Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (S.P.)
Oleh
Nurul Fitriani
NIM: 1110092000006
Nurul Fitriani
1110092000006
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
ii
iii
PERNYATAAN
Nurul Fitriani
1110092000006
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
RINGKASAN
Nurul Fitriani, Analisis Seleksi Pemasok (Supplier) Produk Lapis Bogor Sangkuriang
pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat. Dibawah Bimbingan Drh. Zulmanery,
MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM
PT. Agrinesia Raya (PT. AR) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengolahan pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas
Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai
tambah. Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor
Sangkuriang (LBS). Perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok
ditimbulkan akibat sering mencari supplier pengganti, hubungan yang tepat diantara
prosedur seleksi supplier serta kontrak kerjasama belum dirumuskan secara memadai.
menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai 40%-70% dari sebuah ongkos
produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup
berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) perusahaan. Hasil yang diperoleh dari
aplikasi MPE sebagai metode seleksi supplier dapat diarahkan untuk meningkatkan
seleksi supplier pada rantai pasokan Lapis Bogor Sangkuriang (LBS) yang menghasilkan
kriteria dan kriteria turunannya dengan bobot masing-masing. Implikasi manajerial dari
hasil penelitian dijadikan panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier
bahan baku untuk PT. AR. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan pada
Kata kunci: Supplier, Seleksi Supplier, Supplier Relationship Management, Teknik MPE
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan
Lapis Bogor Sangkuriang pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat”. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di
Jakarta.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang
sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
2. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku dosen pembimbing kedua yang
dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan
vii
7. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Yusuf Isa Suyana dan Ibu Suminar
8. Kedua adik saya Muhamad Dzikri Fujiawan dan Rivaldi Arif yang selalu
memberikan semangat.
Dwi Indah Sulistiani, Malisa Rachma Handayani dan Yona Namira yang
10. Teman-teman kantor PT. AGRINESIA RAYA (Laila, Yeni, Tya, Dini,
11. Luthfy Widiansyah, S.KM. Terima kasih atas do’a, bantuan, dukungan
yang kamu diberikan selama ini, khususnya selama masa-masa sulit dalam
Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.
Nurul Fitriani
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
ix
2.8 Kriteria Supplier yang Ideal ...............................................................23
2.9 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier ...................31
2.9.1 Metode Perbandingan Eksponensial .........................................34
2.10 Penelitian Terdahulu ...........................................................................37
2.11 Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................39
x
5.3 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku LBS ............68
5.4 Analisis Rantai Nilai...........................................................................71
5.5 Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS ....................................76
5.5.1 Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku .................................77
5.5.2 Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier..........................93
5.6 Implikasi Manajerial ...........................................................................102
BAB VI PENUTUP
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42% dan
efisiensi produksi. Upaya perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan cara
perhatiannya pada manajemen suplai dan pembelian, yaitu bagian dari manajemen
rantai pasok yang fokus terhadap pengaturan aliran barang dan jasa dari supplier
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah industri
lainnya dengan jum lah industri kecil formal sebanyak 154 unit usaha dan industri
kecil non formal sebanyak 929 unit usaha (Tabel 1). Dewan Ketahanan Pangan
1
penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan dan meningkatkan
PT. Agrinesia Raya (PT. AR) yang terletak di Bogor Utara, Jawa Barat
pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas daerah yaitu
talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai tambah.
Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor
produksi, perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok. Mulai
dari kegiatan memilih para supplier bahan baku yang akan bekerjasama dengan
2
supplieryang terpilih berdasarkan harga terendah ternyata menyerahkan bahan
jangka panjang dan tidak adanya kontrak kerja yang memadai. Para supplier
baku dari supplier pengganti jauh lebih mahal, biaya operasional untuk persediaan
berkurang.
dalam penyediaan bahan baku LBS selama 6 bulan (Oktober 2013-Maret 2014)
hingga Maret 2014 (lihat Tabel 2), meskipun sempat mengalami penurunan pada
Oktober hingga Desember 2013 tetapi penurunan biaya tersebut tidak cukup
Tabel 2. Data Biaya Tidak Terduga untuk Penyediaan Bahan Baku LBS
Oktober 2013 - Maret 2014
No Bulan Biaya Tidak Terduga Pertumbuhan (%)
1 Oktober 2013 Rp 22,215,000,- 0%
2 November 2013 Rp 21,117,000,- -5.19%
3 Desember 2013 Rp 20,016,000 -5.50%
4 Januari 2014 Rp 22,108,000,- 10.45%
5 Februari 2014 Rp 23,004,000,- 4.05%
6 Maret 2014 Rp 24,206,000,- 5.22%
Sumber : Departemen Purchasing PT. AR, 2014
3
dalam perusahaan dapat menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai
40%-70% dari sebuah ongkos produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa
perusahaan.
Supplier Relationship Management atau SRM agar terjadi hubungan yang tepat
memiliki kemampuan mengirim bahan baku dalam waktu yang lebih pendek
keberlanjutan usaha yang dijalankan. Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam
keamanan pangan kepada para supplier karena mereka termasuk dalam anggota
rantai pangan yang bertujuan untuk menyediakan produk pangan yang aman bagi
kali oleh keputusan strategis pemilihan supplier (Hou dan Huang 2002 dalam
Nailul 2011). Koordinasi dengan supplier bukan hal mudah karena supplier
peran kunci dalam organisasi karena secara signifikan dapat mengurangi harga
barang dan meningkatkan daya saing harga perusahaan (Pujawan, 2005). Kriteria-
4
kriteria supplier yang ideal untuk PT. AR perlu diidentifikasi dan dilakukan
kerjasama jangka panjang dapat terwujud, serta tujuan industri pangan dalam
SRM yaitu seleksi supplier. Penelitian analisis seleksi supplier dilakukan untuk
perusahaan.
3. Bagaimana hasil pemilihan supplier bahan baku produk LBS serta siapa
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
ilmu yang diperoleh selama kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan
seleksi supplier.
3. Bagi Perusahaan
Aspek rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada anggota
rantai pasok mulai dari supplieryang bekerjasama dengan PT. AR hingga bahan
baku sampai pada PT. AR. Aktivitas rantai pasok akan dijabarkan dengan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Undang Pangan nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP nomor 68 tahun 2002
adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan di tingkat rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Sedangkan batasan yang dipakai oleh The World Food Summit
(1996) pada saat mencetuskan Food Insecurity and Vulnerability Information and
Maping Systems (FIVIMS) adalah bahwa ketahanan pangan yaitu suatu kondisi
dimana semua orang, setiap waktu, mempunyai akses fisik, sosial dan ekonomi
pada bahan pangan yang aman dan bergizi sehingga cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, sesuai dengan kepercayaannya sehingga bisa hidup secara aktif
dan sehat.
pewujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau
rumah tangga yang defisit energi di setiap provinsi masih tinggi.Berkaitan dengan
hal ini, diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan
pangan walaupun telah sejak lama dicanangkan, tetapi belum pernah sungguh-
7
penganekaragaman pangan, diperlukan adanya komitmen yang kuat dan jelas oleh
pemerintah.
tahun 60-an. Saat itu pemerintah mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan
baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas
diversifikasi konsumsi pangan dilakukan secara parsial baik dalam konsep, target,
wilayah dan sasaran, tidak dalam kerangka diversifikasi secara utuh (Ariani dan
Anshari, 2003).
lokasi seperti sukun, talas, garut, sagu, jagung dan lain-lain. Salah satu hal yang
untuk meningkatkan cita rasa dan citra produk pangan khas nusantara.
Menurut BPS (2000) usaha industri pengolahan adalah usaha yang mengubah
barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang
yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih
8
dekat ke pemakai akhir untuk tujuan komersil. Sedangkan definisi dari industri
pengolahan itu sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat ke pemakai akhir.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan jasa industri dan pekerjaan
perakitan.
telah lama dikenal masyarakat. Proses produksinya yang sederhana dan bahan
baku yang berasal dari hasil pertanian menjadikan industri ini tumbuh pesat
proses pengolahan pangan tidak lagi sekedar untuk mencukupi kebutuhan sendiri,
faktor penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan bahan baku
Menurut Indrajit (2002) rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem
yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke
pelanggan. Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang
saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien
9
interaksi di antara Supplier, produsen, distributor, dan pelanggan. Rantai pasokan
maupun tunai, serta transfer ide desain, dan bahan. Gambar 1 memperlihatkan
Didalam aktivitas rantai pasokan terdapat tiga macam aliran, pertama adalah
dan desain serta arus pesanan dan uang tunai yang mengalir dari hilir ke hulu.
Ketiga adalah uang secara kredit maupun tunai serta ide dan desain untuk
10
sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku
sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima.
Menurut Chopra & Meindl (2007) tujuan yang hendak dicapai dari setiap
keseluruhan. Tunggal (2009) menjabarkan tujuan atau hasil dari proses rantai
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan
11
Render, 2006). Kalakota dalam Irghandi (2008), menyatakan munculnya
1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak
semakin ketat.
mengatur arus penawaran dan permintaan yang terjadi dan mengukur kinerja
input-process-output-customer).
12
yang terkait dengan aliran material atau produk, baik yang ada dalam satu
Struktur manajemen rantai pasokan yaitu aktifitas yang terjadi mulai dari hulu
hingga hilir, mulai dari beberapa atau banyak Supplier yang memasok bahan baku
kemudian masuk ke persediaan, lalu diolah dalam pabrik (perusahaan), setelah itu
kepada konsumen akhir. Arus kredit dan bahan baku terjadi dari hulu ke hilir
sedangkan informasi penjadwalan, arus kas dan pesanan terjadi dari hilir ke hulu.
Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat tiga macam komponen
13
diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua
Menurut Tunggal (2009), anggota rantai pasokan ada dua, yaitu : anggota
primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah semua perusahaan / unit
dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi
14
anggota yang tidak secara langsung berpartisipasi atau memberi nilai tambah
Alat pokok untuk mendiagnosis keunggulan bersaing dan mencari cara untuk
total, dan terdiri atas aktivitas nilai (value activities) dan margin. Aktivitas nilai
adalah selisih antara nilai total dengan biaya kolektif untuk menyelenggarakan
aktivitas nilai (Porter, 1985). Pendekatan analisis rantai nilai merupakan cara
15
memandang secara sistematis perusahaan melayanipelanggannya. Analisis rantai
sebagai berikut :
2. Operasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya untuk
16
3. Logistik keluar merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya
mengantarkan barang.
dan biaya yang berkaitan dengan periklanan dan promosi, usaha wiraniaga,
perencanaan dan riset pasar serta dukungan terhadap dealer atau dukungan
terhadap distributor.
5. Pelayanan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang
karyawan.
dan biaya yang berhubungan dengan riset dan pengembangan produk, riset
17
dan pengembangan proses, perbaikan desain proses, desain peralatan,
9. Pembelian merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang
perusahaan.
Aktivitas rantai pasokan dapat dianalisis dengan mengikuti konsep rantai nilai
rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan perusahaan secara
perusahaan.
Aktivitas nilai dapat dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu aktivitas
Aktivitas primer terdiri dari lima kelompok generik, yaitu logistik ke dalam,
18
Kegiatan pendukung mencakup infrastruktur perusahaan, manajemen sumberdaya
management) mengatur aliran barang dan jasa dalam suatu perusahaan serta
chain), bisnis dan hukum pajak, faktur dan prosedur persediaan (inventory), serta
transportasi dan masalah logistik. Meskipun pengetahuan tentang barang dan jasa
yang akan dibeli adalah penting, profesional manajemen pembelian juga harus
19
Gaspersz (2012) menyatakan pada dasarnya manajer pembelian mengevaluasi
perdagangan dan direktori untuk menemukan Supplier yang tepat. Reputasi adalah
salah satu faktor utama yang digunakan oleh manajer pembelian untuk
menentukan apakah mereka ingin bekerja sama dengan Supplier tertentu. Ketika
keputusan pembelian.
sebagai berikut :
(inventory level)
20
2.6 Supplier Relationship Management (SRM)
(Gartner dalam Poirier, 2004). Menurut Poirier (2004), SRM adalah sarana untuk
membangun hubungan yang lebih erat dengan Supplier yang dipilih, dengan
tujuan menemukan sesuatu hal yang dapat meningkatkan hubungan yang dapat
penghematan biaya (Buttle, 2007). Manfaat SRM dalam Poirier (2004), adalah:
yang berbeda dengan cara yang berbeda tergantung pada sifat dari
bersama-sama dengan solusi-solusi baru yang lebih baik dan lebih fokus
21
4. Mendorong peningkatan keuntungan melalui pengelolaan rantai pasokan
adalah memilih Supplier yang tepat agar perusahaan bisa berhasil. Dalam
memutuskan tentang kriteria seleksi Supplier yang masuk akal bagi perusahaan,
mitra internal, dan beberapa perusahaan yang dipilih untuk usaha bersama, berarti
2.7 Supplier
perusahaan. oleh karena itu, memilih Supplier merupakan kegiatan yang strategis,
terutama apabila Supplier tersebut akan memasok item yang penting dan atau
Seleksi Supplier sangat disadari sebagai salah satu tanggung jawab terpenting
dalam fungsi manajemen pengadaan. Supplier yang terkelola dengan baik dalam
suatu rantai pasokan akan memberikan efek jangka panjang terhadap daya saing
keseluruhan rantai pasokan itu sendiri dan dampak yang mendalam pada kepuasan
22
pelanggan (Pujawan, 2005). Pearson dan Ellram (1995) menyebutkan beberapa
alasan mengapa seleksi dan evaluasi Supplier menjadi hal yang begitu penting,
1. Tren reduksi basis pasokan dan hubungan jangka panjang dengan Supplier.
karena interaksi yang lebih kuat antara pembeli dan Supplier. Pada
23
sebagai persyaratan kelayakan dasar dan penerapan sistem Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) yang merupakan salah satu bentuk manajemen
dalam menjamin keamanan pangan karena merupakan salah satu anggota kritis
dari rantai pangan yang terjadi hingga produk siap dipasarkan kepada konsumen
akhir. Setiap industri pengolahan pangan yang akan menerapkan sistem keamanan
suatu fondasi yang harus dan perlu dipenuhi oleh setiap industri pangan guna
menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu ditinjau dari aspek
Konsep program persyaratan kelayakan dasar ini pertama kali dicetuskan oleh
kelayakan dasar ini sebagai "suatu langkah-langkah universal atau prosedur yang
24
mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar sebagai "suatu prosedur
suatu program dan prosedur yang sudah harus tersedia didalam industri pangan,
dihayati oleh setiap karyawan yang bekerja di industri pangan yang bersangkutan.
diperlukan dapat ditinjau/dikaji ulang dan direvisi kembali oleh setiap industri
Program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara
produksi pangan yang baik (CPPB) atau good manufacturingpractice (GMP) dan
25
telah menerbitkan pedoman cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau GMP.
2011), tujuan penerapan GMP adalah menghasilkan produk akhir pangan yang
bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan selera konsumen, baik domestik
yang dapat diterapkan sepanjang rantai pangan mulai dari produksi primer
Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk
26
2. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi
sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik
dalam rangka :
konsumen,
mengacu pada penerapan GMP dan HACCP dalam industri pengolahan pangan
27
2. Perusahaan Supplier telah menerapkan GMP dan HACCP didukung
Indonesia
6. Jaminan kualitas
perlu diidentifikasi dari berbagai industri. Terkait hal tersebut, banyak peneliti
mengkaji dan membahas tentang kriteria yang dipertimbangkan dalam seleksi dan
penelitian Eka (2011) meringkaskan kriteria Supplier yang digunakan oleh PT.
