Anda di halaman 1dari 173

ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS BOGOR

SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (S.P.)

Oleh
Nurul Fitriani
NIM: 1110092000006

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS BOGOR
SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA BARAT

Nurul Fitriani
1110092000006

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M/1436 H

ii
iii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Maret 2015

Nurul Fitriani
1110092000006

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Fitriani


Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 9 April 1992
Alamat : Kp. Ciuncal RT/RW. 03/11, Desa Cigudeg,
Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor 16660
Telepon/ HP : 0856-869-2774
E-mail : nuruulfitriani@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. TK (1997-1998) : TK Tunas Karya
2. SD (1998-2004) : SDN 1 Cigudeg
3. SMP (2004-2007) : SMPN 1 Cigudeg
4. SMA (2007-2010) : SMAN 1 Leuwiliang
Pengalaman Kerja
1. 2012 : Barista Part-Time Starbucks Coffee PIM 2
2. 2013 : Marketing Freelance di Bank Nobu
Praktek Kerja Lapang di PT. Agrinesia Raya
3. 2014 - sekarang : Purchasing & Procurement di PT. Agrinesia Raya
Pengalaman Organisasi
1. Tahun 2011-2012 : Volunteer/Relawan di Leading and Empowering
Adverse People (LEAP) INDONESIA
2. Tahun 2011-2012 : Bendahara Umum AgriCamp
3. Tahun 2010-2013 : Anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis 2010

v
RINGKASAN

Nurul Fitriani, Analisis Seleksi Pemasok (Supplier) Produk Lapis Bogor Sangkuriang
pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat. Dibawah Bimbingan Drh. Zulmanery,
MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM

PT. Agrinesia Raya (PT. AR) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam

bidang pengolahan pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas

Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai

tambah. Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor

Sangkuriang (LBS). Perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok

karena produknya mengalami peningkatan permintaan. Pengelolaan dalam hal seleksi

supplier dirasa penting ketika perusahaan menyadari banyaknya kerugian yang

ditimbulkan akibat sering mencari supplier pengganti, hubungan yang tepat diantara

perusahaan dan supplier belum terjalin. Kriteria-kriteria supplier yang diperlukan,

prosedur seleksi supplier serta kontrak kerjasama belum dirumuskan secara memadai.

Pujawan (2005) menyatakan peran manajemen pengadaan dalam perusahaan dapat

menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai 40%-70% dari sebuah ongkos

produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup

berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) perusahaan. Hasil yang diperoleh dari

aplikasi MPE sebagai metode seleksi supplier dapat diarahkan untuk meningkatkan

kualitas Supplier Relationship Management (SRM). Hasil Penelitian merancang model

seleksi supplier pada rantai pasokan Lapis Bogor Sangkuriang (LBS) yang menghasilkan

kriteria dan kriteria turunannya dengan bobot masing-masing. Implikasi manajerial dari

hasil penelitian dijadikan panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier

bahan baku untuk PT. AR. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan pada

masing-masing departemen, mulai dari departemen pengadaan bahan bahan baku

khususnya purchasing, departemen produksi hingga pemasaran produk.

Kata kunci: Supplier, Seleksi Supplier, Supplier Relationship Management, Teknik MPE

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Seleksi Pemasok (Supplier) Produk

Lapis Bogor Sangkuriang pada PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat”. Skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang

sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu

pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P, MM, selaku sekretaris prodi Sosial

Ekonomi Pertanian/ Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Drh. Zulmanery, MM selaku dosen pembimbing pertama yang telah

membimbing untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.

5. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku dosen pembimbing kedua yang

telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi yang baik.

6. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak

dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

vii
7. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Yusuf Isa Suyana dan Ibu Suminar

yang telah membimbing anaknya serta tak pernah lelah memberikan

semangat serta motivasi.

8. Kedua adik saya Muhamad Dzikri Fujiawan dan Rivaldi Arif yang selalu

memberikan semangat.

9. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 yang telah banyak membantu

saya melewati masa-masa perkuliahan. Khususnya ketiga sahabat saya,

Dwi Indah Sulistiani, Malisa Rachma Handayani dan Yona Namira yang

selalu memberikan dukungan.

10. Teman-teman kantor PT. AGRINESIA RAYA (Laila, Yeni, Tya, Dini,

Murni, Dinda, Yusni, Fathiya, Sopfi) yang selalu memberikan semangat,

dukungan dan keceriaan selama pembuatan skripsi ini.

11. Luthfy Widiansyah, S.KM. Terima kasih atas do’a, bantuan, dukungan

yang kamu diberikan selama ini, khususnya selama masa-masa sulit dalam

pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih banyak kekurangannya.

Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini

bermanfaat dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.

Jakarta, Maret 2015

Nurul Fitriani

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v

RINGKASAN ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Industri Pengolahan Pangan terhadap Ketahanan Pangan........7


2.2 Pengertian Rantai Pasokan .................................................................9
2.3 Manajemen Rantai Pasokan ...............................................................11
2.4 Konsep Rantai Nilai sebagai Penjabaran Aktivitas Rantai Pasok ......15
2.5 Manajemen Pembelian dan Hubungan Supplier ................................19
2.6 Supplier Relationship Management (SRM) ........................................21
2.7 Supplier...............................................................................................22
2.7.1 Seleksi dan Evaluasi Supplier ...................................................22

ix
2.8 Kriteria Supplier yang Ideal ...............................................................23
2.9 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier ...................31
2.9.1 Metode Perbandingan Eksponensial .........................................34
2.10 Penelitian Terdahulu ...........................................................................37
2.11 Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................................39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................43


3.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................43
3.3 Teknik Penentuan Sampel ..................................................................44
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................45
3.5 Metode Analisis Data .........................................................................47
3.5.1 Analisis Deskriptif Rantai Pasok ..............................................47
3.5.2 Analisis Kuantitatif ...................................................................49
3.5.3 Skala Penilaian dan Rentang Bobot ..........................................49
3.5.4 Metode Perbandingan Eksponensial .........................................50
3.6 Definisi Operasional ...........................................................................50

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Perusahaan ................................................................................51


4.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .............................................51
4.3 Visi dan Misi ......................................................................................53
4.4 Struktur Organisasi .............................................................................54
4.4.1 Uraian Tugas .............................................................................55
4.5 Manajemen Sumber Daya manusia ....................................................57
4.5.1 Sistem Perekrutan Karyawan ....................................................58
4.5.2 Jenjang Karir atau Prestasi Karyawan ......................................59
4.5.3 Kesejahteraan Karyawan ...........................................................59
4.5.4 Fasilitas .....................................................................................61

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Rantai Pasokan LBS ........................................................62


5.2 Proses Penerimaan Supplier ...............................................................67

x
5.3 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku LBS ............68
5.4 Analisis Rantai Nilai...........................................................................71
5.5 Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS ....................................76
5.5.1 Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku .................................77
5.5.2 Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier..........................93
5.6 Implikasi Manajerial ...........................................................................102

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ........................................................................................107


6.2 Saran ...................................................................................................109

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................111

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Industri yang Beroperasi di Bogor Tahun 2013................................2


Tabel 2. Data Biaya Tidak Terduga untuk Penyediaan Bahan Baku LBS Oktober
2013 - Maret 2014 ......................................................................................................3
Tabel 3. Tiga Proses Makro Rantai Pasokan .............................................................15
Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz (2012) ..............30
Tabel 5. Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier ..............................32
Tabel 6. Pemilihan Teknik Pengambilan Keputusan Berbasis Indeks Kinerja ..........36
Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................................37
Tabel 8. Responden-Responden dalam Penelitian Seleksi Supplier Bahan Baku
LBS PT. AR ...............................................................................................................44
Tabel 9. Aktivitas Rantai Pasokan menggunakan Konsep Rantai Nilai Michael E
Porter ..........................................................................................................................48
Tabel 10. Kriteria Skor Rentang Bobot pada MPE ....................................................49
Tabel 11. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE ...................................................50
Tabel 12. Produk LBS PT. AR...................................................................................63
Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR ...................64
Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier ...........................................................................66
Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR ...........................82
Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS PT.
AR ..............................................................................................................................88
Tabel 17. Urutan Peringkat Bobot Global Kepentingan Kriteria ...............................92
Tabel 18. Aplikasi MPE pada Kasus Seleksi Supplier Bahan Baku LBS pada PT.
AR ..............................................................................................................................94
Tabel 19. Implikasi Manajerial yang dapat diterapkan oleh PT. AR .........................105

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rantai Pasokan Objek Penelitian .............................................................10


Gambar 2. Struktur Manajemen Rantai Pasokan .......................................................13
Gambar 3. Rantai Nilai Generic (Value Chain) .........................................................16
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual ..............................................................42
Gambar 5. Rantai Pasokan PT. AR ............................................................................64
Gambar 6. Skema Aliran Barang, Finansial dan Informasi pada Rantai Pasok PT.
AR ..............................................................................................................................66
Gambar 7. Alur Proses Penerimaan Supplier PT. AR ...............................................67
Gambar 8. Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR .................................69
Gambar 9. Rantai Nilai Pengolahan LBS ..................................................................75

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Definisi Operasional Penelitian .............................................................113


Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Agrinesia Raya ..............................................119
Lampiran 3. Pemeriksaan Operasional Perusahaan (Depth Interview)......................120
Lampiran 4. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas Menjadi Lapis
Talas (Aktivitas Utama) ............................................................................................130
Lampiran 5. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas Menjadi Lapis
Talas (Aktivitas Pendukung) .....................................................................................
Lampiran 6. Standar Nasional Indonesia Bahan Baku Utama yang Digunakan PT.
Agrinesia Raya ...........................................................................................................138
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ..............................................................................141
Lampiran 8. Identitas Responden...............................................................................146
Lampiran 9. Hasil Pengolahan Tingkat Kepentingan Kriteria ...................................147
Lampiran 10. Hasil Pengolahan MPE Seleksi Supplier PT. AR................................148
Lampiran 11. Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier PT. AR 149

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2013, industri pengolahan tidak hanya membuka lapangan

pekerjaan tetapi juga memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) Indonesia. Subsektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar

terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42% dan

merupakan kontribusi yang terus meningkat (BPS Nasional, 2014).

Persaingan industri meningkat, pelaku usaha sadar akan perlunya

menciptakan keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan. Perusahaan

harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan

efisiensi produksi. Upaya perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan cara

meningkatkan kinerja yang hemat biaya, banyak perusahaan mengalihkan

perhatiannya pada manajemen suplai dan pembelian, yaitu bagian dari manajemen

rantai pasok yang fokus terhadap pengaturan aliran barang dan jasa dari supplier

menuju ke perusahaan (Pujawan, 2005). Keuntungan utama melakukan hal ini

adalah meningkatnya kualitas bahan baku.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah industri

pengolahan pangan yang mendominasi dibandingkan dengan sektor industri

lainnya dengan jum lah industri kecil formal sebanyak 154 unit usaha dan industri

kecil non formal sebanyak 929 unit usaha (Tabel 1). Dewan Ketahanan Pangan

dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2009 menyatakan industri pangan

memiliki peran mendukung program pemerintah dalam diversifikasi dan

pengembangan pangan lokal. Hal ini untuk memperkenalkan berbagai peluang

pendapatan melalui pendayagunaan sumber-sumber pangan lokal sebagai faktor

1
penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan dan meningkatkan

harga bahan baku.

Tabel 1. Daftar Industri yang Beroperasi di Bogor Tahun 2013


UNIT UNIT
KELOMPOK INVESTASI INVESTASI
NO USAHA USAHA
INDUSTRI
Industri Kecil Formal Industri Kecil Non Formal
1 Pengolahan Pangan 154 3,968,440,000,- 929 788,640,230,-
2 Kayu Olahan/Rotan 103 2,100,410,000,- 75 152,497,852,-
3 Pulp dan Kertas 41 1,328,110,000,- 22 20,309,375,-
4 Bahan Kimia Industri 10 562,409,487,- - -
5 Kimia 31 1,861,950,850,- 23 80,500,000,-
6 Mesin dan Rekayasa 5 678,630,000,- - -
7 Industri Tekstil 75 4,772,878,650,- 127 277,479,721,-
8 Industri Kulit 65 1,387,910,000,- 295 647,282,670,-
9 Industri Alpora 8 518,750,000,- 5 16,000,000,-
10 Industri Elektronika 7 88,300,000,- 35 87,500,000,-
JUMLAH 499 17,267,788,987,- 1511 2,070,209,848,-
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, 2013

PT. Agrinesia Raya (PT. AR) yang terletak di Bogor Utara, Jawa Barat

merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan

pangan. Usahanya memiliki konsep mengangkat konten lokal khas daerah yaitu

talas dalam bentuk tepung menjadi bahan makanan yang mempunyai nilai tambah.

Tepung talas diolah menjadi cake atau kue dengan merk dagang Lapis Bogor

Sangkuriang (LBS). Ketika produknya mengalami peningkatan permintaan

produksi, perusahaan ini berusaha terus memperbaiki kondisi rantai pasok. Mulai

dari kegiatan memilih para supplier bahan baku yang akan bekerjasama dengan

perusahaan hingga membina hubungan yang saling menguntungkan.

Kenyataannya, manajemen pengadaan dalam perusahaan belum dapat membina

hubungan yang tepat diantara supplier-suppliernya.

Proses pemilihan supplier bahan baku pada bagian Purchasing seringkali

berorientasi kepada harga terendah. Kasus yang pernah terjadi adalah

2
supplieryang terpilih berdasarkan harga terendah ternyata menyerahkan bahan

baku yang tidak memenuhi persyaratan kualitas. Supplier-supplier yang

bekerjasama dengan perusahaan belum ditetapkan menjadi supplier tetap untuk

jangka panjang dan tidak adanya kontrak kerja yang memadai. Para supplier

seringkali terlambat dalam pengiriman bahan baku, bahkan secara mendadak

harus mencari supplier pengganti. Akibatnya, selain aktivitas produksi terhambat,

perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya tidak terduga misalnya harga bahan

baku dari supplier pengganti jauh lebih mahal, biaya operasional untuk persediaan

bahan baku menjadi lebih besar, sehingga keuntungan (profit) perusahaan

berkurang.

Data kerugian perusahaan karena seringkali mencari supplier pengganti

dalam penyediaan bahan baku LBS selama 6 bulan (Oktober 2013-Maret 2014)

menunjukkan peningkatan biaya-biaya tidak terduga terjadi pada bulan Januari

hingga Maret 2014 (lihat Tabel 2), meskipun sempat mengalami penurunan pada

Oktober hingga Desember 2013 tetapi penurunan biaya tersebut tidak cukup

berarti karena tetap saja perusahaan dirugikan.

Tabel 2. Data Biaya Tidak Terduga untuk Penyediaan Bahan Baku LBS
Oktober 2013 - Maret 2014
No Bulan Biaya Tidak Terduga Pertumbuhan (%)
1 Oktober 2013 Rp 22,215,000,- 0%
2 November 2013 Rp 21,117,000,- -5.19%
3 Desember 2013 Rp 20,016,000 -5.50%
4 Januari 2014 Rp 22,108,000,- 10.45%
5 Februari 2014 Rp 23,004,000,- 4.05%
6 Maret 2014 Rp 24,206,000,- 5.22%
Sumber : Departemen Purchasing PT. AR, 2014

Kontinuitas pengiriman bahan baku belum menjadi hal pokok yang

dipertimbangkan. Pujawan (2005) menyatakan peran manajemen pengadaan

3
dalam perusahaan dapat menekan ongkos-ongkos bahan baku yang bisa mencapai

40%-70% dari sebuah ongkos produk akhir. Efisiensi dibagian pengadaan bisa

memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan keuntungan (profit)

perusahaan.

Departemen pengadaan perusahaan harus menerapkan dan merancang konsep

Supplier Relationship Management atau SRM agar terjadi hubungan yang tepat

dengan supplier.Pemilihan supplier yang dilakukan departemen pengadaan harus

memiliki kemampuan mengirim bahan baku dalam waktu yang lebih pendek

tanpa mengorbankan kualitas dan meningkatkan harga, karena menyangkut

keberlanjutan usaha yang dijalankan. Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam

industri pangan harus mengkomunikasikan secara efektif mengenai bahaya

keamanan pangan kepada para supplier karena mereka termasuk dalam anggota

rantai pangan yang bertujuan untuk menyediakan produk pangan yang aman bagi

pelanggan. Kriteria pengetahuan para supplier mengenai hal ini harus

dipertimbangkan, penerapan sistem keamanan pangan yaitu Hazard Analysis

Critical Control Point (HACCP) dan Good Manufacturing Practices (GMP)

dalam perusahaan harus direncanakan dan diterapkan.

Keberhasilan implementasi manajemen rantai pasokan ditentukan pertama

kali oleh keputusan strategis pemilihan supplier (Hou dan Huang 2002 dalam

Nailul 2011). Koordinasi dengan supplier bukan hal mudah karena supplier

merupakan organisasi eksternal sehingga dibutuhkan sistem kerjasama dan

pertukaran informasi yang terintegrasi. Aktivitas seleksi supplier memainkan

peran kunci dalam organisasi karena secara signifikan dapat mengurangi harga

barang dan meningkatkan daya saing harga perusahaan (Pujawan, 2005). Kriteria-

4
kriteria supplier yang ideal untuk PT. AR perlu diidentifikasi dan dilakukan

pemilihan supplier tetap sesuai kriteria-kriteria yang telah dipertimbangkan, agar

kerjasama jangka panjang dapat terwujud, serta tujuan industri pangan dalam

rangka berperan aktif mendukung ketahanan pangan nasional khususnya dalam

diversifikasi pangan dapat terealisasi.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian difokuskan pada tahapan pertama dalam

SRM yaitu seleksi supplier. Penelitian analisis seleksi supplier dilakukan untuk

mengetahui kriteria-kriteria supplier yang ideal untuk PT. AR dan memilih

supplier-supplier yang memenuhi kriteria untuk dijadikan supplier tetap oleh

perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana struktur rantai pasokan produk LBS PT. AR ?

2. Apa saja kriteria-kriteria supplier yang dipertimbangkan dalam memilih

supplier bahan baku produk LBS oleh PT. AR?

3. Bagaimana hasil pemilihan supplier bahan baku produk LBS serta siapa

supplier yang memenuhi kriteria PT. AR?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi struktur rantai pasokan bahan baku produk LBSPT. AR.

2. Menganalisis kriteria-kriteria supplier yang dipertimbangkan PT. AR

dalam memilih supplier bahan baku produk LBS.

3. Menganalisis hasil proses pemilihan supplier produk LBS berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan oleh PT. AR.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu media untuk mengimplementasikan ilmu-

ilmu yang diperoleh selama kuliah. Selain itu diharapkan penelitian ini

juga dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi mengenai

Manajemen Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM).

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dan

informasi bagi yang berminat melakukan penelitian di bidang Manajemen

Rantai Pasok atau Supply Chain Management (SCM) khususnya mengenai

seleksi supplier.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan

pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasional

perusahaan, memilih supplier terbaik untuk dijadikan supplier utama

perusahaan serta menjaga hubungan kerjasama dengan supplier.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Aspek rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada anggota

rantai pasok mulai dari supplieryang bekerjasama dengan PT. AR hingga bahan

baku sampai pada PT. AR. Aktivitas rantai pasok akan dijabarkan dengan

menggunakan konsep rantai nilai(value chain) Porter.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Industri Pengolahan Pangan terhadap Ketahanan Pangan

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam Undang-

Undang Pangan nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP nomor 68 tahun 2002

tentang ketahanan pangan. Menurut dewan ketahanan pangan, ketahanan pangan

adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan di tingkat rumah tangga yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah mutunya, aman, merata

dan terjangkau. Sedangkan batasan yang dipakai oleh The World Food Summit

(1996) pada saat mencetuskan Food Insecurity and Vulnerability Information and

Maping Systems (FIVIMS) adalah bahwa ketahanan pangan yaitu suatu kondisi

dimana semua orang, setiap waktu, mempunyai akses fisik, sosial dan ekonomi

pada bahan pangan yang aman dan bergizi sehingga cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh, sesuai dengan kepercayaannya sehingga bisa hidup secara aktif

dan sehat.

Beberapa hasil kajian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan

persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin

pewujudan ketahanan pangan pada tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau

individu. Martianto dan Ariani (2004) menunjukkan bahwa jumlah proporsi

rumah tangga yang defisit energi di setiap provinsi masih tinggi.Berkaitan dengan

hal ini, diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan

ketahanan pangan. Menurut Purwiyatno (2010), program penganekaragaman

pangan walaupun telah sejak lama dicanangkan, tetapi belum pernah sungguh-

sungguh dan berkelanjutan dilakukan secara konsisten oleh pemerintah. Karena

itu, untuk betul-betul melaksanakan dan merevitalisasi program

7
penganekaragaman pangan, diperlukan adanya komitmen yang kuat dan jelas oleh

pemerintah.

Upaya membangun diversifikasi konsumsi pangan telah dilaksanakan sejak

tahun 60-an. Saat itu pemerintah mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan

pokok selain beras. Instruksi dari pemerintah adalah untuk lebih

menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat

baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia (Ariani dan Anshari, 2003).Namun dalam perjalanannya,

tujuan diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk

menurunkan tingkat konsumsi beras, karena diversifikasi konsumsi pangan hanya

diartikan pada penganekaragaman pangan pokok. Selanjutnya program

diversifikasi konsumsi pangan dilakukan secara parsial baik dalam konsep, target,

wilayah dan sasaran, tidak dalam kerangka diversifikasi secara utuh (Ariani dan

Anshari, 2003).

Indonesia memiliki beberapa komoditas pangan, yang dapat dikembangkan

sebagai komoditas pangan nasional. Diversifikasi produksi pangan ini bisa

dilakukan melalui pengembangan pangan karbohidrat khas Nusantara spesifik

lokasi seperti sukun, talas, garut, sagu, jagung dan lain-lain. Salah satu hal yang

perlu dilakukan untuk tercapainya usaha diversifikasi pangan adalah

pengembangan produk (Product Development) melalui peran industri pengolahan

untuk meningkatkan cita rasa dan citra produk pangan khas nusantara.

Menurut BPS (2000) usaha industri pengolahan adalah usaha yang mengubah

barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang

yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih

8
dekat ke pemakai akhir untuk tujuan komersil. Sedangkan definisi dari industri

pengolahan itu sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga

menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi

barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat ke pemakai akhir.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan jasa industri dan pekerjaan

perakitan.

Subsektor industri pengolahan pangan merupakan salah satu kegiatan yang

telah lama dikenal masyarakat. Proses produksinya yang sederhana dan bahan

baku yang berasal dari hasil pertanian menjadikan industri ini tumbuh pesat

dikalangan menengah kebawah. Dengan semakin meluasnya kegiatan ekonomi,

proses pengolahan pangan tidak lagi sekedar untuk mencukupi kebutuhan sendiri,

tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat.

Peranan industri pengolahan pangan dalam diversifikasi pangan merupakan

faktor penarik, karena dapat meningkatkan permintaan produk pangan bahan baku

(Dewan Ketahanan Pangan, 2009). Bersamaan dengan meningkatnya permintaan

ini, maka harga bahan baku tersebut cenderung naik.

2.2 Pengertian Rantai Pasokan

Menurut Indrajit (2002) rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem

yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke

pelanggan. Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang

saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien

mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa.

Sedangkan Heizer dan Render (2006) menyatakan rantai pasokan mencakup

9
interaksi di antara Supplier, produsen, distributor, dan pelanggan. Rantai pasokan

mencakup transportasi, informasi perencanaan, transfer uang secara kredit

maupun tunai, serta transfer ide desain, dan bahan. Gambar 1 memperlihatkan

aktivitas dalam rantai pasokan objek penelitian.

Gambar 1. Rantai Pasokan Objek Penelitian


Sumber : Heizer dan Render, 2006

Didalam aktivitas rantai pasokan terdapat tiga macam aliran, pertama adalah

aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream).

Contohnya bahan baku yang dikirim dari beberapa Supplier ke produsen

(perusahaan). Setelah produk selesai diproduksi, kemudian produk dikirim ke

distributor lalu ke pengecer/ritel kemudian ke pelanggan akhir. Kedua adalah

aliran informasi tentang data penelitian pasar, informasi penjadwalan, rekayasa

dan desain serta arus pesanan dan uang tunai yang mengalir dari hilir ke hulu.

Ketiga adalah uang secara kredit maupun tunai serta ide dan desain untuk

memuaskan pelanggan yang mengalir dari hulu ke hilir.

Menurut Pujawan (2005) informasi tentang persediaan produk yang masih

ada dibeberapa ritel/toko sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik.

Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh Supplierjuga

10
sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku

sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima.

Menurut Chopra & Meindl (2007) tujuan yang hendak dicapai dari setiap

rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara

keseluruhan. Tunggal (2009) menjabarkan tujuan atau hasil dari proses rantai

pasokan ini adalah:

1. Mengembangkan tim yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat

memberikan persetujuan produk dan jasa yang menguntungkan kedua

belah pihak pada pelanggan penting secara strategis.

2. Membuat kontak hubungan yang secara efisien manangani pertanyaan-

pertanyaan dari semua pelanggan.

3. Secara terus-menerus mengumpulkan, menyususun, dan meng-update

permintan pelanggan untuk menyesuaikan supply dan demand.

4. Mengembangkan sistem produksi yang tanggap secara cepat pada

perubahan kondisi pasar.

5. Mengatur hubungan dengan Supplier sehingga perbaikan secara

berkesinambungan dapat berjalan lancar.

6. Pengiriman pesanan tepat waktu dan sasaran yang benar.

7. Minimalisasi waktu siklus ketersediaan retur (return to available).

2.3 Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management) adalah

pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan, perubahan menjadi

barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan

11
Render, 2006). Kalakota dalam Irghandi (2008), menyatakan munculnya

manajemen rantai pasokan dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu :

1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak

relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif.

Indrajit dan Djokopranoto (2002) mengartikan keunggulan kompetitif

adalah keunggulan yang diciptakan melalui cara bekerja, oprasional

produksi yang baik dalam perusahaan.

2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang

semakin ketat.

Menurut Gaspersz (2012) manajemen rantai pasokan adalah pendekatan

sistemik, desain, perencanaan, eksekusi, pengendalian dan pemantauan aktifitas-

aktifitas rantai pasokan yang bertujuan menciptakan nilai, mengidentifikasi dan

menghilangkan waste atau pemborosan (aktifitas-aktifitas tidak bernilai tambah),

membangun infrastruktur yang kompetitif, mengefektifkan worldwide logistics,

mengatur arus penawaran dan permintaan yang terjadi dan mengukur kinerja

secara global untuk mengejar keunggulan disepanjang rantai pasokan (Supplier-

input-process-output-customer).

Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan

solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan

kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan

konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang

mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya

operasional perusahaan (Anatan dan Ellitan, 2008). Prinsip manajemen rantai

pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas

12
yang terkait dengan aliran material atau produk, baik yang ada dalam satu

organisasi maupun antar organisasi. Struktur manajemen rantai pasokan dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Manajemen Rantai Pasokan


Sumber : Siagian, 2005

Struktur manajemen rantai pasokan yaitu aktifitas yang terjadi mulai dari hulu

hingga hilir, mulai dari beberapa atau banyak Supplier yang memasok bahan baku

kemudian masuk ke persediaan, lalu diolah dalam pabrik (perusahaan), setelah itu

produk yang telah diolah/ diproduksi kemudian didistribusikan oleh distributor

kepada konsumen akhir. Arus kredit dan bahan baku terjadi dari hulu ke hilir

sedangkan informasi penjadwalan, arus kas dan pesanan terjadi dari hilir ke hulu.

Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat tiga macam komponen

rantai pasokan, yaitu :

a. Bagian Hulu Rantai Pasokan

Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan

manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur,

assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur

mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat

13
diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua

jalur asal material, contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan

dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan

aktivitas yang mendapat prioritas utama.

b. Bagian Internal Rantai Pasokan

Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang

ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para

penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai

pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi,

dan pengendalian persediaan.

c. Bagian Hilir Rantai Pasokan

Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai

pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi,

dan pelayanan purna jual.

Menurut Tunggal (2009), anggota rantai pasokan ada dua, yaitu : anggota

primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah semua perusahaan / unit

bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manjerial

dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi

pelanggan atau pasar. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang

menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas, atau aset-aset bagi anggota

anggota primer di rantai pasokan, misalnya : agen-agen ekspedisi yang

menyewakan truk, bank-bank yang memberikan pinjaman bagi retail, perusahaan-

perusahaan yang menyediakan peralatan produksi, pencetak brosur dan semua

14
anggota yang tidak secara langsung berpartisipasi atau memberi nilai tambah

proses dari perubahan masukan menjadi keluaran untuk pelanggan akhir.

