNG, Institute fur
Massivbau und Baustofftechnologie University of California San Diego,
i. Gr., Universitat Leipzig. USA.
Morisco 1981. Rekayasa Bambu, Naffiri Walter Liese, 1992, The Structure of
Offset, Yogyakarta. Bamboo in Relation To Its
T. Paulay & M.J.N. Priestley, 1991, Properties And Utilization, Wood
Seismic Design of Reinforced Biology Hamburg University
Concrete and Masonry Buildings, Leuschnerstrasse 91 D-2050
Department of Civil Engineering Hamburg 80 Germany.
University of Canterbury Vincent Gaspersz, 1995, Teknik Analisis
Christchurch, New Zealand, Dalam Penelitian Percobaan,
Department of Applied Mechanics Tarsito, Bandung.
and Engineering Sciences

Anda mungkin juga menyukai