1. Kehalalan
b. Audit lapangan
2. Kualitas
28
3. Harga
a. Kesesuaian harga
4. Ketersediaan Barang
5. Reputasi Supplier
6. Waktu Pengiriman
mengenai kriteria untuk memilih dan mengukur kinerja Supplier telah menjadi
fokus perhatian banyak ilmuwan dan praktisi pengadaan sejak 1960-an. Vincent
merancang sebuah formulir seleksi dan evaluasi Supplier untuk diterapkan pada
29
Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz (2012)
No Kriteria Seleksi dan Evaluasi Supplier (5) (4) (3) (2) (1)
A. Keadaan Umum Supplier
1 Ukuran dan/atau kapasitas produksi
2 Kondisi financial
3 Kondisi operasional
4 Fasilitas riset dan desain
5 Lokasi geografis
6 Hubungan kerja antar karyawan
7 Hubungan dagang antar industri
8 Dan lain-lain
B. Keadaan Pelayanan
1 Waktu penyerahan material
2 Kondisi kedatangan material
3 Mengikuti instruksi/permintaan pembeli
4 Kuantitas pesanan yang ditolak
5 Penanganan keluhan dari pembeli
6 Bantuan teknik yang diberikan
7 Bantuan dalam keadaan darurat
8 Informasi material yang diberikan
9 Informasi harga yang diberikan
10 Dan lain-lain
C. Keadaan Material
1 Kualitas material
2 Harga material
3 Keseragaman/uniformitas dari material
4 Jaminan yang diberikan oleh Supplier
5 Keadaan pengepakan/pembungkusan
6 Dan lain-lain
Sumber : Vincent Gaspersz (2012)
Keterangan :
Makna Skala :
(5) : Sangat Baik,
(4) : Baik,
(3) : Cukup,
(2) : Kurang,
(1) : Sangat Kurang
Supplier yang digunakan oleh PT. AR yaitu harga, kualitas, status kehalalan
yang digunakan dalam literature mengenai seleksi dan evaluasi Supplier yaitu
kombinasi dari kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP,
30
kriteria Supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari
Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah dirancang
kepentingannya oleh pakar dengan skor rentang bobot yaitu (1) tidak penting, (2)
Metode seleksi Supplier yaitu model atau pendekatan yang digunakan untuk
melakukan proses pemilihan Supplier. Metode yang dipilih sangatlah penting bagi
keseluruhan proses seleksi dan dapat berdampak signifikan pada hasil seleksi
yang mengandung kriteria objek majemuk juga saling konfliktual dan memiliki
ukuran yang tidak bisa saling dibandingkan, MCDM selalu melibatkan lebih dari
satu kriteria yang saling menimbulkan trade off keputusan dimana tingkat
kepuasan dari suatu kriteria berakibat pada penurunan kepuasan kriteria lainnya.
31
Tabel 5. Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
1 Analytical Metode ini pertama kali Dapat Berstruktur linear,
Hierarchy dikembangkan oleh memecahkan tidak
Process (AHP) Thomas Saaty pada masalah dalam mempertimbangkan
1971. Ini adalah suatu suatu kerangka hubungan
metode ideal untuk berpikir yang ketergantungan, karena
merangking alternatif terorganisir, hanya
ketika terdapat banyak sehingga mempertimbangkan
kriteria dan subkriteria memungkinkan hubungan linear dari
pada proses dapat di atas ke bawah selain itu
pengambilan keputusan. ekspresikan untuk ketergantungan model
(Tahriri et al. 2007). mengambil AHP pada input
keputusan yang utamanya yaitu berupa
efektif atas suatu persepsi seorang ahli
permasalahan. sehingga model
Permasalahan menjadi tidak berarti
yang kompleks jika ahli tersebut
dapat memberikan penilaian
disederhanakan yang keliru.
dan dipercepat
proses
pengembilan
keputusannya.
2 ANP Alat analisis yang Berguna pada Metode pengambilan
(Analytical mampu perusahaan keputusan ini terlalu
Network merepresentasikan besar/sektor kompleks untuk
Proces) tingkat kepentingan publik yang diterapkan pada
berbagai pihak dengan memerlukan perusahaan dengan
mempertimbangkan pengambilan skala menengah ke
hubungan keputusan dengan bawah yang memiliki
ketergantungan, baik jumlah informasi, kompleksitas yang
antar kriteria ataupun interaksi serta tidak rumit dan
sub kriteria, ANP umpan balik yang membutuhkan
memberikan pendekatan banyak dan keputusan yang cepat
yang lebih akurat memiliki tingkat dalam mengatasi
karena mampu kompleksitas masalah (Zulfa, 2010)
menangani masalah tinggi (Zulfa,
yang kompleks yang 2010)
berkaitan dengan
ketergantungan dan
umpan balik (Saaty and
Vargas, 2006 dalam
Satyanegara, 2012)
32
Lanjutan Tabel 5.
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
3 Bayes Salah satu teknik Mudah dipahami, hanya Seringkali metode
yang dapat di memerlukan pengkodean bayes dianggap
pergunakan untuk sederhana dan lebih cepat sebagai probabilitas
melakukan analisis dalam perhitungan pribadi atau
dalam pengambilan (Marimin, 2004) subjektif dimana
keputusan terbaik bobot bayes
dari sejumlah didasarkan pada
alternative dengan tingkat
tujuan kepercayaan,
menghasilkan keyakinan,
perolehan yang pengalaman serta
optimal (Marimin, latar belakang
2004) pengambil
keputusan
(Marimin, 2004)
4 Model Metode ini menilai Metode weighted-point Semua kriteria
pembobotan Supplier dengan selama ini merupakan dinilai sama
memperingkatkan teknik yang paling umum penting, sehingga
kinerjanya dalam digunakan. Operasi jarang memberikan
banyak kriteria dan matematis dalam metode masukan bagi
menghitungnya ini sederhana namun pengembangan
sebagai satu efisien dalam pembuatan kinerja Supplier
kesatuan skor. keputusan yang optimal (Kachainchai dan
Metode yang Weerawat 2009
dikategorikan metode ini
kedalam weighting memiliki beberapa
model diantaranya keterbatasan, salah
categorical method, satunya yaitu
dan weighted-point tidaklah mudah
method. (Petroni, bagi metode ini
2000 dalam Abror untuk dengan
2011) efektif
mempertimbangkan
kriteria evaluasi
yang bersifat
kualitatif
(Kachainchai dan
Weerawat 2009).
33
Lanjutan Tabel 5.
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
5 MPE (Metode Salah satu metode Mengurangi bias yang Metode
Perbandingan untuk menentukan mungkin terjadi dalam pengambilan
Eksponensial) urutan prioritas analisa yaitu nilai skor keputusan ini hanya
alternatif keputusan yang menggambarkan cocok diterapkan
dengan kriteria urutan prioritas menjadi oleh perusahaan
jamak. Teknik ini besar (fungsi skala menengah ke
digunakan sebagai eksponensial) ini bawah untuk sistem
pembantu bagi mengakibatkan urutan penunjang
individu prioritas alternatif keputusan karena
pengambilan keputusan lebih nyata. dapat menyelesaikan
keputusan untuk Metode ini cocok pengambilan
menggunakan diterapkan dalam keputusan yang
rancang bangun perusahaan berskala sederhana dan tidak
model yang telah menengah kebawah yang saling
terdefinisi dengan memiliki permasalahan ketergantungan
baik pada tahapan keputusan tidak rumit, (Marimin, 2004)
proses (Marimin, metode ini lebih
2004) sederhana diterapkan dan
lebih cepat dalam
perhitungan sehingga
pengambilan keputusan
semakin cepat
didapatkan untuk
mengatasi masalah
(Marimin, 2004)
untuk memodelkan seleksi Supplier bahan baku LBS. Alasan utamanya karena
sangat penting, terutama dalam kebijakan hubungan dengan Supplier. Metode ini
cocok diterapkan oleh perusahaan skala menengah seperti PT. AR untuk sistem
Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk
34
menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada
keputusan
keputusan
Dengan :
dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Penentuan skor alternatif
35
pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan
nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif
skala penilaian 1-3, yaitu 3 sangat baik, 2 = baik dan 1 = tidak baik. Skala
penilaian diadaptasi dari arah kriteria, skala penilaian dan rentang bobot menurut
Marimin & Maghfiroh (2010) dalam bukunya yang berjudul “Aplikasi Teknik
dipilih untuk memodelkan kriteria seleksi Supplier bahan baku produk LBS pada
mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang
36
2.10 Penelitian Terdahulu
37
Lanjutan Tabel 7.
Peneliti,
Metode
No Tahun dan Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Judul
3 Bungsu, 2010. Menganalisis proses Analisis deskriptif Hasil penelitian,
Kajian Kriteria pengadaan dan untuk menganalisis didapatkan Struktur
Pemilihan pengendalian buah- kondisi rantai hirarki dalam
Supplier Buah- buahan dan pasokan PT NIC, pengambilan
buahan dengan pengendalian di Giant dan metode Proses keputusan yang
Proses Hirarki Hypermarket Botani Hirarki Analitik dilakukan oleh Giant
Analitis (Studi Square khususnya (PHA) dengan PHA terdiri
Giant Divisi Produce, atas kriteria
Hypermarket Mengidentifikasi (kualitas, biaya
Botani Square kriteria yang operasional, lead
Bogor) diprioritaskan Giant time, kemitraan, dan
dalam memilih Supplier sistem pembayaran),
buah-buahan dan subkriteria, dan
Menyusun struktur alternatif (Supplier
hirarki dalam A, B, C, dan D).
pengambilan keputusan Alternatif Supplier
yang dilakukan oleh yang diprioritaskan
Giant dengan Proses Giant dalam
Hirarki Analitis pengadaan dan
pengendalian yaitu
Supplier D (0,488)
4 Eka, 2011. Menganalisis rantai Analisis deskriptif Analisis PHA
Analisis pasokan untuk RTS di untuk menganalisis menunjukkan
Kesesuaian PT. NIC, kondisi rantai Kriteria yang
Supplier Bahan mengidentifikasi proses pasokan PT NIC, menjadi prioritas
baku roti tawar pemilihan Supplier dan metode Proses utama dalam
special (RTS) yang selama ini Hirarki Analitik memilih Supplier
dengan kriteria dilakukan oleh PT NIC (PHA) untuk bahan baku RTS di
yang ditetapkan dan menganalisis memilih Supplier, PT NIC adalah
oleh perusahaan Supplier yang dipilih kriteria, dan kualitas dengan
(Studi Kasus: oleh PT NIC, beserta subkriteria yang bobot 0,216. Sub
PT. Nippon kriteria dan sub kriteria dipertimbangkan PT kriteria yang menjadi
Indosari bahan baku yang sudah NIC dalam memilih prioritas utama
Corpindo) ditetapkan oleh PT NIC Supplier adalah perusahaan
dalam memilih Supplier Supplier dan
bahan baku RTS produknya sudah
banyak dikenal
dengan bobot 0,712.
Supplier dengan
kinerja paling baik
yaitu PT Jaya
Fermex dengan
bobot 0,337.
38
Lanjutan Tabel 7.
Peneliti, Tahun Tujuan Metode
No Hasil Penelitian
dan Judul Penelitian Penelitian
5 Susila. 2009. Merancang dan Analisis data Hasil perhitungan,
Rancang bangun mengembangkan menggunakan kecamatan ciampea
system penunjang model system metode memiliki nilai
keputusan penunjang keputusan perbandingan tertinggi dan menjadi
perencanaan perencanaan eksponensial tempat yang paling
pengembangan pengembangan (MPE) baik dan berpotensi
agroindustri agroindustri lidah untuk dijadikan
berbasis lidah buaya dan sebagai lokasi
buaya (aloe vera mempelajari berbagai budidaya lidah buaya.
lina) di kabupaten factor dan parameter Tempat yang paling
bogor yang berpengaruh berpotensi untuk
dalam perencanaan dijadikan lokasi
dan pengembangan agroindustri adalah
agroindustri lidah kecamatan ciomas
buaya
6 Sholikhin. 2006. Merancang model Analisis data Hasil perhitungan
System penunjang sistem penunjang menggunakan submodel penentuan
keputusan keputusan metode komoditas unggulan
pengembangan pengembangan perbandingan didapatkan komoditas
agroindustri kecil agroindustri kecil eksponensial unggulan berupa apel.
di kawasan dikawasan (MPE) Berdasarkan
agropolitan (studi agropolitan, kota perhitungan dengan
kasus di kota batu, batu, jawa timur metode perbandingan
jawa timur) eksponensial produk
yang potensial untuk
dikembangkan adalah
produk jenang apel
integrasi kegiatan rantai pasok perusahaan, agar tidak terjadi kesulitan dalam
satu sistem yang terpadu dan saling mendukung. Kunci bagi SCM yang efektif
39
adalah menjadikan para Supplier sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk
bahan baku diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku utama, bahan
baku pembantu dan bahan baku penolong. Pada penelitian ini rantai pasokan
oleh integrasi ketiga proses makro yang berjalan baik. Berfokus pada ketiga
proses makro ini, performa rantai pasokan yang melibatkan perusahaan dapat
dideskripsikan.
Fokus kajian penelitian ini selanjutnya diarahkan pada salah satu aspek
terpenting dalam proses makro SRM, yaitu seleksi Supplier. Kombinasi kriteria
yang digunakan yaitu kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan
HACCP, kriteria Supplier untuk industri bakery yang digunakan PT. Nippon
Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah
Supplier bahan baku yang akan diseleksi adalah Supplier bahan baku utama,
bahan baku tambahan dan bahan baku penolong yang memiliki Supplier tidak
40
tetap lebih dari 1. Penilaian kepentingan terhadap kriteria-kriteria Supplier bahan
baku menggunakan rentang bobot 1-3, yaitu tidak penting (1), penting (2) dan
Supplier menggunakan skala peringkat (rating scale) 1-3 yaitu sangat baik (3),
MPE maka akan terlihat urutan atau prioritas calon Supplier yang potensial untuk
ini disajikan pada Gambar 4. Penilaian kesesuaian kriteria Supplier akan dijadikan
41
Lingkungan Perusahaan PT. AR
Management (SCM)
Supply Chain
Proses Bisnis PT. AR
Supplier Relationship
Management (SRM)
Kriteria-Kriteria Supplier
Dokumen Manajemen
Kualitas
42
BAB III
METODE PENELITIAN
RT/RW : 002/004, Kelurahan Tanah Baru – Bogor Utara, Jawa Barat. Pemilihan
AR adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang boga yang belum lama berdiri
komoditas khas Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung talas menjadi makanan
olahan yang mempunyai nilai tambah yaitu lapis talas dengan merk LBS. Lokasi
ini dipilih karena merupakan salah satu usaha industri pengolahan pangan di
Bogor yang berinteraksi dengan banyak pemasok bahan baku dan masih dalam
tahap pemilihan pemasok tetap. Saat ini PT. AR pun belum memiliki suatu sistem
penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Penelitian ini dilaksanakan pada
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh
interview), pengisian kuisioner dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari
studi pustaka, internet, jurnal, literatur yang dianggap sesuai dengan penelitian
43
3.3 Teknik Penentuan Sampel
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa
jenis cara pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini
(Tabel 8)
44
Lanjutan Tabel 8.
No Responden Jenis
Kuisioner
Pengambil Keputusan Internal Perusahaan Kuisioner
4 Pemilik/ Direktur Utama
5 Direktur Operasional
6 General Manager
7 Manager Personalia dan Umum (HR & GA) Kuisioner Tingkat
Kepentingan Kriteria
8 SPV. Personalia dan Umum (HR & GA) K1 & K2
dan Kuisioner Seleksi
9 Manager Produksi Pemasok
10 Leader Shift Produksi 1
11 Leader Shift Produksi 2
Pemilihan pakar sengaja dibatasi dari kalangan akademisi dan praktisi untuk
pakar dibatasi hanya 3 orang dari banyak pakar akademisi dan praktisi karena
mewakili dan mengetahui keadaan usaha terutama mengenai rantai pasok yang
terjadi.