Chopra dan Meindl (2007) mengklasifikasikan proses-proses rantai pasokan

suatu perusahaan kedalam tiga proses makro berikut, sebagaimana juga

ditunjukkan pada dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tiga Proses Makro Rantai Pasokan


Supplier Perusahaan Konsumen
SRM ( Supplier
Relationship Management) ISCM ( Internal Supply Chain CRM ( Customer Relationship
yaitu semua proses yang Management) yaitu semua Management) yaitu semua
berfokus pada interaksi proses yang terjadi dalam proses yang berfokus pada
antara perusahaan dengan internal perusahaan. interaksi antara perusahaan
Suppliernya dengan konsumennya
Aktivitas : Aktivitas:
Aktivitas:
1. Memasok (source) 1. Perencanaan strategis 1. Pasar
2. Perencanaan
2. Negosiasi 2. Harga
permintaan
3. Pembelian 3. Perencanaan pasokan 3. Jual
4. Pemenuhan
4. Kolaborasi desain 4. Pusat panggilan
(fulfillment)
5. Kolaborasi
5. Pelayanan lapangan 5. Manajemen pesanan
pasokan
Sumber : Chopra dan Meindl (2007)

2.4 Konsep Rantai Nilai Sebagai Penjabaran Aktivitas Rantai Pasok

Alat pokok untuk mendiagnosis keunggulan bersaing dan mencari cara untuk

memperkuatnya adalah rantai nilai (value chain), yang membagi perusahaan ke

dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya dalam mendesain, membuat,

memasarkan, dan mendistribusikan produknya. Rantai nilai menggambarkan nilai

total, dan terdiri atas aktivitas nilai (value activities) dan margin. Aktivitas nilai

adalah kegiatan fisik dan teknologis yang diselenggarakan perusahaan. Margin

adalah selisih antara nilai total dengan biaya kolektif untuk menyelenggarakan

aktivitas nilai (Porter, 1985). Pendekatan analisis rantai nilai merupakan cara

15
memandang secara sistematis perusahaan melayanipelanggannya. Analisis rantai

nilai ini ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rantai Nilai Generik (value chain)


Sumber : Michael E Porter, Keunggulan bersaing (1992)

Porter (1992) menjabarkan aktivitas-aktivitas nilai dalam rantai pasokan

sebagai berikut :

1. Logistik ke dalam merupakan kegiatan yang berkaitan dengan asset dan

biaya untuk memperoleh bahan bakar, energi, bahan mentah, komponen,

barang dagangan dan barang konsumsi dari Supplier. Logistik ke dalam

juga merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan,

penyimpanan dan dimensi masukan dari suplier dan kegiatan inspeksi

serta manajemen pergudangan.

2. Operasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya untuk

mengubah masukan ke dalam bentuk produk akhir, misalnya produksi,

perakitan, pengemasan, pemeliharaan peralatan, fasilitas, operasi,

penjaminan mutu dan perlindungan terhadap lingkungan.

16
3. Logistik keluar merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya

yang berhubungan dengan pendistribusian produk secara fisik ke pembeli,

misalnya penyimpanan barang jadi, pengolahan order, pemilihan dan

pengepakan order, pengangkutan barang dan operasi kendaraan untuk

mengantarkan barang.

4. Pemasaran dan penjualan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset

dan biaya yang berkaitan dengan periklanan dan promosi, usaha wiraniaga,

perencanaan dan riset pasar serta dukungan terhadap dealer atau dukungan

terhadap distributor.

5. Pelayanan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang

berhubungan dengan penyediaan bantuan kepada pembeli, misalnya

instalasi, suku cadang, pemeliharaan dan reparasi, bantuan teknis,

komplain dan keinginan pembeli.

6. Infrastruktur perusahaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset

dan biaya yang berhubungan dengan manajemen umum, akuntansi dan

keuangan, hukum dan peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem

informasi manajemen dan fungsi lain yang berkaitan dengan biaya.

7. Manajemen sumberdaya manusia merupakan kegiatan yang berkaitan

dengan aset dan biaya yang berhubungan dengan perencanaan sumberdaya

manusia, rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, penilaian kinerja,

kompensasi, pemeliharaan karyawan termasuk aktivitas hubungan

karyawan.

8. Pengembangan teknologi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset

dan biaya yang berhubungan dengan riset dan pengembangan produk, riset

17
dan pengembangan proses, perbaikan desain proses, desain peralatan,

pengembangan perangkat lunak komputer, sistem telekomunikasi, desain

dan rekayasa berbasis komputer, kemampuan database yang baru dan

sistem dukungan keputusan yang terkomputerisasi.

9. Pembelian merupakan kegiatan yang berkaitan dengan aset dan biaya yang

berhubungan dengan pembelian dan penyediaan bahan mentah,

penyuplaian, pelayanan dan kebutuhan sumberdaya dari luar untuk

mendukung perusahaan dan aktivitasnya. Beberapa aktivitas yang

dijalankan ini merupakan bagian dari aktivitas pembelian logistik ke dalam

perusahaan.

Aktivitas rantai pasokan dapat dianalisis dengan mengikuti konsep rantai nilai

yang dikemukakan oleh Michael E Porter. Menurut Porter dalam bukunya

“Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul”

rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan perusahaan secara

sistemik serta bagaimana hubungannya untuk menganalisis daya saing

perusahaan.

Aktivitas nilai dapat dibagi kedalam dua golongan besar, yaitu aktivitas

primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer meliputi penciptaan fisik,

pemasaran, penyampaian dan dukungan purnajual produk atau jasa perusahaan.

Aktivitas primer terdiri dari lima kelompok generik, yaitu logistik ke dalam,

operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. Sedangkan

aktivitas pendukung mencakup penyediaan infrastruktur atau masukan yang

memungkinkan berbagi kegiatan utama berlangsung secara terus menerus.

18
Kegiatan pendukung mencakup infrastruktur perusahaan, manajemen sumberdaya

manusia, pengembangan teknologi serta pembelian (Porter, 2007).

2.5 Manajemen Pembelian dan Hubungan Supplier

Gaspersz (2012) dalam bukunya yang berjudul “All-In-One Practical

Management Excellence” menyatakan manajemen pembelian (purchasing

management) mengatur aliran barang dan jasa dalam suatu perusahaan serta

menangani semua data yang berhubungan dengan Supplier. Manajemen

pembelian yang efektif memerlukan pengetahuan dari rantai pasokan (supply

chain), bisnis dan hukum pajak, faktur dan prosedur persediaan (inventory), serta

transportasi dan masalah logistik. Meskipun pengetahuan tentang barang dan jasa

yang akan dibeli adalah penting, profesional manajemen pembelian juga harus

mampu mendesain, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan strategi

pembelian untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Pemilihan Supplier terpercaya adalah bagian penting dari manajemen

pembelian. Profesional manajemen pembelian harus selalu menilai calon Supplier

dalam hal kemampuan Supplier untuk memberikan barang-barang berkualitas

dengan harga yang sesuai dan tepat waktu (Gaspersz, 2012).

Profesional manajemen pembelian juga harus menjadi negosiator yang baik,

memahami informasi teknis produk, memiliki kemampuan bisnis yang baik,

memahami perangkat lunak komputer (software), memahami metodologi

pemasaran, serta menjadi pengambil keputusan yang unggul. Peningkatan

manajemen pembelian memerlukan keterampilan kepemimpinan dan manajemen

yang unggul (Gaspersz, 2012).

19
Gaspersz (2012) menyatakan pada dasarnya manajer pembelian mengevaluasi

Supplier berdasarkan biaya, kualitas, pelayanan, ketersediaan, keandalan dan

berbagai kriteria seleksi lainnya. Mereka memeriksa katalog, publikasi

perdagangan dan direktori untuk menemukan Supplier yang tepat. Reputasi adalah

salah satu faktor utama yang digunakan oleh manajer pembelian untuk

menentukan apakah mereka ingin bekerja sama dengan Supplier tertentu. Ketika

mengikuti pertemuan, pameran dagang dan konferensi, manajer pembelian selalu

memeriksa produk dan layanan (service), mengevaluasi produksi dan kemampuan

distribusi serta mempertimbangkan semua aspek lain yang dapat mempengaruhi

keputusan pembelian.

Tugas-tugas dari seorang manajer pembelian menurut Gaspersz (2012) adalah

sebagai berikut :

1. Menetapkan Supplier asing dan domestik

2. Menegosiasikan harga kompetitif berdasarkan pertimbangan kualitas dan

penyerahan tepat waktu.

3. Menyelenggarakan sistem pembelian online

4. Mendapatkan material dan parts yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi

yang ditetapkan oleh bagian produksi

5. Melakukan kontrak pembelian produk (barang dan/jasa)

6. Mempelajari catatan penjualan (sales records) dan tingkat persediaan

(inventory level)

7. Menempatkan pesanan (order) dan memeriksa pengiriman

8. Mengendalikan anggaran departemen pembelian

20
2.6 Supplier Relationship Management (SRM)

Supplier Relationship Management (SRM) didefinisikan sebagai seperangkat

metodologi dan praktek yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan Supplier

produk dan jasa dari berbagai kritikalitas terhadap profitabilitas perusahaan

(Gartner dalam Poirier, 2004). Menurut Poirier (2004), SRM adalah sarana untuk

membangun hubungan yang lebih erat dengan Supplier yang dipilih, dengan

tujuan menemukan sesuatu hal yang dapat meningkatkan hubungan yang dapat

memperbaiki kinerja bisnis. Selain itu juga meningkatkan kemungkinan

menciptakan pendapatan baru yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Manajemen hubungan Supplier mencakup komunikasi yang efektif dengan

Supplier. Hal tersebut dimaksudkan bahwa dibutuhkan teknologi kolaborasi web,

manajemen pemesanan, pengiriman, dan pemeliharaan. Semakin lama hubungan

Supplier, maka hubungannya akan berkembang ke tahap yang lebih spesifik

mencakup pengembangan produk, jaminan kualitas, dan proyek-proyek

penghematan biaya (Buttle, 2007). Manfaat SRM dalam Poirier (2004), adalah:

1. Mengoptimalkan hubungan dengan Supplier, memperlakukan Supplier

yang berbeda dengan cara yang berbeda tergantung pada sifat dari

hubungan dan nilai strategis para Supplier tersebut.

2. Menciptakan keunggulan kompetitif dan mendorong penghasilan secara

bersama-sama dengan solusi-solusi baru yang lebih baik dan lebih fokus

ke pelanggan, serta solusi ke pasar dengan lebih cepat.

3. Memperpanjang dan memperkuat hubungan Supplier kritis–

mengintegrasikan para Supplier ke dalam proses bisnis.

21
4. Mendorong peningkatan keuntungan melalui pengelolaan rantai pasokan

dan biaya operasi sambil terus mempertahankan kualitas.

APICS Dictionary (2010) dalam Gaspersz (2012) mendefinisikan SRM

sebagai suatu metodologi untuk membangun dan mendukung hubungan dengan

Supplier-Supplier. Gasperz (2012) juga menyatakan salah satu kegiatan SRM

adalah memilih Supplier yang tepat agar perusahaan bisa berhasil. Dalam

memutuskan tentang kriteria seleksi Supplier yang masuk akal bagi perusahaan,

mitra internal, dan beberapa perusahaan yang dipilih untuk usaha bersama, berarti

perusahaan perlu menerapkan format untuk memilih nama-nama calon yang

paling mungkin untuk kegiatan SRM.

2.7 Supplier

Supplier/pemasokadalah penyedia bahan baku maupun barang jadi bagi

perusahaan. Supplier sangat berperan penting dalam kelancaran operasional

perusahaan. oleh karena itu, memilih Supplier merupakan kegiatan yang strategis,

terutama apabila Supplier tersebut akan memasok item yang penting dan atau

akan digunakan dalam jangka panjang (Pujawan, 2005).

2.7.1 Seleksi dan Evaluasi Supplier

Pemilihan Supplier yang kompeten merupakan keputusan strategis

pertama yang menentukan kesuksesan implementasi manajemen rantai pasokan.

Seleksi Supplier sangat disadari sebagai salah satu tanggung jawab terpenting

dalam fungsi manajemen pengadaan. Supplier yang terkelola dengan baik dalam

suatu rantai pasokan akan memberikan efek jangka panjang terhadap daya saing

keseluruhan rantai pasokan itu sendiri dan dampak yang mendalam pada kepuasan

22
pelanggan (Pujawan, 2005). Pearson dan Ellram (1995) menyebutkan beberapa

alasan mengapa seleksi dan evaluasi Supplier menjadi hal yang begitu penting,

terutama sehubungan dengan dampak yang diberikan oleh manajemen rantai

pasokan, sebagai berikut (Hou dan Huang 2002):

1. Tren reduksi basis pasokan dan hubungan jangka panjang dengan Supplier.

Adopsi praktek just-in-time yang semakin meningkat dalam industri

manufaktur telah meningkatkan perhatian terhadap reduksi basis pasokan,

sehingga proses seleksi dan evaluasi Supplier menjadi lebih penting.

Reduksi basis pasokan ini melibatkan komitmen jangka panjang dengan

Supplier, yang pada gilirannya mendorong adanya sharing sumberdaya

karena interaksi yang lebih kuat antara pembeli dan Supplier. Pada

umumnya, evaluasi Supplier dapat dijadikan alat untuk mengurangi

variabilitas bagi konsumen dengan mengurangi variabilitas Supplier dari

sisi pengiriman, kualitas, fleksibilitas dan sebagainya.

2. Strategi pelibatan Supplier dalam proses desain produk. Praktek ini

dianggap sebagai salah satu kontributor yang signifikan dalam mengurangi

biaya dan meningkatkan kualitas pada siklus produksi.

3. Perkembangan sistem informasi Electronic Data Interchangeable (EDI)

yang memfasilitasi koordinasi dan interaksi yang lebih dekat antara

pembeli dan Supplier.

2.8 Kriteria Supplier yang Ideal

Menentukan kriteria Supplier yang ideal untuk industri pengolahan pangan

tidak terlepas dari bagaimana perusahaan dan perusahaan Supplier merencanakan,

menerapkan, menjalankan dan memeliharaGood Manufacturing Practices (GMP)

23
sebagai persyaratan kelayakan dasar dan penerapan sistem Hazard Analysis

Critical Control Point (HACCP) yang merupakan salah satu bentuk manajemen

resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan

pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam

menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen (eBookpangan.com, 2006).

Perusahaan Supplier khususnya Supplier bahan baku pangan ikut berperan

dalam menjamin keamanan pangan karena merupakan salah satu anggota kritis

dari rantai pangan yang terjadi hingga produk siap dipasarkan kepada konsumen

akhir. Setiap industri pengolahan pangan yang akan menerapkan sistem keamanan

pangan model HACCP harus direncanakan, dirancang/didisain dan

diimplementasikan suatu program persyaratan kelayakan dasar atau sering disebut

dengan istilah "prerequisite programs". Program persyaratan kelayakan dasar atau

prerequisite programs ini menurut Bernard dan Parkinson (1999) merupakan

suatu fondasi yang harus dan perlu dipenuhi oleh setiap industri pangan guna

menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu ditinjau dari aspek

keamanan dan kesehatan.

Konsep program persyaratan kelayakan dasar ini pertama kali dicetuskan oleh

Agriculture and Agri-Food Canada's (AAFC) dalam rangka program peningkatan

keamanan pangan di Kanada dan mereka mendefinisikan program persyaratan

kelayakan dasar ini sebagai "suatu langkah-langkah universal atau prosedur yang

mengendalikan kondisi operasional dalam suatu industri pangan yang

didirikannya guna memenuhi kondisi lingkungan tetap baik untuk menghasilkan

pangan yang aman" (Gombas dan Stevenson, 2000). National Advisory

Committee on Microbiological Kriteria for Foods (NACMCF, 1998)

24
mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar sebagai "suatu prosedur

termasuk prosedur cara produksi pangan yang baik atau good

manufacturingpractice (GMP) yang ditujukan untuk menyediakan kondisi

operasional dasar sistem HACCP".

Prinsip program persyaratan kelayakan dasar untuk sistem HACCP mencakup

suatu program dan prosedur yang sudah harus tersedia didalam industri pangan,

termasuk program penerimaan bahan baku dan cara penyimpanannya, manajemen

keluhan pelanggan/konsumen, kemampuan telusur bahan ingredien yang

digunakan hingga produk pangan dihasilkan serta program persetujuan untuk

Supplier (approved Supplier) barang-barang yang masuk ke dalam perusahaan

industri pangan (Gombas dan Stevenson, 2000).

Menurut Bernard dan Parkinson (1999), program persyaratan kelayakan dasar

seperti rancangan HACCP (HACCP Plan) harus terdokumentasi dengan baik

dalam Standard Operating Procedures (SOP) yang tertulis, dimengerti dan

dihayati oleh setiap karyawan yang bekerja di industri pangan yang bersangkutan.

Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini jika

diperlukan dapat ditinjau/dikaji ulang dan direvisi kembali oleh setiap industri

pangan guna menjamin bahwa program yang didisain dan direncanakan,

diimplementasikan secara efektif sesuai dengan tujuan keamanan pangan yang

hendak dicapai (NACMCF, 1998).

Program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara

produksi pangan yang baik (CPPB) atau good manufacturingpractice (GMP) dan

standard prosedur operasional sanitasi atau SanitationStandard Operating

Procedure (SSOP). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia

25
telah menerbitkan pedoman cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau GMP.

Pedoman penerapan GMP ini disusun berdasarkan pedoman umum higiene

pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang pangan, terutama yang

mengatur mengenai produksi pangan.

Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM,

2011), tujuan penerapan GMP adalah menghasilkan produk akhir pangan yang

bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan selera konsumen, baik domestik

maupun internasional. Tujuan khusus penerapan GMP adalah :

1. Memberikan prinsip-prinsip dasar yang penting dalam produksi pangan

yang dapat diterapkan sepanjang rantai pangan mulai dari produksi primer

sampai konsumen akhir, untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi

aman dan layak untuk dikonsumsi,

2. Mengarahkan industri agar dapat memenuhi berbagai persyaratan

produksi, seperti persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan

produksi, bahan, proses, mutu produk akhir, serta persyaratan

penyimpanan dan distribusi

3. Mengarahkan pendekatan dan penerapan sistem HACCP sebagai suatu

cara untuk meningkatkan keamanan pangan.

Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk

mendorong dan menganjurkan industri pangan untuk menerapkan cara produksi

pangan yang baik dalam rangka sebagai berikut :

1. Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian yang diakibatkan oleh

pangan yang tidak memenuhi persyaratan,

26
2. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi

merupakan pangan yang layak,

3. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan terhadap pangan yang

diperdagangkan secara internasional,

4. Memberikan bahan acuan dalam program pendidikan kesehatan di bidang

pangan kepada industri dan konsumen, sedangkan bagi industri pangan

sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik

dalam rangka :

a. Memproduksi dan menyediakan pangan yang aman dan layak bagi

konsumen,

b. Memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada

masyarakat, misalnya dengan pelabelan dan pemberian petunjuk

mengenai cara penyimpanan dan penyediaannya, sehingga masyarakat

dapat melindungi pangan terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi

dan kerusakan pangan, yaitu dengan cara penyimpanan, penanganan

dan penyiapan yang baik,

c. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan dunia internasional

terhadap pangan yang diproduksinya (Ditjen POM, 2011).

Berdasarkan literatur dapat disimpulkan beberapa kriteria Supplier yang ideal

mengacu pada penerapan GMP dan HACCP dalam industri pengolahan pangan

adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan Supplier mengenai isu keamanan pangan

27
2. Perusahaan Supplier telah menerapkan GMP dan HACCP didukung

dengan memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi standar internasional di

Indonesia

3. Memiliki data kandungan bahan kimia (untuk produk-produk tertentu)

4. Memiliki sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari Dinas

Kesehatan setempat (untuk produk-produk tertentu)

5. Kelengkapan dokumen sertifikasi halal dan layak edar

6. Jaminan kualitas

7. Kesesuaian spesifikasi bahan

Dilihat dari sudut pandang manajerial, sekumpulan kriteria seleksi Supplier

perlu diidentifikasi dari berbagai industri. Terkait hal tersebut, banyak peneliti

mengkaji dan membahas tentang kriteria yang dipertimbangkan dalam seleksi dan

evaluasi Supplier di berbagai industri (Cheng et al. 2009). Salah satunya

penelitian Eka (2011) meringkaskan kriteria Supplier yang digunakan oleh PT.

Nippon Indosari Corpindo, sebuah industri bakery sebagai berikut :

1. Kehalalan

a. Dokumen pendukung lengkap

b. Audit lapangan

c. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI

2. Kualitas

a. Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan

b. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten

c. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri

28
3. Harga

a. Kesesuaian harga

b. Kemampuan memberikan diskon

c. Mekanisme pembayaran yang mudah

4. Ketersediaan Barang

a. Kemampuan memenuhi pesanan

b. Persediaan untuk pesanan mendadak

5. Reputasi Supplier

a. Perusahaan Supplier dan produknya telah banyak dikenal

b. Dipercaya oleh perusahaan

6. Waktu Pengiriman

a. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu

b. Lead time pengiriman singkat

c. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi

Seleksi Supplier merupakan keputusan yang sulit karena berbagai macam

kriteria harus dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusannya. Analisis

mengenai kriteria untuk memilih dan mengukur kinerja Supplier telah menjadi

fokus perhatian banyak ilmuwan dan praktisi pengadaan sejak 1960-an. Vincent

Gasperz (2012) dalam bukunya “All-In-One Practical Management Excellence”

merancang sebuah formulir seleksi dan evaluasi Supplier untuk diterapkan pada

beberapa perusahaan industri di Indonesia sebagai penggunaan analisis seleksi dan

evaluasi Supplier pada Tabel 4.

29
Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz (2012)
No Kriteria Seleksi dan Evaluasi Supplier (5) (4) (3) (2) (1)
A. Keadaan Umum Supplier
1 Ukuran dan/atau kapasitas produksi
2 Kondisi financial
3 Kondisi operasional
4 Fasilitas riset dan desain
5 Lokasi geografis
6 Hubungan kerja antar karyawan
7 Hubungan dagang antar industri
8 Dan lain-lain
B. Keadaan Pelayanan
1 Waktu penyerahan material
2 Kondisi kedatangan material
3 Mengikuti instruksi/permintaan pembeli
4 Kuantitas pesanan yang ditolak
5 Penanganan keluhan dari pembeli
6 Bantuan teknik yang diberikan
7 Bantuan dalam keadaan darurat
8 Informasi material yang diberikan
9 Informasi harga yang diberikan
10 Dan lain-lain
C. Keadaan Material
1 Kualitas material
2 Harga material
3 Keseragaman/uniformitas dari material
4 Jaminan yang diberikan oleh Supplier
5 Keadaan pengepakan/pembungkusan
6 Dan lain-lain
Sumber : Vincent Gaspersz (2012)

Keterangan :
Makna Skala :
(5) : Sangat Baik,
(4) : Baik,
(3) : Cukup,
(2) : Kurang,
(1) : Sangat Kurang

Data kriteria Supplier pada PT. AR diidentifikasi sebelum melakukan

penilaian kepentingan kriteria Supplier oleh para responden ahli/pakar. Kriteria

Supplier yang digunakan oleh PT. AR yaitu harga, kualitas, status kehalalan

produk dan waktu pengiriman. Kriteria tersebut dikombinasikan dengan kriteria

yang digunakan dalam literature mengenai seleksi dan evaluasi Supplier yaitu

kombinasi dari kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP,

30
kriteria Supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari

Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah dirancang

oleh Vincent Gasperz (2012), terdapat 21 kriteria yang akan dinilai

kepentingannya oleh pakar dengan skor rentang bobot yaitu (1) tidak penting, (2)

penting dan (3) sangat penting.

2.9 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier

Metode seleksi Supplier yaitu model atau pendekatan yang digunakan untuk

melakukan proses pemilihan Supplier. Metode yang dipilih sangatlah penting bagi

keseluruhan proses seleksi dan dapat berdampak signifikan pada hasil seleksi

Supplier yang dilakukan. Beberapa metode telah dikembangkan dan

diklasifikasikan oleh begitu banyak peneliti selama bertahun-tahun. Ketika sebuah

perusahaan memutuskan untuk mengembangkan atau memilih suatu metode

seleksi Supplier, hasilnya berupa kombinasi dari beberapa metode dengan

keunggulan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

perusahaan (Tahriri et al. 2007).

Menurut Iksan (2006), Multi Kriteria Decision Making (MCDM) pada

dasarnya adalah konsep yang ditujukan untuk melakukan pengambilan keputusan

yang mengandung kriteria objek majemuk juga saling konfliktual dan memiliki

ukuran yang tidak bisa saling dibandingkan, MCDM selalu melibatkan lebih dari

satu kriteria yang saling menimbulkan trade off keputusan dimana tingkat

kepuasan dari suatu kriteria berakibat pada penurunan kepuasan kriteria lainnya.

Berikut beberapa metode penunjang/pengambilan keputusan pada seleksi Supplier

yang melibatkan banyak kriteria dalam keputusannya (Multi Kriteria Decision

Making) (Tabel 5).

31
Tabel 5. Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
1 Analytical Metode ini pertama kali Dapat Berstruktur linear,
Hierarchy dikembangkan oleh memecahkan tidak
Process (AHP) Thomas Saaty pada masalah dalam mempertimbangkan
1971. Ini adalah suatu suatu kerangka hubungan
metode ideal untuk berpikir yang ketergantungan, karena
merangking alternatif terorganisir, hanya
ketika terdapat banyak sehingga mempertimbangkan
kriteria dan subkriteria memungkinkan hubungan linear dari
pada proses dapat di atas ke bawah selain itu
pengambilan keputusan. ekspresikan untuk ketergantungan model
(Tahriri et al. 2007). mengambil AHP pada input
keputusan yang utamanya yaitu berupa
efektif atas suatu persepsi seorang ahli
permasalahan. sehingga model
Permasalahan menjadi tidak berarti
yang kompleks jika ahli tersebut
dapat memberikan penilaian
disederhanakan yang keliru.
dan dipercepat
proses
pengembilan
keputusannya.
2 ANP Alat analisis yang Berguna pada Metode pengambilan
(Analytical mampu perusahaan keputusan ini terlalu
Network merepresentasikan besar/sektor kompleks untuk
Proces) tingkat kepentingan publik yang diterapkan pada
berbagai pihak dengan memerlukan perusahaan dengan
mempertimbangkan pengambilan skala menengah ke
hubungan keputusan dengan bawah yang memiliki
ketergantungan, baik jumlah informasi, kompleksitas yang
antar kriteria ataupun interaksi serta tidak rumit dan
sub kriteria, ANP umpan balik yang membutuhkan
memberikan pendekatan banyak dan keputusan yang cepat
yang lebih akurat memiliki tingkat dalam mengatasi
karena mampu kompleksitas masalah (Zulfa, 2010)
menangani masalah tinggi (Zulfa,
yang kompleks yang 2010)
berkaitan dengan
ketergantungan dan
umpan balik (Saaty and
Vargas, 2006 dalam
Satyanegara, 2012)

32
Lanjutan Tabel 5.
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
3 Bayes Salah satu teknik Mudah dipahami, hanya Seringkali metode
yang dapat di memerlukan pengkodean bayes dianggap
pergunakan untuk sederhana dan lebih cepat sebagai probabilitas
melakukan analisis dalam perhitungan pribadi atau
dalam pengambilan (Marimin, 2004) subjektif dimana
keputusan terbaik bobot bayes
dari sejumlah didasarkan pada
alternative dengan tingkat
tujuan kepercayaan,
menghasilkan keyakinan,
perolehan yang pengalaman serta
optimal (Marimin, latar belakang
2004) pengambil
keputusan
(Marimin, 2004)
4 Model Metode ini menilai Metode weighted-point Semua kriteria
pembobotan Supplier dengan selama ini merupakan dinilai sama
memperingkatkan teknik yang paling umum penting, sehingga
kinerjanya dalam digunakan. Operasi jarang memberikan
banyak kriteria dan matematis dalam metode masukan bagi
menghitungnya ini sederhana namun pengembangan
sebagai satu efisien dalam pembuatan kinerja Supplier
kesatuan skor. keputusan yang optimal (Kachainchai dan
Metode yang Weerawat 2009
dikategorikan metode ini
kedalam weighting memiliki beberapa
model diantaranya keterbatasan, salah
categorical method, satunya yaitu
dan weighted-point tidaklah mudah
method. (Petroni, bagi metode ini
2000 dalam Abror untuk dengan
2011) efektif
mempertimbangkan
kriteria evaluasi
yang bersifat
kualitatif
(Kachainchai dan
Weerawat 2009).