1. Observasi
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2009 : 30). Observasi
45
yang berhubungan dengan manajemen rantai pasokan, serta informasi-
hasil wawancara.
2. Wawancara
akan masalah tersebut. Responden ahli selain para pakar yang akan
sistem pembelian bahan baku LBS, karakteristik dari tiap pemasok bahan
baku yang ada, serta mengetahui proses produksi yang dilaksanakan PT.
46
melengkapi informasi-informasi (depth interview) (Lampiran 2). Hasil
3. Kuisioner
Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
4. Studi pustaka
hasil yang didapatkan dari wawancara. Data kualitatif juga akan diuji
47
kredibilitasnya dengan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2008: 83),
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan
pengumpulan data dengan teknik ini berarti telah sekaligus menguji kredibilitas
data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu dengan
konsep rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael E Porter. Menurut Porter
Kinerja Unggul” rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan
rantai nilai Michael E Porter yang akan digunakan untuk analisa deskriptif pada
Tabel 9.
48
3.5.2 Analisis Kuantitatif
Pendekatan MPE dipilih untuk memodelkan seleksi pemasok bahan baku LBS
paling sesuai dari setiap tingkat hasil kerja. Seorang penilai memberikan sebuah
nilai kuantitatif (bobot) yang mencerminkan nilai rata-rata yang akan dihitung dan
dan respon yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.
49
Tabel 11. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE
Kriteria Skor
Tidak Baik 1
Baik 2
Sangat Baik 3
bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Formulasi
Dengan :
Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
6. Website : www.lapisbogor.co.id
PT. AR yang baru dikukuhkan secara resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT)
pada tanggal 8 Maret 2013 dengan berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
pada bulan September tahun 2011 mengalami perkembangan usaha yang sangat
pesat. Diawali dari industri rumah tangga dengan kemampuan dan pasar yang
sangat minim. Jumlah total karyawan PT. AR pada awalnya hanya 2 orang staff
produksi, saat ini jumlah karyawannya mencapai 218 orang, dimana 169 orang
merupakan staff produksi, helper dan teknisi, 31 orang adalah staff pemasaran,
51
Usaha lapis talas yang dijalankan PT. AR berawal dari ide ibu Rizka Wahyu
Dengan konsep mengangkat konten lokal khas Bogor yakni talas sebagai salah
satu bahan bakunya. Sumber bahan baku talas sendiri di Bogor sangat banyak.
Sentra produksi talas tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor. Potensi ini
Bogor yang hanya menjual talas dalam bentuk umbinya tanpa memberikan nilai
tambah. Potensi ini kemudian diambil oleh PT. AR dalam membangun bisnisnya
di bidang oleh-oleh khas Bogor. Hal ini membuat perbedaan yang sangat
merupakan salah satu tujuan pariwisata di Jawa Barat merupakan potensi pasar
PT. AR saat ini memiliki empat gerai outlet tempat menjual produk-
Ruko Bantar Kemang, Jl Raya Puncak No 113 Cibogo dan di Jl. Raya Bogor-
Jakarta Ruko Galaxy Kav. B. Keempat tempat ini dipilih karena letaknya yang
sangat strategis dan biaya sewanya lebih murah dibandingkan dengan ruko-ruko
yang lain.
outlet melalui sistem pemasaran dari mulut ke mulut yang dimulai dari tetangga
komunitas pengajian, komunitas pengusaha dan lain lain, PT. AR mulai menjalin
kerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam bentuk pasokan
52
memasarkan produknya dari satu pameran ke pameran lainnya, sehingga mulai
sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berkat kerja sama tersebut, PT.
AR dapat menjalin kerja sama yang lebih luas dengan Persatuan Hotel dan
di hotel dan tempat pariwisata yang ada di Bogor. PT. AR juga membuat sistem
reseller dengan memberikan potongan harga sebesar 20% kepada mitra yang
PT. AR memiliki visi yaitu “Menjadi Pelopor Cakery dan Pastry Kelas Dunia
mengutamakan cita rasa, kualitas dan mutu produk berkelas dunia agar kepuasan
pelanggan terpenuhi, mengedepankan budaya dan kode etik antara lain rasa
memiliki antar karyawan dan pelanggan, komunikasi yang baik dari tingkat
direksi, manajemen dan karyawan dengan pelanggan, pelayanan yang tulus dan
mengutamakan cita rasa dan kepuasan pelanggan, kualitas dan mutu produk
berkelas dunia yang diminati seluruh lapisan masyarakat serta inovasi yang terus
dikembangkan sehingga menjadikan produk ini berbeda dan memiliki daya saing
53
3. Menggunakan bahan-bahan pilihan dan bermutu sehingga tercipta produk
kelas dunia
positif, berusaha mencapai target bersama, menjunjung tinggi budaya, kode etik,
visi dan misi, bertanggung jawab terhadap tugas, kewajiban, konsisten dan
dengan sistem manajemen. Hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan atau peraturan
dalam mencapai hasil produksi yang baik dan efektif. Keadaan ini perlu didukung
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
Struktur organisasi PT. AR belum tertata rapi, dari awal berdiri dan
dikukuhkan menjadi PT, perusahaan ini masih menggunakan jasa konsultan bisnis
untuk membenahi manajemen. Saat ini pada setiap divisi hanya dipimpin oleh
54
jobdesk masing-masing posisi sudah tertera dengan jelas. Struktur organisasi PT.
1. Presiden Direktur
2. General Manager
disetiap departemen.
perusahaan.
55
mengawasi dan mengontrol pencapaian target, membuat forecasting target
5. Store Manager
pasar secara efektif dan efisien, serta mengombinasikan antara produk, tata
interior agar tercipta tata letak yang eksklusif, menarik dan nyaman
ke setiap store.
56
9. Kaizen Supervisor
operasional perusahaan.
Karyawan yang bekerja di PT. AR saat ini berjumlah 208 karyawan dengan
jam kerja yang terbagi atas 3 shift dengan 8 jam kerja untuk staff produksi. Shift 1
diberlakukan pukul 07.30 - 16.00 kemudian ada shift 1 middle pukul 08.00 -
17.00, untuk shift 2 diberlakukan pukul 16.00 - 01.00, adapun shift 2 middle yaitu
pukul 17.00 – 02.00 dan untuk shift 3 diberlakukan pukul 24.00 – 07.00.
Tim admin hanya ada 1 shift saja yaitu diberlakukan pada pukul 08.00 pagi
hingga pukul 16.00 dan untuk customer service terdapat 2 shift yaitu untuk shift 1
57
diberlakukan pukul 07.00-15.00 dan untuk shift 2 diberlakukan pukul 12.00-
20.00. Penerapan jam lembur diberlakukan hanya pada tim produksi dan customer
service, tergantung kondisi jumlah karyawan pada setiap shiftnya, jika terjadi
kekurangan dikarenakan karyawan tidak masuk maka jam lembur berlaku untuk
menyelesaikan target pekerjaan. Kelebihan 1 jam atau lebih dari jam kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan sudah dapat dikatakan lembur dan gaji dibayarkan per-
jam lembur.
training yaitu 3 bulan, setelah masa training dijalani dan kinerja karyawan
dikatakan baik maka ada perpanjangan kontrak kerja selama 1 tahun, sedangkan
yang kurang baik dan masih perlu pelatihan. Mereka dibayarkan berdasarkan hari-
harinya bekerja yaitu 6 hari dalam 1 minggu tetapi upah diakumulasikan sampai
anak putus sekolah yang hanya lulus SD dan SMP untuk posisi helper, lulusan
SMK untuk admin manajemen, produksi dan teknisi sedangkan untuk tingkat
58
4.5.2 Jenjang Karir atau Prestasi Karyawan
dilakukan jika seorang karyawan ulet, berjiwa pemimpin dan memiliki ide kreatif
produksi agar sesuai dengan target yang dibuat manajer produksi dan mengawasi,
1. Hak karyawan
a. Hak Cuti
Setiap karyawan memiliki hak untuk cuti yakni 12 hari cuti setiap
tahun. Apabila dalam 1 tahun karyawan tidak mengambil cuti maka ada
b. Tunjangan Makan
bekerja pada jam dan hari kerja. Karyawan mendapat satu kali jatah
c. Tunjangan Kesehatan
59
Perusahaan menyediakan obat-obatan sebagai Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan (P3K) pada tiap-tiap bagian tempat kerja, selain itu
2. Kewajiban Karyawan
antara lain :
produksi
produksi
60
4.5.4 Fasilitas
1. Mushola
2. Koperasi
5. Ruangan istirahat
61
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rantai pasokterbentuk dari interaksi semua pihak yang terlibat, baik langsung
pasokan meliputi tidak saja produsen (manufacturer) dan supplier, namun juga
konsumen (Chopra dan Meindl 2001). Pada penyediaan bahan baku perusahaan,
kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat. Komunikasi antara
PT. AR dengan supplier harus berjalan dengan baik, agar kontinuitas pemenuhan
kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dapat sesuai target yang telah
direncanakan sebelumnya.
yang harus dilakukan oleh departemen PPIC (Planning Production And Inventory
baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh kapasitas gudang dan kebutuhan
produksi. Telur dikirim setiap hari 2 kali pengiriman, sedangkan bahan baku
pembuatan LBS, supplier yang menyediakan bahan baku lebih dari satu
diantaranya adalah PT. HS, KJ dan UD. YOE. Hal tersebut dapat membuat
62
supplier yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya supplier yang
terlibat dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan
dan loyalitas dari para supplier dapat meningkat. Tabel12 menyajikan berbagai
jenis varian rasa lapis talas yang diproduksi oleh PT. AR.
63
Outlet 1
Outlet 2
Outlet 3
Outlet 4
KONSUMEN
Departemen Distribution
PPICPT. Channel
Para Supplier PT. AR Sales Office
(Petani Talas, Peternak AGRI-
(Marketing)
Telur, Industri gula, NESIA
Kemitraan
terigu, dan lain-lain) RAYA
Institusi
pemerintah
Hotel &
Tempat
Pariwisata
Sponsorship
barang, keuangan (finansial) dan informasi dalam proses bisnis di PT. AR. Aspek
rantai pasokan yang terjadi terbatas pada anggota rantai pasok mulai dari supplier
hingga perusahaan, yaitu para supplier bahan baku yang bekerjasama dengan
perusahaan menyediakan dan mengirimkan bahan baku kepada PT. AR, kemudian
bahan baku disalurkan kepada departemen inventory untuk diproses lebih lanjut,
64
Aktivitas selanjutnya yaitu persiapan bahan baku untuk kebutuhan produksi
informasi pada rantai pasok PT. AR. Pertama, aliran bahan baku yang mengalir
dari hulu ke hilir yaitu dari para supplier bahan baku, kemudian mengalir ke
aktivitas produksi untuk diproses menjadi produk jadi, kemudian produk jadi
dialirkan kepada marketing untuk kemudian dijual hingga sampai pada konsumen
akhir melalui outlet-outlet dan distribution channel yang sudah bekerja sama
dengan perusahaan. Kedua, aliranfinansial yang mengalir dari hilir ke hulu, uang
secara kredit maupun tunai yang berasal dari para konsumen akhir mengalir mulai
office) disalurkan kepada bagian finance, kemudian uang secara tunai maupun
kredit tersebut disalurkan kembali kepada para supplier bahan baku sebagai
pasar, rekayasa dan desain produk serta arus pesanan produk yang mengalir dari
hulu ke hilir maupun hilir ke hulu, aliran informasi dari konsumen yaitu sebagai
65
informasi pesanan konsumen dari outlet dan distribution channel lainnya mengalir
inventory, yaitu mulai dari bagian purchasing melakukan forcasting bahan baku
Gambar 6. Skema Aliran Barang, Finansial dan Informasi pada Rantai Pasok
PT. AR
Sumber : Data PT. AR (diolah)
66
5.2 Proses Penerimaan Supplier
Selesai
diserahkan pada bagian Research & Development (R&D) untuk dilakukan trial.
Trial yang dilakukan bagian R & D dinyatakan setuju apabila tidak ada masalah
sedangkan sample tidak disetujui ketika bahan tidak sesuai spesifikasi. Proses
67
supplier. Bahan baku yang sudah disetujui spesifikasinya oleh R & D kemudian
dilakukan negosiasi biaya oleh bagian purchasing yaitu terdiri atas negosiasi
dengan General Manager, jika sudah disetujui maka dilakukan proses pengadaan
barang.
melihat persediaan bahan baku yang ada digudang setiap hari (stock opname
daily), kemudian secara periodik divisi PPIC (planning production and inventory
baku di PT. ARmerupakan langkah awal dalam menjalani kegiatan produksi demi
baku di PT. ARtelah diatur sedemikian rupa agar alokasi barang di gudang
Gambar 8 menunjukkan bagan alir proses pembelian bahan baku PT. AR.
68
Departemen PPIC Departemen Supplier Finance Accounting Bagian Gudang
Purchasing Bahan Baku
Proses MRP Menerima Hasil Pengiriman Invoice Persetujuan MRP Penataan bahan
(Material MRP dan PO baku di gudang
Requirement
Planing)
Ya
Proses RETUR Proses Pengiriman Tidak
Setuju Sesuai
Verifikasi Bahan Baku
Proses Penerbitan Tidak
Ya
Tidak
Konfirmasi
Setuju Penerimaan PO Penerimaan bahan
Pemesanan/Retur baku
Purchase
Requisition
Ya Ya
Tidak Setuju Penerimaan form
Purchase Order Penerimaan Invoice
Didaftarkan untuk kedatangan bahan
Persetujuan baku
(Presdir, GM & FA)
Pengiriman PO ke Penerimaan PO Pembayaran
Supplier Tagihan
69
Langkah-langkah penyediaan bahan bakudalam bagan alir proses pembelian
bulan sebelumnya,
bahan baku,jika proses verifikasi tidak disetujui maka hasil MRP akan
70
b. Menerima terusan PO dari departemen purchasing,
baku,
d. Menata bahan baku sesuai pada tempatnya dan mengawasi sistem First
nilai. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai (Anam,
2013).
Aktivitas dalam rantai nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu, aktivitas
utama dan aktivitas pendukung.Aktivitas utama akan dikaji dari sisi pengadaan
bahan baku dari masing-masing supplier bahan baku dan pelayanan yang
71
pendukung terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri, pengembangan
Rantai nilai menampilkan nilai keseluruhandan terdiri dari aktivitas nilai dan
marjin. Aktivitas nilai merupakan aktivitas nyata secara fisik dan teknologi yang
selisih antara nilai total dan biaya kolektif yang dilakukan dari aktivitas
sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku ke pelanggan akhir. Analisis rantai
berikut:
72
2. Differensiasi : fokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan
daripada pesaing.
manufaktur produk LBS. Inputpembelian bahan baku yang berkualitas baik akan
berdampak pada bagian hilir yang akan menghasilkan produk akhir dengan
development) yang dilakukan terdiri dari perbaikan produk dan proses yang
teknologi yang dilakukan di PT. AR tidak terlepas dari bagian Research and
Development (R & D) yang secara berkala melakukan trial untuk terus melakukan
pengembangan dan inovasi produk maupun bahan baku serta peralatan proses
73
Analisis rantai nilai dilakukan setelah dijelaskantahapan proses penting dalam
usaha pengolahan LBS. Uraian proses tersebut dianalisis untuk melihat seberapa
74
INFRASTRUKTUR PT. AR
(Gedung produksi, gudang persediaan dan akses jalan
menuju lokasi memadai)
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM di departmenPPIC dan purchasingdan pengolahan
AKTIVITAS LBS dilatih oleh tenaga ahli sehingga memiliki
PENUNJANG kemampuan yang dibutuhkan untuk pengolahan LBS)
MARGIN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
(Teknologi yang digunakan dalam pembuatan produk
olahan tepung talas LBS tergolong semi modern dan masih
membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya)
PENGADAAN
(Bahan baku utama, penolong, tambahan, alat/mesin yang
AKTIVITAS
digunakan untuk memproduksi produk olahan tepung talas
UTAMA LBS didapat dari wilayah Bogor dan sekitarnya, luar P.
Jawa dan impor dari luar negeri)
Proses Mixing
Pencetakan
dalam Loyang
Proses Steam
Pemberian
Topping
75
5.5 Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS
bahan baku LBS yang selama ini pernah atau masih bekerja sama dengan PT. AR
perusahaan selama ini dipilih dengan patokan harga terendah dan memiliki waktu
kendala supplier yang dipilih perusahaan terlambat atau bahkan tidak bisa
mengirim bahan baku sesuai perjanjian yang dibuat sebelumnya, maka dari itu
dipilih yang terbaik untuk dijadikan supplierutama untuk jangka waktu yang
panjang.
76
Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR
No Bahan Baku Supplier
KWT. MA
1 Tepung Talas KWT. ME
KWT. LI
UD. YU
KJ
2 Tepung Terigu
PT. LNFM
CV. KI
CV. BN
CV. GI
3 Telur KT
GH
PT. ITT
PT. KCS
4 Gula
RB
CV. KI
PT. UJ
5 Susu PT. AT
CV. KI
KJ
6 Vegetable Oil PT. SM
CV. KI
PD. ABD
PT. ITT
7 Shortening
UD. YOE
MKY
PT. AA
PT. FM
8 Cokelat Rasa
PT. NL
CV. SE
PT. MBR
9 Keju PT. ITT
PT. ME
PT. HS
Bahan Kondimen (Garam, Vanili, Cake
CV. DSI
10 Emulsifier, Leavening Agent,Condensed,
KJ
dan Lain-Lain)
UD YOE
PT. KP
PT. MAP
11 Box (Kemasan Karton) Lapis Bogor
BOP
PT. GMU
Sumber :Departemen PurchasingPT. AR, 2014
Tahap penentuan supplier bahan baku yang akan dipilih untuk dijadikan
77
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE adalah salah satu
rekomendasi kriteria supplier lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan acuan
78
Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier
No Kriteria
1 Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan
a. Sertifikat Halal
b. Sertifikat GMP dan HACCP
c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga)
2 Kualitas
a. Kesesuaian Teknis
b. Reliabilitas Produk
c. Standar dan Jaminan Kualitas
d. Rasio Ketertolakan Produk
3 Pengiriman
a. Lead time singkat
b. Ketepatan Waktu
c. Kontinuitas
4 Pelayanan dan Manajemen Organisasi
a. Aksesibilitas
b. Fleksibilitas
c. Status/Kondisi Finansial
d. Kepercayaan
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi
f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas
g. Traceabiliy(Kemampuan telusur)
h. Label Standar nasional Indonesia(SNI)
5 Biaya
a. Harga Produk
b. Kemampuan Memberikan Diskon
c. Mekanisme Pembayaran Mudah
Sumber : Kombinasi kriteria supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, kriteria
supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir
kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz (2012)
79
3. Ir. Sri Purwanti, MS (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan
a. Sertifikat Halal
dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier karena PT. AR
atas penerapan GMP atau Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik
80
sertifikasi standar internasional seperti Sucofindo. Kriteria ini termasuk
dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier bahan pangan
2. Kualitas
Control, 2009). Hal-hal yang dinilai dalam kualitas bahan baku yang
a. Kesesuaian teknis
masing bahan baku di PT. AR saat ini adalah sebagai berikut (Tabel
15).
81
Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR
No Jenis Bahan Kesesuaian Teknis
Baku
1 Tepung Talas Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan
kemasan karung berkapasitas 25 Kg
2 Tepung Terigu Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan
kemasan karung berkapasitas 25 Kg
3 Telur Telur ayam ras lokal berwarna kecoklatan dengan kondisi fresh
on farm, ukuran telur disesuaikan dengan tray berukuran 30
butir telur per 1 tray dan diikat per-8 tray, keseluruhan telur
berisi ±240 butir dengan berat 15 Kg
4 Susu Susu sapi segar berukuran 450ml kemasan botol, menggunakan
kemasan karton berkapasitas 24 botol
5 Gula Putih Berwarna putih bersih, tercantum tanggal kadaluarsa dan
menggunakan kemasan karung berkapasitas 50Kg
6 Shortening Kemasan karton dengan kapasitas 15 Kg, tercantum tanggal
kadaluarsa
7 Keju Spesifikasi kualitas keju yang diminta perusahaan yaitu
memiliki tanggal produksi minimal 1 bulan sebelum digunakan
dan berkapasitas 16 Kg per-Karton
8 Cokelat Cokelat batangan rasa cokelat, blueberry, strawberry,
cappuccino dan tiramisu dengan kapasitas 12 Kg per-karton
Sumber : Departemen Produksi PT. AR, 2014
SNI, hanya berdasarkan fisik dari bahan bakunya. Kriteria kesesuaian teknis
bahan baku yang mengacu pada SNI dilampirkan dalam Lampiran 6, agar menjadi
a) Penandaan (labelling)
82
informasi penting kepada konsumen mengenai isi yang terkandung
sedikitnya 4 hal yaitu nama umum dari produk yang dikemas, isi/
b) Pelestarian lingkungan
b. Reliabilitas produk
83
terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan (Mullins,
Orville dan Boyd, 2005 : 422). Reliabilitas produk bahan baku dinilai
apabila bahan baku yang diterima oleh pembeli termasuk kriteria rusak
3. Pengiriman
baku berhubungan dengan kegiatan produksi, jika salah satu bahan baku
84
a. Lead time singkat
b. Ketepatan waktu
kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara supplier dengan perusahaan,
c. Kontinuitas
a. Aksesibilitas
bagaimana lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan
85
b. Fleksibilitas
kebutuhan yang terus berubah, pergantian yang cepat dari satu produk
c. Status/kondisi finansial
d. Kepercayaan
86
sebagai kemampuan untuk menelusuri sejarah, aplikasi, atau lokasi dari
produk dengan asal bahan dan sejarah proses produk, serta distribusi
produk.
makanan atau pakan atau bahan baku produksi makanan atau pakan,
h. Label SNI
5. Biaya
Uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang
a. Harga produk
87
c. Mekanisme pembayaran yang mudah
yaitu 3 sangat penting, 2 = penting dan 1 = tidak penting. Hasil analisis penilaian
tingkat kepentingan kriteria supplier bahan bakuLBS PT. AR disajikan pada Tabel
16.
Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS
PT.AR
Kode
No Kriteria Bobot Peringkat
Kriteria
Kelengkapan Dokumen Keamanan
A
Pangan
1 Sertifikat Halal Q1 2.85 1
2 Sertifikat GMP Dan HACCP Q2 2.35 2
3 Sertifikat P-IRT Q3 2.20 3
B Kualitas
4 Kesesuaian Teknis Q5 2.60 3
5 Reliabilitas Produk Q6 2.50 4
6 Standar Dan Jaminan Kualitas Q7 2.90 1
7 Rasio Ketertolakan Produk Q8 2.35 5
C Pengiriman
8 Lead Time Singkat Q9 2.35 3
9 Ketepatan Waktu Q10 2.80 1
10 Kontinuitas Q11 2.60 2
D Pelayanan Dan Manajemen Organisasi
11 Aksesibilitas Q12 2.50 3
12 Fleksibilitas Q13 2.40 4
13 Status/Kondisi Finansial Q14 2.30 6
14 Kepercayaan Q15 2.90 1
15 Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16 2.55 2
16 Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17 2.40 4
17 Traceabiliy Q21 1.83 7
18 Label SNI Q22 2.33 5
E Biaya
19 Harga Produk Q18 2.30 1
20 Kemampuan Memberikan Diskon Q19 1.80 2
21 Mekanisme Pembayaran yang Mudah Q20 2.30 1
Sumber : Data Primer (diolah)
88
Penjelasan analisis tingkat kepentingan kriteria supplier bahan baku LBS PT.
menjadi salah satu dokumen penting yang harus dimiliki setiap supplier
turut adalah kelengkapan dokumen sertifikat GMP dan HACCP (2,35) dan
2. Kriteria Kualitas
AR untuk memilih supplier bahan baku, hal ini disebabkan standar dan
baku yang sesuai standar dan spesifikasi yang diinginkan PT.AR sebagai
89
ditetapkan menjadi pertimbangan PT. AR untuk memilih supplier.
3. Kriteria Pengiriman
baku merupakan hal yang vital dalam persediaan bahan baku, karena PT.
(satu) hari saja dalam pengiriman bahan baku pada saat re-order point,
organisasi adalah kepercayaan (2,90), hal ini dilihat dari kinerja historis
90
memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah tingkat
bobot yang sama yaitu 2,40, hal ini menegaskan bahwa kedua kriteria
turut adalah Label SNI (2,33), status/kondisi finansial supplier (2,30) dan
5. Kriteria Biaya
Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam biaya adalah harga produk
supplier bahan baku LBS di PT. AR. Harga menjadi prioritas dibawah
91
besarnya harga bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa
terbesar hingga yang terkecil. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kualitas dan
standar dan jaminan kualitas (2,90) dan kepercayaan (2,90) menduduki peringkat
(2,40). Kriteria kedua terbanyak yang diperhatikan yaitu kualitas, faktor tersebut
yaitu standar dan jaminan kualitas (2,90), kesesuaian teknis (2,60), reliabilitas
92
Kode
No Kriteria Bobot Peringkat
Kriteria
8 Reliabilitas produk Q6 2.50 6
Prinsip dasar pengadaan yang baik adalah bahwa kerjasama antara pembeli
dengan supplier dapat menarik lebih banyak peluang menghemat biaya daripada
dua pihak yang bekerja sendiri-sendiri. Kerjasama yang solid ini kiranya hanya
dapat dihasilkan ketika dua pihak tersebut mempunyai hubungan jangka panjang
yang dihadapi oleh pembeli tertentu. Hubungan jangka panjang ini juga dapat
(direct materials). Oleh karena itu, hubungan jangka panjang ini seharusnya
93
dibangun dengan para supplier barang-barang strategis dan kritis (Chopra dan
Meindl 2001).
Analisis penilaian alternatif supplier bahan baku LBS yang akan dijadikan
menjadi supplier utama bahan baku LBS. Data dan hasil pengolahan untuk kasus
seleksi supplier bahan baku secara lengkap tersaji pada Tabel 18. Proses
Tabel 18. Aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier bahan baku LBS
pada PT. AR
No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking
KWT. MA 262,39 1
KWT. LI 66,43 3
UD. YU 115,24 4
KJ 126,64 3
2 Tepung Terigu
PT. LNFM 184,67 2
CV. KI 286,40 1
CV. BN 269,32 1
CV. GI 104,99 3
3 Telur
CV. KT 165,18 2
GH 32,29 4
RB 78,00 4
94
No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking
CV. KI 254,80 2
PT. UJ 229,76 2
CV. KI 269,37 1
KJ 149,51 3
CV. KI 260,98 1
MKY 265,23 2
PT. AA 259,77 2
PT. FM 251,74 3
8 Cokelat
PT. NL 266,28 1
CV. SE 124,19 4
PT. ME 127,63 3
PT. HS 244,13 2
PT. KP 202,64 3
95
Berdasarkan Tabel 18, hasil analisis seleksi supplier masing-masing bahan
sebagai berikut :
1. Tepung Talas
lainnya yaitu dengan nilai MPE 262,39, KWT. ME (145,84) dan KWT. LI
(3) dalam kriteria pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, standar dan
kriteria manapun.
2. Tepung Terigu
yaitu dengan nilai MPE 286,39, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 184, 67 untuk PT. LNFM, KJ (126,64) dan UD. YU (115,24). Dari
96
keempat alternatif supplier tepung terigu, CV. KI dapat dipertimbangkan
3. Telur
yaitu dengan nilai MPE 269,32, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 165,18 untuk CV. KT, CV. GI (104,99) dan GH (32,29). Dari
CV. BN lebih unggul karena dari 18 kriteria yang dinilai hanya memiliki
(2,14).
4. Gula
yaitu dengan nilai MPE 256,80, sementara supplier lainnya memiliki nilai
97
MPE 254,80 untuk CV. KI, PT. ITT (156,05) dan RB (78,00). Dari
sertifikat halal (3). PT. KCS menjadi peringkat pertama karena unggul
label SNI. PT. ITT menjadi peringkat kedua karena hanya memiliki nilai
bobot tertinggi dalam 6 kriteria dari 20 kriteria yang dinilai yaitu sertifikat
5. Susu
yaitu dengan nilai MPE 269,37, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 229,76 untuk PT. UJ dan nilai MPE 134,72 untuk PT. AT. Dari
98
sedangkan PT. AT menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam
6. Vegetable Oil
dengan nilai MPE 260,98, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE
173,07 untuk PT. SM dan nilai MPE 149,51 untuk KJ. Dari ketiga
dan standar dan jaminan kualitas. CV. KI dan PT. SM memiliki nilai bobot
7. Shortening
yaitu dengan nilai MPE 269,29, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 265,23 untuk MKY, UD. YOE (206,79) dan PD. ABD (126,12).
HACCP, kesesuaian teknis dan reliabilitas produk. PT. ITT unggul juga
99
dalam kriteria fleksibiitas, status/kondisi finansial, tingkat kemudahan
8. Cokelat
yaitu dengan nilai MPE 266,28, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 259,77 untuk PT. AA, PT. FM (251,74) dan CV. SE (124,19). Dari
yang mudah, traceabiliy dan label SNI serta dalam kriteria lainnya
9. Keju
yaitu dengan nilai MPE 247,63, sementara supplier lainnya memiliki nilai
MPE 179,34 untuk PT. ITT dan nilai MPE 127,63 untuk PT. ME. Dari
100
Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan
dan standar dan jaminan kualitas. PT. MBR menjadi peringkat pertama
nilai MPE 244,13 untuk PT. HS, KJ (138,26) dan UD. YOE (133,92).
reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas dan traceabiliy. CV.
MPE 248,52 untuk PT. GMU, PT. KP (202,64) dan PT. MAP (195,44).