33
Lanjutan Tabel 5.
Metode
No Pengambilan Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Keputusan
5 MPE (Metode Salah satu metode Mengurangi bias yang Metode
Perbandingan untuk menentukan mungkin terjadi dalam pengambilan
Eksponensial) urutan prioritas analisa yaitu nilai skor keputusan ini hanya
alternatif keputusan yang menggambarkan cocok diterapkan
dengan kriteria urutan prioritas menjadi oleh perusahaan
jamak. Teknik ini besar (fungsi skala menengah ke
digunakan sebagai eksponensial) ini bawah untuk sistem
pembantu bagi mengakibatkan urutan penunjang
individu prioritas alternatif keputusan karena
pengambilan keputusan lebih nyata. dapat menyelesaikan
keputusan untuk Metode ini cocok pengambilan
menggunakan diterapkan dalam keputusan yang
rancang bangun perusahaan berskala sederhana dan tidak
model yang telah menengah kebawah yang saling
terdefinisi dengan memiliki permasalahan ketergantungan
baik pada tahapan keputusan tidak rumit, (Marimin, 2004)
proses (Marimin, metode ini lebih
2004) sederhana diterapkan dan
lebih cepat dalam
perhitungan sehingga
pengambilan keputusan
semakin cepat
didapatkan untuk
mengatasi masalah
(Marimin, 2004)

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian ini dipilih

untuk memodelkan seleksi Supplier bahan baku LBS. Alasan utamanya karena

kelebihan model ini yang mampu mengakomodir faktor-faktor kualitatif yang

sangat penting, terutama dalam kebijakan hubungan dengan Supplier. Metode ini

cocok diterapkan oleh perusahaan skala menengah seperti PT. AR untuk sistem

penunjang keputusan karena dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang

sederhana dan tidak saling ketergantungan.

2.9.1 Metode Perbandingan Eksponensial

Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode

untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.

Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk

34
menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada

tahapan proses (Marimin, 2004).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan

menggunakan MPE adalah (Ma’arif dan Tanjung, 2003):

1. Penentuan alternatif keputusan

2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji

3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan

menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan pengambil

keputusan

4. Penentuan derajat relatif setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria

keputusan

5. Penghitungan nilai dari setiap alternatif keputusan

Menurut Marimin (2004), formulasi penghitungan skor untuk setiap alternatif

dalam Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah sebagai berikut :


TKKj
Total Nilai (TNi) =∑

Dengan :

TNi = total nilai alternatif ke-i

RKij = derajat kepentingan relative kriteria ke-j pada pilihan keputusan i

TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj> 0 ; bulat

n = jumlah pilihan keputusan

m = jumlah kriteria keputusan

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara

dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Penentuan skor alternatif

35
pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan

nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif

tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda

secara nyata karena adanya fungsi eksponensial (Marimin, 2004).

Penilaian alternatif pada setiap kriteria dan bobot Supplier menggunakan

skala penilaian 1-3, yaitu 3 sangat baik, 2 = baik dan 1 = tidak baik. Skala

penilaian diadaptasi dari arah kriteria, skala penilaian dan rentang bobot menurut

Marimin & Maghfiroh (2010) dalam bukunya yang berjudul “Aplikasi Teknik

Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok” yang dijadikan acuan

memilih metode indeks kinerja (lihat Tabel. 6).

Tabel 6. Pemilihan Teknik Pengambilan Keputusan berbasis Indeks Kinerja


Satuan Penilaian Skala Penilaian
Skala Penilaian
Teknik Alternatif terhadap Alternatif
Bobot
Kriteria terhadap Kriteria
Campuran Rasio
Campuran skala
CPI Tidak seragam (terukur nyata) dan
penilaian
ordinal
Desimal (0,0 - 1,0)
Bayes Seragam Rasio (terukur nyata)
atau nilai mutlaknya
Ordinal (1 - 3
MPE Seragam Ordinal
sampai 1 - 9)
Sumber : Marimin & Maghfiroh (2010)

Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian ini

dipilih untuk memodelkan kriteria seleksi Supplier bahan baku produk LBS pada

PT. AR. Metode Perbandingan Eksponensial mempunyai keuntungan dalam

mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang

menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial)

mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. (Marimin, 2004).

36
2.10 Penelitian Terdahulu

Konsep-konsep yang terdapat pada penelitian ini mengacu pada penelitian-

penelitian sebelumnya sebagaimana terangkum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Peneliti,
Tujuan Metode
No Tahun dan Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Judul
1 Abror, 2011. Mengkaji Analisis deskriptif Pada kasus seleksi
Kajian Seleksi konfigurasi rantai manajemen rantai Supplier kertas bekas,
dan Evaluasi pasokan kertas dan pasok diadaptasi reduksi biaya, harga
Supplier Pada mengembangkan dari kerangka kerja produk, standard an
Rantai Pasokan model seleksi dan van der vorst 2006 jaminan kualitas,
Kertas (studi evaluasi Supplier untuk reliabilitas produk, cara
kasus di PT. pengembangan pembayaran dan
Kertas Leces rantai pasokan. ketepatan waktu adalah
(PTKL) Pemodelan AHP factor-faktor terpenting
Probolinggo) untuk seleksi yang perlu mendapat
Supplier perhatian lebih. Evaluasi
Supplier dengan model
AHP yang dikembangkan
dalam suatu kasus
menempatkan Supplier A
sebagai Supplier terbaik
dengan nilai 0.3664,
diikuti oleh Supplier C
(0.3285) dan Supplier B
(0.3057).
2 Sandi, dkk. CV. TX Analisis data Terdapat keterkaian
2013. Penerapan membutuhkan menggunakan antara kriteria-kriteria
metode ANP metode pengambilan metode ANP dalam pengambilan
untuk pemilihan keputusan yang baik (Analytic network keputusan Supplier.
Supplier bahan dalam pemilihan process) Supplier B terpilih
baku CV.TX Supplier sehingga sebagai Supplier terbaik
dapat mengatasi dengan mendapatkan
masalah pemesanan nilai normalisasi limiting
bahan baku matrik terbesar yaitu
0.4324 , disusul Supplier
M dengan nilai 0.3477
dan Supplier H dengan
nilai 0.2198.

37
Lanjutan Tabel 7.
Peneliti,
Metode
No Tahun dan Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Judul
3 Bungsu, 2010. Menganalisis proses Analisis deskriptif Hasil penelitian,
Kajian Kriteria pengadaan dan untuk menganalisis didapatkan Struktur
Pemilihan pengendalian buah- kondisi rantai hirarki dalam
Supplier Buah- buahan dan pasokan PT NIC, pengambilan
buahan dengan pengendalian di Giant dan metode Proses keputusan yang
Proses Hirarki Hypermarket Botani Hirarki Analitik dilakukan oleh Giant
Analitis (Studi Square khususnya (PHA) dengan PHA terdiri
Giant Divisi Produce, atas kriteria
Hypermarket Mengidentifikasi (kualitas, biaya
Botani Square kriteria yang operasional, lead
Bogor) diprioritaskan Giant time, kemitraan, dan
dalam memilih Supplier sistem pembayaran),
buah-buahan dan subkriteria, dan
Menyusun struktur alternatif (Supplier
hirarki dalam A, B, C, dan D).
pengambilan keputusan Alternatif Supplier
yang dilakukan oleh yang diprioritaskan
Giant dengan Proses Giant dalam
Hirarki Analitis pengadaan dan
pengendalian yaitu
Supplier D (0,488)
4 Eka, 2011. Menganalisis rantai Analisis deskriptif Analisis PHA
Analisis pasokan untuk RTS di untuk menganalisis menunjukkan
Kesesuaian PT. NIC, kondisi rantai Kriteria yang
Supplier Bahan mengidentifikasi proses pasokan PT NIC, menjadi prioritas
baku roti tawar pemilihan Supplier dan metode Proses utama dalam
special (RTS) yang selama ini Hirarki Analitik memilih Supplier
dengan kriteria dilakukan oleh PT NIC (PHA) untuk bahan baku RTS di
yang ditetapkan dan menganalisis memilih Supplier, PT NIC adalah
oleh perusahaan Supplier yang dipilih kriteria, dan kualitas dengan
(Studi Kasus: oleh PT NIC, beserta subkriteria yang bobot 0,216. Sub
PT. Nippon kriteria dan sub kriteria dipertimbangkan PT kriteria yang menjadi
Indosari bahan baku yang sudah NIC dalam memilih prioritas utama
Corpindo) ditetapkan oleh PT NIC Supplier adalah perusahaan
dalam memilih Supplier Supplier dan
bahan baku RTS produknya sudah
banyak dikenal
dengan bobot 0,712.
Supplier dengan
kinerja paling baik
yaitu PT Jaya
Fermex dengan
bobot 0,337.

38
Lanjutan Tabel 7.
Peneliti, Tahun Tujuan Metode
No Hasil Penelitian
dan Judul Penelitian Penelitian
5 Susila. 2009. Merancang dan Analisis data Hasil perhitungan,
Rancang bangun mengembangkan menggunakan kecamatan ciampea
system penunjang model system metode memiliki nilai
keputusan penunjang keputusan perbandingan tertinggi dan menjadi
perencanaan perencanaan eksponensial tempat yang paling
pengembangan pengembangan (MPE) baik dan berpotensi
agroindustri agroindustri lidah untuk dijadikan
berbasis lidah buaya dan sebagai lokasi
buaya (aloe vera mempelajari berbagai budidaya lidah buaya.
lina) di kabupaten factor dan parameter Tempat yang paling
bogor yang berpengaruh berpotensi untuk
dalam perencanaan dijadikan lokasi
dan pengembangan agroindustri adalah
agroindustri lidah kecamatan ciomas
buaya
6 Sholikhin. 2006. Merancang model Analisis data Hasil perhitungan
System penunjang sistem penunjang menggunakan submodel penentuan
keputusan keputusan metode komoditas unggulan
pengembangan pengembangan perbandingan didapatkan komoditas
agroindustri kecil agroindustri kecil eksponensial unggulan berupa apel.
di kawasan dikawasan (MPE) Berdasarkan
agropolitan (studi agropolitan, kota perhitungan dengan
kasus di kota batu, batu, jawa timur metode perbandingan
jawa timur) eksponensial produk
yang potensial untuk
dikembangkan adalah
produk jenang apel

2.11 Kerangka Pemikiran Konseptual

Seiring dengan peningkatan jumlah produksi LBS, serta bermunculan

kompetitor-kompetitor dalam bidang yang sama, PT. AR merasa perlu

menciptakan keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan. PT. AR harus

mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan

efisiensi produksi. Peningkatan efisiensi, salah satunya dapat dilakukan dengan

integrasi kegiatan rantai pasok perusahaan, agar tidak terjadi kesulitan dalam

proses perencanaan operasional rantai pasok. Konsep manajemen rantai pasok

(Supply Chain Management atau SCM) mampu mengintegrasikan pengelolaan

berbagai fungsi manajemen dalam suatu hubungan antar organisasi membentuk

satu sistem yang terpadu dan saling mendukung. Kunci bagi SCM yang efektif

39
adalah menjadikan para Supplier sebagai “mitra” dalam strategi perusahaan untuk

memenuhi pasar yang selalu berubah (Heizer dan Render, 2005).

Bahan baku merupakan unsur yang penting dalam proses produksi

perusahaan. Untuk menghasilkan produk LBS dibutuhkan beberapa bahan baku,

bahan baku diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku utama, bahan

baku pembantu dan bahan baku penolong. Pada penelitian ini rantai pasokan

bahan baku produk Lapis Bogor Sangkuriang dianalisis dengan menggunakan

pendekatan konsep rantai nilai Michael E Porter (1985) untuk mendapatkan

gambaran tentang aktivitas rantai pasokan perusahaan. Menurut Chopra dan

Meindl (2001) dari perspektif sebuah perusahaan, proses-proses dalam rantai

pasokan dapat dikelompokkan kedalam tiga wilayah utama: customer relationship

management (CRM), internal supply chain management (ISCM), dan Supplier

relationship management (SRM). Kesuksesan rantai pasokan sangat dipengaruhi

oleh integrasi ketiga proses makro yang berjalan baik. Berfokus pada ketiga

proses makro ini, performa rantai pasokan yang melibatkan perusahaan dapat

dideskripsikan.

Fokus kajian penelitian ini selanjutnya diarahkan pada salah satu aspek

terpenting dalam proses makro SRM, yaitu seleksi Supplier. Kombinasi kriteria

yang digunakan yaitu kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan

HACCP, kriteria Supplier untuk industri bakery yang digunakan PT. Nippon

Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah

dirancang oleh Vincent Gasperz (2012).

Supplier bahan baku yang akan diseleksi adalah Supplier bahan baku utama,

bahan baku tambahan dan bahan baku penolong yang memiliki Supplier tidak

40
tetap lebih dari 1. Penilaian kepentingan terhadap kriteria-kriteria Supplier bahan

baku menggunakan rentang bobot 1-3, yaitu tidak penting (1), penting (2) dan

sangat penting (3)), selanjutnya didapatkan kriteria terpilih beserta bobot

kriterianya. Setelah itu, dilakukan penilaian kesesuaian terhadap alternatif

Supplier menggunakan skala peringkat (rating scale) 1-3 yaitu sangat baik (3),

baik (2) dan tidak baik (1).

Penghitungan total nilai setiap alternatif digunakan teknik Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE). Hasil dari pengolahan menggunakan teknik

MPE maka akan terlihat urutan atau prioritas calon Supplier yang potensial untuk

dipertimbangkan dan dipilih. Diagram kerangka pemikiran konseptual penelitian

ini disajikan pada Gambar 4. Penilaian kesesuaian kriteria Supplier akan dijadikan

dasar untuk perbaikan manajerial dimasa depan.

41
Lingkungan Perusahaan PT. AR

Management (SCM)
Supply Chain
Proses Bisnis PT. AR

Sejumlah Supplier Operasi PT. AR


(Suppliers)

Aktivitas Utama & Aktivitas Utama &


Aktivitas Penunjang Aktivitas Penunjang
Konsep Rantai Nilai (Value
Chain) Michael E Porter
Analisis Deskriptif :

Supplier Relationship
Management (SRM)

Kriteria-Kriteria Supplier

Adaptasi Kriteria Industri Kriteria menurut Vincent Kriteria


Bakery (PT. NIC) Gaspersz (2012) Rekomendasi Pakar

Kelengkapan Pelayanan dan Biaya


Pengiriman

Dokumen Manajemen
Kualitas

Keamanan Pangan Organisasi

Analisis Data : Sekumpulan SupplierPT. AR


Metode
Perbandingan Supplier yang Memenuhi Keterangan :
Eksponensial Kriteria
= Alat Analisis
(MPE)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

42
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. AR, yang berlokasi di Jl. Pangeran Asogiri

RT/RW : 002/004, Kelurahan Tanah Baru – Bogor Utara, Jawa Barat. Pemilihan

lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa PT.

AR adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang boga yang belum lama berdiri

dan sedang berkembang. Usahanya menghasilkan produk yang mengolah

komoditas khas Bogor yaitu talas dalam bentuk tepung talas menjadi makanan

olahan yang mempunyai nilai tambah yaitu lapis talas dengan merk LBS. Lokasi

ini dipilih karena merupakan salah satu usaha industri pengolahan pangan di

Bogor yang berinteraksi dengan banyak pemasok bahan baku dan masih dalam

tahap pemilihan pemasok tetap. Saat ini PT. AR pun belum memiliki suatu sistem

penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan April 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dengan cara observasi atau pengamatan, wawancara mendalam (depth

interview), pengisian kuisioner dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari

studi pustaka, internet, jurnal, literatur yang dianggap sesuai dengan penelitian

dan hasil penelitian terdahulu.

43
3.3 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu

judgement sampling, artinya semua elemen populasi belum tentu memiliki

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa

disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa

jenis cara pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini

menggunakan judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan

pertimbangan diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan

menjadi pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Berikut

responden-responden dalam penelitian seleksi pemasok bahan baku LBS PT. AR

(Tabel 8)

Tabel 8. Responden-Responden dalam Penelitian Seleksi Pemasok Bahan Baku


LBS PT. AR
No Responden Jenis
Kuisioner
Pakar Akademisi Kuisioner
Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM (Dosen
sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas
1 Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi K1
Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta)
Drh. Zulmanery, MM (Dosen sekaligus praktisi
Kuisioner
dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan
Tingkat
2 Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi K1
Kepentingan
Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Kriteria
Jakarta)
Ir. Sri Purwanti, MS (Dosen sekaligus praktisi
dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan
3 Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi K1
Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta)

44
Lanjutan Tabel 8.
No Responden Jenis
Kuisioner
Pengambil Keputusan Internal Perusahaan Kuisioner
4 Pemilik/ Direktur Utama
5 Direktur Operasional
6 General Manager
7 Manager Personalia dan Umum (HR & GA) Kuisioner Tingkat
Kepentingan Kriteria
8 SPV. Personalia dan Umum (HR & GA) K1 & K2
dan Kuisioner Seleksi
9 Manager Produksi Pemasok
10 Leader Shift Produksi 1
11 Leader Shift Produksi 2

12 Leader Shift Produksi 3


13 Leader Persiapan Bahan
14 Bagian Keuangan
15 Bagian Purchasing
16 Bagian Quality Control
17 Pemasok yang bekerjasama paling lama dengan Kuisioner tingkat
perusahaan : CV. Bintang Niaga (pemasok kepentingan kriteria K1
telur)

Pemilihan pakar sengaja dibatasi dari kalangan akademisi dan praktisi untuk

memberikan perspektif dari sisi yang berbeda dibandingkan dengan perspektif

pelaku usaha, dalam memandang kasus seleksi pemasok. Pemilihan responden

pakar dibatasi hanya 3 orang dari banyak pakar akademisi dan praktisi karena

responden dianggap homogen dan cukup mewakili. Para pengambil keputusan

pembelian bahan baku bagi PT. AR dijadikan responden karena dianggap

mewakili dan mengetahui keadaan usaha terutama mengenai rantai pasok yang

terjadi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2009 : 30). Observasi

dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan

45
yang berhubungan dengan manajemen rantai pasokan, serta informasi-

informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Observasi yang

dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum perusahaan

meliputi sejarah dan perkembangannya, struktur organisasi dan

manajemen, serta kegiatan operasional perusahaan dan melengkapi data

hasil wawancara.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) kepada responden guna menggali informasi atau data yang

digunakan untuk kebutuhan penelitian (Suharsono, 2009 : 83).Wawancara

dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria expert (ahli) yaitu

orang yang mengerti benar permasalahannya dan mempunyai kepentingan

akan masalah tersebut. Responden ahli selain para pakar yang akan

diwawancarai adalah para pengambil keputusan pembelian bahan baku PT.

AR yang terdiri dari 8 orang responden, yaitu Pemilik/ Direktur Utama,

Direktur Operasional, General Manager, Departemen Personalia dan

Umum, Produksi, Keuangan, Purchasing dan Departemen Quality Control

untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum perusahaan,

sistem pembelian bahan baku LBS, karakteristik dari tiap pemasok bahan

baku yang ada, serta mengetahui proses produksi yang dilaksanakan PT.

AR. Hasil wawancara digunakan untuk penyusunan kriteria-kriteria

pemasok yang akan diberi penilaian kepentingannya oleh pakar.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan

menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara tidak terstruktur untuk

46
melengkapi informasi-informasi (depth interview) (Lampiran 2). Hasil

wawancara dengan responden ahli di PT. AR dan hasil analisa deskriptif

rantai pasok dijadikan sebagai input dalam melakukan analisa seleksi

pemasok bahan baku LBS pada PT. AR dengan menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE).

3. Kuisioner

Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang

bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna. Tujuan penyebaran kuisioner ialah mencari informasi yang

lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir

bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan

dalam pengisian daftar pertanyaan (Riduwan, 2003). Kuisioner terdiri dari

2 (dua) jenis yaitu:

1) Kuisioner untuk pemberian bobot tingkat kepentingan kriteria

pemasok PT. AR (K1)

2) Kuisioner pemilihan pemasok tetap PT. AR berdasarkan kriteria

yang telah diberikan bobot tingkat kepentingannya (K2)

4. Studi pustaka

Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literature yang dianggap

relevan dengan penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Deskriptif Rantai Pasok

Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan

hasil yang didapatkan dari wawancara. Data kualitatif juga akan diuji

47
kredibilitasnya dengan metode triangulasi. Menurut Sugiyono (2008: 83),

triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan

pengumpulan data dengan teknik ini berarti telah sekaligus menguji kredibilitas

data. Metode triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik, yaitu dengan

menggabungkan dan membandingkan data dari hasil pengamatan, data hasil

wawancara dan data dokumen.

Aktivitas rantai pasokan dapat dianalisis secara deskriptif dengan mengikuti

konsep rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael E Porter. Menurut Porter

dalam bukunya “Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan

Kinerja Unggul” rantai nilai merupakan alat untuk menguji seluruh kegiatan

perusahaan secara sistemik serta bagaimana hubungannya untuk menganalisis

daya saing perusahaan. Berikut gambaran rantai pasokan menggunakan konsep

rantai nilai Michael E Porter yang akan digunakan untuk analisa deskriptif pada

Tabel 9.

Tabel 9. Aktivitas Rantai Pasokan menggunakan Konsep Rantai Nilai Michael E


Porter
Proses Utama Logistik Operasi Logistik Pemasaran,
Masuk Keluar Penjualan dan
Pelayanan
(1) (2) (3) (4) (5)
Aktivitas
Manajemen SDM
Proses Logistik Operasi Logistik Pemasaran,
Pendukung Masuk Keluar Penjualan dan
Pelayanan
Infrastruktur
Pengembangan
Teknologi
Sumber : Michael E Porter, Keunggulan bersaing (1985)

48
3.5.2 Analisis Kuantitatif

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data kuantitatif

seleksi pemasok bahan baku LBS adalah dengan menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan bantuan Microsoft Office Excel 2007.

Pendekatan MPE dipilih untuk memodelkan seleksi pemasok bahan baku LBS

pada PT. AR.

3.5.3 Skala Penilaian dan Rentang Bobot

Pemilihan skala penilaian dan rentang bobot dalam pengambilan

keputusan kasus seleksi supplier adalah berdasarkan karakteristik yang

dihubungkan dengan teknik yang memiliki ketepatan karakteristik dengan kasus

tersebut.Menurut Marimin & Maghfiroh (2010) rentang bobot yang dijadikan

acuan memilih pada Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kriteria Skor Rentang Bobot pada MPE


Kriteria Skor
Tidak Penting 1
Penting 2
Sangat Penting 3

Penilaian pada umumnya diisi atasan untuk memutuskan pendapat yang

paling sesuai dari setiap tingkat hasil kerja. Seorang penilai memberikan sebuah

nilai kuantitatif (bobot) yang mencerminkan nilai rata-rata yang akan dihitung dan

dibandingkan (Riduwan,2003). Skala penilaian MPE dalam penelitian ini

digunakan untuk menilai masing-masing calon pemasok PT. AR terhadap kriteria

terpilih yang masing-masing kriteria telah diberikan bobot kepentingannya. Skor

dan respon yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.

49
Tabel 11. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE
Kriteria Skor
Tidak Baik 1
Baik 2
Sangat Baik 3

3.5.4 Metode Perbandingan Eksponensial

MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas

alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai

pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang

bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Formulasi

perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam MPE adalah :


TKKj
Total Nilai (TNi) =∑

Dengan :

TNi = Total nilai alternatif ke-i

RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i

TKKj = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj> 0 ; bulat

n = Jumlah pilihan keputusan

m = Jumlah kriteria keputusan

3.6 Definisi Operasional

Sebuah penelitian mempunyai variabel sebagai aspek yang akan dianalisis.

Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini

terdapat dalam Lampiran 1.

50
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Perusahaan

1. Nama Perusahaan : PT. Agrinesia Raya (PT.AR)

2. Bidang Usaha : Oleh-oleh khas daerah

3. Jenis Produk/Jasa : Cake/Pastry

4. Alamat Perusahaan : Jl. Pangeran Asogiri RT/RW : 002/004

Kelurahan Tanah Baru-Bogor Utara

5. Nomor Telepon/ Fax : 0251-83 70 800

6. Website : www.lapisbogor.co.id

7. Tahun Berdiri : September 2011

8. Brand Produk : LBS

4.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. AR yang baru dikukuhkan secara resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT)

pada tanggal 8 Maret 2013 dengan berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP) nomor : 517/270/PK/B/BPPTPM/VI/2013. Perusahaan yang telah berdiri

pada bulan September tahun 2011 mengalami perkembangan usaha yang sangat

pesat. Diawali dari industri rumah tangga dengan kemampuan dan pasar yang

sangat minim. Jumlah total karyawan PT. AR pada awalnya hanya 2 orang staff

produksi, saat ini jumlah karyawannya mencapai 218 orang, dimana 169 orang

merupakan staff produksi, helper dan teknisi, 31 orang adalah staff pemasaran,

customer service dan distribusi, 9 orang di tingkat manajemen perusahaan, 3

orang bertugas sebagai sopir dan 9 orang security.

51
Usaha lapis talas yang dijalankan PT. AR berawal dari ide ibu Rizka Wahyu

Romadhona (29), wanita kelahiran Surabaya, ia terinspirasi dari lapis Surabaya.

Dengan konsep mengangkat konten lokal khas Bogor yakni talas sebagai salah

satu bahan bakunya. Sumber bahan baku talas sendiri di Bogor sangat banyak.

Sentra produksi talas tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor. Potensi ini

masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat Bogor, banyak pelaku usaha di

Bogor yang hanya menjual talas dalam bentuk umbinya tanpa memberikan nilai

tambah. Potensi ini kemudian diambil oleh PT. AR dalam membangun bisnisnya

di bidang oleh-oleh khas Bogor. Hal ini membuat perbedaan yang sangat

signifikan dibandingkan dengan produk-produk yang ada di pasar. Bogor yang

merupakan salah satu tujuan pariwisata di Jawa Barat merupakan potensi pasar

yang baik untuk pemasaran produk LBS.

PT. AR saat ini memiliki empat gerai outlet tempat menjual produk-

produknya yaitu di Jl. Soleh Iskandar No 100, Jl. Pajajaran No 20 O, Komplek

Ruko Bantar Kemang, Jl Raya Puncak No 113 Cibogo dan di Jl. Raya Bogor-

Jakarta Ruko Galaxy Kav. B. Keempat tempat ini dipilih karena letaknya yang

sangat strategis dan biaya sewanya lebih murah dibandingkan dengan ruko-ruko

yang lain.

PT. AR menjajakan produk hasil olahannya sebelum memulai membuka

outlet melalui sistem pemasaran dari mulut ke mulut yang dimulai dari tetangga

rumahnya. Setelah sukses menjual produknya di beberapa komunitas, seperti

komunitas pengajian, komunitas pengusaha dan lain lain, PT. AR mulai menjalin

kerja sama dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam bentuk pasokan

kue untuk acara-acara tertentu. PT. AR mendapatkan kesempatan untuk

52
memasarkan produknya dari satu pameran ke pameran lainnya, sehingga mulai

banyak masyarakat yang mengenal. PT. AR mendapat kesempatan menjalin kerja

sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berkat kerja sama tersebut, PT.

AR dapat menjalin kerja sama yang lebih luas dengan Persatuan Hotel dan

Restoran Indonesia serta mendapat kesempatan untuk mempromosikan produknya

di hotel dan tempat pariwisata yang ada di Bogor. PT. AR juga membuat sistem

reseller dengan memberikan potongan harga sebesar 20% kepada mitra yang

ingin menjual produk olahannya. PT. AR memiliki tim “marketing freelance”

yang membantu memasarkan produk LBS dengan sistem reseller ini.