101
dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama Box (kemasan
karton) LBS.
traceabiliy.
sangat mungkin berbeda antara barang yang satu dengan yang lain, antara suatu
industri dengan industri yang lain. Hal tersebut dikarenakan tuntutan fokus dan
menarik lewat risetnya bahwa semakin kompleks suatu produk/jasa yang dibeli,
semacam ini, menurutnya, harga kemudian menjadi faktor yang agaknya relatif
Faktor kesuksesan kritis untuk bahan baku LBS ditentukan dari besarnya
Implikasi dari hal ini yaitu bahwa meningkatkan kinerja supplier pada 3 aspek
kesimpulan Dickson (1996), hasil pembobotan yang memberikan nilai tinggi bagi
102
bahwa produksi LBS dapat dikatakan sebagai produk yang kompleks karena
membutuhkan banyak bahan baku dalam proses pembuatannya. Faktor biaya atau
harga menjadi faktor dibawah kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen
Kriteria yang menjadi faktor kesuksesan kritis dalam kasus seleksi supplier
bahan baku LBS di PT. AR dapat digunakan sebagai bahan monitoring kinerja
supplier. Perusahaan pembeli (PT. AR) dapat membatu supplier utamanya dalam
supplier akan lebih fokus melakukan perbaikan yang terkait dengan kriteria yang
mencapai tingkat kinerja ideal, maka secara bertahap hal tersebut juga
Pada tahap lebih lanjut, hubungan dengan supplier ini dapat diarahkan menuju
Penggunaan aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier ini kriteria untuk
ditekankan.Hasil yang diperoleh dari aplikasi MPE ini juga dapat diarahkan untuk
103
kuota pasok sebanyak 60%, supplier peringkat 2 sebanyak 20%, peringkat 3
panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier (Lampiran 11)
bahan baku untuk PT. AR karena sebelumnya peneliti menganalisis rantai nilai
yang terjadi dari hulu ke hilir. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan
104
Tabel 19. Implikasi Manajerial yang dapat diterapkan oleh PT. AR
Tujuan
No Purchasing Proses Produksi Pemasaran
Penelitian
1 Struktur rantai - Mengetahui bahwa kualitas - Mengetahui bahwa produk LBS - Mengetahui keadaan dan
pasokan produk keluaran ditentukan merupakan produk yang kebutuhan pasar untuk
pertama kali oleh bagian kompleks karena membutuhkan meningkatkan volume
pengadaan barang, ketidaktepatan banyak bahan baku untuk penjualan
kualitas bahan baku sesuai memproduksinya. Oleh karena - Mengetahui proses
spesifikasi yang dibutuhkan akan itu, pemborosan pada proses pemasaran untuk
menghasilkan produk keluaran dapat terjadi antara lain : scrap menghindari kesalahan-
yang tidak tepat. dan pekerjaan ulang (rework), kesalahan dalam proses
- Mengetahui perencanaan dan proses yang tidak efisien, pesanan dari pelanggan
peramalan (forcasting) kebutuhan proses yang kuno/usang dan - Mengetahui dan dapat
bahan baku, kapan harus proses yang tidak andal. menekan biaya aktual
menerbitkan Purchase Order Mengetahui struktur rantai penjualan per-pesanan yang
(PO) karena sebelumnya analisis pasokan dapat meminimalisir melebihi biaya standar yang
pasar telah diketahui dari bagian pemborosan yang terjadi ditetapkan
pemasaran untuk menghindari - Mengetahui kejelasan prosedur - Mengetahui bahwa analisis
kekurangan, keterlambatan dan dan instruksi kerja untuk pasar yang dilakukan bagian
ketidaktepatan penerbitan menghindari waktu terbuang pemasaran akan menjadi
Purchase Order (PO) dari pekerja (worker idle time) informasi yang penting bagi
- Mengetahui perlunya pelatihan bagian pengadaan dan
bagi karyawan bagian produksi produksi untuk melakukan
untuk menghindari waste pekerjaannya.
- Mengetahui tambahan
penggunaan input (tenaga kerja,
bahan baku, peralatan dan
mesin-mesin produksi.
2 Kriteria-kriteria - Mengetahui bahwa supplier
supplier bahan baku merupakan organisasi eksternal
LBS yang perlu diorganisir dengan
baik, kualitas yang buruk,
kesalahan-kesalahan dalam
pengiriman, keterlambatan
pengiriman, selisih perhitungan
bahan baku yang dikirim dengan
105
Tujuan
No Purchasing Proses Produksi Pemasaran
Penelitian
pesanan pembelian, kelebihan
persediaan (overstocking),
kelebihan material yang tidak
terpakai (cacat, usang), kelebihan
persediaan pengaman (safety
stock/buffer inventories),
pekerjaan ulang (rework) serta
ongkos-ongkos yang tinggi dapat
teridentifikasi dan dilakukan
analisis dan evaluasi kinerja
supplier
3 Proses pemilihan - Mengetahui prosedur klasifikasi
supplier dan seleksi supplier, sehingga
ketidaktepatan dalam pemilihan
supplier yang akan bekerjasama
dengan perusahaan dapat
dihindari
106
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
pada PT. AR, umunnya terdiri atas para supplier bahan baku LBS
(produsen tepung talas, terigu, gula, susu, vegetable oil, shortening, bahan-
bahan kondimen, keju dan produsen box (kemasan kotak karton) LBS.
dan kontinuitas.
107
f. Kriteria lainnya yaitu kesesuaian standar kemasan pangan, Traceability
3. Hasil proses pemilihan supplier bahan baku LBS adalah sebagai berikut :
R & D disetujui apabila tidak ada masalah dalam kualitas dan sesuai
terdiri atas negosiasi harga produk dan tempo pembayaran, jika sudah
b. Proses pengadaan dan pembelian bahan baku dimulai dari proses MRP
kepada PT. AR, setelah itu dilakukan proses pengiriman bahan baku.
108
pengecekan ulang oleh Quality Control (QC), kemudian bahan baku
pallet.
lain : supplier tepung talas yang memiliki nilai MPE tertinggi yaitu
KWT. MA, supplier tepung terigu; CV. KI, supplier telur ; CV. BN,
supplier gula ; PT. KCS, supplier susu ; CV. KI, suppliervegetable oil ;
6.2 Saran
109
4. Dilakukannya evaluasi terhadap kinerja supplier setiap jangka waktu
dengan baik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Abror, 2011. Kajian Seleksi dan Evaluasi Pemasok Pada Rantai Pasokan Kertas
(Studi Kasus di PT. Kertas Leces (PTKL) Probolinggo) [Skripsi]. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Eka, 2011. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS)
dengan Kriteria yang Ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT.
Nippon Indosari Corpindo) [Skripsi]. Fak. Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Evan & Lindsay. 2007. Pengantar Six Sigma. Jakarta : Salemba Empat.
Lee EK, Ha S, Kim SK. 2001. Supplier Selection and Management System
Considering Relationship In Supply Chain Management. IEEE
Transactions on Engineering Management 48 (3): 307-318.
111
Porter, Michael. E. 1992. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Erlangga. Jakarta.
Sandi, dkk. 2013. Penerapan Metode ANP untuk Pemilihan Supplier Bahan Baku
CV.TX [Skripsi]. Universitas Katolik Parahyangan.
Tias. 2012. Teori Keputusan dan Lingkup Keputusan [Jurnal] diakses dari
library.binus.ac.id pada Tanggal 25 Juli 2014 Jam 18.23.
112
Lampiran 1. Definisi Operasional
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
Manajemen Seleksi pemasok : salah satu kegiatan Kriteria Pemasok :
Hubungan Pemasok bagian pengadaan yang merupakan
(Supplier keputusan strategis pertama yang
Relationship menentukan kesuksesan
Management) : implementasi manajemen rantai
semua proses yang pasokan (Pujawan, 2005)
berfokus pada
interaksi antara
Perusahaan dengan
pemasoknya. (Chopra
dan Meindl (2001))
1. Kelengkapan Dokumen-dokumen persyaratan Pemasok terbukti melampirkan
Dokumen Keamanan layak edar dari lembaga dokumen-dokumen kelengkapan
Pangan sertifikasi berstandar keamanan pangan pada saat akan
internasional yang menunjukkan bekerjasama dengan perusahaan
pengetahuan, kesadaran dan pembeli
pemahaman pemasok bahan
baku pangan tentang
perlindungan konsumen
terhadap keamanan pangan dan
implikasi hukum pelanggaran
peraturan keamanan pangan
yang berlaku
a. Sertifikat Halal Sertifikat yang dikeluarkan Pemasok bahan baku pangan
badan internasional kehalalan terbukti melampirkan dokumen
produk LPPOM MUI sertifikat halal dari lembaga
internasional kehalalan di
Indonesia (LPPOM MUI)
b. Sertifikat GMP Sertifikat yang diberikan kepada Pemasok bahan baku pangan
dan HACCP industri pangan melalui kegiatan terbukti melampirkan dokumen
audit atas penerapan GMP dan sertifikat GMP dan HACCP dari
113
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
HACCP dalam mencegah lembaga sertifikasi standar
bahaya keamanan pangan pada internasional di Indonesia.
setiap titik kritis aktivitas Misalnya dari Sucofindo
produksi dari lembaga sertifikasi
standar internasional
c. Sertifikat P-IRT Sertifikat yang dikeluarkan oleh Pemasok bahan baku pangan
Dinas Kesehatan setempat untuk skala industri rumah tangga
skala industri rumah tangga yang seperti tepung talas terbukti
memproduksi bahan pangan melampirkan dokumen sertifikat
P-IRT
2. Kualitas Keseluruhan ciri dan karakter- Pemasok bahan baku Lapis
karakter dari sebuah produk Bogor Sangkuriang terlihat
yang menunjukkan mematuhi standar-standar
kemampuannya untuk kualitas yang dipesan PT.
memuaskan kebutuhan tersirat AGRINESIA RAYA
(American Society for Quality
Control, 2009)
a. Kesesuaian Teknis Penilaian untuk menyatakan Pemasok bahan baku Lapis
kesesuaian produk terhadap Bogor Sangkuriang terlihat
standar tertentu, khususnya SNI mematuhi kesesuaian teknis
(BSN) mengenai kualitas bahan baku
yang dipasok
b. Reliabilitas Probabilitas bahwa produk akan Tingkat keandalan pemasok
Produk bekerja dengan memuaskan atau bahan baku terhadap produk
tidak dalam periode waktu yang dipasok sehingga
tertentu, semakin kecil kemungkinan terjadinya
kemungkinan terjadinya kerusakan dalam hal kualitas
kerusakan maka produk tersebut semakin kecil
dapat diandalkan (Mullins,
Orville dan Boyd, 2005 : 422)
c. Standar dan Perusahaan pemasok Pemasok bahan baku Lapis
Jaminan Kualitas memberikan jaminan kepada Bogor Sangkuriang terlihat
114
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
perusahaan pembeli apabila mampu memberikan standar dan
bahan baku yang diterima oleh jaminan kualitas terhadap
pembeli termasuk kriteria rusak kesesuaian teknis kualitas yang
(reject) yaitu dilakukan diminta perusahaan
penukaran (retur) bahan baku
d. Rasio Pengukuran yang digunakan Tingkat ketertolakan bahan baku
Ketertolakan Produk untuk menilai perusahaan Lapis Bogor Sangkuriang yang
pemasok ketika memasok dipasok, banyaknya produk
produknya pada perusahaan dengan status reject
pembeli yang ditandai dengan
seberapa banyak pemasok
menyediakan produk yang tidak
memenuhi standar kesesuaian
teknis (Pujawan, 2005)
e. Standar Kemasan Standar yang dikeluarkan oleh Pemasok kemasan kotak karton
Pangan Balai Besar Kimia dan Kemasan untuk Lapis Bogor Sangkuriang
Kementerian Perindustrian terlihat sesuai standar kemasan
mengenai persyaratan kemasan pangan, salah satunya labelling
pangan dengan tujuan yaitu tercantumnya nama umum
melindungi produk pangan dari produk yang dikemas, isi berat
bahaya keamanan pangan bersih, komposisi bahan, masa
(Bpkimi, Kemenperin, 2012) simpan produk, kondisi
penyimpanan khusus, barcode
dan simbol halal (Bpkimi,
Kemenperin, 2012)
3. Pengiriman Kegiatan mengirimkan Tingkat kecepatan dan ketepatan
(pendistribusian) bahan baku pengiriman bahan baku Lapis
sesuai pesanan dari pemasok Bogor Sangkuriang menuju PT.
kepada perusahaan pembeli AGRINESIA RAYA
a. Lead Time Singkat Kemampuan pemasok Pemasok terlihat mampu
memberikan jangka waktu memberikan jangka waktu
tunggu pengiriman pasokan tunggu pengiriman pasokan
bahan baku yang relatif singkat bahan baku Lapis Bogor
115
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
(Gaspersz, 2012) Sangkuriang yang relatif singkat
b. Ketepatan Waktu Kemampuan pemasok mengirim Pemasok terlihat mampu
tepat waktu dengan lot menepati waktu pengiriman
pengiriman kecil. Ini akan dinilai bahan baku Lapis Bogor
dari jarak antara pemasok Sangkuriang
dengan Perusahaan, kapasitas
produksi dan keadaan historis
mereka dalam mengirim tepat
waktu (Eka, 2011)
c. Kontinuitas Kemampuan pemasok (supplier) Pemasok terlihat mampu
untuk mengirimkan bahan baku mengirimkan bahan baku Lapis
yang dibutuhkan secara kontinu Bogor Sangkuriang yang
(Rukmi, dkk. 2014) dibutuhkan secara kontinu
4. Pelayanan dan Bentuk pelayanan dan sistem Tingkat sistem manajemen
Manajemen Organisasi manajemen yang diberikan oleh pelayanan yang diberikan
perusahaan pemasok dalam perusahaan pemasok bahan baku
rangka memenuhi pesanan Lapis Bogor Sangkuriang
kebutuhan bahan baku
a. Aksesibilitas Konsep yang menggabungkan Pemasok terlihat memiliki
pengaturan tata guna lahan kemampuan aksesibilitas yang
secara geografis dengan sistem dapat diandalkan dalam kegiatan
jaringan transportasi yang pendistribusian bahan baku
menghubungkannya. Dengan Lapis Bogor Sangkuriang
perkataan lain aksesibilitas kepada PT. AGRINESIA RAYA
adalah suatu ukuran kenyamanan
bagaimana lokasi tataguna lahan
berinteraksi satu dengan yang
lain dan bagaimana mudah dan
susahnya lokasi tersebut dicapai
melalui sistem jaringan
transportasi (Black dan Conroy,
1977)
116
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
b. Fleksibilitas Kemampuan untuk beradaptasi Tingkat fleksibilitas perusahaan
secara cepat dan efektif terhadap pemasok terhadap perubahan-
kebutuhan yang terus berubah, perubahan yang terjadi, dapat
pergantian yang cepat dari satu mudah menyesuaikan dengan
produk ke produk lain, respon kondisi kebutuhan bahan baku
yang cepat terhadap permintaan produk Lapis Bogor
yang terus berubah (Evans & Sangkuriang yang tujuannya
Lindsay, Pengantar Six Sigma, menguntungkan kedua belah
h.202) pihak
c. Status/Kondisi Kondisi keuangan Perusahaan Pemasok terbukti tidak memiliki
Finansial pemasok pada saat akan permasalahan keuangan internal
bekerjasama dengan Perusahaan maupun eksternal perusahaan
pembeli harus diketahui agar
tidak terjadi kekekeliruan
mekanisme pembayaran antar
Perusahaan
d. Kepercayaan Kondisi terciptanya hubungan Tingkat kepercayaan antar
kerja antar industri yang penuh perusahaan pemasok dan
kepercayaan (Evans & Lindsay, perusahaan pembeli khususnya
Pengantar Six Sigma, h.279) dalam pengadaan bahan baku
yang terlihat dari data historis
kemampuan memenuhi pesanan
e. Tingkat Kondisi mudahnya hubungan Tingkat kemudahan pelayanan
Kemudahan Komunikasi komunikasi antar industri komunikasi dari perusahaan
dagang yang saling pemasok bahan baku dan PT.
menguntungkan, khususnya AGRINESIA RAYA sebagai
dalam hal pengadaan bahan baku pembeli khususnya mengenai
kegiatan pengadaan bahan baku
117
f. Prosedur Komplain dan Kemampuan pemasok dalam Pemasok terbukti bertanggung jawab
responsibilitas menangani keluhan-keluhan dalam menangani komplain-
perusahaan pembeli terhadap komplain mengenai pengadaan bahan
pelayanan yang diberikan baku produk Lapis Bogor
perusahaan pemasok dan bentuk Sangkuriang, prosedur komplain
tanggung jawab pemasok terhadap yang diberikan tidak rumit
produk yang dipasoknya
5. Biaya Uang tunai atau kas yang Tingkat biaya yang dikeluarkan
dikorbankan untuk barang atau jasa untuk pengadaan bahan baku Lapis
yang diharapkan dapat Bogor Sangkuriang
memberikan laba baik untuk
masakini maupun masa mendatang
(Kuswadi, 2006:60)
a. Harga Produk Kemampuan pemasok dalam Pemasok terbukti dapat memberikan
memberikan harga yang sesuai harga yang sesuai dengan kualitas
dengan kualitas bahan baku yang bahan baku yang ditawarkan kepada
ditawarkan perusahaan pembeli
b. Kemampuan memberikan Pemasok dapat memberikan Pemasok terbukti dapat memberikan
diskon potongan harga atau diskon kepada potongan harga atau diskon kepada
pembeli apabila memesan bahan PT. AGRINESIA RAYA apabila
baku dengan kuantitas yang besar memesan bahan baku Lapis Bogor
Sangkuriang dengan kuantitas yang
besar
c. Mekanisme Pembayaran Pemasok memberikan kemudahan Pemasok bahan baku Lapis Bogor
Mudah dalam melakukan transaksi Sangkuriang terbukti memberikan
pembayaran dan jangka waktu kemudahan dalam melakukan
yang sesuai transaksi pembayaran dan jangka
waktu yang sesuai kepada PT.
AGRINESIA RAYA
118
Stuktur Organisasi
PT AGRINESIA RAYA
119
Lampiran 3. Pemeriksaan Operasional Perusahaan (Depth Interview)
Narasumber :
Jabatan :
120
16. Apakah bagian pembelian selalu mengusahakan harga dan suplai yang
terbaik atas barang yang diperlukan ? (bagian pembelian melakukan
negosiasi harga, melihat kualitas sebelum dibeli)
17. Apakah dalam pembelian ditetapkan persetujuan jumlah rupiahnya ?
(kontrak persetujuan harga)
18. Apakah bagian-bagian lain selalu memandang bagian pembelian sebagai
sumber informasi dalam memecahkan setiap permasalahan mengenai
barang ?
19. Apakah permintaan pembelian selalu dilayani tepat pada waktunya ?
20. Apakah bagian pembelian selalu berorientasi kepada pelayanan? (Apakah
bagian pembelian melayani dengan baik bagian perencanaan produksi,
begitupun kepada supplier?)
21. Apakah persediaan selalu mencukupi ? Jika tidak, dalam setahun berApa
kali terjadi kekurangan persediaan ?
22. Apakah persediaan selalu diusahakan dalam jumlah optimal ? (jumlah,
safety stock tepat dan biaya yang minimal)
23. Berapa lama jangka waktu yang diperlukan untuk memproses suatu
permintaan pembelian ? (lead time pesanan)
24. Apa saja biaya-biaya yang dihitung dalam biaya pesan bahan baku ?
berapa biaya per-order pembelian?
25. Apakah supplier menyediakan catalog-katalog harga bahan baku yang
tengah berrlaku ?
26. Apakah ada suatu sistem pengendalian persediaan ?
a. Pergudangan dilaksanakan oleh pihak berwenang
b. Pesanan sesuai kebutuhan optimal
c. Tindakan keika penyerahan tidak sesuai
d. Bagian penerimaan bekerja setelah mendapat lembaran PO
e. Kuantitas, kualitas, persyaratan, harga, ketelitian, administrasi
diyakini pesanan bahan baku disesuaikan sebelum dilakukan
pembayaran
f. Kapan barang retur diperhitungkan penagihan kembali kepada
supplier
121
g. Pesan kembali pada saat mencApai batas keamanan minimum
27. Apakah pernah diadakan evaluasi produk ? (misalnya melihat standar
produk yang dihasilkan, melihat bahan baku yang dipesan sesuai standar
perusahaan) Apakah petugas pembelian ikut menjadi anggotanya ?
28. Apakah biaya yang diinvestasikan untuk persediaan selalu diketahuai
setiap saat ?
29. Apakah untuk menilai prestasi pembelian dipergunakan analisa varian
harga pembelian ? (misalnya pembelian selama 1 periode dianalisa
kembali optimal atau tidaknya)
30. Apakah fasilitas fisik gudang penyimpanan cukup memadai ? (misalnya
ada fasilitas penyimpanan bahan-bahan yang perishable tercukupi) Jika
tidak, Apa saja yang dirasakan kurang memadai ?
31. Apakah peralatan yang dimiliki dapat mendukung kelancaran tugas ?
32. Apakah bagian pembelian mempunyai hubungan baik dengan
departemen-departemen lainnya ?
33. Apakah bagian pembelian selalu berkomunikasi dengan bagian
penerimaan dan bagian keuangan ?
34. Apakah petugas bagian keuangan selalu dApat memperoleh informasi
yang mereka butuhkan dari bagian pembelian ?
35. Apakah bagian pembelian tau mengenai anggaran pembelian masing-
masing departemen ? (departemen kebersihan dan teknisi misalnya)
36. Apakah bagian pembelian memiliki petunjuk atau pedoman kebijakan
dan prosedur ?
37. Apakah perusahaan memiliki standar pembelian yang berlaku
menyeluruh sehingga setiap departemen mendapat perlakuan yang sama
? (standar pembelian bahan baku sama dengan standar pembelian alat-
alat kantor atau kebersihan misalnya)
38. Apakah ada prosedur khusus untuk pembelian peralatan modal?
(misalnya peralatan kantor dan kebersihan)
39. Apakah sebelum dipersiapkan pesanan pembelian disyaratkan harus ada
permintaan pembeliannya ?
122
40. Apakah ada suatu sistem otorisasi faktur sehingga perbedaan-
perbedaannya dengan pesanan dapat diketahui ?
41. Apakah ada satu komisi standarisasi untuk mengendalikan proliferasi
produk ? (adanya manajemen QC bahan baku atau produk jadi)
42. Apakah bagian pembelian menggunakan semacam formula khusus
kuantitas pembelian ekonomis ? (adanya perhitungan khusus)
43. Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk membeli produk yang
dApat memenuhi kebutuhan beberApa departemen ketimbang menimbun
beberapa jenis barang yang hamper sama ? (digunakan teknik lot for lot
untuk salah satu jenis bahan baku)
44. Apakah perusahaan selalu mengusahakan persediaan serendah mungkin
tetapi juga mempertimbangkan kelangkaan barang di masadepan?
Bagaimana cara perusahaan mengatasinya?
45. Apakah bagian pembelian pernah melaksanakan QC sehingga dapat
diketahui bahwa barang yang datang benar-benar barang yang
diinginkan?
46. Apakah bagian pembelian selalu memanfaatkan diskon ?
47. Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk memusatkan pembelian
pada perusahaan tertentu untuk mendApatkan diskon kuantitas?
48. Apakah pembelian mendesak selalu dihindari ?
49. Apakah bagian pembelian selalu meminta penawaran dari pemasok
bahan baku ?
50. Apakah syarat-syarat penawaran selalu dipertimbangkan dengan
seksama, seperti misalnya mengenai pengangkutan, diskon dan
layanannya ?
51. Apakah penetApan pemasok bahan baku selalu didasarkan pada nilai
optimal ?
52. Apakah permintaan penawaran benar-benar dialamatkan kepada
beberapa pemasok yang berbeda-beda ?
53. Apakah ada suatu prosedur tindak lanjut atas barang-barang yang
diterima tidak tepat pada waktunya ?
123
54. Apakah pembelian back-order selalu dimonitor ?
55. Apakah pesanan pembelian juga berisikan harga ?
56. Apakah catatan selalu dapat merekam terutama bilamana harga beli
actual berbeda dengan harga beli taksiran ?
57. Apakah digunakan suatu jumlah penggunaan rata-rata untuk setiap jenis
barang agar persediaan tetap baik (tidak aus)?
58. Apakah tingkat persediaan pengaman untuk masing-masing jenis barang
telah diperhitungkan?
59. Apakah moral karyawan pembelian dan persediaan benar-benar
memuaskan ?
60. Apakah para karyawan memiliki pengetahuan yang cukup memadai
mengenai produk yang mereka tangani?
61. Apakah para karyawan selalu berusaha untuk memperoleh informasi
mengenai adanya jenis barang yang baru ? (misalnya ada bahan baku
baru untuk produk baru )
62. Apakah perusahaan selalu mengadakan pendidikan dan latihan yang
kontinu untuk karyawan pembelian dan persediaan ?
63. Bagaimana perputaran karyawan bagian pembelian ?
64. Bagaimana tingkat absensi karyawan ?
65. Apakah hanya supplier yang dapat diandalkan saja yang dipilih?
66. Apakah ada suatu arsip mengenai prestasi pemasok bahan baku untuk
dijadikan petunjuk mana yang paling dipercaya dalam situasi mendesak ?
67. Apakah para pemasok bahan baku selalu dicegah untuk berhubungan
dengan pimpinan departemen lainnya ?
68. Apakah ada suatu kebijakan mengenai hadiah-hadiah yang diterima dari
pemasok bahan baku ?
69. Apakah daftar pemasok selalu diperbarui dengan frekuensi yang layak ?
70. Apakah blanko formulir pesanan pembelian di pranomori ? (dibuat
rencana pembelian lalu di nomori sesuai jadwal beli)
71. Apakah ada suatu ruang yang cukup pada setiap formulir (khususnya
untuk pesanan pembelian dan permintaan pembelian) untuk menuliskan
semua informasi yang dibutuhkan? (adanya tab keterangan informasi)
124
72. Apakah permintaan penawaran dibuatkan formulir tersendiri yang
tercetak ?
73. Apakah ruang yang tersedia pada formulir cukup mendukung kemudahan
dan kebenaran pengetikan ?
74. Apakah laporan pembelian dibuat secara bulanan ? Apakah ada seorang
pejabat yang selalu mengevaluasinya dengan seksama ?
75. Apakah bagian pembelian membuat suatu buku catatan perlengkapan
yang memuat daftar peralatan modal ? (misalnya alat-alat kantor dll)
76. Apakah blanko formulir pembelian selalu dijaga keamanannya ?
77. Apakah catatan-catatan diselenggarakan secara efisien dan efektif ?
78. Apakah pesanan pembelian dibuat tercetak ?
79. Apakah nampak barang-barang tertimbun tanpa alasan ditempat
penerimaan ?
80. Apakah pekerja-pekerja pabrik selalu siap menerima barang ?
81. Apakah pergerakan barang selalu terjadi ?
82. Apakah ada karyawan pengelola barang yang cukup ahli yang
dipekerjakan pada bagian yang kurang memerlukan keahliannya, dalam
arti bahwa terdApat biaya tenaga kerja yang tinggi yang dipergunakan
dalam bidang pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian ?
83. Apakah barang-barang yang rentan selalu terjaga keutuhannya dalam
pemindahannya ?
84. Apakah daerah produksi terbebas dari gangguan barang-barang yang
akan dipergunakan atau akan dipergunakan pada kegiatan berikutnya?
85. Apakah barang-barang dibongkar secara mekanis atau dengan bantuan
mesin ?
86. Jika tidak, Apakah barang-barang dibongkar dengan tangan secara cukup
layak ?
87. Apakah dipergunakan karton-karton kemasan untuk memudahkan
perhitungan dan pengelolaan barang ?
88. Apakah perusahaan selalu merasa berkewajiban untuk memenuhi setiap
pesanan pembelian dan perintah pengiriman ?
125
89. Apakah kuantitas bahan baku dicek dengan dokumen pengirimannya ?
(ketika pengiriman tiba bagian penerimaan richeck dokumen pengiriman)
90. Apakah harga dicek dengan petunjuk yang ada dan dengan perintah
pengirimannya ? (disesuaikan dengan dokumen pesanan)
91. Apakah perhitungan-perhitungan matematis yang ada juga selalu dicek ?
92. Apakah tagihan-tagihan yang datang selalu dilunasi dalam jangka waktu
yang telah ditentukan ?
93. Apakah teknik-teknik pengendalian telah diterapkan, seperti misalnya
pengendalian untuk mencegah pembayaran ganda atas tagihan ?
a. Berikan uraian mengenai teknik-teknik yang ada.
94. Apakah pengendalian atas pembayaran biaya pengangkutan cukup
memadai ? (Jika tidak ada biaya pengangkutan abaikan pertanyaan ini)
95. Jika tidak tindakan-tindakan korektif Apa yang diperlukan ?
96. Apakah laporan mengenai pengangkutan selalu dibuat secara teratur?
(adanya form pengankutan lengkap dengan jenis dan waktu
pengangkutannya)
97. Apakah dalam periode pemeriksaan penerimaan bahan baku terjadi
demurrage (biaya kelebihan) ? Berapa kali dalam 1 periode)
98. Tetapkan jumlah demurrage yang harus dibayar. Catat disini_____
99. Apa saja yang menjadi sebab demurrage?
100. Apakah telah dirancang cara-cara khusus untuk memanfaatkan kredit
perjanjian demurrage ? (mengatasi biaya kelebihan)
101. Tindakan korektif Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya
demurrage ?
102. Lakukan pengujian-pengujian atas tuntutan akibat kerusakan barang dan
kerugian-kerugian lainnya, dan cobalah untuk melihat Apakah kerusakan
dan kerugian itu memiliki pola tertentu. Jika ya Apakah dApat segera
ditanggulangi ?
103. Apakah tuntutan-tuntutan selalu diselesaikan dengan cepat ? (misalnya
tuntutan atas barang retur)
104. Apakah pernah ada perbedaan antara data pada dokumen angkut dengan
data pada faktur? Jika ya, Apakah hal itu disebabkan oleh penerApan
126
harga yang salah? Atau karena pedoman pemesanan yang keliru ?
Apakah pelanggan dibebani jumlah pengangkutan yang benar ?
105. Apakah pengelolaan barang merupakan suatu aktifitas khusus atau suatu
unit dalam perusahaan, dimana sedikitnya ada satu orang yang bekerja
secara penuh untuk menangani aktifitas tersebut (pengelolaan gudang) ?
106. Jika ya, Apakah pengarahan dan kualitas jasa pengelolaan barang
tanggung jawabnya berada ditangan satu orang ?
107. Apakah perencanaan produksi dapat dipergunakan oleh petugas
penyimpan bahan baku sebagai pemberitahuan tentang barang-barang
yang akan dibutuhkan ?
108. Apakah petugas gudang atau penyimpan barang selalu diberitahu
sebelumnya bila mana terjadi perubahan-perubahan rencana persediaan ?
109. Apakah ada indikasi bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam
bahan baku sehingga memerlukan standarisasi?
110. Jika ya, Apakah perusahaan menerapkan teknik penilaian (standarisasi)
tertentu terhadap masing-masing BB ?
111. Apakah terdApat timbunan barang yang tengah menunggu reparasi,
pengerjaan kembali, atau retur ke pemasok ?
112. Apakah catatan persediaan cukup dapat diandalkan misalnya dapat
dipergunakan sebagai dasar pembelian barang atau untuk menyusun
jadwal produksi ?
113. Apakah ada seseorang yang diserahi tugas untuk menerapkan metode
baru pengelolaan barang ? (Jika perusahaan menerapkan metode
pengelolaan tersebut)
114. Apakah persediaan merupakan komponen penting dalam investasi
perusahaan ?
115. Apakah kualitas manajemen persediaan banyak mempengaruhi
pendApatan perusahaan ?
116. Apakah semua barang yang dibeli disimpan digudang pusat, dan tidak
diserahkan langsung ke unit produksi?
127
117. Jika ya, Apakah gudang memiliki sistem pencatatan yang dikerjakan oleh
karyawan-karyawan yang secara fungsional independen terhadap para
petugas gudang ?
118. Apakah ada pihak yang bertanggung jawab langsung atas pengelolaan
persediaan ?
119. Jika ya, Apakah ada pihak lain yang bertanggung jawab atas kegiatan
verifikasi persediaan ?
120. Apakah tingkat perputaran persediaan selalu diketahui dengan mudah ?
121. Apakah tingkat perputaran untuk berbagai jenis persediaan juga dapat
diketahui dengan mudah ?