4.3 Visi dan Misi

PT. AR memiliki visi yaitu “Menjadi Pelopor Cakery dan Pastry Kelas Dunia

dengan Kenyamanan, Kepuasan dan Kebahagiaan Bersama”. PT. AR

mengutamakan cita rasa, kualitas dan mutu produk berkelas dunia agar kepuasan

pelanggan terpenuhi, mengedepankan budaya dan kode etik antara lain rasa

memiliki antar karyawan dan pelanggan, komunikasi yang baik dari tingkat

direksi, manajemen dan karyawan dengan pelanggan, pelayanan yang tulus dan

mengutamakan cita rasa dan kepuasan pelanggan, kualitas dan mutu produk

berkelas dunia yang diminati seluruh lapisan masyarakat serta inovasi yang terus

dikembangkan sehingga menjadikan produk ini berbeda dan memiliki daya saing

yang tinggi dengan kompetitor lainnya.

PT. AR memiliki misi sebagai berikut :

1. Mempersembahkan produk dan pelayanan dengan kualitas terbaik

2. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, efisien dan komunikatif demi

kesejahteraan dan kebahagiaan bersama

53
3. Menggunakan bahan-bahan pilihan dan bermutu sehingga tercipta produk

yang sehat dan berkualitas

4. Terus menerus melakukan inovasi untuk menciptakan cakery dan pastry

kelas dunia

PT. AR berkomitmen untuk meningkatkan semangat kerja tinggi, tulus dan

positif, berusaha mencapai target bersama, menjunjung tinggi budaya, kode etik,

visi dan misi, bertanggung jawab terhadap tugas, kewajiban, konsisten dan

peristen menjalankan action-plan serta melayani dengan tulus.

4.4 Struktur Organisasi

Kemajuan industri menuntut adanya keterpaduan antara sistem organisasi

dengan sistem manajemen. Hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan atau peraturan

dalam mencapai hasil produksi yang baik dan efektif. Keadaan ini perlu didukung

oleh organisasi yang mantap.

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan

dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan

bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi (Prajudi, 1985).

Struktur organisasi PT. AR belum tertata rapi, dari awal berdiri dan

dikukuhkan menjadi PT, perusahaan ini masih menggunakan jasa konsultan bisnis

untuk membenahi manajemen. Saat ini pada setiap divisi hanya dipimpin oleh

seorang manajer atau supervisor dikarenakan kekosongan posisi. Tetapi untuk

54
jobdesk masing-masing posisi sudah tertera dengan jelas. Struktur organisasi PT.

AR dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.4.1 Uraian Tugas

Tugas dari masing-masing jabatan di PT. AR, yaitu :

1. Presiden Direktur

Presiden Direktur di PT. AR adalah sekaligus pemilik perusahaan.

Direktur merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap gerak

majunya suatu perusahaan karena di sini Presiden Direktur merencanakan

semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sebuah perusahaan.

2. General Manager

General Manager bertanggung jawab memastikan sistem di setiap

departement store dan produksi berjalan sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP), Melakukan forecast terkait peningkatan penjualan dan

fasilitas yang dibutuhkan setiap departemen, mengawasi budget plan yang

dibuat oleh store dan production manager danmengawasi target profit

disetiap departemen.

3. Research and Development (R & D) Manager

Research and Development (R & D) Managerbertanggung jawab terhadap

pengembangan dan inovasi produk demi menunjang kinerja dan kualitas

perusahaan.

4. Manajer Produksi (Production Manager)

Manajer Produksi bertanggung jawab mengontrol biaya produksi,

menekan, mengevaluasi penyebab angka reject dan melakukan tindakan

perbaikan, meningkatkan dan memastikan kualitas produk terjaga,

55
mengawasi dan mengontrol pencapaian target, membuat forecasting target

produksi dan penyediaan bahan baku

5. Store Manager

Bertanggung jawab terhadap operasional store keseluruhan, mencakup

buka dan tutup store, opening store baru, peningkatan pelayanan,

inventory, kebersihan store, kewajiban administrasi store, perubahan

harga, marketing plan & budget,

6. Supervisor Pemasaran (Marketing Supervisor)

Marketing supervisormerencanakan, mengkoordinasikan proses penjualan

dan pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan

pasar secara efektif dan efisien, serta mengombinasikan antara produk, tata

interior agar tercipta tata letak yang eksklusif, menarik dan nyaman

7. Supervisor Distribusi (Distribution Supervisor)

Distribution supervisor mengawasi dan mengontrol proses pendistribusian

ke setiap store.

8. Finance & Accounting (FA) Supervisor

Finance & Accounting (FA) Supervisorbertanggung jawab terhadap

pelaksanaan kegiatan keuangan perusahaan meliputi arus kas masuk dan

keluar, pengendalian internal keuangan, pengontrolan atas anggaran

keuangan (cash flow) perusahaan dan melaksanakan sinkronisasi data atau

dokumen adminitrasi keuangan dengan data atau dokumen akuntansi

sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

56
9. Kaizen Supervisor

Kaizen Supervisor melakukan dan mengawasi SOP (Standar Operating

Procedures)/improvement yang telah dibuat dan yang telah diaplikasikan

di setiap divisi terkait.

10. Human Resource & General Affair (HR GA) Supervisor

Human Resource & General Affair (HR GA) Supervisormerencanakan

dan mengembangkan kebijakan dan sistem pengelolaan Sumber Daya

Manusia (SDM), serta mengkoordinasikan dan mengontrol pelaksanaan

fungsi manajemen SDM di seluruh perusahaan, serta bertanggung jawab

terhadap pengadaan barang dan jasa yang mendukung aktivitas

operasional perusahaan.

11. Procurement Supervisor

Procurement Supervisormerencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan

pergudangan, pengiriman, persediaan, dan pembelian agar proses

permintaan dan pengadaan barang dapat terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan, tepat waktu, efisien, dan efektif.

4.5 Manajemen Sumber Daya Manusia

Karyawan yang bekerja di PT. AR saat ini berjumlah 208 karyawan dengan

jam kerja yang terbagi atas 3 shift dengan 8 jam kerja untuk staff produksi. Shift 1

diberlakukan pukul 07.30 - 16.00 kemudian ada shift 1 middle pukul 08.00 -

17.00, untuk shift 2 diberlakukan pukul 16.00 - 01.00, adapun shift 2 middle yaitu

pukul 17.00 – 02.00 dan untuk shift 3 diberlakukan pukul 24.00 – 07.00.

Tim admin hanya ada 1 shift saja yaitu diberlakukan pada pukul 08.00 pagi

hingga pukul 16.00 dan untuk customer service terdapat 2 shift yaitu untuk shift 1

57
diberlakukan pukul 07.00-15.00 dan untuk shift 2 diberlakukan pukul 12.00-

20.00. Penerapan jam lembur diberlakukan hanya pada tim produksi dan customer

service, tergantung kondisi jumlah karyawan pada setiap shiftnya, jika terjadi

kekurangan dikarenakan karyawan tidak masuk maka jam lembur berlaku untuk

menyelesaikan target pekerjaan. Kelebihan 1 jam atau lebih dari jam kerja untuk

menyelesaikan pekerjaan sudah dapat dikatakan lembur dan gaji dibayarkan per-

jam lembur.

Karyawan di PT. AR merupakan karyawan yang di kontrak selama masa

training yaitu 3 bulan, setelah masa training dijalani dan kinerja karyawan

dikatakan baik maka ada perpanjangan kontrak kerja selama 1 tahun, sedangkan

masa perpanjangan kontrak diberlakukan 6 bulan saja untuk kinerja karyawan

yang kurang baik dan masih perlu pelatihan. Mereka dibayarkan berdasarkan hari-

harinya bekerja yaitu 6 hari dalam 1 minggu tetapi upah diakumulasikan sampai

satu bulan sekali yang diterima setiap tanggal 1.

Pelatihan karyawan PT. AR menggunakan jasa konsultan bisnis untuk

membenahi manajemen dan pengelolaan SDM agar sistem manajemen memiliki

standar produksi dan manajemen yang profesional.

4.5.1 Sistem Perekrutan Karyawan

Sistem penerimaan tenaga kerja sebagian besar karyawan adalah anak-

anak putus sekolah yang hanya lulus SD dan SMP untuk posisi helper, lulusan

SMK untuk admin manajemen, produksi dan teknisi sedangkan untuk tingkat

manager adalah lulusan strata-1.

58
4.5.2 Jenjang Karir atau Prestasi Karyawan

Jenjang karir yang dimaksud adalah kenaikan pangkat. Jenjang karier di

PT. AR dilakukan dengan memberikan training bagi karyawan dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan skill karyawan. Kenaikan pangkat akan

dilakukan jika seorang karyawan ulet, berjiwa pemimpin dan memiliki ide kreatif

dalam mengoptimalisasi kinerja. Contohnya kenaikan pangkat dari staff produksi

menjadi team leader produksi yang tugasnya mengawasi, mengontrol target

produksi agar sesuai dengan target yang dibuat manajer produksi dan mengawasi,

mengontrol anggota produksinya agar menekan angka reject. Kenaikan pangkat

dilihat dari loyalitas kinerja karyawan.

4.5.3 Kesejahteraan Karyawan

1. Hak karyawan

Setiap karyawan di PT. AR memiliki hak masing-masing, hak-hak yang

akan dipenuhi oleh perusahaan adalah :

a. Hak Cuti

Setiap karyawan memiliki hak untuk cuti yakni 12 hari cuti setiap

tahun. Apabila dalam 1 tahun karyawan tidak mengambil cuti maka ada

pengakumulasian hak cuti untuk tahun berikutnya.

b. Tunjangan Makan

Perusahaan memberikan fasilitas makan kepada seluruh karyawan yang

bekerja pada jam dan hari kerja. Karyawan mendapat satu kali jatah

makan untuk setiap hari kerja.

c. Tunjangan Kesehatan

59
Perusahaan menyediakan obat-obatan sebagai Pertolongan Pertama

pada Kecelakaan (P3K) pada tiap-tiap bagian tempat kerja, selain itu

perusahaan juga memberikan tanggung jawab kesehatan dan jaminan

sosial tenaga kerja. Apabila karyawan sakit dan memerlukan

pengobatan yang khusus, maka akan dibantu dengan Asuransi Astra

Garda Medika dengan mengunjungi rumah sakit yang telah ditetapkan

perusahaan sebagai sarana pengobatan.

2. Kewajiban Karyawan

Setiap karyawan wajib menaati peraturan yang berlaku di perusahaan,

antara lain :

a. Bekerja sesuai dengan aturan dan pembagian shift

b. Karyawan dilarang merokok di lokasi perusahaan

c. Karyawan dilarang memakai aksesoris yang berlebihan atau

meminimalkan pemakaian aksesoris

d. Karyawan diwajibkan memakai pakaian kerja, topi, masker, dan sepatu

boot yang sudah disedikan perusahaan saat akan memasuki area

produksi

e. Karyawan diwajibkan mencuci tangan saat akan memasuki area

produksi

f. Karyawan yang datang terlambat akan mendapat teguran atau

peringatan dari kepala bagiannya masing-masing dan keterlambatan

yang sering dilakukan oleh karyawan akan mendapatkan sanksi dari

perusahaan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.

60
4.5.4 Fasilitas

Fasilitas yang disediakan oleh perusahaan bagi karyawan, yaitu :

1. Mushola

2. Koperasi

3. Kamar mandi dan ruang Ganti

4. Perlengkapan Kerja (topi, masker, pakaian kerja dan sepatu boot)

5. Ruangan istirahat

6. Video game dan televisi di ruangan istirahat

61
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Rantai Pasokan Bahan Baku LBS

Rantai pasokterbentuk dari interaksi semua pihak yang terlibat, baik langsung

maupun tidak langsung, dalam upaya pemenuhan permintaan konsumen. Rantai

pasokan meliputi tidak saja produsen (manufacturer) dan supplier, namun juga

trasportir, pedagang besar (wholesaler), toko ritel, bahkan termasuk juga

konsumen (Chopra dan Meindl 2001). Pada penyediaan bahan baku perusahaan,

PT. AR berinteraksi dengan banyak supplier bahan baku untuk memenuhi

kebutuhan produksi setiap harinya. Perusahaan harus mampu menyediakan

kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat. Komunikasi antara

PT. AR dengan supplier harus berjalan dengan baik, agar kontinuitas pemenuhan

kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dapat sesuai target yang telah

direncanakan sebelumnya.

Supplier-supplier yang dipilih PT. AR sebelumnya melalui proses pemilihan

yang harus dilakukan oleh departemen PPIC (Planning Production And Inventory

Control) khususnya bagian purchasing. Orientasi harga terendah masih dijadikan

patokan bagian purchasing untuk memilih supplier. Waktu pengiriman bahan

baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh kapasitas gudang dan kebutuhan

produksi. Telur dikirim setiap hari 2 kali pengiriman, sedangkan bahan baku

lainnya sesuai periode masing-masing kebutuhan bahan baku yang telah

direncanakan sebelumnya. Beberapa supplier menyediakan lebih dari satu bahan

baku, terutama untuk bahan kondimen yang merupakan bahan tambahan

pembuatan LBS, supplier yang menyediakan bahan baku lebih dari satu

diantaranya adalah PT. HS, KJ dan UD. YOE. Hal tersebut dapat membuat

62
supplier yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya supplier yang

terlibat dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan

dan loyalitas dari para supplier dapat meningkat. Tabel12 menyajikan berbagai

jenis varian rasa lapis talas yang diproduksi oleh PT. AR.

Tabel 12. ProdukLBSPT. AR


No Varian Rasa Lapis Talas Kode
1 Lapis Talas Bogor Original Keju LK
2 Lapis Talas Bogor Edisi Teh Hijau GT
3 Lapis Talas Bogor Edisi Full Talas FT
4 Brownies Talas Keju BK
5 Brownies Talas Polos BP
6 Lapis Talas Bogor Rasa Cappuccino LCAP
7 Lapis Talas Bogor Rasa Cokelat LC
8 Lapis Talas Bogor Rasa Bluberry LB
9 Lapis Talas Bogor Rasa Tiramisu LT
10 Lapis Talas Bogor Rasa Strawberry LS
Sumber : Departemen ProduksiPT. AR (2013)

Gambar 5 menggambarkan identifikasi rantai pasok yang terjadi di PT. AR

dan gambar 6 menunjukkan aliran barang, finansialdan informasi pada rantai

pasokan PT. AR.

63
Outlet 1

Outlet 2

Outlet 3

Outlet 4

KONSUMEN
Departemen Distribution
PPICPT. Channel
Para Supplier PT. AR Sales Office
(Petani Talas, Peternak AGRI-
(Marketing)
Telur, Industri gula, NESIA
Kemitraan
terigu, dan lain-lain) RAYA

Institusi
pemerintah

Hotel &
Tempat
Pariwisata

Sponsorship

Gambar 5. Rantai pasokan PT. AR


Sumber : Data PT. AR (diolah)

Gambar 5menggambarkan aktivitas rantai pasokanyang terjadi pada aliran

barang, keuangan (finansial) dan informasi dalam proses bisnis di PT. AR. Aspek

rantai pasokan yang terjadi terbatas pada anggota rantai pasok mulai dari supplier

hingga perusahaan, yaitu para supplier bahan baku yang bekerjasama dengan

perusahaan menyediakan dan mengirimkan bahan baku kepada PT. AR, kemudian

bahan baku disalurkan kepada departemen inventory untuk diproses lebih lanjut,

yaitu dilakukan penyimpanan persediaan pada gudang bahan baku.

64
Aktivitas selanjutnya yaitu persiapan bahan baku untuk kebutuhan produksi

yang menghasilkan produk jadi siap jual. Selanjutnya, produk mengalir ke

departemen marketing untuk di distribusikan ke 4 outlet penjualan LBS,

distribution channel yang terdiri dari agen-agen penjualan, kemitraan, institusi

pemerintahan, hotel, bandara dan menyediakan produk untuk kebutuhan

sponsorship acara-acarayang ditawarkan oleh institusi-institusi pendidikan

maupun pemerintahan. Produk jadi (LBS) berakhir proses penyalurannya hingga

sampai pada konsumen akhir.

Gambar 6 menunjukkan skema aliran barang, keuangan (finansial) dan

informasi pada rantai pasok PT. AR. Pertama, aliran bahan baku yang mengalir

dari hulu ke hilir yaitu dari para supplier bahan baku, kemudian mengalir ke

departemen PPIC (Planning Production and Inventory Control) lalu berjalannya

aktivitas produksi untuk diproses menjadi produk jadi, kemudian produk jadi

dialirkan kepada marketing untuk kemudian dijual hingga sampai pada konsumen

akhir melalui outlet-outlet dan distribution channel yang sudah bekerja sama

dengan perusahaan. Kedua, aliranfinansial yang mengalir dari hilir ke hulu, uang

secara kredit maupun tunai yang berasal dari para konsumen akhir mengalir mulai

dari outlet-outlet dan distribution channel kepada departemen marketing (sales

office) disalurkan kepada bagian finance, kemudian uang secara tunai maupun

kredit tersebut disalurkan kembali kepada para supplier bahan baku sebagai

bentuk pembayaran. Ketiga adalah aliran informasi mengenai data penelitian

pasar, rekayasa dan desain produk serta arus pesanan produk yang mengalir dari

hulu ke hilir maupun hilir ke hulu, aliran informasi dari konsumen yaitu sebagai

bahan evaluasi terhadap desain produk yang lebih diinginkan konsumen,

65
informasi pesanan konsumen dari outlet dan distribution channel lainnya mengalir

kepada departemen marketing untuk selanjutnya diproses di departemen

inventory, yaitu mulai dari bagian purchasing melakukan forcasting bahan baku

sesuai kebutuhan, kemudian bagian finance melakukan pembayaran kepada para

supplier bahan baku.

SUPPLIER PT. AR Outlet & K


Departemen PPIC Distribution O
Channel N
S
U
Purchasing M
E
N
Finance
A
K
Produksi H
I
R
Marketing
Keterangan :

= Aliran Barang = Aliran Informasi


= Aliran Finansial

Gambar 6. Skema Aliran Barang, Finansial dan Informasi pada Rantai Pasok
PT. AR
Sumber : Data PT. AR (diolah)

66
5.2 Proses Penerimaan Supplier

Proses penerimaan supplier di PT. ARadalah sebagai berikut :

Mulai Penerimaan Perkenalan/Penawaran Penerimaan Sample produk


Calon Supplier dari calon supplier

TIDAK Setuju Trial oleh bagian Research


& Development (R&D)

Negosiasi Biaya (harga produk


dan tempo pembayaran) dengan YA
Bagian Purchasing

Proses Persetujuan Input List


OK Supplier&Pengadaan Bahan
General Manager
Baku

Selesai

Gambar 7. Alur Proses Penerimaan Supplier PT. AR


Sumber : Data PT. AR (diolah)

Gambar 7 menunjukkan alur proses penerimaan supplierdimulai dari

penerimaan perkenalan/penawaran calon supplier kemudian dilanjutkan dengan

penerimaan sample produk bahan baku. Bahan baku diterima kemudian

diserahkan pada bagian Research & Development (R&D) untuk dilakukan trial.

Trial yang dilakukan bagian R & D dinyatakan setuju apabila tidak ada masalah

dalam kualitas dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan perusahaan,

sedangkan sample tidak disetujui ketika bahan tidak sesuai spesifikasi. Proses

penerimaan berakhir dan kembali pada penerimaan perkenalan/penawaran calon

67
supplier. Bahan baku yang sudah disetujui spesifikasinya oleh R & D kemudian

dilakukan negosiasi biaya oleh bagian purchasing yaitu terdiri atas negosiasi

harga produk dan tempo pembayaran, kemudian dilakukan proses persetujuan

dengan General Manager, jika sudah disetujui maka dilakukan proses pengadaan

barang.

5.3 AnalisisProses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku LBS

Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT. AR yaitu dengan

melihat persediaan bahan baku yang ada digudang setiap hari (stock opname

daily), kemudian secara periodik divisi PPIC (planning production and inventory

control) khususnya bagian purchasing akan melakukan forcasting bahan baku

yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu.Proses persediaan (inventory) bahan

baku di PT. ARmerupakan langkah awal dalam menjalani kegiatan produksi demi

menghasilkan produk yang berkualitas. Proses penyediaan dan pengadaan bahan

baku di PT. ARtelah diatur sedemikian rupa agar alokasi barang di gudang

persediaan bahan bakudapat memenuhi kebutuhan, efektif, dan tepat waktu.

Gambar 8 menunjukkan bagan alir proses pembelian bahan baku PT. AR.

68
Departemen PPIC Departemen Supplier Finance Accounting Bagian Gudang
Purchasing Bahan Baku

Proses MRP Menerima Hasil Pengiriman Invoice Persetujuan MRP Penataan bahan
(Material MRP dan PO baku di gudang
Requirement
Planing)
Ya
Proses RETUR Proses Pengiriman Tidak
Setuju Sesuai
Verifikasi Bahan Baku
Proses Penerbitan Tidak
Ya
Tidak
Konfirmasi
Setuju Penerimaan PO Penerimaan bahan
Pemesanan/Retur baku
Purchase
Requisition
Ya Ya
Tidak Setuju Penerimaan form
Purchase Order Penerimaan Invoice
Didaftarkan untuk kedatangan bahan
Persetujuan baku
(Presdir, GM & FA)
Pengiriman PO ke Penerimaan PO Pembayaran
Supplier Tagihan

Gambar 8. Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR


Sumber : Data PT. AR (diolah)

69
Langkah-langkah penyediaan bahan bakudalam bagan alir proses pembelian

bahan baku PT. AR (Gambar 8) yaitu :

1. Departemen PPIC, aktivitasnya mencakup :

a. Melakukan forcasting bahan baku dalam lembar kerjaMaterial

Requirement Planning ( MRP) untuk jangka waktu satu bulan,

b. Membuat purchase requisition(PR)dan didaftarkan untuk

persetujuankepada Presiden Direktur dan General Manager, setelah

disetujui maka diteruskan kepada departemen purchasingdan

Departemen finance accounting.

2. Departemen purchasing, aktivitasnya mencakup :

a. Menerima hasil MRP dari departemen PPIC,

b. Melakukan proses verifikasi terhadapforcasting safety

stock(persediaanpengaman) dan disesuaikan dengan sisa stock opname

bulan sebelumnya,

c. Menerbitkan Purchase Order(PO) kepada masing-masing supplier

bahan baku,jika proses verifikasi tidak disetujui maka hasil MRP akan

dikembalikan kepada departemenPPIC untuk di revisi.

3. Supplier, aktivitas setelah penerimaan PO dari departemen purchasing PT.

AR dilakukan persetujuan, jika disetujui maka supplier akan konfirmasi

pemesanan, waktu pengiriman dan penyerahan invoice.Jika tidak disetujui

maka sesuai kesepakatan PO akan dikembalikan.

4. Departemen finance accounting, aktivitasnya mencakup :

a. Melakukan persiapan dana dan waktu pembayaran sesuai MRP yang

diterbitkan oleh departemen PPIC,

70
b. Menerima terusan PO dari departemen purchasing,

c. Menerima invoice (tagihan) dari masing-masing supplier,

d. Melakukan pembayaran tagihan sesuai tempo pembayaran yang sudah

disepakati antara PT. AR dan supplier.

5. Bagian gudang bahan baku, aktivitasnya mencakup :

a. Menerima form kedatangan bahan baku dari departemen purchasing,

b. Menerima pengiriman bahan baku dari masing-masing supplier dan

bekerjasama dengan quality control (QC) untuk melakukan pengawasan

kualitas bahan baku,

c. Melakukan pengecekan kuantitas sesuai dengan form kedatangan bahan

baku,

d. Menata bahan baku sesuai pada tempatnya dan mengawasi sistem First

In First Out (FIFO) berjalan baik,

5.4 Analisis Rantai Nilai

Rantai nilai adalah model yang digunakan untuk membantu

menganalisisaktivitas-aktivitas spesifik yang dapat menciptakan nilai dan

keuntungan kompetitif bagi organisasi. Analisis rantai nilai memperlihatkan

organisasi sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dalam kegiatan penciptaan

nilai. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari potensi penciptaan nilai (Anam,

2013).

Aktivitas dalam rantai nilai terbagi menjadi dua kategori yaitu, aktivitas

utama dan aktivitas pendukung.Aktivitas utama akan dikaji dari sisi pengadaan

bahan baku dari masing-masing supplier bahan baku dan pelayanan yang

diberikan masing-masing supplier, operasidan pemasaran. Adapun aktivitas

71
pendukung terdiri dari penyiapan infrastruktur penunjang industri, pengembangan

sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pengadaan.

Rantai nilai menampilkan nilai keseluruhandan terdiri dari aktivitas nilai dan

marjin. Aktivitas nilai merupakan aktivitas nyata secara fisik dan teknologi yang

dilakukan perusahaan, yaitu dengan membangun blok dimana perusahaan

menciptakan sebuah produk yang berharga bagi pembelinya. Marjin merupakan

selisih antara nilai total dan biaya kolektif yang dilakukan dari aktivitas

nilai.Penjelasan mengenai aktivitas terkait dalam rantai nilai pengolahan LBS

ditunjukkan dalam Lampiran 4 dan 5.

Penjabaran rantai nilai PT. AR digunakan perusahaan untuk memahami posisi

biaya dan mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi

implementasi dari strategi tingkatbisnisnya.Rantai nilai menunjukkan bagaimana

sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku ke pelanggan akhir. Analisis rantai

nilai PT. ARmenggambarkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk membawa

produk atau jasa dari konsepsimelalui berbagai tahapan produksi (melibatkan

kombinasi transformasi fisik dan masukan dari berbagai produsen jasa),

pengiriman pada konsumen akhirdan pembuangan akhir setelah digunakan.

Model rantai nilai PT. ARberguna untuk mendefinisikan kompetensi inti

perusahaan dimana perusahaan dapat mengejar keunggulan kompetitif sebagai

berikut:

1. Keunggulan Biaya : dapat lebih baik memahami dan menekan biaya

keluar dariaktivitas penambahan nilai.

72
2. Differensiasi : fokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan

dengan kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik

daripada pesaing.

Penjabaran rantai nilai PT. AR diidentifikasidari hulu ke hilir. Aktivitas

utama dimulai dari departemen Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitasnya

antara lain untuk membeli input-input yang diperlukan untuk memproduksi

produk LBS. Inputpembelian meliputi item-item yang dikonsumsi selama proses

manufaktur produk LBS. Inputpembelian bahan baku yang berkualitas baik akan

berdampak pada bagian hilir yang akan menghasilkan produk akhir dengan

kualitas yang sama baiknya.

Aktivitas pendukung dalam rantai nilai PT. AR terdiri dari penyiapan

infrastruktur penunjang industri,pengembangan teknologi dan pengembangan

sumber daya manusia. Aktivitas-aktivitas pengembangan teknologi (technology

development) yang dilakukan terdiri dari perbaikan produk dan proses yang

digunakan perusahaan untuk memproduksi produk LBS. Pengembangan teknologi

dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya peralatan proses,

desain riset, pengembangan dasar dan prosedur pemberian servis. Pengembangan

teknologi yang dilakukan di PT. AR tidak terlepas dari bagian Research and

Development (R & D) yang secara berkala melakukan trial untuk terus melakukan

pengembangan dan inovasi produk maupun bahan baku serta peralatan proses

yang digunakan.Aktivitas pendukung lainnya yaitu manajemen sumber daya

manusia(human resources management), aktivitas-aktivitas yang melibatkan

perekrutan, pelatihan, pengembangandan pemberian kompensasi kepada pekerja.

73
Analisis rantai nilai dilakukan setelah dijelaskantahapan proses penting dalam

usaha pengolahan LBS. Uraian proses tersebut dianalisis untuk melihat seberapa

pentingnya sumber daya, teknologi dan kapabilitas tersebut dalam membentuk

kemampuan bersaing perusahaan. Analisis tersebut ditunjukkan dalam Gambar 9.

74
INFRASTRUKTUR PT. AR
(Gedung produksi, gudang persediaan dan akses jalan
menuju lokasi memadai)
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(SDM di departmenPPIC dan purchasingdan pengolahan
AKTIVITAS LBS dilatih oleh tenaga ahli sehingga memiliki
PENUNJANG kemampuan yang dibutuhkan untuk pengolahan LBS)

MARGIN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
(Teknologi yang digunakan dalam pembuatan produk
olahan tepung talas LBS tergolong semi modern dan masih
membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya)

PENGADAAN
(Bahan baku utama, penolong, tambahan, alat/mesin yang
AKTIVITAS
digunakan untuk memproduksi produk olahan tepung talas
UTAMA LBS didapat dari wilayah Bogor dan sekitarnya, luar P.
Jawa dan impor dari luar negeri)

LOGISTIK OPERASI LOGISTIK PEMASARAN


MASUK KELUAR

Pengadaan Pengolahan Agen-Agen


Bahan Bahan Baku Kemitraan
Baku Utama yaitu
Tepung Produk Distribution
Talas, Bahan Olahan Channel
Baku Tepung
Pasokan Hotel &
Tambahan Talas
Macam- Tempat
serta LBS
Macam Jenis Pariwisata
Bahan Bahan Penolong
Baku Dari menjadi Sponshorship
Sekumpulan
Lapis Bogor
Sangkuriang Event
Supplier
Konsumen
Persiapan
Pasar Lokal
Bahan Baku

Proses Mixing

Pencetakan
dalam Loyang

Proses Steam

Pemberian
Topping

Pendinginan & Gambar 9. Rantai Nilai


Pengemasan Pengolahan LBS
Sumber : Data PT. AR (diolah)

75
5.5 Pemilihan Supplier Bahan Baku Produk LBS

Berikut jenis bahan baku yang dibutuhkan PT. AR beserta supplier-supplier

bahan baku LBS yang selama ini pernah atau masih bekerja sama dengan PT. AR

(Tabel 13). Supplier-supplier tersebut belum ditetapkan menjadi supplier tetap

dikarenakan masih dalam proses pemilihan. Supplier yang bekerjasama dengan

perusahaan selama ini dipilih dengan patokan harga terendah dan memiliki waktu

tunggu yang relatif singkat, tetapi kenyataannya perusahaan sering mengalami

kendala supplier yang dipilih perusahaan terlambat atau bahkan tidak bisa

mengirim bahan baku sesuai perjanjian yang dibuat sebelumnya, maka dari itu

bagian purchasingperusahaan harus memiliki beberapa alternatif supplier dan

dipilih yang terbaik untuk dijadikan supplierutama untuk jangka waktu yang

panjang.

76
Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR
No Bahan Baku Supplier
KWT. MA
1 Tepung Talas KWT. ME
KWT. LI
UD. YU
KJ
2 Tepung Terigu
PT. LNFM
CV. KI
CV. BN
CV. GI
3 Telur KT
GH
PT. ITT
PT. KCS
4 Gula
RB
CV. KI
PT. UJ
5 Susu PT. AT
CV. KI
KJ
6 Vegetable Oil PT. SM
CV. KI
PD. ABD
PT. ITT
7 Shortening
UD. YOE
MKY
PT. AA
PT. FM
8 Cokelat Rasa
PT. NL
CV. SE
PT. MBR
9 Keju PT. ITT
PT. ME
PT. HS
Bahan Kondimen (Garam, Vanili, Cake
CV. DSI
10 Emulsifier, Leavening Agent,Condensed,
KJ
dan Lain-Lain)
UD YOE
PT. KP
PT. MAP
11 Box (Kemasan Karton) Lapis Bogor
BOP
PT. GMU
Sumber :Departemen PurchasingPT. AR, 2014

5.5.1 Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku

Tahap penentuan supplier bahan baku yang akan dipilih untuk dijadikan

supplierutama/tetap PT. AR diseleksi dari beberapa alternatif supplier-supplier

yang pernah bekerja sama dengan perusahaan. Seleksi supplier tetap

77
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE adalah salah satu

metode untuk menentukan prioritas alternatif keputusan dari kriteria jamak.

Analisis pendapat pakar dilakukan untuk menginventarisir dan melakukan

pembobotan terhadap kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan

alternatif supplier bahan baku yang akan dijadikan supplierutama/tetap untuk

jangka waktu yang panjang.

Sebanyak 21 kriteria yang akan dinilai kepentingannya oleh pakar sekaligus

praktisi dalam industri pangan, pengambil keputusan internal perusahaan dan

supplier yang paling lama bekerja sama dengan perusahaan.Masing-masing

responden berperan dalam memberikan perspektif yang berbeda serta memberikan

rekomendasi kriteria supplier lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan acuan

dalammemandang kasus seleksi supplier.

Kriteria-kriteria yang digunakan adalahsebagai berikut (Tabel 14).

78
Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier
No Kriteria
1 Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan
a. Sertifikat Halal
b. Sertifikat GMP dan HACCP
c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga)
2 Kualitas
a. Kesesuaian Teknis
b. Reliabilitas Produk
c. Standar dan Jaminan Kualitas
d. Rasio Ketertolakan Produk
3 Pengiriman
a. Lead time singkat
b. Ketepatan Waktu
c. Kontinuitas
4 Pelayanan dan Manajemen Organisasi
a. Aksesibilitas
b. Fleksibilitas
c. Status/Kondisi Finansial
d. Kepercayaan
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi
f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas
g. Traceabiliy(Kemampuan telusur)
h. Label Standar nasional Indonesia(SNI)
5 Biaya
a. Harga Produk
b. Kemampuan Memberikan Diskon
c. Mekanisme Pembayaran Mudah
Sumber : Kombinasi kriteria supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, kriteria
supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir
kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz (2012)

Keseluruhan kriteria merupakan hasil observasi lapang, kajian pustaka dan

wawancara mendalam (indepth interview) dengan para pakar dan internal

perusahaan . Pakar yang dipilih penilaian tingkat kepentingan kriteria adalah :

1. Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri

Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

2. Drh. Zulmanery, MM (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan

Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

79
3. Ir. Sri Purwanti, MS (Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan

Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut :

1. Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan

Dokumen-dokumen persyaratan layak edar dari lembaga sertifikasi

berstandar internasional yang menunjukkan pengetahuan, kesadaran dan

pemahaman supplier bahan baku pangan tentang perlindungan konsumen

terhadap keamanan pangan dan implikasi hukum pelanggaran peraturan

keamanan pangan yang berlaku.

Dokumen-dokumen tersebut meliputi :

a. Sertifikat Halal

Sertifikat ini dikeluarkan badan internasional kehalalan produk di

Indonesia yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia(LPPOM MUI), sertifikat ini

menunjukkan produk pangan halal dikonsumsi. Kriteria ini termasuk

dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier karena PT. AR

merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pengolahan

pangan yang harus mengutamakan kehalalan produk yang mereka olah.

b. Sertifikat GMP dan HACCP

Sertifikat ini diberikan kepada industri pangan melalui kegiatan audit

atas penerapan GMP atau Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik

(CPPOB) dalam mencegah bahaya keamanan pangan pada setiap titik

kritis aktivitas produksi. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga

80
sertifikasi standar internasional seperti Sucofindo. Kriteria ini termasuk

dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier bahan pangan

karena PT. AR merupakan salah satu industri yang bergerak dalam

bidang pangan yang harus mengutamakan pencegahan atas bahaya

keamanan pangan olahan.

c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga)

Sertifikat ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk skala

industri rumah tangga yang memproduksi bahan pangan. Kriteria ini

diperuntukkan kepada perusahaan supplier berskala Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) yaitu supplier tepung talas yang diutamakan

memiliki sertifikat P-IRT sebagai bukti bahwa perusahaan telah

menerapkan produksi bersih dan aman dalam pengolahan bahan baku

yang akan dipasok kepada PT. AR.

2. Kualitas

Kriteria kualitas dalam memilih supplier berarti keseluruhan ciri dan

karakter-karakter dari sebuah produk yang menunjukkan kemampuannya

untuk memuaskan kebutuhan tersirat (American Society for Quality

Control, 2009). Hal-hal yang dinilai dalam kualitas bahan baku yang

dipasok adalah sebagai berikut :

a. Kesesuaian teknis

Penilaian untuk menyatakan kesesuaian produk terhadap standar

tertentu, khususnya SNI.Penilaian kesesuaian teknis pada masing-

masing bahan baku di PT. AR saat ini adalah sebagai berikut (Tabel

15).

81
Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR
No Jenis Bahan Kesesuaian Teknis
Baku
1 Tepung Talas Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan
kemasan karung berkapasitas 25 Kg
2 Tepung Terigu Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan
kemasan karung berkapasitas 25 Kg
3 Telur Telur ayam ras lokal berwarna kecoklatan dengan kondisi fresh
on farm, ukuran telur disesuaikan dengan tray berukuran 30
butir telur per 1 tray dan diikat per-8 tray, keseluruhan telur
berisi ±240 butir dengan berat 15 Kg
4 Susu Susu sapi segar berukuran 450ml kemasan botol, menggunakan
kemasan karton berkapasitas 24 botol
5 Gula Putih Berwarna putih bersih, tercantum tanggal kadaluarsa dan
menggunakan kemasan karung berkapasitas 50Kg
6 Shortening Kemasan karton dengan kapasitas 15 Kg, tercantum tanggal
kadaluarsa
7 Keju Spesifikasi kualitas keju yang diminta perusahaan yaitu
memiliki tanggal produksi minimal 1 bulan sebelum digunakan
dan berkapasitas 16 Kg per-Karton
8 Cokelat Cokelat batangan rasa cokelat, blueberry, strawberry,
cappuccino dan tiramisu dengan kapasitas 12 Kg per-karton
Sumber : Departemen Produksi PT. AR, 2014

Penilaian kesesuaian teknis dalam PT. AR belum menggunakan acuan pada

SNI, hanya berdasarkan fisik dari bahan bakunya. Kriteria kesesuaian teknis

bahan baku yang mengacu pada SNI dilampirkan dalam Lampiran 6, agar menjadi

panduan perusahaan dalam proses seleksi supplier.

Kesesuaian teknis pada kemasan pangan yaitu standarisasi yang dikeluarkan

oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementerian Perindustrian (Bpkimi,

Kemenperin) mengenai persyaratan kemasan pangan dengan tujuan melindungi

produk pangan dari bahaya keamanan pangan.Fungsi kemasan menurut Bpkimi,

Kemenperin (2012) adalah sebagai wadah, perlindungan fisik, perlindungan

barrier, komunikasi, keamanan dan kenyamanan. Ketentuan dan persyaratan yang

berkaitan dengan kemasan adalah sebagai berikut :

a) Penandaan (labelling)

Peraturan yang terkait dengan penandaan (Labelling) umumnya

diaplikasikan terhadap kemasan retail dengan maksud memberikan

82
informasi penting kepada konsumen mengenai isi yang terkandung

dalam kemasan serta untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan

interpretasi atau pengertian terhadap produk yang dikemas.Dalam

Undang-Undang mengenai labelling biasanya mengharuskan

sedikitnya 4 hal yaitu nama umum dari produk yang dikemas, isi/

berat bersih, kandungan dan namadan alamat perusahaaan yang

bertanggungjawabterhadap produksi, pengawasan dan distribusi.

Hal lain yang diwajibkan (dibeberapa negara) adalah masasimpan

produk, kondisi penyimpanan khusus, instruksiuntuk persiapan atau

penggunaan, barcode, simbol halaldan sebagainya.

b) Pelestarian lingkungan

Persyaratan kemasan yang berhubungan dengan pelestarian

lingkungan yaitu pengurangan bahan kemasan dari kandungan bahan

berbahaya dan kemasan buangan harus dapat di recovery/daur ulang.

c) Standarisasi ukuran kemasan

Menggunakan kemasan yang ekonomis, memiliki kekuatan optimal

serta penanganan yang tepat. Khusus untuk kemasan kotak karton,

Sifat-sifat yang perlu dimiliki olehmenurut Bpkimi, Kemenperin

(2012) yaitu kekedapan terhadap uap air, gas, aroma

(plastik,kaleng,gelas), memiliki kekuatan fisik (tahan jatuhan, tahan

tarikan,tahan tusukan, tahan sobek) dan memiliki daya serap air.

b. Reliabilitas produk

Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau

tidakdalam periode waktu tertentu, semakin kecil kemungkinan

83
terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan (Mullins,

Orville dan Boyd, 2005 : 422). Reliabilitas produk bahan baku dinilai

dari kesesuaian dengan tanggal kadaluarsa karena berhubungan dengan

tingkat kerusakan produk.

c. Standar dan jaminan kualitas

Perusahaan supplier memberikan jaminan kepada perusahaan pembeli

apabila bahan baku yang diterima oleh pembeli termasuk kriteria rusak

(reject) yaitu dilakukan penukaran (retur) bahan baku.Standar dan

jaminan kualitas dilihat dari pelayanan yang diberikan perusahaan

supplier terhadap produk yang dipasok jika terdapat spesifikasi yang

tidak sesuai standar perusahaan.

d. Rasio ketertolakan produk

Pengukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan supplier ketika

memasok produknya pada perusahaan pembeli yang ditandai dengan

seberapa banyak supplier menyediakan produk yang tidak memenuhi

standar kesesuaian teknis (Pujawan, 2005).

3. Pengiriman

Kegiatan mengirimkan (pendistribusian) bahan baku sesuai pesanan dari

supplier kepada perusahaan pembeli. Kegiatan pengiriman ini merupakan

hal yang vital terhadap masing-masing supplier, karena pengiriman bahan

baku berhubungan dengan kegiatan produksi, jika salah satu bahan baku

saja mengalami kendala dalam pengiriman, kegiatan produksi dapat

berhenti dan perusahaan mengalami kerugian.Penilaian kriteria pengiriman

pada masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut :

84
a. Lead time singkat

Kemampuan supplier memberikan jangka waktu tunggu pengiriman

pasokan bahan baku yang relatif singkat (Gaspersz, 2012).

b. Ketepatan waktu

Kemampuan supplier mengirim tepat waktu dengan lot pengiriman

kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara supplier dengan perusahaan,

kapasitas produksi dan keadaan historis mereka dalam mengirim tepat

waktu (Eka, 2011).

c. Kontinuitas

Kemampuan supplier untuk mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan

secara kontinu (Rukmi, dkk. 2014).

4. Pelayanan dan manajemen organisasi

Bentuk pelayanan dan sistem manajemen yang diberikan oleh perusahaan

supplier dalam rangka memenuhi pesanan kebutuhan bahan baku.Penilaian

kriteria pelayanan dan manajemen organisasi pada masing-masing bahan

baku adalah sebagai berikut :

a. Aksesibilitas

Konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara

geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.

Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan

bagaimana lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan

bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem

jaringan transportasi (Black dan Conroy, 1977).

85
b. Fleksibilitas

Kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dan efektif terhadap

kebutuhan yang terus berubah, pergantian yang cepat dari satu produk

ke produk lain, respon yang cepat terhadap permintaan yang terus

berubah (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.202).

c. Status/kondisi finansial

Kondisi keuangan Perusahaan supplier pada saat akan bekerjasama

dengan Perusahaan pembeli harus diketahui agar tidak terjadi

kekekeliruan mekanisme pembayaran antar Perusahaan.

d. Kepercayaan

Kondisi terciptanya hubungan kerja antar industri yang penuh

kepercayaan (Evans & Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.279).

e. Tingkat kemudahan komunikasi

Kondisi mudahnya hubungan komunikasi antar industri dagang yang

saling menguntungkan, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku.

f. Prosedur komplain dan responsibilitas

Kemampuan supplier dalam menangani keluhan-keluhan perusahaan

pembeli terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan supplier dan

bentuk tanggung jawab supplier terhadap produk yang dipasoknya.

g. Traceabiliy (kemampuan telusur)

Codex Alimentarius (CAC/GL 60-2006) menyatakan bahwa traceabiliy

adalah kemampuan untuk mengikuti pergerakan dari makanan selama

tahap proses produksi dan distribusi. The International Organization for

Standarization 9001:2008 (ISO 9001:2008) mendefinisikan traceabiliy

86
sebagai kemampuan untuk menelusuri sejarah, aplikasi, atau lokasi dari

hal dibawah pertimbangan, dan catatan yang dapat menghubungkan

produk dengan asal bahan dan sejarah proses produk, serta distribusi

produk.

General Food Law Regulation 178/2002 Uni Eropa pada artikel 3

nomor 15 mendefinisikan traceabiliy sebagai kemampuan menelusuri

makanan atau pakan atau bahan baku produksi makanan atau pakan,

dalam setiap tahap proses produksi dan distribusi.

h. Label SNI

Label Standar Nasional Indonesia yang tercantum dalam setiap

kemasan produk yang dipasok. Label SNI menunjukkan bahwa produk

memiliki kesesuaian terhadap standar keamanan pangan.

5. Biaya

Uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang

diharapkan dapat memberikan laba baik untuk masakini maupun masa

mendatang (Kuswadi, 2006:60). Penilaian kriteria biaya pada masing-

masing bahan baku adalah sebagai berikut :

a. Harga produk

Kemampuan supplier dalam memberikan harga yang sesuai dengan

kualitas bahan baku yang ditawarkan.

b. Kemampuan memberikan diskon

Supplier dapat memberikan potongan harga atau diskon kepada pembeli

apabila memesan bahan baku dengan kuantitas yang besar.

87
c. Mekanisme pembayaran yang mudah

Supplier memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi

pembayaran dan jangka waktu yang sesuai.

Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-3,

yaitu 3 sangat penting, 2 = penting dan 1 = tidak penting. Hasil analisis penilaian

tingkat kepentingan kriteria supplier bahan bakuLBS PT. AR disajikan pada Tabel

16.

Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS
PT.AR
Kode
No Kriteria Bobot Peringkat
Kriteria
Kelengkapan Dokumen Keamanan
A
Pangan
1 Sertifikat Halal Q1 2.85 1
2 Sertifikat GMP Dan HACCP Q2 2.35 2
3 Sertifikat P-IRT Q3 2.20 3
B Kualitas
4 Kesesuaian Teknis Q5 2.60 3
5 Reliabilitas Produk Q6 2.50 4
6 Standar Dan Jaminan Kualitas Q7 2.90 1
7 Rasio Ketertolakan Produk Q8 2.35 5
C Pengiriman
8 Lead Time Singkat Q9 2.35 3
9 Ketepatan Waktu Q10 2.80 1
10 Kontinuitas Q11 2.60 2
D Pelayanan Dan Manajemen Organisasi
11 Aksesibilitas Q12 2.50 3
12 Fleksibilitas Q13 2.40 4
13 Status/Kondisi Finansial Q14 2.30 6
14 Kepercayaan Q15 2.90 1
15 Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16 2.55 2
16 Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17 2.40 4
17 Traceabiliy Q21 1.83 7
18 Label SNI Q22 2.33 5
E Biaya
19 Harga Produk Q18 2.30 1
20 Kemampuan Memberikan Diskon Q19 1.80 2
21 Mekanisme Pembayaran yang Mudah Q20 2.30 1
Sumber : Data Primer (diolah)

88
Penjelasan analisis tingkat kepentingan kriteria supplier bahan baku LBS PT.

AR (Tabel 16) adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan

Kelengkapan dokumen keamanan pangan yang menjadi prioritas pertama

dengan bobot 2,85 adalah sertifikat halal. Kriteria ini menjadi

pertimbangan PT. AR karena merupakan perusahaan yang bergerak dalam

pengolahan pangan yang mengutamakan kehalalan produk. Sertifikat halal

menjadi salah satu dokumen penting yang harus dimiliki setiap supplier

yang akan bekerjasama dengan PT. AR. Kriteria-kriteria yang menjadi

prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-

turut adalah kelengkapan dokumen sertifikat GMP dan HACCP (2,35) dan

kelengkapan dokumen sertifikat P-IRT (2,20) untuk bahan baku tertentu

yang diproduksi oleh skala IKM, contohnya tepung talas.

2. Kriteria Kualitas

Standar dan jaminan kualitas yang termasuk dalam kriteria kualitas

menjadi prioritas pertama dengan bobot 2,90 yang dipertimbangkan PT.

AR untuk memilih supplier bahan baku, hal ini disebabkan standar dan

jaminan kualitas merupakan hal awal yang dilihat dari masing-masing

supplier, bagaimana setiap supplier memberikan jaminan kualitas bahan

baku yang sesuai standar dan spesifikasi yang diinginkan PT.AR sebagai

kliennya. Kriteria yang menjadi prioritas kedua yaitu kesesuaian teknis

(2,60) bahan baku yang dipasok, sebelumnya PT. AR telah menetapkan

spesifikasi masing-masing bahan baku yang harus dipenuhi setiap

supplier, kesesuaian teknis dengan standar dan spesifikasi yang telah

89
ditetapkan menjadi pertimbangan PT. AR untuk memilih supplier.

Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih

supplier bahan baku secara berturut-turut adalah reliabilitas produk (2,50)

dan rasio ketertolakan produk (2,35).

3. Kriteria Pengiriman

Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pengiriman adalah

ketepatan waktu (2,80), ketepatan waktu dalam kegiatan pengiriman bahan

baku merupakan hal yang vital dalam persediaan bahan baku, karena PT.

AR merupakan pabrik pengolahan yang beroperasi 24 jam dan bergantung

pada persediaan bahan baku. Departemen PPIC telah mengatur re-order

point sesuai kapasitas gudang dengansafety stock 1 hari untuk masing-

masing bahan baku, sehingga jika terjadi keterlambatan dalam hitungan 1

(satu) hari saja dalam pengiriman bahan baku pada saat re-order point,

maka akan berdampak pada terhambatnya kegiatan produksi atau bahkan

pemberhentian produksi. Hal tersebut menyebabkan perusahaan

mengalami kerugian. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya

dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah

kontinuitas (2,60) dan lead time singkat (2,35)

4. Kriteria Pelayanan dan Manajemen Organisasi

Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pelayanan dan manajemen

organisasi adalah kepercayaan (2,90), hal ini dilihat dari kinerja historis

selama supplier bekerjasama dengan perusahaan. Bagaimana supplier

mematuhi kesesuaian teknis dan kriteria-kriteria lainnya sesuai permintaan

perusahaan. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam

90
memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah tingkat

kemudahan komunikasi (2,55) dalam hal pemesanan dan kegiatan

distribusi bahan baku, aksesibilitas (2,50) masing-masing supplier yang

memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan distribusi. Kriteria

fleksibilitas supplier dalam pelayanan yang diberikan dan prosedur

komplain dan responsibilitas yang mudah, kedua kriteria tersebut memiliki

bobot yang sama yaitu 2,40, hal ini menegaskan bahwa kedua kriteria

tersebut merupakan elemen yang sama pentingnya dalam kriteria

pelayanan dan manajemen organisasi. Kriteria-kriteria yang menjadi

prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-

turut adalah Label SNI (2,33), status/kondisi finansial supplier (2,30) dan

prioritas terakhir yaitutraceabiliy (1,83).

5. Kriteria Biaya

Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam biaya adalah harga produk

yang sama pentingnya dengan mekanisme pembayaran yang mudah yaitu

memiliki bobot sebesar 2,30. Kriteria selanjutnya yang menjadi prioritas

kedua yaitu kemampuan memberikan diskon (1,80), kriteria ini memiliki

bobot terendah dari semua kriteria karena dianggap tidak terlalu

berpengaruh. Harga produk dan mekanisme pembayaran yang mudah

merupakan kriteria dengan bobot kedua terendah setelah kemampuan

memberikan diskon dari semua kriteria supplier yang dipertimbangkan

olehPT. AR, harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih

supplier bahan baku LBS di PT. AR. Harga menjadi prioritas dibawah

kualitas, sertifikat pendukung keamanan pangan dan pengiriman karena

91
besarnya harga bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa

variabel lainnya sesuai dengan kriteria prioritas.

Tabel 17 menunjukkan urutan kriteria global dari yang memiliki bobot

terbesar hingga yang terkecil. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kualitas dan

pelayanan manajemen organisasi menjadi faktor pertimbangan utama, dimana

standar dan jaminan kualitas (2,90) dan kepercayaan (2,90) menduduki peringkat

teratas kemudian sertifikat halal (2,85) menjadi peringkat kedua.

Kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi, kelengkapan

dokumen keamanan pangan dan pengiriman semuanya berada pada sepuluh

peringkat teratas dengan bobot terbesar. Kriteria pelayanan manajemen organisasi

menjadi faktor kriteria terbanyak yang diperhatikan dalam sepuluh peringkat

teratas antara lain kepercayaan (2,90), tingkat kemudahan komunikasi (2,55),

aksesibilitas (2,50), fleksibilitas (2,40) dan prosedur komplain dan responsibilitas

(2,40). Kriteria kedua terbanyak yang diperhatikan yaitu kualitas, faktor tersebut

yaitu standar dan jaminan kualitas (2,90), kesesuaian teknis (2,60), reliabilitas

produk (2,50), dan rasio ketertolakan produk (2,35).

Tabel 17. Urutan Peringkat Bobot Global Kepentingan Kriteria


Kode
No Kriteria Bobot Peringkat
Kriteria
1 Standar dan jaminan kualitas Q7 2.90 1

2 Kepercayaan Q15 2.90 1

3 Sertifikat halal Q1 2.85 2

4 Ketepatan waktu Q10 2.80 3

5 Kesesuaian teknis Q5 2.60 4

6 Kontinuitas Q11 2.60 4

7 Tingkat kemudahan komunikasi Q16 2.55 5

92
Kode
No Kriteria Bobot Peringkat
Kriteria
8 Reliabilitas produk Q6 2.50 6

9 Aksesibilitas Q12 2.50 6

10 Fleksibilitas Q13 2.40 7

11 Prosedur komplain dan responsibilitas Q17 2.40 7

12 Sertifikat GMP dan HACCP Q2 2.35 8

13 Rasio ketertolakan produk Q8 2.35 8

14 Lead time singkat Q9 2.35 8

15 Label SNI Q22 2.33 9

16 Status/kondisi finansial Q14 2.30 10

17 Harga produk Q18 2.30 10

18 Mekanisme pembayaran yang mudah Q20 2.30 10

19 Sertifikat P-IRT Q3 2.20 11

20 Traceabiliy Q21 1.83 12

21 Kemampuanmemberikan diskon Q19 1.80 13


Sumber : Data Primer (diolah)

5.5.2 Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier

Prinsip dasar pengadaan yang baik adalah bahwa kerjasama antara pembeli

dengan supplier dapat menarik lebih banyak peluang menghemat biaya daripada

dua pihak yang bekerja sendiri-sendiri. Kerjasama yang solid ini kiranya hanya

dapat dihasilkan ketika dua pihak tersebut mempunyai hubungan jangka panjang

dan tingkat kesalingpercayaan yang baik. Hubungan jangka panjang akan

mendorong supplier untuk mengeluarkan usaha lebih besar pada permasalahan

yang dihadapi oleh pembeli tertentu. Hubungan jangka panjang ini juga dapat

meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara kedua belah pihak. Kemampuan

seperti ini sangatlah penting dalam proses pengadaan barang-barang langsung

(direct materials). Oleh karena itu, hubungan jangka panjang ini seharusnya

93
dibangun dengan para supplier barang-barang strategis dan kritis (Chopra dan

Meindl 2001).

Analisis penilaian alternatif supplier bahan baku LBS yang akan dijadikan

supplier utama oleh PT.AGRINESIA RAYA menggunakan teknik MPE (Metode

Perbandingan Eksponensial). Supplier dengan nilai tertinggi akan diprioritaskan

menjadi supplier utama bahan baku LBS. Data dan hasil pengolahan untuk kasus

seleksi supplier bahan baku secara lengkap tersaji pada Tabel 18. Proses

seleksinya didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor yang telah ditentukan

bobot kepentingannya, yaitu kelengkapan dokumen keamanan pangan, kualitas,

pengiriman, pelayanan dan manajemen organisasi, biaya dan kriteria rekomendasi

dari para pakar berikut dengan kriteria turunannya.

Tabel 18. Aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier bahan baku LBS
pada PT. AR
No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking
KWT. MA 262,39 1

1 Tepung talas KWT. ME 145,84 2

KWT. LI 66,43 3

UD. YU 115,24 4

KJ 126,64 3
2 Tepung Terigu
PT. LNFM 184,67 2

CV. KI 286,40 1

CV. BN 269,32 1

CV. GI 104,99 3
3 Telur
CV. KT 165,18 2

GH 32,29 4

PT. ITT 156,05 3

4 Gula PT. KCS 256,80 1

RB 78,00 4

94
No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking
CV. KI 254,80 2

PT. UJ 229,76 2

5 Susu PT. AT 134,72 3

CV. KI 269,37 1

KJ 149,51 3

6 Vegetable oil PT. SM 173,07 2

CV. KI 260,98 1

PD. ABD 126,12 4

PT. ITT 269,29 1


7 Shortening
UD. YOE 206,79 3

MKY 265,23 2

PT. AA 259,77 2

PT. FM 251,74 3
8 Cokelat
PT. NL 266,28 1

CV. SE 124,19 4

PT. MBR 247,63 1

9 Keju PT. ITT 179,34 2

PT. ME 127,63 3

PT. HS 244,13 2

CV. DSI 260,02 1


10 Bahan Kondimen
KJ 138,26 3

UD. YOE 133,92 4

PT. KP 202,64 3

PT. MAP 195,44 4


Box (kemasan
11
Karton) LBS
BOP 273,13 1

PT. GMU 248,52 2

Sumber : Data Primer (diolah)

95
Berdasarkan Tabel 18, hasil analisis seleksi supplier masing-masing bahan

baku yang dibutuhkan PT.AGRINESIA RAYA untuk memproduksi LBS adalah

sebagai berikut :

1. Tepung Talas

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

supplier KWT. MA memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier

lainnya yaitu dengan nilai MPE 262,39, KWT. ME (145,84) dan KWT. LI

(66,43). Dari ketiga alternatif supplier tepung talas, KWT. MA dapat

dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama tepung talas.