122. Jika ya, Apakah cukup layak bila dibandingkan dengan standar industry
yang ada, tingkat perputaran di masa lalu dan lain-lainnya?
123. Apakah untuk setiap jenis persediaan diselenggarakan pencatatan secara
perpetual (setiap pada saat keluar masuk bahan baku dicatat)
124. Jika tidak, Apakah memang diperlukan pencatatan secara perpetual ?
125. Apakah pada tiap-tiap kantung atau lokasi barang selalu dibuat catatan-
catatan tertentu yang diperlukan ?
126. Jika tidak, Apakah memang seharusnya demikian ?
127. Jika ya, Apakah memang benar-benar diperlukan ?
128. Apakah setiap unsur persediaan dipesan, disimpan, dikeluarkan dan
dikendalikan dengan cara yang sama ?
129. Jika ya, Apakah nampak adanya barang yang sebenarnya tidak mahal tapi
dApat diperlakukan pencatatan dan pengelolaan yang berlebihan ?
130. Apakah ukuran atau alat pengaman untuk mencegah kecurangan telah
diterapkan dalam pengelolaan persediaan ? (misalnya kecurangan yang
terjadi di bagian pembelian untuk menentukan pemasok bahan baku
untuk perusahaan )
131. Apakah unsur-unsur persediaan telah diidentifikasikan menurut nomor-
nomor barang ?
132. Apakah hasil perhitungan pemasok dicek kembali oleh bagian
penerimaan ?
128
133. Apakah catatan-catatan persediaan selalu di cek dengan jumlah fisiknya
sedikitnya sekali setahun ?
134. Jika ya, Apakah penyesuaian –penyesuaian atas catatan dilakukan dengan
cepat ?
135. Jika ya, Apakah perhitungan fisik (pencatatan persediaan) itu dilakukan
oleh karyawan gudang atau selain dari mereka? Siapa?
136. Apakah untuk penyesuaian catatan persediaan fisik itu diperlukan
persetujuan tertulis oleh pihak yang bertanggung jawab? Berapa kali
penyesuaian terakhir dilakukan? Lantas Apa yang dilakukan setelah
penyesuaian itu ? (beri catatan seperlunya)
137. Apakah ada pencatatan mengenai persediaan bahan baku yang memiliki
gerakan lambat, usang, berlebihan? SiApa yang melakukan tugas tersebut
?
a. Berikan catatan mengenai tindakan-tindakan yang diambil dalam
enam bulan terakhir
138. Apakah kelompok-kelompok barang berikut ini cukup mendapat porsi
pengendalian akuntasi:
a. Konsinyasi keluar
b. Barang yang berada ditangan pensuplai
c. Barang yang dikirim dengan memorandum
d. Konsinyasi masuk
139. Apakah perusahaan memiliki instruksi tertulis sebagai pedoman bagi
karyawan yang melaksanakan perhitungan fisik akhir tahun ?
140. Apakah prosedur perhitungan persediaan itu sendiri sudah cukup dapat
diandalkan ?
129
Lampiran 4. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Utama)
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas Logistik
Logistik Masuk Operasi Penjualan dan
Utama Keluar
Pelayanan
Aktivitas - Penyediaan bahan baku LBS yang terdiri atas : - Sebelum didistribusikan kepada - Distribusi - Produk hasil olahan
Tepung talas PT. AR. Departemen PPIC produk hasil tepung talas LBS
Terigu (Planning Production and olahan dipasarkan melalui
Telur Inventory Control) membuat tepung talas outlet-outlet milik PT.
Gula MRP (Material Requirement LBS AR, kemitraan-
Vegetable oil Planning) masing-masing bahan kemitraan dan
Shortening baku yang dibutuhkan untuk 1 distribution channel
Susu
bulan. - Produk olahan tepung
- Departemen PPIC melakukan talas LBS dipasarkan
Cokelat Rasa
forcasting bahan baku (MRP) dalam kemasan kotak
Keju
yang diperlukan kemudian karton berukuran 15 x
Bahan Kondimen diterbitkan kepada bagian 23 cm dan tersedia
Box Kemasan purchasing untuk dibuat dalam berbagai varian
- Transportasi/pendistribusian masing-masing purchase order yang kemudian rasa yaitu original keju,
bahan baku dari para supplier kepada PT. dikirimkan pada masing-masing greentea keju, full talas
AR supplier keju, coklat talas keju,
- Pelayanan yang diberikan oleh supplier - Masing-masing bahan baku coklat talas polos,
kepada PT. AR adalah jaminan kualitas mempunyai lead time, cappuccino, tiramisu,
kerusakan fisik atau ketidaksesuaian dengan contohnya untuk bahan baku blueberry, strawberry.
dengan spesifikasi yang diminta, kemudian seperti tepung talas, tepung
dilakukan penukaran (retur) bahan baku terigu, shortening, coklat, bahan
yang akan diproses pada pengiriman kondimen dan kotak karton
selanjutnya. kemasan memiliki jangka waktu
- supplier bertanggung jawab terhadap tunggu 3 hari setelah pengiriman
ketertolakan bahan baku yang dipasok PO sedangkan untuk telur
- Terdapat pelayanan yang cukup memadai dilakukan sistem just in time,
130
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas Logistik
Logistik Masuk Operasi Penjualan dan
Utama Keluar
Pelayanan
untuk jaminan retur (pengembalian) bahan yaitu dilakukan pengiriman 2
baku yang tidak sesuai spesifikasi yang kali sehari untuk 3 shiift
diminta, yaitu barang retur akan diganti pada produksi.
saat pengiriman selanjutnya - Ketika bahan baku telah
- Negosiasi mengenai hal-hal yang diterima, bagian quality control
berhubungan dengan kerjasama antara PT. mengambil sampel masing-
AR dan supplier dilakukan setiap periode masing bahan baku untuk
untuk mengetahui fluktuasi harga, dilakukan pengecekan fisik
kontinuitas pengiriman, jadwal pengiriman untuk melihat kualitas bahan
serta evaluasi lainnya untuk kepentingan baku, kegiatan selanjutnya yaitu
masing-masing pihak. penimbangan bahan baku, lalu
diserahkan kepada bagian
gudang untuk dilakukan
penataan di setiap pallet.
- Pengolahan (pencampuran)
bahan baku menjadi Lapis Talas
- Pengemasan Lapis Talas
menggunakan box kemasan
kertas karton
131
Lampiran 5. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Pendukung)
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
Infrastruktur - Akses jalan dari dan menuju PT. - Alat-alat persiapan bahan - Terdapatsarana transportasi - Terdapat agen-agen yang
AR sudah cukup memadai. baku di ruang persiapan menggunakan kendaraan merupakan mitra dari PT.
Pabrik pengolahan sekaligus seperti mesin pengayak bermotor roda 2 maupun roda AR yang memasarkan
gudang penyimpanan bahan baku tepung, timbangan untuk 4 dan akses jalan yang cukup produk LBS
terletak tidak jauh dari pusat kota menakar bahan baku, memadai untuk menggunakan kendaraan
dan tidak jauh dari akses jalan tol wadah takaran untuk mendistribusikan LBS dari bermotor roda 2 dan roda
- Pabrik pengolahan memiliki terigu, gula, susu dan lokasi perusahaan ke outlet- 4
gudang persediaan yang tidak bahan baku lainnya. outlet PT. AR, kemitraan- - Terdapat 4 outlet yang
cukup luas, tetapi kebutuhan - Berbagai macam alat dan kemitraan serta distribution tersebar di wilayah Bogor
bahan baku tercukupi untuk mesin yang digunakan channel lainnya. untuk menjual produk
kegiatan produksi, pemesanan untuk memproduksi LBS, LBS
kembali bahan baku telah diatur seperti mesin steamer,
sedemikian rupa agar tidak terjadi mesin mixer, timer,
kekurangan bahan baku loyang stainless untuk
- Alat-alat perlengkapan untuk mencetak kue, konveyor,
pengangkutan bahan baku mesin parutan keju dan
menggunakan trolley khusus coklat, dan lain-lain.
- Timbangan disediakan ditempat
penerimaan bahan baku sebagai
alat perlengkapan yang
dibutuhkan divisi quality control
untuk melakukan penimbangan
ulang bahan baku yang datang
kemudian disesuaikan
kuantitasnya dengan form
132
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
Purchase Order
- Bahan baku diangkut menuju
gudang persediaan menggunakan
trolley yang disediakan supplier
- Penataan bahan baku di gudang
persediaan diatur berdasarkan
konsep FIFO (First In First Out)
yaitu barang yang masuk lebih
dahulu akan digunakan terlebih
dahulu untuk kegiatan produksi
- Didalam gudang persediaan
terdapat pallet-pallet yang terbuat
dari baja tersusun 2 tingkat.
- Penataan bahan baku diatur
berdasarkan jenis bahan baku,
bahan baku kering seperti tepung
talas, terigu serta bahan baku
dengan kemasan kotak karton
disimpan dalam pallet yang
berdampingan, sedangkan untuk
telur dan bahan-bahan kondimen
dengan kemasan pail disimpan
dalam pallet yang berjauhan
dengan penyimpanan bahan baku
kering.
- Terdapat sarana komunikasi dan
133
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
teknologi informasi yang
memadai sebagai sarana
komunikasi mengenai purchase
order ataupun invoice dari pihak
perusahaan kepada para supplier.
Sumber Daya - Departemen PPIC khususnya bagian - Tenaga kerja pada bagian - Pendistribusian produk olahan - Produkolahan tepung
Manusia purchasing yang mengatur rantai pasok produksi LBS dilatihlangsung tepung talas LBS talas LBS dipasarkan
bahan baku. Tenaga kerja dibagian oleh tenaga ahli yang juga menggunakan kendaraan melalui outlet-outlet,
departemen Planning Production And merupakan formulator sekaligus bermotor roda 2 atau roda 4 agen mitra serta
Inventory Control (PPIC) memiliki R&D produk LBS distribution channel
kemampuan melakukan forcasting - Tenaga kerja memiliki lainnya yang bekerjasama
kebutuhan bahan baku, mengatur waktu kemampuan masing-masing dengan PT. AR
pemesanan kembali bahan baku yang dalam kegiatan persiapan bahan - SDM dibagian pemasaran
telah mendekati titik kritis, melakukan baku, pengolahan hingga telah memiliki
negosiasi mengenai kerjasama seperti finishing produk pengetahuan tentang
apa yang akan dibentuk antar kedua produk yang dipasarkan
belah pihak, menerima penawaran-
penawaran kerjasama dari berbagai
perusahaan bahan baku serta menjaga
hubungan yang baik dengan para
supplier
- Para supplier bahan baku
- Tenaga kerja pengangkutan bahan baku
yang disediakan oleh perusahaan
supplier dari tempat penerimaan bahan
baku
134
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
- Quality Control (QC) memiliki
kemampuan dalam mengendalikan
kesesuaian teknis(re-check) bahan baku
yang diterima dari para supplier
- Tenaga kerja yang melakukan penataan
bahan baku di gudang persediaan
- Tenaga kerja yang melakukan persiapan
bahan baku
- Tenaga kerja untuk memproduksi LBS
- Tenaga kerja yang melakukan finishing
produk
- Jenis kelamin tenaga kerja kombinasi
antara pria dan wanita
- Tingkat pendidikan tenaga kerja
bervariasi dari SD hingga Sarjana
Pengembangan - Adanya alat telekomunikasi yang dapat - Pengolahan tepung talas menjadi - Adanya alat telekomunikasi yang - Terdapat sarana komunikasi
Teknologi membantu dalam proses pemesanan dan LBS masih banyak menggunakan dapat membantu dalam proses dan teknologi informasi yang
pendistribusian masing-masing bahan baku tenaga manusia meskipun sudah pemesanan dan pendistribusian memadai untuk memasarkan
dari perusahaan supplier kepada PT. AR. menggunakan mesin produk olahan tepung talas LBS produkLBS kepada masing-
Komunikasi antar perusahaan supplier, bisa - Adanya tenaga ahli yang melatih - Transportasi yang digunakan masing outlet, agen mitra
melalui jaringan telepon, chat messanger dan mengawasi proses pengolahan untuk mendistribusikan produk dan konsumen, baik melalui
maupun email tepung talas menjadi LBS olahan tepung talas LBS yaitu media social, website atau
- Teknologi yang digunakan dalam proses kendaraan roda 2 atau roda 4 jaringan telepon
pemesanan dan pelayanan dari supplier - Teknologi yang digunakan
yaitu komputer/laptop untuk mencatat data dalam pemasaran yaitu
pemesanan dan lain-lain. komputer/laptop untuk
- Alat yang digunakan dalam pemasaran mencatat data penjualan dan
135
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
bahan baku dari perusahaan supplier lain-lain.
menggunakan kendaraan pick up tertutup
ataumenggunakan kendaraan bermotor roda
2
- Teknologi yang digunakan dalam
pendistribusian bahan baku dari para
supplier bahan baku kepada PT. AR adanya
alat timbangan digital, trolley dan bidang
miring untuk memudahkan pengangkutan
bahan baku dari tempat penerimaan.
- Masing-masing bahan baku memiliki
teknologi pengemasan/pengepakan yang
berbeda, utnuk menghindari kerusakan
bahan baku selama dalam perjalanan
menuju PT. AR yaitu :
- Tepung talas, tepung terigu dan gula
menggunakan karung berkapasitas 25Kg
sedangkan gula 50 Kg dengan satuan bal
- Telur menggunakan kerat renggang (16,5
Kg/8 kerat) dan kerat rapat (15 Kg/8 kerat)
masing-masing berisi telur ± 230 butir.
- Shortening, vegetable oil, susu, keju dan
cokelat menggukan kemasan karton yang
berkapasitas 15 Kg (shortening), 18 Kg
(vegetable oil), 48 Kaleng susu kental
manis, 16 Kg (Keju), 12 Kg (Cokelat)
- Kemasan kotak karton LBS berisi 200 pcs
perkarton
- Alat yang digunakan untuk pengangkutan
136
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
bahan baku dari tempat penerimaan hingga
penataan bahan baku di gudang persediaan
- Teknologi yang digunakan dalam
pembuatan produk olahan tepung talas LBS
tergolong semi modern (adanya mesin
pengayak tepung, mesin pencampur adonan,
mesin steamer, konveyor dan mesin parutan
keju) dan masih membutuhkan tenaga
manusia untuk mengoperasikannya.
Pengadaan - Bahan baku LBS dari masing-masing - Bahan baku utama, tambahan dan - Kebutuhan transportasi untuk - Ketersediaan produk olahan
supplier diperoleh dari banyak supplier penolong untuk memproduksi LBS pendistribusian produk LBS LBS belum mencukupi
yang bekerjasama dengan PT. AR didapat dari wilayah Bogor dan sudah memadai permintaan konsumen
- Supplier bahan baku kebanyakan memiliki sekitarnya karena keterbatasan
lokasi sekitar JABODETABEK agar waktu kapasitas produksi dan
pengiriman lebih efektif tenaga kerja.
- Alat atau teknologi yang digunakan untuk
pengiriman bahan baku dan mengendalikan
kualitas bahan baku yang diterima
disediakan oleh supplier maupun PT. AR.
- Alat atau mesin yang digunakan untuk
memproduksi produk olahan tepung talas
LBS didapat dari wilayah Bogor dan
sekitarnya, luar jawa dan impor dari luar
negeri
137
Lampiran 6. Standar Nasional Indonesia Bahan Baku Utama yang digunakan PT.