KWT. MA menjadi peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi

(3) dalam kriteria pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, standar dan

jaminan kualitas, rasio ketertolakan produk, lead time yang singkat,

ketepatan waktu, aksesibilitas, fleksibilitas, kepercayaan, tingkat

kemudahan komunikasi, prosedur komplain dan responsibilitas serta

traceabiliy. KWT. ME menjadi peringkat kedua karena hanya unggul

dalam pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, ketepatan waktu dan

traceabiliy, sedangkan KWT. LI tidak memiliki nilai bobot tinggi dalam

kriteria manapun.

2. Tepung Terigu

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 286,39, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 184, 67 untuk PT. LNFM, KJ (126,64) dan UD. YU (115,24). Dari

96
keempat alternatif supplier tepung terigu, CV. KI dapat dipertimbangkan

perusahaan menjadi pemaosk utama tepung terigu.

Keempat supplier tersebut sama-sama memiliki nilai bobot tertinggi

terhadap kriteria sertifikat halal, sertifikat GMP dan HACCP, mekanisme

pembayaran yang mudah dan traceabiliy, CV. KI lebih unggul karena

hanya memiliki nilai terendah terhadap kriteria prosedur komplain dan

responsibilitas (1,71) serta harga produk (1).

3. Telur

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

CV. BN memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 269,32, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 165,18 untuk CV. KT, CV. GI (104,99) dan GH (32,29). Dari

keempat alternatif supplier telur, CV. BN dapat dipertimbangkan

perusahaan menjadi supplier utamatelur.

CV. BN lebih unggul karena dari 18 kriteria yang dinilai hanya memiliki

nilai terendah terhadap kemampuannya memberikan diskon (2,29)

sedangkan CV. GH memiliki nilai keputusan terendah karena hanya

memiliki nilai bobot tertinggi dalam kriteria reliabilitas produknya saja

(2,14).

4. Gula

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

PT. KCS memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 256,80, sementara supplier lainnya memiliki nilai

97
MPE 254,80 untuk CV. KI, PT. ITT (156,05) dan RB (78,00). Dari

keempat alternatif supplier gula.

PT. KCS dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama gula.

Keempat supplier sama-sama memiliki nilai tertinggi dalam kriteria

sertifikat halal (3). PT. KCS menjadi peringkat pertama karena unggul

dalam kriteria pemenuhan sertifikat GMP dan HACCP, kesesuaian teknis

kualitas, reliabilitas produk, rasio ketertolakan produk, lead time singkat,

status/kondisi finansial, kemampuan memberikan diskon, traceabiliy dan

label SNI. PT. ITT menjadi peringkat kedua karena hanya memiliki nilai

bobot tertinggi dalam 6 kriteria dari 20 kriteria yang dinilai yaitu sertifikat

halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk, rasio

ketertolakan produk serta label SNI.

5. Susu

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 269,37, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 229,76 untuk PT. UJ dan nilai MPE 134,72 untuk PT. AT. Dari

ketiga alternatif supplier susu, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan

menjadi supplier utama susu.

Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam pemenuhan

sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk

dan traceabiliy. CV. KI menjadi peringkat pertama karena unggul juga

dalam kriteria standar dan jaminan kualitas dan ketepatan waktu,

98
sedangkan PT. AT menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam

kriteria standar dan jaminan kualitas.

6. Vegetable Oil

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

CV. KImemiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu

dengan nilai MPE 260,98, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE

173,07 untuk PT. SM dan nilai MPE 149,51 untuk KJ. Dari ketiga

alternatif suppliervegetable oil, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan

menjadi supplier utamavegetable oil.

Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan

sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk

dan standar dan jaminan kualitas. CV. KI dan PT. SM memiliki nilai bobot

tertinggi dalam kriteria traceabiliy, CV. KI menjadi peringkat pertama

karena ke-14 kriteria sisanya lebih unggul dari PT. SM

7. Shortening

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

PT. ITT memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 269,29, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 265,23 untuk MKY, UD. YOE (206,79) dan PD. ABD (126,12).

Dari keempat alternatif suppliershortening, PT. ITT dapat

dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama shortening.

Keempat supplier unggul dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan

HACCP, kesesuaian teknis dan reliabilitas produk. PT. ITT unggul juga

99
dalam kriteria fleksibiitas, status/kondisi finansial, tingkat kemudahan

komunikasi, mekanisme pembayaran yang mudah dan traceabiliy.

8. Cokelat

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

PT. NL memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 266,28, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 259,77 untuk PT. AA, PT. FM (251,74) dan CV. SE (124,19). Dari

keempat alternatif suppliercokelat, PT.NL dapat dipertimbangkan

perusahaan menjadi supplier utama cokelat.

Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam

pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis,

reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. PT. NL menjadi

peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi dalam kriteria

kepercayaan, tingkat kemudahan komunikasi,mekanisme pembayaran

yang mudah, traceabiliy dan label SNI serta dalam kriteria lainnya

memiliki nilai bobot lebih besar dari supplier lainnya.

9. Keju

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

PT. MBR memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 247,63, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 179,34 untuk PT. ITT dan nilai MPE 127,63 untuk PT. ME. Dari

ketiga alternatif supplierKeju, PT. MBR dapat dipertimbangkan

perusahaan menjadi supplier utama keju.

100
Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan

sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk

dan standar dan jaminan kualitas. PT. MBR menjadi peringkat pertama

karena unggul juga dalam kemampuannya memberikan diskon, traceabiliy

dan label SNI dibandingkan dengan supplier lainnya.

10. Bahan Kondimen

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

CV. DSI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya

yaitu dengan nilai MPE 260,02, sementara supplier lainnya memiliki

nilai MPE 244,13 untuk PT. HS, KJ (138,26) dan UD. YOE (133,92).

Dari keempat alternatif supplierbahan kondimen, CV. DSI dapat

dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama bahan kondimen.

Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam

pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis,

reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas dan traceabiliy. CV.

DSI unggul juga dalam kriteria aksesibilitas, tingkat kemudahan

komunikasi, prosedur komplain dan responsibilitas, kemampuan

memberikan diskon dan traceabiliy.

11. Box (Kemasan Karton) LBS

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18,

BOP memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu

dengan nilai MPE 273,13, sementara supplier lainnya memiliki nilai

MPE 248,52 untuk PT. GMU, PT. KP (202,64) dan PT. MAP (195,44).

Dari keempat alternatif supplierBox (kemasan karton) LBS, BOP dapat

101
dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama Box (kemasan

karton) LBS.

Keempat supplier dinilai berdasarkan 19 kriteria, BOP menjadi peringkat

pertama karena unggul dalam 17 kriteria dibandingkan dengan supplier

lainnya, tetapi semua supplier dinilai rendah dalam kontinuitas dan

traceabiliy.

5.6 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian, faktor kesuksesan kritis dalam seleksi supplier

sangat mungkin berbeda antara barang yang satu dengan yang lain, antara suatu

industri dengan industri yang lain. Hal tersebut dikarenakan tuntutan fokus dan

tujuan yang juga berbeda-beda dalam pemenuhan kebutuhan konsumennya.

Dickson (1966) dalam Cheraghi (2002) memberikan salah satu kesimpulan

menarik lewat risetnya bahwa semakin kompleks suatu produk/jasa yang dibeli,

maka cenderung semakin banyak faktor yang dipertimbangkan.Pada kasus

semacam ini, menurutnya, harga kemudian menjadi faktor yang agaknya relatif

kurang atau tidak penting.

Faktor kesuksesan kritis untuk bahan baku LBS ditentukan dari besarnya

bobot kepentingan masing-masing kriteria, kriteria tersebut antara lain adalah

kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi dan pengiriman.

Implikasi dari hal ini yaitu bahwa meningkatkan kinerja supplier pada 3 aspek

tersebut akan memberikan dampak yang lebih efektif dalam meningkatkan

keseluruhan kinerja supplier dibandingkan dengan kriteria lainnya. Selaras dengan

kesimpulan Dickson (1996), hasil pembobotan yang memberikan nilai tinggi bagi

faktor kualitas, pelayanan manajemen organisasi dan pengiriman mengindikasikan

102
bahwa produksi LBS dapat dikatakan sebagai produk yang kompleks karena

membutuhkan banyak bahan baku dalam proses pembuatannya. Faktor biaya atau

harga menjadi faktor dibawah kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen

organisasi dan pengiriman untuk dipertimbangkan dalam penentuan suppliernya.

Kriteria yang menjadi faktor kesuksesan kritis dalam kasus seleksi supplier

bahan baku LBS di PT. AR dapat digunakan sebagai bahan monitoring kinerja

supplier. Perusahaan pembeli (PT. AR) dapat membatu supplier utamanya dalam

meningkatkan kinerja mereka dengan memberikan informasi masukan tentang

kriteria faktor kesuksesan kritis yang teridentifikasi tersebut. Dengan demikian,

supplier akan lebih fokus melakukan perbaikan yang terkait dengan kriteria yang

menjadi faktor kesuksesan kritisnya. Ketika supplier utama sudah mampu

mencapai tingkat kinerja ideal, maka secara bertahap hal tersebut juga

akanmeningkatkan kualitas proses pengadaan perusahaan secara keseluruhan.

Pada tahap lebih lanjut, hubungan dengan supplier ini dapat diarahkan menuju

hubungan jangka panjang yang lebih menguntungkan.

Penggunaan aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier ini kriteria untuk

pemilihan supplier dapat didefinisikan dengan jelas. Aplikasi MPE ini

memungkinkan para pembuat keputusan untuk memperhitungkan kekuatan dan

kelemahan setiap supplier dengan membandingkannya terkait kriteria yang

ditekankan.Hasil yang diperoleh dari aplikasi MPE ini juga dapat diarahkan untuk

meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan supplier.

Nilai keputusan dan peringkat masing-masing supplier yang didapatkan dari

hasil MPE diimplementasikan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan.

Supplier peringkat 1 yang memiliki nilai keputusan tertinggi dapat diberikan

103
kuota pasok sebanyak 60%, supplier peringkat 2 sebanyak 20%, peringkat 3

sebanyak 15%, peringkat 4 sebanyak 5%. Tujuannya kembali kepada

meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan supplier.

Implikasi manajerial dari hasil penelitian dalam perusahaan dapat dijadikan

panduan untuk dibuat prosedur klasifikasi dan seleksi supplier (Lampiran 11)

bahan baku untuk PT. AR karena sebelumnya peneliti menganalisis rantai nilai

yang terjadi dari hulu ke hilir. Selain itu, penelitian ini dapat diimplementasikan

pada masing-masing departemen, mulai dari departemen pengadaan bahan bahan

baku khususnya purchasing yang berhubungan langsung dengan para supplier,

departemen produksi hingga pemasaran produk (Lihat Tabel 19).

104
Tabel 19. Implikasi Manajerial yang dapat diterapkan oleh PT. AR
Tujuan
No Purchasing Proses Produksi Pemasaran
Penelitian
1 Struktur rantai - Mengetahui bahwa kualitas - Mengetahui bahwa produk LBS - Mengetahui keadaan dan
pasokan produk keluaran ditentukan merupakan produk yang kebutuhan pasar untuk
pertama kali oleh bagian kompleks karena membutuhkan meningkatkan volume
pengadaan barang, ketidaktepatan banyak bahan baku untuk penjualan
kualitas bahan baku sesuai memproduksinya. Oleh karena - Mengetahui proses
spesifikasi yang dibutuhkan akan itu, pemborosan pada proses pemasaran untuk
menghasilkan produk keluaran dapat terjadi antara lain : scrap menghindari kesalahan-
yang tidak tepat. dan pekerjaan ulang (rework), kesalahan dalam proses
- Mengetahui perencanaan dan proses yang tidak efisien, pesanan dari pelanggan
peramalan (forcasting) kebutuhan proses yang kuno/usang dan - Mengetahui dan dapat
bahan baku, kapan harus proses yang tidak andal. menekan biaya aktual
menerbitkan Purchase Order Mengetahui struktur rantai penjualan per-pesanan yang
(PO) karena sebelumnya analisis pasokan dapat meminimalisir melebihi biaya standar yang
pasar telah diketahui dari bagian pemborosan yang terjadi ditetapkan
pemasaran untuk menghindari - Mengetahui kejelasan prosedur - Mengetahui bahwa analisis
kekurangan, keterlambatan dan dan instruksi kerja untuk pasar yang dilakukan bagian
ketidaktepatan penerbitan menghindari waktu terbuang pemasaran akan menjadi
Purchase Order (PO) dari pekerja (worker idle time) informasi yang penting bagi
- Mengetahui perlunya pelatihan bagian pengadaan dan
bagi karyawan bagian produksi produksi untuk melakukan
untuk menghindari waste pekerjaannya.
- Mengetahui tambahan
penggunaan input (tenaga kerja,
bahan baku, peralatan dan
mesin-mesin produksi.
2 Kriteria-kriteria - Mengetahui bahwa supplier
supplier bahan baku merupakan organisasi eksternal
LBS yang perlu diorganisir dengan
baik, kualitas yang buruk,
kesalahan-kesalahan dalam
pengiriman, keterlambatan
pengiriman, selisih perhitungan
bahan baku yang dikirim dengan

105
Tujuan
No Purchasing Proses Produksi Pemasaran
Penelitian
pesanan pembelian, kelebihan
persediaan (overstocking),
kelebihan material yang tidak
terpakai (cacat, usang), kelebihan
persediaan pengaman (safety
stock/buffer inventories),
pekerjaan ulang (rework) serta
ongkos-ongkos yang tinggi dapat
teridentifikasi dan dilakukan
analisis dan evaluasi kinerja
supplier
3 Proses pemilihan - Mengetahui prosedur klasifikasi
supplier dan seleksi supplier, sehingga
ketidaktepatan dalam pemilihan
supplier yang akan bekerjasama
dengan perusahaan dapat
dihindari

106
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil pembahasan seleksi

supplier bahan baku LBS di PT. AR adalah sebagai berikut :

1. PT. AR berinteraksi dengan banyak supplierdalam penyediaan bahan baku

untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya. Anggota rantai pasok

pada PT. AR, umunnya terdiri atas para supplier bahan baku LBS

(produsen tepung talas, terigu, gula, susu, vegetable oil, shortening, bahan-

bahan kondimen, keju dan produsen box (kemasan kotak karton) LBS.

2. Perancangan model seleksi supplier pada rantai pasokan LBS

menghasilkan kriteria dan kriteria turunannya dengan bobot masing-

masing sebagai berikut:

a. Kelengkapan dokumen keamanan pangan, dengan kriteria turunan

sertifikat halal, sertifikat GMP dan HACCP dan sertifikat P-IRT.

b. Kualitas, dengan kriteria turunan kesesuaian teknis, reliabilitas produk,

standar dan jaminan kualitas dan rasio ketertolakan produk.

c. Pengiriman, dengan kriteria turunan lead time singkat, ketepatan waktu

dan kontinuitas.

d. Pelayanan dan manajemen organisasi, dengan kriteria turunan

aksesibilitas, fleksibilitas, status/kondisi financial, kepercayaan, tingkat

kemudahan komunikasi dan prosedur complain dan responsibilitas.

e. Biaya, dengan kriteria turunan harga produk, kemampuan memberikan

diskon dan mekanisme pembayaran yang mudah.

107
f. Kriteria lainnya yaitu kesesuaian standar kemasan pangan, Traceability

(kemampuan telusur) dan Label SNI.

3. Hasil proses pemilihan supplier bahan baku LBS adalah sebagai berikut :

a. Dimulai dari penerimaan perkenalan/penawaran calon supplier

kemudian dilanjutkan dengan penerimaan sample produk bahan baku.

Bahan baku diterima kemudian diserahkan pada bagian Research &

Development (R&D) untuk dilakukan trial. Trial yang dilakukan bagian

R & D disetujui apabila tidak ada masalah dalam kualitas dan sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan perusahaan, sedangkan sample tidak

disetujui ketika bahan tidak sesuai spesifikasi. Proses penerimaan

berakhir dan kembali pada penerimaan perkenalan/penawaran calon

supplier. Bahan baku yang sudah disetujui spesifikasinya oleh R & D

kemudian dilakukan negosiasi biaya oleh bagian purchasing yaitu

terdiri atas negosiasi harga produk dan tempo pembayaran, jika sudah

disetujui maka dilakukan proses pengadaan barang.

b. Proses pengadaan dan pembelian bahan baku dimulai dari proses MRP

yang dilakukan oleh departemen PPIC, kemudian departemen

purchasing menerima hasil MRP dan dilakukan forcasting bahan baku

untuk kebutuhan jangka waktu tertentu. Purchase Order (PO)

diterbitkan departemen purchasing yang sudah disetujui oleh finance

accounting kepada masing-masing supplier bahan baku. Supplier

menerima purchase order kemudian melakukan konfirmasi pesanan

kepada PT. AR, setelah itu dilakukan proses pengiriman bahan baku.

Bahan baku diterima oleh PT. AR terlebih dahulu dilakukan

108
pengecekan ulang oleh Quality Control (QC), kemudian bahan baku

diserahkan kepada bagian gudang untuk ditata pada masing-masing

pallet.

c. Hasil analisis seleksi supplier bahan baku LBS menggunakan aplikasi

MPE menunjukkan supplier-supplier yang memiliki nilai MPE tertinggi

dan memenuhi kriteria dan dapat dipertimbangkan oleh perusahaan

untuk menjadi supplier utama/tetap. Supplier-supplier tersebut antara

lain : supplier tepung talas yang memiliki nilai MPE tertinggi yaitu

KWT. MA, supplier tepung terigu; CV. KI, supplier telur ; CV. BN,

supplier gula ; PT. KCS, supplier susu ; CV. KI, suppliervegetable oil ;

CV. KI, suppliershortening ; PT. ITT, supplier cokelat ; PT. NL,

supplier keju ; PT. MBR, supplier bahan-bahan kondimen ; CV. DSI

dan supplier box (kemasan karton LBS) ; BOP.

6.2 Saran

Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil seleksi supplier bahan

baku LBS adalah sebagai berikut :

1. Pelibatan pakar dari kalangan praktisi (perusahaan) dan penerapan model

dalam masalah empiris lapangan perlu dilakukan untuk menguatkan

aplikabilitas model MPE yang digunakan

2. Penelitian lanjutan dapat diarahkan pada identifikasi parameter-parameter

untuk setiap kriteria turunan, terkait dengan tingkat kinerja supplier.

3. Integrasi model dalam sebuah sistem penunjang keputusan seleksi supplier

akan sangat berguna untuk meningkatkan kemudahan proses.

109
4. Dilakukannya evaluasi terhadap kinerja supplier setiap jangka waktu

tertentu, misal setiap 6 bulan sekali akan meingkatkan loyalitas masing-

masing supplier dan kerjasama saling menguntungkan akan tercipta

dengan baik.

110
DAFTAR PUSTAKA

Abror, 2011. Kajian Seleksi dan Evaluasi Pemasok Pada Rantai Pasokan Kertas
(Studi Kasus di PT. Kertas Leces (PTKL) Probolinggo) [Skripsi]. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

BPS, 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014. Diakses dari http://bps.go.id


pada Tanggal 23 Juli 2014 Jam 11.04.

Bungsu, 2010. Kajian Kriteria Pemilihan Pemasok Buah-buahan dengan Proses


Hirarki Analitis (Studi Giant Hypermarket Botani Square Bogor). Fakultas
Sains dan Teknologi - Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Chopra S. dan Meindl P. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning,


and Operation (3rd Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Eka, 2011. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS)
dengan Kriteria yang Ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT.
Nippon Indosari Corpindo) [Skripsi]. Fak. Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Eko Indrajit, R dan Djokopranoto, R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain :


Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta :
Grasindo.

Evan & Lindsay. 2007. Pengantar Six Sigma. Jakarta : Salemba Empat.

Gaspersz, Vincent. 2012. All-In-One Practical Management Excellence : Contoh


Aplikasi Pada Bisnis dan Industri Modern. Bogor : Vinchristo Publication.

Hariyadi, 2011. Pengindustrian Aneka Ragam Pangan : Menuju Ketahanan


Pangan Nasional Berbasis Sumber Daya Indigenus [Jurnal]. Institut
Pertanian Bogor.

Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba


Empat, Jakarta.

Lee EK, Ha S, Kim SK. 2001. Supplier Selection and Management System
Considering Relationship In Supply Chain Management. IEEE
Transactions on Engineering Management 48 (3): 307-318.

Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam


Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor

Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

111
Porter, Michael. E. 1992. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. Erlangga. Jakarta.

Profil Investasi Bidang Industri dan Perdagangan diakses dari


http://www.kotabogor.go.id/investasi/industri pada tanggal 23 juli 2014
jam 11.25

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.

Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta, 2010.

Russel, Roberta S dan Taylor, Bernard W. 2011. Operations Management :


Creating Value Along The Supply Chain. US : John Willey and Sons, inc.

Sandi, dkk. 2013. Penerapan Metode ANP untuk Pemilihan Supplier Bahan Baku
CV.TX [Skripsi]. Universitas Katolik Parahyangan.

Sholikhin. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan Agroindustri Kecil


di Kawasan Agropolitan (Studi Kasus di Kota Batu, Jawa Timur) [skripsi].
Institut Pertanian Bogor.

Susila. 2009. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan


Pengembangan Agroindustri Berbasis Lidah Buaya (Aloe Vera Lina) Di
Kabupaten Bogor [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor.

Tias. 2012. Teori Keputusan dan Lingkup Keputusan [Jurnal] diakses dari
library.binus.ac.id pada Tanggal 25 Juli 2014 Jam 18.23.

Winarno, FG. 2004. Keamanan Pangan. MBrio Press, Bogor.

112
Lampiran 1. Definisi Operasional
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
Manajemen Seleksi pemasok : salah satu kegiatan Kriteria Pemasok :
Hubungan Pemasok bagian pengadaan yang merupakan
(Supplier keputusan strategis pertama yang
Relationship menentukan kesuksesan
Management) : implementasi manajemen rantai
semua proses yang pasokan (Pujawan, 2005)
berfokus pada
interaksi antara
Perusahaan dengan
pemasoknya. (Chopra
dan Meindl (2001))
1. Kelengkapan Dokumen-dokumen persyaratan Pemasok terbukti melampirkan
Dokumen Keamanan layak edar dari lembaga dokumen-dokumen kelengkapan
Pangan sertifikasi berstandar keamanan pangan pada saat akan
internasional yang menunjukkan bekerjasama dengan perusahaan
pengetahuan, kesadaran dan pembeli
pemahaman pemasok bahan
baku pangan tentang
perlindungan konsumen
terhadap keamanan pangan dan
implikasi hukum pelanggaran
peraturan keamanan pangan
yang berlaku
a. Sertifikat Halal Sertifikat yang dikeluarkan Pemasok bahan baku pangan
badan internasional kehalalan terbukti melampirkan dokumen
produk LPPOM MUI sertifikat halal dari lembaga
internasional kehalalan di
Indonesia (LPPOM MUI)
b. Sertifikat GMP Sertifikat yang diberikan kepada Pemasok bahan baku pangan
dan HACCP industri pangan melalui kegiatan terbukti melampirkan dokumen
audit atas penerapan GMP dan sertifikat GMP dan HACCP dari

113
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
HACCP dalam mencegah lembaga sertifikasi standar
bahaya keamanan pangan pada internasional di Indonesia.
setiap titik kritis aktivitas Misalnya dari Sucofindo
produksi dari lembaga sertifikasi
standar internasional
c. Sertifikat P-IRT Sertifikat yang dikeluarkan oleh Pemasok bahan baku pangan
Dinas Kesehatan setempat untuk skala industri rumah tangga
skala industri rumah tangga yang seperti tepung talas terbukti
memproduksi bahan pangan melampirkan dokumen sertifikat
P-IRT
2. Kualitas Keseluruhan ciri dan karakter- Pemasok bahan baku Lapis
karakter dari sebuah produk Bogor Sangkuriang terlihat
yang menunjukkan mematuhi standar-standar
kemampuannya untuk kualitas yang dipesan PT.
memuaskan kebutuhan tersirat AGRINESIA RAYA
(American Society for Quality
Control, 2009)
a. Kesesuaian Teknis Penilaian untuk menyatakan Pemasok bahan baku Lapis
kesesuaian produk terhadap Bogor Sangkuriang terlihat
standar tertentu, khususnya SNI mematuhi kesesuaian teknis
(BSN) mengenai kualitas bahan baku
yang dipasok
b. Reliabilitas Probabilitas bahwa produk akan Tingkat keandalan pemasok
Produk bekerja dengan memuaskan atau bahan baku terhadap produk
tidak dalam periode waktu yang dipasok sehingga
tertentu, semakin kecil kemungkinan terjadinya
kemungkinan terjadinya kerusakan dalam hal kualitas
kerusakan maka produk tersebut semakin kecil
dapat diandalkan (Mullins,
Orville dan Boyd, 2005 : 422)
c. Standar dan Perusahaan pemasok Pemasok bahan baku Lapis
Jaminan Kualitas memberikan jaminan kepada Bogor Sangkuriang terlihat

114
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
perusahaan pembeli apabila mampu memberikan standar dan
bahan baku yang diterima oleh jaminan kualitas terhadap
pembeli termasuk kriteria rusak kesesuaian teknis kualitas yang
(reject) yaitu dilakukan diminta perusahaan
penukaran (retur) bahan baku
d. Rasio Pengukuran yang digunakan Tingkat ketertolakan bahan baku
Ketertolakan Produk untuk menilai perusahaan Lapis Bogor Sangkuriang yang
pemasok ketika memasok dipasok, banyaknya produk
produknya pada perusahaan dengan status reject
pembeli yang ditandai dengan
seberapa banyak pemasok
menyediakan produk yang tidak
memenuhi standar kesesuaian
teknis (Pujawan, 2005)
e. Standar Kemasan Standar yang dikeluarkan oleh Pemasok kemasan kotak karton
Pangan Balai Besar Kimia dan Kemasan untuk Lapis Bogor Sangkuriang
Kementerian Perindustrian terlihat sesuai standar kemasan
mengenai persyaratan kemasan pangan, salah satunya labelling
pangan dengan tujuan yaitu tercantumnya nama umum
melindungi produk pangan dari produk yang dikemas, isi berat
bahaya keamanan pangan bersih, komposisi bahan, masa
(Bpkimi, Kemenperin, 2012) simpan produk, kondisi
penyimpanan khusus, barcode
dan simbol halal (Bpkimi,
Kemenperin, 2012)
3. Pengiriman Kegiatan mengirimkan Tingkat kecepatan dan ketepatan
(pendistribusian) bahan baku pengiriman bahan baku Lapis
sesuai pesanan dari pemasok Bogor Sangkuriang menuju PT.
kepada perusahaan pembeli AGRINESIA RAYA
a. Lead Time Singkat Kemampuan pemasok Pemasok terlihat mampu
memberikan jangka waktu memberikan jangka waktu
tunggu pengiriman pasokan tunggu pengiriman pasokan
bahan baku yang relatif singkat bahan baku Lapis Bogor

115
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
(Gaspersz, 2012) Sangkuriang yang relatif singkat
b. Ketepatan Waktu Kemampuan pemasok mengirim Pemasok terlihat mampu
tepat waktu dengan lot menepati waktu pengiriman
pengiriman kecil. Ini akan dinilai bahan baku Lapis Bogor
dari jarak antara pemasok Sangkuriang
dengan Perusahaan, kapasitas
produksi dan keadaan historis
mereka dalam mengirim tepat
waktu (Eka, 2011)
c. Kontinuitas Kemampuan pemasok (supplier) Pemasok terlihat mampu
untuk mengirimkan bahan baku mengirimkan bahan baku Lapis
yang dibutuhkan secara kontinu Bogor Sangkuriang yang
(Rukmi, dkk. 2014) dibutuhkan secara kontinu
4. Pelayanan dan Bentuk pelayanan dan sistem Tingkat sistem manajemen
Manajemen Organisasi manajemen yang diberikan oleh pelayanan yang diberikan
perusahaan pemasok dalam perusahaan pemasok bahan baku
rangka memenuhi pesanan Lapis Bogor Sangkuriang
kebutuhan bahan baku
a. Aksesibilitas Konsep yang menggabungkan Pemasok terlihat memiliki
pengaturan tata guna lahan kemampuan aksesibilitas yang
secara geografis dengan sistem dapat diandalkan dalam kegiatan
jaringan transportasi yang pendistribusian bahan baku
menghubungkannya. Dengan Lapis Bogor Sangkuriang
perkataan lain aksesibilitas kepada PT. AGRINESIA RAYA
adalah suatu ukuran kenyamanan
bagaimana lokasi tataguna lahan
berinteraksi satu dengan yang
lain dan bagaimana mudah dan
susahnya lokasi tersebut dicapai
melalui sistem jaringan
transportasi (Black dan Conroy,
1977)