Agrinesia Raya
1. Tepung Talas
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan
a. Bau Agak Menyengat
b. Warna Coklat Muda
c. Bentuk Serbuk Halus
Air % b/b 8,58
Abu % b/b 16,82
Kadar Protein % b/b 1,73
Besi (Fe) ppm 80,20
Seng (Zn) ppm 170,8
Cemaran Mikroba
a. Angka lempeng total Koloni/g -
b. E. Coli Koloni/g -
c. Kapang Koloni/g 8,1 x 102
d. Total bakteri Koloni/g 2,8 x 108
e. Total Coliform Koloni/g 4,6 x 105
f. Fecal coliform Koloni/g < 3 x 100
Sumber : BSN (2006)
2. Telur Ayam
Tingkatan Mutu
No. Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Kondisi Kerabang
Abnormal
a. Bentuk Normal Normal Sedikit Kasar
b. Kehalusan Halus Halus Tipis
c. Ketebalan Tebal Sedang Utuh
d. Keutuhan Utuh Utuh Banyak noda
e. Kebersihan Bersih Sedikit noda kotor dan sedikit
kotor
2. Kondisi Kantung Udara (di lihat dengan peneropong)
>0,9 cm
<0,5 cm
a. Kedalaman kantong 0,5 cm-0,9 cm Bebas bergerak
udara dan dapat
Tetap
b. Kebebasan bergerak Bebas bergerak terbentuk
ditempatnya
gelembung
udara
3. Kondisi putih telur
Ada sedikit
bercak darah,
a. Kebersihan Bebas bercak
Bebas bercak tidak ada benda
darah, atau
darah, atau benda asing lainnya
benda asing
asing lainnya
lainnya
Kental Encir, kuning
b. Kekentalan Sedikit encer
telur belum
tercampur
0,134-0,175 dengan putih
c. Indeks 0,092-0,133
telur
0,050-0,091
138
Tingkatan Mutu
No. Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
4. Kondisi Kuning Telur
4. Tepung Terigu
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Keadaan :
A. Bentuk - Serbuk
B. Bau - Normal (Bebas dari Bau
Asing)
C. Warna - Putih, Khas Terigu
Benda Asing - Tidak Ada
Serangga dalam Semua - Tidak Ada
Bentuk Stadia dan Potongan-
Potongannya yang Tampak
Kehalusan, Lolos Ayakan % Maksimal 95
212 Μm (Mesh No. 70) (b/b)
Kadar Air (b/b) % Maksimal 14,5
Kadar Abu (b/b) % Maksimal 0,70
Kadar Protein (b/b) % Minimal 7,0
Keasaman Mg Koh/100g Maksimal 50
Falling Number (Atas Dasar Detik Minimal 300
Kadar Air 14%)
139
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Besi (Fe) Mg/Kg Minimal 50
Seng (Zn) Mg/Kg Minimal 30
Vitamin B1 (Tiamin) Mg/Kg Minimal 2,5
Vitamin B2 (Riboflavin) Mg/Kg Minimal 4
Asam Folat Mg/Kg Minimal 2
Cemaran Logam :
A. Timbale (Pb) Mg/Kg Maksimal 1,0
B. Raksa (Hg) Mg/Kg Maksimal 0,05
C. Cadmium (Cd) Mg/Kg Maksimal 0,1
Cemaran Arsen Mg/Kg Maksimal 0,50
Cemaran Mikroba :
A. Angka Lempeng Total Koloni/G Maksimal 1 X 106
B. Escherichia Coli Apm/G Maksimal 10
C. Kapang Koloni/G Maksimal 1 X 104
D. Bacillus Cereus Koloni/G Maksimal 1 X 104
Sumber : SNI (2009)
5. Susu Segar
No Karakteristik Satuan Syarat
Berat Jenis (Pada Suhu 27,5oc)
a. G/Ml 1,0270
Minimum
b. Kadar Lemak Minimum % 3,0
Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak
c. % 7,8
Minimum
d. Kadar Protein Minimum % 2,8
Tidak Ada
e. Warna, Bau, Rasa, Kekentalan -
Perubahan
O
f. Derajat Asam SH 6,0 – 7,5
g. Ph - 6,3 – 6,8
h. Uji Alcohol (70 %) V/V - Negative
140
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ( K-1 & K-2) PENGANTAR
143
K-2
Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat tabel kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan pemasok (supplier) untuk
PT.AGRINESIA RAYA. Silahkan Bapak/Ibu mengisi setiap kolom dengan angka 1-3 sesuai dengan
pendapat masing-masing.
Tabel 1. Pemilihan Pemasok Tepung Talas yang akan dijadikan pemasok tetap oleh PT.AGRINESIA RAYA
No Kriteria
Kode
1 Kelengkapan Dokumen Keamanan
Kriteria
Pangan
a. Sertifikat Halal Q1
b. Sertifikat GMP dan HACCP Q2
c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Q3
Rumah Tangga)
2 Kesesuaian Standar Kemasan Pangan Q4
3 Kualitas
a. Kesesuaian Teknis Q5
b. Reliabilitas Produk Q6
c. Standar dan Jaminan Kualitas Q7
d. Rasio Ketertolakan Produk Q8
4 Pengiriman
a. Lead Time Singkat Q9
b. Ketepatan Waktu Q10
c. Kontinuitas Q11
5 Pelayanan dan Manajemen Organisasi
a. Aksesibilitas Q12
b. Fleksibilitas Q13
c. Status/Kondisi Financial Q14
d. Kepercayaan Q15
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16
f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17
6 Biaya
a. Harga Produk Q18
b. Kemampuan Memberikan Diskon Q19
c. Mekanisme Pembayaran Mudah Q20
7 Traceability Q21
8 Label SNI Q22
144
145
146
147
148
Lampiran 11. Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier
1. Tujuan
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini diterapkan untuk pengadaan bahan baku yang terkait dengan
PT. Agrinesia Raya, mulai dari permintaan bahan baku sampai dengan
barang diterima di PT. Agrinesia Raya dan prosedur ini digunakan untuk
PT. Agrinesia Raya sebagai syarat yang harus dipenuhi supplier yang akan
3. Definisi
4. Referensi
a. Kriteria yang mengacu pada GMP dan HACCPdalam FG. Winarno, 2004.
b. Kriteria yang digunakan PT. NIC sebagai industri yang bergerak dalam
c. Formulir kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh
149
5. Uraian Prosedur
proses:
a) Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR dapat dilihat pada
Gambar 1.
yang akan menjual bahan baku yang di perlukan PT. AR. Informasi
B. Klasifikasi Supplier
berdasarkan jenis bahan baku dan data ini dipisahkan dengan form
150
Dir. Keu, Dir. Op & Bagian Gudang Bahan Gambar 1.
Purchasing Supplier R&D Finance Accounting Bagan Alir
GM Baku
Proses
Penerimaan Penawaran
Bahan Baku (email/
Penerimaan Sample Pembelian
Persetujuan PR Pengiriman Invoice
langsung) Bahan Baku
PT. AR
Sumber : Data PT.
Mencari Pembanding AR (diolah)
Supplier (min. 2) Proses Trial
Proses Pengiriman
Verifikasi Bahan Baku
Kaji semua
Penawaran Tidak
Konfirmasi Sesuai
Setuju
Pemesanan/Retur
PemilihanSupplier Tidak
Ya
Penataan bahan
Ya Ya
Didaftarkan untuk baku di gudang
Didaftarkan untuk Monitoring Tidak Setuju Persetujuan
Persetujuan (penerbitan
PR) Ya
Tidak Sesuai
Penerimaan &
Penyerahan Sample kpd Penerimaan PO
R&D
Pembayaran
Pengiriman PO ke Penerimaan bahan Tagihan
Supplier cc : GM, baku
Penyerahan Sample
bag. Keu
Penerimaan Invoice
Penerimaan form
Form. Kedatangan
kedatangan bahan
Bahan Baku
baku
Penerimaan PO
RETUR
151
Dir. Keu, Dir. Op & Gambar 2.
Purchasing Supplier Product Designer Logistik Finance Accounting Bagan Alir
GM
Proses
Penerimaan Penawaran
Penerimaan Sample Pembelian
Percetakan (email/ Persetujuan PR Pengiriman Invoice
langsung)
Finishing
Product
Percetakan
Mencari Pembanding
Supplier (min. 2)
(Bx, Plastik,
Proses Proses Pengiriman Kaji Ulang
Brosur, dll)
Verifikasi Hasil Percetakan PT. AR
Kaji semua Sumber : Data PT.
AR (diolah)
Penawaran Tidak
Konfirmasi Sesuai
Setuju
Pemesanan/Retur
PemilihanSupplier Tidak
Ya
Penataan Hasil
Ya Ya
Didaftarkan untuk percetakan
Didaftarkan untuk Monitoring Tidak Setuju Persetujuan
Persetujuan (penerbitan
PR) Ya
Tidak Sesuai
Penerimaan &
Penyerahan Sample kpd Penerimaan PO
Product Designer
Pembayaran
Pengiriman PO ke Penerimaan Hasil Tagihan
Supplier cc : GM, Percetakan
Penyerahan Sample
bag. Keu
Penerimaan Invoice
Penerimaan form
Form. Kedatangan
kedatangan Hasil
Hasil Percetakan
Percetakan
Penerimaan PO
RETUR
152
C. Seleksi Supplier
pembanding.
kasus seleksi supplier PT. AR. Skala penilaian dapat dilihat dalam
Tabel 1.
153
No Kriteria Skor Keterangan
supplierterhadap standar tertentu memenuhi
persyaratan sama dengan supplier
pembanding
Kesesuaian produk yang dipasok supplier
3 terhadap standar tertentu memenuhi
persyaratan lebih dari supplier pembanding
Supplier belum mampu menjaga reliabilitas
produk yang dipasok kepada PT. AR dan
kerusakan yang terjadi lebih dari 0% bahkan
1
mencapai 20-50% kerusakan pada bahan
baku yang dipasok jauh dibawah supplier
pembanding
Supplier mampu menjaga reliabilitas produk
b. Reliabilitas Produk
yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan
2
yang terjadi 0% sama dengan supplier
pembanding
Supplier mampu menjaga reliabilitas produk
yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan
3
yang terjadi 0% tetapi lebih baik dari supplier
pembanding
Supplier belum mampu dalam memberikan
1 standar dan jaminan kualitas yang baik
bahkan dibawah supplier pembanding
Supplier mampu dalam memberikan standar
c. Standar dan Jaminan
2 dan jaminan kualitas yang baik sama dengan
Kualitas
supplier pembanding
Supplier mampu dalam memberikan standar
3 dan jaminan kualitas yang baik lebih dari
supplier pembanding
Ketertolakan produk akibat reject yang
1
dipasok supplier mencapai lebih dari 20%
Ketertolakan produk akibat reject yang
d. Rasio Ketertolakan 2
dipasok supplier mencapai 10%-20%
Produk
Ketertolakan produk akibat reject produk
3 yang dipasok supplier mencapai 1% bahkan
0%
3 Pengiriman
1 5 HK lebih lama dari supplier pembanding
a. Lead time singkat 2 Sama dengan supplier pembanding
3 5 HK lebih cepat dari supplier pembanding
1 Lebih lama dari supplier pembanding
b. Ketepatan Waktu 2 Sama dengan supplier pembanding
3 Lebih cepat dari supplier pembanding
Supplier tidak kontinu mengirimkan bahan
c. Kontinuitas 1 baku sesuai pesanan dan tidak mematuhi
jadwal pengiriman
154
No Kriteria Skor Keterangan
Supplier kontinu mengirimkan bahan baku
2 sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman
sama dengan supplier pembanding
Supplier kontinu mengirimkan bahan baku
3 sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman
lebih baik dari supplier pembanding
Pelayanan dan Manajemen
4
Organisasi
Akses supplier untuk mencapai PT. AR
1 memiliki banyak kendala dari pada supplier
pembanding
Aksesibilitas supplier untuk mencapai PT.
a. Aksesibilitas 2
AR sama dengan supplier pembanding
Akses supplier untuk mencapai PT. AR tidak
3 memiliki kendala apapun dan lebih dapat
diandalkan dari pada supplier pembanding
Supplier memiliki respon yang lambat
terhadap pergantian ketika ada
1 pengembangan/inovasi produk dari satu
produk ke produk lain dan tidak dapat
diandalkan dari supplier pembanding
Supplier memiliki respon yang cepat terhadap
pergantian ketika ada pengembangan/inovasi
b. Fleksibilitas 2 produk dari satu produk ke produk lain dalam
waktu singkat sama dengan supplier
pembanding
Supplier memiliki respon yang cepat terhadap
pergantian ketika ada pengembangan/inovasi
3 produk dari satu produk ke produk lain dalam
waktu singkat lebih dapat diandalkan dari
supplier pembanding
Kondisi financial supplier terkendala jika
terjadi keterlambatan pembayaran dari PT.
1
AR, sehingga mengganggu pasokannya
kepada PT. AR
Kondisi financial supplier tidak memiliki
2 kendala apapun sama dengan supplier
c. Status/Kondisi
pembanding
Financial
Kondisi financial supplier tidak memiliki
kendala apapun sehingga jika terjadi
keterlambatan pembayaran dari PT. AR,
3
supplier tidak memiliki kesulitan yang berarti
atau tidak mengganggu pasokannya dan lebih
dapat diandalkan dari supplier pembanding
Supplier sering mengecewakan pihak PT. AR
d. Kepercayaan 1 dalam segala aspek yang berkaitan dengan
kualitas maupun pengiriman
155
No Kriteria Skor Keterangan
Supplier lebih dapat dipercaya dari pada
supplier pembanding dalam segala aspek
3 yang berkaitan dengan kualitas maupun
pengiriman karena terbukti tidak sekalipun
mengecewakan pihak PT. AR
Supplier tidak memiliki kemudahan dalam
komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
1 bahan bakunya kepada PT. AR dan tidak
dapat diandalkan dari pada supplier
pembanding
Supplier memiliki kemudahan dalam
e. Tingkat Kemudahan komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
2
Komunikasi bahan bakunya kepada PT. AR sama dengan
supplier pembanding
Supplier memiliki kemudahan dalam
komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
3 bahan bakunya kepada PT. AR dan lebih
dapat diandalkan dari pada supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
dipasok supplier tidak dilayani dengan baik
1 dan bentuk responsibilitasnya tidak
memuaskan, dibawah dari supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
f. Prosedur Komplain
dipasok supplier dan bentuk
dan Responsibilitas 2
responsibilitasnya sama dengan supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
dipasok supplier dilayani dengan baik dan
3
bentuk responsibilitasnya sangat memuaskan,
lebih dari supplier pembanding
Kemampuan telusur supplier yang mampu
1 terintegrasi hanya pada tahapan produsen
g. Traceability(Kemampu
bahan baku
an telusur
Kemampuan telusur supplier yang mampu
3
terintegrasi hingga pada tahapan budidaya
Supplier memasok produk yang belum
1
memiliki label SNI
h. Label SNI
Supplier memasok produk yang sudah
3
memiliki label SNI
5 Biaya
Diatas 10% lebih mahal dari supplier
1
pembanding
a. Harga Produk)
2 Sama dengan harga supplier pembanding
3 Diatas 10% lebih murah dari
156
No Kriteria Skor Keterangan
supplierpembanding
1 Supplier tidak mampu memberi diskon
Diskon yang diberikan sama dengan supplier
b. Kemampuan 2
pembanding
Memberikan Diskon
Supplier mampu memberi diskon diatas 10%
3
dari supplier pembanding
1 Cash and carry
c. Mekanisme 2 Tempo pembayaran 7 hari dari barang datang
Pembayaran Mudah Tempo pembayaran lebih dari 30 hari dari
3
barang datang
157
Form Seleksi Supplier
B Kualitas
C Pengiriman
158
Kode Nilai Total Nilai
No Kriteria Bobot
Kriteria (nilai^bobot)
1 2 3
14 Kepercayaan Q15 2.90
E Biaya
TOTAL
- Supplier yang memperoleh nilai paling tinggi adalah supplier yang akan diterima oleh perusahaan.
159