116
Dimensi Variabel Deskripsi Indikator Parameter
b. Fleksibilitas Kemampuan untuk beradaptasi Tingkat fleksibilitas perusahaan
secara cepat dan efektif terhadap pemasok terhadap perubahan-
kebutuhan yang terus berubah, perubahan yang terjadi, dapat
pergantian yang cepat dari satu mudah menyesuaikan dengan
produk ke produk lain, respon kondisi kebutuhan bahan baku
yang cepat terhadap permintaan produk Lapis Bogor
yang terus berubah (Evans & Sangkuriang yang tujuannya
Lindsay, Pengantar Six Sigma, menguntungkan kedua belah
h.202) pihak
c. Status/Kondisi Kondisi keuangan Perusahaan Pemasok terbukti tidak memiliki
Finansial pemasok pada saat akan permasalahan keuangan internal
bekerjasama dengan Perusahaan maupun eksternal perusahaan
pembeli harus diketahui agar
tidak terjadi kekekeliruan
mekanisme pembayaran antar
Perusahaan
d. Kepercayaan Kondisi terciptanya hubungan Tingkat kepercayaan antar
kerja antar industri yang penuh perusahaan pemasok dan
kepercayaan (Evans & Lindsay, perusahaan pembeli khususnya
Pengantar Six Sigma, h.279) dalam pengadaan bahan baku
yang terlihat dari data historis
kemampuan memenuhi pesanan
e. Tingkat Kondisi mudahnya hubungan Tingkat kemudahan pelayanan
Kemudahan Komunikasi komunikasi antar industri komunikasi dari perusahaan
dagang yang saling pemasok bahan baku dan PT.
menguntungkan, khususnya AGRINESIA RAYA sebagai
dalam hal pengadaan bahan baku pembeli khususnya mengenai
kegiatan pengadaan bahan baku

117
f. Prosedur Komplain dan Kemampuan pemasok dalam Pemasok terbukti bertanggung jawab
responsibilitas menangani keluhan-keluhan dalam menangani komplain-
perusahaan pembeli terhadap komplain mengenai pengadaan bahan
pelayanan yang diberikan baku produk Lapis Bogor
perusahaan pemasok dan bentuk Sangkuriang, prosedur komplain
tanggung jawab pemasok terhadap yang diberikan tidak rumit
produk yang dipasoknya
5. Biaya Uang tunai atau kas yang Tingkat biaya yang dikeluarkan
dikorbankan untuk barang atau jasa untuk pengadaan bahan baku Lapis
yang diharapkan dapat Bogor Sangkuriang
memberikan laba baik untuk
masakini maupun masa mendatang
(Kuswadi, 2006:60)
a. Harga Produk Kemampuan pemasok dalam Pemasok terbukti dapat memberikan
memberikan harga yang sesuai harga yang sesuai dengan kualitas
dengan kualitas bahan baku yang bahan baku yang ditawarkan kepada
ditawarkan perusahaan pembeli
b. Kemampuan memberikan Pemasok dapat memberikan Pemasok terbukti dapat memberikan
diskon potongan harga atau diskon kepada potongan harga atau diskon kepada
pembeli apabila memesan bahan PT. AGRINESIA RAYA apabila
baku dengan kuantitas yang besar memesan bahan baku Lapis Bogor
Sangkuriang dengan kuantitas yang
besar
c. Mekanisme Pembayaran Pemasok memberikan kemudahan Pemasok bahan baku Lapis Bogor
Mudah dalam melakukan transaksi Sangkuriang terbukti memberikan
pembayaran dan jangka waktu kemudahan dalam melakukan
yang sesuai transaksi pembayaran dan jangka
waktu yang sesuai kepada PT.
AGRINESIA RAYA

118
Stuktur Organisasi
PT AGRINESIA RAYA

119
Lampiran 3. Pemeriksaan Operasional Perusahaan (Depth Interview)

Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Sistem Pengadaan dan Pengendalian Bahan Baku


PT. Agrinesia Raya, Bogor, Jawa Barat

Narasumber :
Jabatan :

1. Apakah perusahaan mempunyai suatu sistem pembelian terpusat ?


2. Apasaja pertimbangan bagian pembelian untuk memilih supplier bahan
baku ?
3. Apa pertimbangan bagian pembelian memutuskan jumlah supplier untuk
setiap bahan baku ?
4. Jika menggunakan lebih dari satu supplier, Apa saja pertimbangan
bagian pembelian memutuskan untuk memakai lebih dari satu supplier ?
5. Jika hanya menggunakan satu supplier, Apa saja pertimbangan bagian
pembelian memutuskan hanya memakai satu supplier ?
6. Jika terjadi penolakan penawaran pihak supplier untuk menjadi mitra,
Apa pertimbangan penolakan tersebut ?
7. Bagaimana kriteria supplier bahan baku yang diinginkan perusahaan ?
8. sudahkah ada konrak dimuka untuk setiap supplier bahan baku ?
9. Jika ada, kontrak seperti Apa yang dibuat untuk kepentingan dan
kenyamanan kedua belah pihak (perusahaan dan supplier)?
10. Jika belum ada, pertimbangan Apa saja yang menyebabkan kontrak
tersebut belum dilakukan ?
11. Adakah salah satu atau banyak bahan baku yang tergantung hanya dari
satu supplier dan tidak bisa digantikan ?
12. Bagaimana perusahaan menyiasati Jika suatu ketika supplier tidak bisa
mengirim bahan baku sesuai pesanan ?
13. Apakah supplier meminta persyaratan tertentu kepada perusahaan untuk
menunjang kelancaran pasokan ? (misalnya dalam hal waktu
pembayaran)
14. Apakah fungsi pembelian terpisah dari fungsi penerimaan ?
15. Apakah untuk setiap pembelian selalu dipergunakan pesanan pembelian
(purchase order)?

120
16. Apakah bagian pembelian selalu mengusahakan harga dan suplai yang
terbaik atas barang yang diperlukan ? (bagian pembelian melakukan
negosiasi harga, melihat kualitas sebelum dibeli)
17. Apakah dalam pembelian ditetapkan persetujuan jumlah rupiahnya ?
(kontrak persetujuan harga)
18. Apakah bagian-bagian lain selalu memandang bagian pembelian sebagai
sumber informasi dalam memecahkan setiap permasalahan mengenai
barang ?
19. Apakah permintaan pembelian selalu dilayani tepat pada waktunya ?
20. Apakah bagian pembelian selalu berorientasi kepada pelayanan? (Apakah
bagian pembelian melayani dengan baik bagian perencanaan produksi,
begitupun kepada supplier?)
21. Apakah persediaan selalu mencukupi ? Jika tidak, dalam setahun berApa
kali terjadi kekurangan persediaan ?
22. Apakah persediaan selalu diusahakan dalam jumlah optimal ? (jumlah,
safety stock tepat dan biaya yang minimal)
23. Berapa lama jangka waktu yang diperlukan untuk memproses suatu
permintaan pembelian ? (lead time pesanan)
24. Apa saja biaya-biaya yang dihitung dalam biaya pesan bahan baku ?
berapa biaya per-order pembelian?
25. Apakah supplier menyediakan catalog-katalog harga bahan baku yang
tengah berrlaku ?
26. Apakah ada suatu sistem pengendalian persediaan ?
a. Pergudangan dilaksanakan oleh pihak berwenang
b. Pesanan sesuai kebutuhan optimal
c. Tindakan keika penyerahan tidak sesuai
d. Bagian penerimaan bekerja setelah mendapat lembaran PO
e. Kuantitas, kualitas, persyaratan, harga, ketelitian, administrasi
diyakini pesanan bahan baku disesuaikan sebelum dilakukan
pembayaran
f. Kapan barang retur diperhitungkan penagihan kembali kepada
supplier

121
g. Pesan kembali pada saat mencApai batas keamanan minimum
27. Apakah pernah diadakan evaluasi produk ? (misalnya melihat standar
produk yang dihasilkan, melihat bahan baku yang dipesan sesuai standar
perusahaan) Apakah petugas pembelian ikut menjadi anggotanya ?
28. Apakah biaya yang diinvestasikan untuk persediaan selalu diketahuai
setiap saat ?
29. Apakah untuk menilai prestasi pembelian dipergunakan analisa varian
harga pembelian ? (misalnya pembelian selama 1 periode dianalisa
kembali optimal atau tidaknya)
30. Apakah fasilitas fisik gudang penyimpanan cukup memadai ? (misalnya
ada fasilitas penyimpanan bahan-bahan yang perishable tercukupi) Jika
tidak, Apa saja yang dirasakan kurang memadai ?
31. Apakah peralatan yang dimiliki dapat mendukung kelancaran tugas ?
32. Apakah bagian pembelian mempunyai hubungan baik dengan
departemen-departemen lainnya ?
33. Apakah bagian pembelian selalu berkomunikasi dengan bagian
penerimaan dan bagian keuangan ?
34. Apakah petugas bagian keuangan selalu dApat memperoleh informasi
yang mereka butuhkan dari bagian pembelian ?
35. Apakah bagian pembelian tau mengenai anggaran pembelian masing-
masing departemen ? (departemen kebersihan dan teknisi misalnya)
36. Apakah bagian pembelian memiliki petunjuk atau pedoman kebijakan
dan prosedur ?
37. Apakah perusahaan memiliki standar pembelian yang berlaku
menyeluruh sehingga setiap departemen mendapat perlakuan yang sama
? (standar pembelian bahan baku sama dengan standar pembelian alat-
alat kantor atau kebersihan misalnya)
38. Apakah ada prosedur khusus untuk pembelian peralatan modal?
(misalnya peralatan kantor dan kebersihan)
39. Apakah sebelum dipersiapkan pesanan pembelian disyaratkan harus ada
permintaan pembeliannya ?

122
40. Apakah ada suatu sistem otorisasi faktur sehingga perbedaan-
perbedaannya dengan pesanan dapat diketahui ?
41. Apakah ada satu komisi standarisasi untuk mengendalikan proliferasi
produk ? (adanya manajemen QC bahan baku atau produk jadi)
42. Apakah bagian pembelian menggunakan semacam formula khusus
kuantitas pembelian ekonomis ? (adanya perhitungan khusus)
43. Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk membeli produk yang
dApat memenuhi kebutuhan beberApa departemen ketimbang menimbun
beberapa jenis barang yang hamper sama ? (digunakan teknik lot for lot
untuk salah satu jenis bahan baku)
44. Apakah perusahaan selalu mengusahakan persediaan serendah mungkin
tetapi juga mempertimbangkan kelangkaan barang di masadepan?
Bagaimana cara perusahaan mengatasinya?
45. Apakah bagian pembelian pernah melaksanakan QC sehingga dapat
diketahui bahwa barang yang datang benar-benar barang yang
diinginkan?
46. Apakah bagian pembelian selalu memanfaatkan diskon ?
47. Apakah bagian pembelian selalu mencoba untuk memusatkan pembelian
pada perusahaan tertentu untuk mendApatkan diskon kuantitas?
48. Apakah pembelian mendesak selalu dihindari ?
49. Apakah bagian pembelian selalu meminta penawaran dari pemasok
bahan baku ?
50. Apakah syarat-syarat penawaran selalu dipertimbangkan dengan
seksama, seperti misalnya mengenai pengangkutan, diskon dan
layanannya ?
51. Apakah penetApan pemasok bahan baku selalu didasarkan pada nilai
optimal ?
52. Apakah permintaan penawaran benar-benar dialamatkan kepada
beberapa pemasok yang berbeda-beda ?
53. Apakah ada suatu prosedur tindak lanjut atas barang-barang yang
diterima tidak tepat pada waktunya ?

123
54. Apakah pembelian back-order selalu dimonitor ?
55. Apakah pesanan pembelian juga berisikan harga ?
56. Apakah catatan selalu dapat merekam terutama bilamana harga beli
actual berbeda dengan harga beli taksiran ?
57. Apakah digunakan suatu jumlah penggunaan rata-rata untuk setiap jenis
barang agar persediaan tetap baik (tidak aus)?
58. Apakah tingkat persediaan pengaman untuk masing-masing jenis barang
telah diperhitungkan?
59. Apakah moral karyawan pembelian dan persediaan benar-benar
memuaskan ?
60. Apakah para karyawan memiliki pengetahuan yang cukup memadai
mengenai produk yang mereka tangani?
61. Apakah para karyawan selalu berusaha untuk memperoleh informasi
mengenai adanya jenis barang yang baru ? (misalnya ada bahan baku
baru untuk produk baru )
62. Apakah perusahaan selalu mengadakan pendidikan dan latihan yang
kontinu untuk karyawan pembelian dan persediaan ?
63. Bagaimana perputaran karyawan bagian pembelian ?
64. Bagaimana tingkat absensi karyawan ?
65. Apakah hanya supplier yang dapat diandalkan saja yang dipilih?
66. Apakah ada suatu arsip mengenai prestasi pemasok bahan baku untuk
dijadikan petunjuk mana yang paling dipercaya dalam situasi mendesak ?
67. Apakah para pemasok bahan baku selalu dicegah untuk berhubungan
dengan pimpinan departemen lainnya ?
68. Apakah ada suatu kebijakan mengenai hadiah-hadiah yang diterima dari
pemasok bahan baku ?
69. Apakah daftar pemasok selalu diperbarui dengan frekuensi yang layak ?
70. Apakah blanko formulir pesanan pembelian di pranomori ? (dibuat
rencana pembelian lalu di nomori sesuai jadwal beli)
71. Apakah ada suatu ruang yang cukup pada setiap formulir (khususnya
untuk pesanan pembelian dan permintaan pembelian) untuk menuliskan
semua informasi yang dibutuhkan? (adanya tab keterangan informasi)

124
72. Apakah permintaan penawaran dibuatkan formulir tersendiri yang
tercetak ?
73. Apakah ruang yang tersedia pada formulir cukup mendukung kemudahan
dan kebenaran pengetikan ?
74. Apakah laporan pembelian dibuat secara bulanan ? Apakah ada seorang
pejabat yang selalu mengevaluasinya dengan seksama ?
75. Apakah bagian pembelian membuat suatu buku catatan perlengkapan
yang memuat daftar peralatan modal ? (misalnya alat-alat kantor dll)
76. Apakah blanko formulir pembelian selalu dijaga keamanannya ?
77. Apakah catatan-catatan diselenggarakan secara efisien dan efektif ?
78. Apakah pesanan pembelian dibuat tercetak ?
79. Apakah nampak barang-barang tertimbun tanpa alasan ditempat
penerimaan ?
80. Apakah pekerja-pekerja pabrik selalu siap menerima barang ?
81. Apakah pergerakan barang selalu terjadi ?
82. Apakah ada karyawan pengelola barang yang cukup ahli yang
dipekerjakan pada bagian yang kurang memerlukan keahliannya, dalam
arti bahwa terdApat biaya tenaga kerja yang tinggi yang dipergunakan
dalam bidang pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian ?
83. Apakah barang-barang yang rentan selalu terjaga keutuhannya dalam
pemindahannya ?
84. Apakah daerah produksi terbebas dari gangguan barang-barang yang
akan dipergunakan atau akan dipergunakan pada kegiatan berikutnya?
85. Apakah barang-barang dibongkar secara mekanis atau dengan bantuan
mesin ?
86. Jika tidak, Apakah barang-barang dibongkar dengan tangan secara cukup
layak ?
87. Apakah dipergunakan karton-karton kemasan untuk memudahkan
perhitungan dan pengelolaan barang ?
88. Apakah perusahaan selalu merasa berkewajiban untuk memenuhi setiap
pesanan pembelian dan perintah pengiriman ?

125
89. Apakah kuantitas bahan baku dicek dengan dokumen pengirimannya ?
(ketika pengiriman tiba bagian penerimaan richeck dokumen pengiriman)
90. Apakah harga dicek dengan petunjuk yang ada dan dengan perintah
pengirimannya ? (disesuaikan dengan dokumen pesanan)
91. Apakah perhitungan-perhitungan matematis yang ada juga selalu dicek ?
92. Apakah tagihan-tagihan yang datang selalu dilunasi dalam jangka waktu
yang telah ditentukan ?
93. Apakah teknik-teknik pengendalian telah diterapkan, seperti misalnya
pengendalian untuk mencegah pembayaran ganda atas tagihan ?
a. Berikan uraian mengenai teknik-teknik yang ada.
94. Apakah pengendalian atas pembayaran biaya pengangkutan cukup
memadai ? (Jika tidak ada biaya pengangkutan abaikan pertanyaan ini)
95. Jika tidak tindakan-tindakan korektif Apa yang diperlukan ?
96. Apakah laporan mengenai pengangkutan selalu dibuat secara teratur?
(adanya form pengankutan lengkap dengan jenis dan waktu
pengangkutannya)
97. Apakah dalam periode pemeriksaan penerimaan bahan baku terjadi
demurrage (biaya kelebihan) ? Berapa kali dalam 1 periode)
98. Tetapkan jumlah demurrage yang harus dibayar. Catat disini_____
99. Apa saja yang menjadi sebab demurrage?
100. Apakah telah dirancang cara-cara khusus untuk memanfaatkan kredit
perjanjian demurrage ? (mengatasi biaya kelebihan)
101. Tindakan korektif Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi biaya
demurrage ?
102. Lakukan pengujian-pengujian atas tuntutan akibat kerusakan barang dan
kerugian-kerugian lainnya, dan cobalah untuk melihat Apakah kerusakan
dan kerugian itu memiliki pola tertentu. Jika ya Apakah dApat segera
ditanggulangi ?
103. Apakah tuntutan-tuntutan selalu diselesaikan dengan cepat ? (misalnya
tuntutan atas barang retur)
104. Apakah pernah ada perbedaan antara data pada dokumen angkut dengan
data pada faktur? Jika ya, Apakah hal itu disebabkan oleh penerApan

126
harga yang salah? Atau karena pedoman pemesanan yang keliru ?
Apakah pelanggan dibebani jumlah pengangkutan yang benar ?
105. Apakah pengelolaan barang merupakan suatu aktifitas khusus atau suatu
unit dalam perusahaan, dimana sedikitnya ada satu orang yang bekerja
secara penuh untuk menangani aktifitas tersebut (pengelolaan gudang) ?
106. Jika ya, Apakah pengarahan dan kualitas jasa pengelolaan barang
tanggung jawabnya berada ditangan satu orang ?
107. Apakah perencanaan produksi dapat dipergunakan oleh petugas
penyimpan bahan baku sebagai pemberitahuan tentang barang-barang
yang akan dibutuhkan ?
108. Apakah petugas gudang atau penyimpan barang selalu diberitahu
sebelumnya bila mana terjadi perubahan-perubahan rencana persediaan ?
109. Apakah ada indikasi bahwa perusahaan menggunakan berbagai macam
bahan baku sehingga memerlukan standarisasi?
110. Jika ya, Apakah perusahaan menerapkan teknik penilaian (standarisasi)
tertentu terhadap masing-masing BB ?
111. Apakah terdApat timbunan barang yang tengah menunggu reparasi,
pengerjaan kembali, atau retur ke pemasok ?
112. Apakah catatan persediaan cukup dapat diandalkan misalnya dapat
dipergunakan sebagai dasar pembelian barang atau untuk menyusun
jadwal produksi ?
113. Apakah ada seseorang yang diserahi tugas untuk menerapkan metode
baru pengelolaan barang ? (Jika perusahaan menerapkan metode
pengelolaan tersebut)
114. Apakah persediaan merupakan komponen penting dalam investasi
perusahaan ?
115. Apakah kualitas manajemen persediaan banyak mempengaruhi
pendApatan perusahaan ?
116. Apakah semua barang yang dibeli disimpan digudang pusat, dan tidak
diserahkan langsung ke unit produksi?

127
117. Jika ya, Apakah gudang memiliki sistem pencatatan yang dikerjakan oleh
karyawan-karyawan yang secara fungsional independen terhadap para
petugas gudang ?
118. Apakah ada pihak yang bertanggung jawab langsung atas pengelolaan
persediaan ?
119. Jika ya, Apakah ada pihak lain yang bertanggung jawab atas kegiatan
verifikasi persediaan ?
120. Apakah tingkat perputaran persediaan selalu diketahui dengan mudah ?
121. Apakah tingkat perputaran untuk berbagai jenis persediaan juga dapat
diketahui dengan mudah ?
122. Jika ya, Apakah cukup layak bila dibandingkan dengan standar industry
yang ada, tingkat perputaran di masa lalu dan lain-lainnya?
123. Apakah untuk setiap jenis persediaan diselenggarakan pencatatan secara
perpetual (setiap pada saat keluar masuk bahan baku dicatat)
124. Jika tidak, Apakah memang diperlukan pencatatan secara perpetual ?
125. Apakah pada tiap-tiap kantung atau lokasi barang selalu dibuat catatan-
catatan tertentu yang diperlukan ?
126. Jika tidak, Apakah memang seharusnya demikian ?
127. Jika ya, Apakah memang benar-benar diperlukan ?
128. Apakah setiap unsur persediaan dipesan, disimpan, dikeluarkan dan
dikendalikan dengan cara yang sama ?
129. Jika ya, Apakah nampak adanya barang yang sebenarnya tidak mahal tapi
dApat diperlakukan pencatatan dan pengelolaan yang berlebihan ?
130. Apakah ukuran atau alat pengaman untuk mencegah kecurangan telah
diterapkan dalam pengelolaan persediaan ? (misalnya kecurangan yang
terjadi di bagian pembelian untuk menentukan pemasok bahan baku
untuk perusahaan )
131. Apakah unsur-unsur persediaan telah diidentifikasikan menurut nomor-
nomor barang ?
132. Apakah hasil perhitungan pemasok dicek kembali oleh bagian
penerimaan ?

128
133. Apakah catatan-catatan persediaan selalu di cek dengan jumlah fisiknya
sedikitnya sekali setahun ?
134. Jika ya, Apakah penyesuaian –penyesuaian atas catatan dilakukan dengan
cepat ?
135. Jika ya, Apakah perhitungan fisik (pencatatan persediaan) itu dilakukan
oleh karyawan gudang atau selain dari mereka? Siapa?
136. Apakah untuk penyesuaian catatan persediaan fisik itu diperlukan
persetujuan tertulis oleh pihak yang bertanggung jawab? Berapa kali
penyesuaian terakhir dilakukan? Lantas Apa yang dilakukan setelah
penyesuaian itu ? (beri catatan seperlunya)
137. Apakah ada pencatatan mengenai persediaan bahan baku yang memiliki
gerakan lambat, usang, berlebihan? SiApa yang melakukan tugas tersebut
?
a. Berikan catatan mengenai tindakan-tindakan yang diambil dalam
enam bulan terakhir
138. Apakah kelompok-kelompok barang berikut ini cukup mendapat porsi
pengendalian akuntasi:
a. Konsinyasi keluar
b. Barang yang berada ditangan pensuplai
c. Barang yang dikirim dengan memorandum
d. Konsinyasi masuk
139. Apakah perusahaan memiliki instruksi tertulis sebagai pedoman bagi
karyawan yang melaksanakan perhitungan fisik akhir tahun ?
140. Apakah prosedur perhitungan persediaan itu sendiri sudah cukup dapat
diandalkan ?

129
Lampiran 4. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Utama)
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas Logistik
Logistik Masuk Operasi Penjualan dan
Utama Keluar
Pelayanan
Aktivitas - Penyediaan bahan baku LBS yang terdiri atas : - Sebelum didistribusikan kepada - Distribusi - Produk hasil olahan
 Tepung talas PT. AR. Departemen PPIC produk hasil tepung talas LBS
 Terigu (Planning Production and olahan dipasarkan melalui
 Telur Inventory Control) membuat tepung talas outlet-outlet milik PT.
 Gula MRP (Material Requirement LBS AR, kemitraan-
 Vegetable oil Planning) masing-masing bahan kemitraan dan
 Shortening baku yang dibutuhkan untuk 1 distribution channel
 Susu
bulan. - Produk olahan tepung
- Departemen PPIC melakukan talas LBS dipasarkan
 Cokelat Rasa
forcasting bahan baku (MRP) dalam kemasan kotak
 Keju
yang diperlukan kemudian karton berukuran 15 x
 Bahan Kondimen diterbitkan kepada bagian 23 cm dan tersedia
 Box Kemasan purchasing untuk dibuat dalam berbagai varian
- Transportasi/pendistribusian masing-masing purchase order yang kemudian rasa yaitu original keju,
bahan baku dari para supplier kepada PT. dikirimkan pada masing-masing greentea keju, full talas
AR supplier keju, coklat talas keju,
- Pelayanan yang diberikan oleh supplier - Masing-masing bahan baku coklat talas polos,
kepada PT. AR adalah jaminan kualitas mempunyai lead time, cappuccino, tiramisu,
kerusakan fisik atau ketidaksesuaian dengan contohnya untuk bahan baku blueberry, strawberry.
dengan spesifikasi yang diminta, kemudian seperti tepung talas, tepung
dilakukan penukaran (retur) bahan baku terigu, shortening, coklat, bahan
yang akan diproses pada pengiriman kondimen dan kotak karton
selanjutnya. kemasan memiliki jangka waktu
- supplier bertanggung jawab terhadap tunggu 3 hari setelah pengiriman
ketertolakan bahan baku yang dipasok PO sedangkan untuk telur
- Terdapat pelayanan yang cukup memadai dilakukan sistem just in time,

130
Produk LBS
Perusahaan PT. AR
Pemasaran,
Aktivitas Logistik
Logistik Masuk Operasi Penjualan dan
Utama Keluar
Pelayanan
untuk jaminan retur (pengembalian) bahan yaitu dilakukan pengiriman 2
baku yang tidak sesuai spesifikasi yang kali sehari untuk 3 shiift
diminta, yaitu barang retur akan diganti pada produksi.
saat pengiriman selanjutnya - Ketika bahan baku telah
- Negosiasi mengenai hal-hal yang diterima, bagian quality control
berhubungan dengan kerjasama antara PT. mengambil sampel masing-
AR dan supplier dilakukan setiap periode masing bahan baku untuk
untuk mengetahui fluktuasi harga, dilakukan pengecekan fisik
kontinuitas pengiriman, jadwal pengiriman untuk melihat kualitas bahan
serta evaluasi lainnya untuk kepentingan baku, kegiatan selanjutnya yaitu
masing-masing pihak. penimbangan bahan baku, lalu
diserahkan kepada bagian
gudang untuk dilakukan
penataan di setiap pallet.
- Pengolahan (pencampuran)
bahan baku menjadi Lapis Talas
- Pengemasan Lapis Talas
menggunakan box kemasan
kertas karton

131
Lampiran 5. Penjelasan Rantai Nilai Pengolahan Tepung Talas menjadi Lapis Talas (Aktivitas Pendukung)
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
Infrastruktur - Akses jalan dari dan menuju PT. - Alat-alat persiapan bahan - Terdapatsarana transportasi - Terdapat agen-agen yang
AR sudah cukup memadai. baku di ruang persiapan menggunakan kendaraan merupakan mitra dari PT.
Pabrik pengolahan sekaligus seperti mesin pengayak bermotor roda 2 maupun roda AR yang memasarkan
gudang penyimpanan bahan baku tepung, timbangan untuk 4 dan akses jalan yang cukup produk LBS
terletak tidak jauh dari pusat kota menakar bahan baku, memadai untuk menggunakan kendaraan
dan tidak jauh dari akses jalan tol wadah takaran untuk mendistribusikan LBS dari bermotor roda 2 dan roda
- Pabrik pengolahan memiliki terigu, gula, susu dan lokasi perusahaan ke outlet- 4
gudang persediaan yang tidak bahan baku lainnya. outlet PT. AR, kemitraan- - Terdapat 4 outlet yang
cukup luas, tetapi kebutuhan - Berbagai macam alat dan kemitraan serta distribution tersebar di wilayah Bogor
bahan baku tercukupi untuk mesin yang digunakan channel lainnya. untuk menjual produk
kegiatan produksi, pemesanan untuk memproduksi LBS, LBS
kembali bahan baku telah diatur seperti mesin steamer,
sedemikian rupa agar tidak terjadi mesin mixer, timer,
kekurangan bahan baku loyang stainless untuk
- Alat-alat perlengkapan untuk mencetak kue, konveyor,
pengangkutan bahan baku mesin parutan keju dan
menggunakan trolley khusus coklat, dan lain-lain.
- Timbangan disediakan ditempat
penerimaan bahan baku sebagai
alat perlengkapan yang
dibutuhkan divisi quality control
untuk melakukan penimbangan
ulang bahan baku yang datang
kemudian disesuaikan
kuantitasnya dengan form

132
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
Purchase Order
- Bahan baku diangkut menuju
gudang persediaan menggunakan
trolley yang disediakan supplier
- Penataan bahan baku di gudang
persediaan diatur berdasarkan
konsep FIFO (First In First Out)
yaitu barang yang masuk lebih
dahulu akan digunakan terlebih
dahulu untuk kegiatan produksi
- Didalam gudang persediaan
terdapat pallet-pallet yang terbuat
dari baja tersusun 2 tingkat.
- Penataan bahan baku diatur
berdasarkan jenis bahan baku,
bahan baku kering seperti tepung
talas, terigu serta bahan baku
dengan kemasan kotak karton
disimpan dalam pallet yang
berdampingan, sedangkan untuk
telur dan bahan-bahan kondimen
dengan kemasan pail disimpan
dalam pallet yang berjauhan
dengan penyimpanan bahan baku
kering.
- Terdapat sarana komunikasi dan

133
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
teknologi informasi yang
memadai sebagai sarana
komunikasi mengenai purchase
order ataupun invoice dari pihak
perusahaan kepada para supplier.
Sumber Daya - Departemen PPIC khususnya bagian - Tenaga kerja pada bagian - Pendistribusian produk olahan - Produkolahan tepung
Manusia purchasing yang mengatur rantai pasok produksi LBS dilatihlangsung tepung talas LBS talas LBS dipasarkan
bahan baku. Tenaga kerja dibagian oleh tenaga ahli yang juga menggunakan kendaraan melalui outlet-outlet,
departemen Planning Production And merupakan formulator sekaligus bermotor roda 2 atau roda 4 agen mitra serta
Inventory Control (PPIC) memiliki R&D produk LBS distribution channel
kemampuan melakukan forcasting - Tenaga kerja memiliki lainnya yang bekerjasama
kebutuhan bahan baku, mengatur waktu kemampuan masing-masing dengan PT. AR
pemesanan kembali bahan baku yang dalam kegiatan persiapan bahan - SDM dibagian pemasaran
telah mendekati titik kritis, melakukan baku, pengolahan hingga telah memiliki
negosiasi mengenai kerjasama seperti finishing produk pengetahuan tentang
apa yang akan dibentuk antar kedua produk yang dipasarkan
belah pihak, menerima penawaran-
penawaran kerjasama dari berbagai
perusahaan bahan baku serta menjaga
hubungan yang baik dengan para
supplier
- Para supplier bahan baku
- Tenaga kerja pengangkutan bahan baku
yang disediakan oleh perusahaan
supplier dari tempat penerimaan bahan
baku

134
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
- Quality Control (QC) memiliki
kemampuan dalam mengendalikan
kesesuaian teknis(re-check) bahan baku
yang diterima dari para supplier
- Tenaga kerja yang melakukan penataan
bahan baku di gudang persediaan
- Tenaga kerja yang melakukan persiapan
bahan baku
- Tenaga kerja untuk memproduksi LBS
- Tenaga kerja yang melakukan finishing
produk
- Jenis kelamin tenaga kerja kombinasi
antara pria dan wanita
- Tingkat pendidikan tenaga kerja
bervariasi dari SD hingga Sarjana
Pengembangan - Adanya alat telekomunikasi yang dapat - Pengolahan tepung talas menjadi - Adanya alat telekomunikasi yang - Terdapat sarana komunikasi
Teknologi membantu dalam proses pemesanan dan LBS masih banyak menggunakan dapat membantu dalam proses dan teknologi informasi yang
pendistribusian masing-masing bahan baku tenaga manusia meskipun sudah pemesanan dan pendistribusian memadai untuk memasarkan
dari perusahaan supplier kepada PT. AR. menggunakan mesin produk olahan tepung talas LBS produkLBS kepada masing-
Komunikasi antar perusahaan supplier, bisa - Adanya tenaga ahli yang melatih - Transportasi yang digunakan masing outlet, agen mitra
melalui jaringan telepon, chat messanger dan mengawasi proses pengolahan untuk mendistribusikan produk dan konsumen, baik melalui
maupun email tepung talas menjadi LBS olahan tepung talas LBS yaitu media social, website atau
- Teknologi yang digunakan dalam proses kendaraan roda 2 atau roda 4 jaringan telepon
pemesanan dan pelayanan dari supplier - Teknologi yang digunakan
yaitu komputer/laptop untuk mencatat data dalam pemasaran yaitu
pemesanan dan lain-lain. komputer/laptop untuk
- Alat yang digunakan dalam pemasaran mencatat data penjualan dan

135
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
bahan baku dari perusahaan supplier lain-lain.
menggunakan kendaraan pick up tertutup
ataumenggunakan kendaraan bermotor roda
2
- Teknologi yang digunakan dalam
pendistribusian bahan baku dari para
supplier bahan baku kepada PT. AR adanya
alat timbangan digital, trolley dan bidang
miring untuk memudahkan pengangkutan
bahan baku dari tempat penerimaan.
- Masing-masing bahan baku memiliki
teknologi pengemasan/pengepakan yang
berbeda, utnuk menghindari kerusakan
bahan baku selama dalam perjalanan
menuju PT. AR yaitu :
- Tepung talas, tepung terigu dan gula
menggunakan karung berkapasitas 25Kg
sedangkan gula 50 Kg dengan satuan bal
- Telur menggunakan kerat renggang (16,5
Kg/8 kerat) dan kerat rapat (15 Kg/8 kerat)
masing-masing berisi telur ± 230 butir.
- Shortening, vegetable oil, susu, keju dan
cokelat menggukan kemasan karton yang
berkapasitas 15 Kg (shortening), 18 Kg
(vegetable oil), 48 Kaleng susu kental
manis, 16 Kg (Keju), 12 Kg (Cokelat)
- Kemasan kotak karton LBS berisi 200 pcs
perkarton
- Alat yang digunakan untuk pengangkutan

136
Produk LBS

Perusahaan PT. AR

Pemasaran,
Aktivitas
Logistik Masuk Operasi Logistik Keluar Penjualan dan
Pendukung
Pelayanan
bahan baku dari tempat penerimaan hingga
penataan bahan baku di gudang persediaan
- Teknologi yang digunakan dalam
pembuatan produk olahan tepung talas LBS
tergolong semi modern (adanya mesin
pengayak tepung, mesin pencampur adonan,
mesin steamer, konveyor dan mesin parutan
keju) dan masih membutuhkan tenaga
manusia untuk mengoperasikannya.
Pengadaan - Bahan baku LBS dari masing-masing - Bahan baku utama, tambahan dan - Kebutuhan transportasi untuk - Ketersediaan produk olahan
supplier diperoleh dari banyak supplier penolong untuk memproduksi LBS pendistribusian produk LBS LBS belum mencukupi
yang bekerjasama dengan PT. AR didapat dari wilayah Bogor dan sudah memadai permintaan konsumen
- Supplier bahan baku kebanyakan memiliki sekitarnya karena keterbatasan
lokasi sekitar JABODETABEK agar waktu kapasitas produksi dan
pengiriman lebih efektif tenaga kerja.
- Alat atau teknologi yang digunakan untuk
pengiriman bahan baku dan mengendalikan
kualitas bahan baku yang diterima
disediakan oleh supplier maupun PT. AR.
- Alat atau mesin yang digunakan untuk
memproduksi produk olahan tepung talas
LBS didapat dari wilayah Bogor dan
sekitarnya, luar jawa dan impor dari luar
negeri

137
Lampiran 6. Standar Nasional Indonesia Bahan Baku Utama yang digunakan PT.
Agrinesia Raya

1. Tepung Talas
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan
a. Bau Agak Menyengat
b. Warna Coklat Muda
c. Bentuk Serbuk Halus
Air % b/b 8,58
Abu % b/b 16,82
Kadar Protein % b/b 1,73
Besi (Fe) ppm 80,20
Seng (Zn) ppm 170,8
Cemaran Mikroba
a. Angka lempeng total Koloni/g -
b. E. Coli Koloni/g -
c. Kapang Koloni/g 8,1 x 102
d. Total bakteri Koloni/g 2,8 x 108
e. Total Coliform Koloni/g 4,6 x 105
f. Fecal coliform Koloni/g < 3 x 100
Sumber : BSN (2006)

2. Telur Ayam
Tingkatan Mutu
No. Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Kondisi Kerabang
Abnormal
a. Bentuk Normal Normal Sedikit Kasar
b. Kehalusan Halus Halus Tipis
c. Ketebalan Tebal Sedang Utuh
d. Keutuhan Utuh Utuh Banyak noda
e. Kebersihan Bersih Sedikit noda kotor dan sedikit
kotor
2. Kondisi Kantung Udara (di lihat dengan peneropong)
>0,9 cm
<0,5 cm
a. Kedalaman kantong 0,5 cm-0,9 cm Bebas bergerak
udara dan dapat
Tetap
b. Kebebasan bergerak Bebas bergerak terbentuk
ditempatnya
gelembung
udara
3. Kondisi putih telur
Ada sedikit
bercak darah,
a. Kebersihan Bebas bercak
Bebas bercak tidak ada benda
darah, atau
darah, atau benda asing lainnya
benda asing
asing lainnya
lainnya
Kental Encir, kuning
b. Kekentalan Sedikit encer
telur belum
tercampur
0,134-0,175 dengan putih
c. Indeks 0,092-0,133
telur
0,050-0,091

138
Tingkatan Mutu
No. Faktor Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
4. Kondisi Kuning Telur

a. Bentuk Bulat Agak pipih Pipih


b. Posisi Di tengah Sedikit bergeser Agak kepinggir
dari tengah
c. Penampakan batas Tidak jelas Agak jelas Jelas

d. Kebersihan Bersih Bersih Ada sedikit


bercak darah
e. Indeks 0,458-0,521 0,394-0,457 0,330-0,393

5. Bau Khas Khas Khas


Sumber: SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008).

3. Gula Kristal Rafinasi


Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan
I II
1 Polarisasi Z Min. 99,80 Min. 99,70
2 Gula Reduksi % Maks.0,04 Maks. 0,04
3 Susut Pengeringan % Maks. 0,05 Maks. 0,05
4 Warna Larutan %, b/b Maks. 45 Maks. 80
5 Abu Mg/Kg Maks. 0,03 Maks. 0,05
6 Sedimen Mg/Kg Maks. 7,0 Maks. 10,0
7 Belerang Dioksida (SO2) Mg/Kg Maks. 2,0 Maks. 5,0
8 Timbal (Pb) Mg/Kg Maks. 2,0 Maks. 2,0
9 Tembaga (Cu) Mg/Kg Maks. 2,0 Maks. 2,0
10 Arsen (As) Mg/Kg Maks. 1,0 Maks. 1,0
11 Angka Lempeng Total (ALT) Koloni/10 G Maks. 200 Maks. 250
12 Kapang Koloni/10 G Maks. 10 Maks. 10
13 Khamir Koloni/10 G Maks. 10 Maks. 10
Catatan Z = Zuiker = Sukrosa; IU = ICUMSA UNIT
Sumber : SNI 01-3140.2-2006

4. Tepung Terigu
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Keadaan :
A. Bentuk - Serbuk
B. Bau - Normal (Bebas dari Bau
Asing)
C. Warna - Putih, Khas Terigu
Benda Asing - Tidak Ada
Serangga dalam Semua - Tidak Ada
Bentuk Stadia dan Potongan-
Potongannya yang Tampak
Kehalusan, Lolos Ayakan % Maksimal 95
212 Μm (Mesh No. 70) (b/b)
Kadar Air (b/b) % Maksimal 14,5
Kadar Abu (b/b) % Maksimal 0,70
Kadar Protein (b/b) % Minimal 7,0
Keasaman Mg Koh/100g Maksimal 50
Falling Number (Atas Dasar Detik Minimal 300
Kadar Air 14%)

139
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Besi (Fe) Mg/Kg Minimal 50
Seng (Zn) Mg/Kg Minimal 30
Vitamin B1 (Tiamin) Mg/Kg Minimal 2,5
Vitamin B2 (Riboflavin) Mg/Kg Minimal 4
Asam Folat Mg/Kg Minimal 2
Cemaran Logam :
A. Timbale (Pb) Mg/Kg Maksimal 1,0
B. Raksa (Hg) Mg/Kg Maksimal 0,05
C. Cadmium (Cd) Mg/Kg Maksimal 0,1
Cemaran Arsen Mg/Kg Maksimal 0,50
Cemaran Mikroba :
A. Angka Lempeng Total Koloni/G Maksimal 1 X 106
B. Escherichia Coli Apm/G Maksimal 10
C. Kapang Koloni/G Maksimal 1 X 104
D. Bacillus Cereus Koloni/G Maksimal 1 X 104
Sumber : SNI (2009)

5. Susu Segar
No Karakteristik Satuan Syarat
Berat Jenis (Pada Suhu 27,5oc)
a. G/Ml 1,0270
Minimum
b. Kadar Lemak Minimum % 3,0
Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak
c. % 7,8
Minimum
d. Kadar Protein Minimum % 2,8
Tidak Ada
e. Warna, Bau, Rasa, Kekentalan -
Perubahan
O
f. Derajat Asam SH 6,0 – 7,5
g. Ph - 6,3 – 6,8
h. Uji Alcohol (70 %) V/V - Negative

Cemaran Mikroba, Maksimum :

1. Total Plate Count CFU/ml 1 X 106


i.
2. Staphylococcus Aureus CFU/ml 1 X 102

3. Enterobacteriaceae CFU/ml 1 X 103


j. Jumlah Sel Somatis Maksimum Sel/ml 4 X 105
Residu Antibiotika (Golongan
k. Penisilin, Terasiklin, Aminoglikosida, - Negatif
Makrolida)
l. Uji Pemalsuan - Negative
O
m. Titik Beku c -0,520 S/D -0,560
n. Uji Peroxidase - Positif
Cemaran Logam Berat, Maksimum : Μg/ml

1. Timbal (Pb) Μg/ml 0,02


o.
2. Merkuri (Hg) Μg/ml 0,03

3. Arsen (As) Μg/ml 0,1


Sumber : SNI 3141.1 : 2011

140
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ( K-1 & K-2) PENGANTAR

KUISIONER PENELITIAN Kepada Responden yang Terhormat,


ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) PRODUK LAPIS Saya Nurul Fitriani, mahasiswa S1 Program Studi Sosial Ekonomi
BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
BOGOR, JAWA BARAT Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian
tentang ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER)PRODUK
LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA,
IDENTITAS RESPONDEN BOGOR, JAWA BARAT dibawah bimbingan Drh. Zulmanery, MM
Nama : dan Rizki Adi Puspita Sari, MM. Dalam rangka menyelesaikan
Usia : studi/tugas akhir ini, diperlukan dukungan serta kesediaan Bapak/Ibu
Jabatan : untuk mengisi kuisioner ini.
Lama Bekerja :
No.Telp : Pengisian kuisioner ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi
Email : kriteria-kriteria pemasok produk Lapis Bogor Sangkuriang yang
Oleh : harus dipertimbangkan PT. AGRINESIA RAYA sebagai salah satu
Nurul Fitriani perusahaan yang bergerak dalam industri pangan dan untuk menilai
tingkat kepentingan masing-masing kriteria yang akan digunakan
NIM 1110092000006
untuk seleksi pemasok tetap produk Lapis Bogor Sangkuriang PT.
AGRINESIA RAYA, Bogor, Jawa Barat. Kuisioner ini menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Pengisian kuisioner ini
diharapkan berdasarkan pengalaman dan penilaian yang dirasakan oleh
Bapak/Ibu selaku pakar untuk memberikan perspektif dari sisi yang
berbeda dibandingkan dengan perspektif pelaku usaha dalam memandang
kasus seleksi pemasok.

Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon


kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Informasi yang
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI untuk keperluan akademik. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH terimakasih.
Contact Person : Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Nurul
JAKARTA
Fitriani, NIM 1110092000006, dengan nomor handphone 08568692774
2014 dan emailnuruulfitriani@gmail.com
141
K-1

PETUNJUK PENGISIAN d. Lead Time Singkat


1. Responden diharapkan melakukan pengisian kuisioner pada satu e. Ketepatan Waktu
waktu secara tuntas, untuk menghindari inkonsistensi antar f. Kontinuitas
jawaban 5 Pelayanan dan Manajemen Organisasi
2. Berilah tanda centang (√) pada kriteria-kriteria pemasok produk i. Aksesibilitas
Lapis Bogor Sangkuriang yang harus dipertimbangkan PT. j. Fleksibilitas
AGRINESIA RAYA k. Status/Kondisi Financial
3. Jika menurut anda ada kriteria lain yang harus dipertimbangkan, l. Kepercayaan
mohon mengisi kolom Rekomendasi Kriteria yang harus m. Tingkat Kemudahan
Dipertimbangkan Komunikasi
4. Selanjutnya anda diminta memberikan nilai tingkat kepentingan n. Prosedur Komplain dan
masing-masing kriteria dengan mengisi setiap kolom Tingkat Responsibilitas
Kepentingan dengan skala angka 1-3 sesuai dengan pendapat 6 Biaya
masing-masing. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai d. Harga Produk
tingkat kepentingan kriteria pemasok sebagai berikut:
e. Kemampuan Memberikan
Skala Makna Skala Diskon
1 Kurang Penting
f. Mekanisme Pembayaran
2 Penting Mudah
3 Sangat Penting Rekomendasi Kriteria Lain :
1
No Kriteria 2
Tingkat 3
1 Kelengkapan Dokumen Keamanan (√)
Kepentingan
Pangan 4
d. Sertifikat Halal 5
e. Sertifikat GMP dan HACCP
f. Sertifikat P-IRT (Pangan
Industri Rumah Tangga)
3 Kualitas
e. Kesesuaian Teknis
f. Reliabilitas Produk
g. Standar dan Jaminan Kualitas
h. Rasio Ketertolakan Produk
4 Pengiriman
142
KUISIONER PENELITIAN PENGANTAR
ANALISIS SELEKSI PEMASOK PRODUK LAPIS BOGOR Kepada Responden yang Terhormat,
SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA RAYA, BOGOR, JAWA
BARAT Saya Nurul Fitriani, mahasiswa S1 Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian
IDENTITAS RESPONDEN tentang ANALISIS SELEKSI PEMASOK (SUPPLIER) BAHAN
BAKU LAPIS BOGOR SANGKURIANG PADA PT. AGRINESIA
Nama : RAYA, BOGOR, JAWA BARAT dibawah bimbingan Drh.
Usia : Zulmanery, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, MM. Dalam rangka
Jabatan : menyelesaikan studi/tugas akhir ini, diperlukan dukungan serta kesediaan
Lama Bekerja : Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini.
No.Telp :
Email : Pengisian kuisioner ini memiliki tujuan untuk menilai kesesuaian
Oleh : kriteria-kriteria pemasok bahan baku Lapis Bogor Sangkuriang dan
selanjutnya dipilih pemasok terbaik dengan nilai tertinggi yang akan
Nurul Fitriani
dipertimbangkan PT. AGRINESIA RAYA, Bogor, Jawa Barat sebagai
NIM 1110092000006 salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan untuk
dijadikan pemasok tetap. Kuisioner ini menggunakan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE) sebagai model pengambilan
keputusan seleksi pemasok. Pengisian kuisioner ini diharapkan
berdasarkan pengalaman dan penilaian yang dirasakan oleh Bapak/Ibu
selaku pengambil keputusan pada PT. AGRINESIA RAYA khususnya
dalam kegiatan pengadaan bahan baku.
Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon
kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Informasi yang
didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
untuk keperluan akademik. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI terimakasih.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
Contact Person : Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Nurul
JAKARTA Fitriani, NIM 1110092000006, dengan nomor handphone 08568692774
2014 dan emailnuruulfitriani@gmail.com

143
K-2
Petunjuk Pengisian

Dibawah ini terdapat tabel kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan pemasok (supplier) untuk
PT.AGRINESIA RAYA. Silahkan Bapak/Ibu mengisi setiap kolom dengan angka 1-3 sesuai dengan
pendapat masing-masing.

Skala Makna Skala


1 Kurang Baik
2 Baik
3 Sangat Baik

Tabel 1. Pemilihan Pemasok Tepung Talas yang akan dijadikan pemasok tetap oleh PT.AGRINESIA RAYA

No Kriteria
Kode
1 Kelengkapan Dokumen Keamanan
Kriteria
Pangan
a. Sertifikat Halal Q1
b. Sertifikat GMP dan HACCP Q2
c. Sertifikat P-IRT (Pangan Industri Q3
Rumah Tangga)
2 Kesesuaian Standar Kemasan Pangan Q4
3 Kualitas
a. Kesesuaian Teknis Q5
b. Reliabilitas Produk Q6
c. Standar dan Jaminan Kualitas Q7
d. Rasio Ketertolakan Produk Q8
4 Pengiriman
a. Lead Time Singkat Q9
b. Ketepatan Waktu Q10
c. Kontinuitas Q11
5 Pelayanan dan Manajemen Organisasi
a. Aksesibilitas Q12
b. Fleksibilitas Q13
c. Status/Kondisi Financial Q14
d. Kepercayaan Q15
e. Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16
f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17
6 Biaya
a. Harga Produk Q18
b. Kemampuan Memberikan Diskon Q19
c. Mekanisme Pembayaran Mudah Q20
7 Traceability Q21
8 Label SNI Q22

144
145
146
147
148
Lampiran 11. Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier

Prosedur Klasifikasi dan Seleksi Supplier

1. Tujuan

Prosedur ini dibuat sebagai pedoman pemesanan dan pembelian bahan

baku untuk menunjang aktifitas bagian Purchasing PT. Agrinesia Raya

2. Ruang Lingkup

Prosedur ini diterapkan untuk pengadaan bahan baku yang terkait dengan

PT. Agrinesia Raya, mulai dari permintaan bahan baku sampai dengan

barang diterima di PT. Agrinesia Raya dan prosedur ini digunakan untuk

klasifikasi dan seleksi supplier berdasarkan kriteria yang dipertimbangkan

PT. Agrinesia Raya sebagai syarat yang harus dipenuhi supplier yang akan

bekerjasama dengan PT. Agrinesia Raya

3. Definisi

PT. AR : PT. Agrinesia Raya

LBS : Lapis Bogor Sangkuriang

Supplier : Rekanan penyedia bahan baku

4. Referensi

Kriteria diadaptasi dari:

a. Kriteria yang mengacu pada GMP dan HACCPdalam FG. Winarno, 2004.

b. Kriteria yang digunakan PT. NIC sebagai industri yang bergerak dalam

bidang bakerydalam Eka, 2011.

c. Formulir kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh

Vincent Gasperz dan telah digunakan oleh banyak indusri di Indonesia

149
5. Uraian Prosedur

A. Uraian prosedur pembelian bahan baku dijelaskan dalam bagan alir

proses:

a) Bagan Alir Proses Pembelian Bahan Baku PT. AR dapat dilihat pada

Gambar 1.

b) Bagan Alir Proses Pembelian Finishing Product Percetakan (Box

kemasan, Plastik, Brosur, dll) PT. AR dapat dilihat pada Gambar 2.

c) Pencarian supplier, Purchasing mencari informasi tentang supplier

yang akan menjual bahan baku yang di perlukan PT. AR. Informasi

dapat diperoleh dari kartu nama, iklan, internet, pameran, relasi

ataupun sumber lainnya. Supplier baru juga bisa berasal dari

penawaran kepada PT. AR.

B. Klasifikasi Supplier

a) Setelah mendapatkan nama dan alamat supplier maka tahap

selanjutnya adalah Purchasing mendata dalam form data supplier

b) Dasar dalam pendataan Purchasing adalah supplier di klasifikasikan

berdasarkan jenis bahan baku dan data ini dipisahkan dengan form

data supplier yang berbeda

150
Dir. Keu, Dir. Op & Bagian Gudang Bahan Gambar 1.
Purchasing Supplier R&D Finance Accounting Bagan Alir
GM Baku
Proses
Penerimaan Penawaran
Bahan Baku (email/
Penerimaan Sample Pembelian
Persetujuan PR Pengiriman Invoice
langsung) Bahan Baku
PT. AR
Sumber : Data PT.
Mencari Pembanding AR (diolah)
Supplier (min. 2) Proses Trial
Proses Pengiriman
Verifikasi Bahan Baku
Kaji semua
Penawaran Tidak
Konfirmasi Sesuai
Setuju
Pemesanan/Retur
PemilihanSupplier Tidak
Ya
Penataan bahan
Ya Ya
Didaftarkan untuk baku di gudang
Didaftarkan untuk Monitoring Tidak Setuju Persetujuan
Persetujuan (penerbitan
PR) Ya
Tidak Sesuai
Penerimaan &
Penyerahan Sample kpd Penerimaan PO
R&D
Pembayaran
Pengiriman PO ke Penerimaan bahan Tagihan
Supplier cc : GM, baku
Penyerahan Sample
bag. Keu
Penerimaan Invoice
Penerimaan form
Form. Kedatangan
kedatangan bahan
Bahan Baku
baku

Penerimaan PO
RETUR

151
Dir. Keu, Dir. Op & Gambar 2.
Purchasing Supplier Product Designer Logistik Finance Accounting Bagan Alir
GM
Proses
Penerimaan Penawaran
Penerimaan Sample Pembelian
Percetakan (email/ Persetujuan PR Pengiriman Invoice
langsung)
Finishing
Product
Percetakan
Mencari Pembanding
Supplier (min. 2)
(Bx, Plastik,
Proses Proses Pengiriman Kaji Ulang
Brosur, dll)
Verifikasi Hasil Percetakan PT. AR
Kaji semua Sumber : Data PT.
AR (diolah)
Penawaran Tidak
Konfirmasi Sesuai
Setuju
Pemesanan/Retur
PemilihanSupplier Tidak
Ya
Penataan Hasil
Ya Ya
Didaftarkan untuk percetakan
Didaftarkan untuk Monitoring Tidak Setuju Persetujuan
Persetujuan (penerbitan
PR) Ya
Tidak Sesuai
Penerimaan &
Penyerahan Sample kpd Penerimaan PO
Product Designer
Pembayaran
Pengiriman PO ke Penerimaan Hasil Tagihan
Supplier cc : GM, Percetakan
Penyerahan Sample
bag. Keu
Penerimaan Invoice
Penerimaan form
Form. Kedatangan
kedatangan Hasil
Hasil Percetakan
Percetakan

Penerimaan PO
RETUR

152
C. Seleksi Supplier

a) Purchasing melengkapi data dari form data supplier dengan mengisi

kolom seleksi supplier dan memastikan sudah ada supplier

pembanding.

b) Seleksi supplier akan dinilai menggunakan Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) yang masing-masing kriteria telah memiliki

bobot hasil penilaian dari pakar sekaligus akademisi dan praktisi

serta bagian internal perusahaan yang memiliki kepentingan dalam

kasus seleksi supplier PT. AR. Skala penilaian dapat dilihat dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Skor Skala Penilaian pada MPE


Kriteria Skor
Tidak Baik 1
Baik 2
Sangat Baik 3

Supplier akan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut (Tabel 2) :

Tabel 2. Kriteria-Kriteria Supplier


No Kriteria Skor Keterangan
Kelengkapan Dokumen
1
Keamanan Pangan
1 Belum memiliki sertifikat halal
a. Sertifikat Halal,
3 Memiliki sertifikat halal
b. Sertifikat GMP dan 1 Belum memiliki sertifikat GMP dan HACCP
HACCP 3 Memiliki sertifikat GMP dan HACCP
Supplier bahan baku tingkat industri yang
1
belum memiliki sertifikat P-IRT
c. Sertifikat P-IRT
Supplier bahan baku tingkat industri yang
3
memiliki sertifikat P-IRT
2 Kualitas
Kesesuaian produk yang dipasok supplier
terhadap standar tertentu tidak memenuhi
1
a. Kesesuaian Teknis persyaratan dan dibawah supplier
pembanding
2 Kesesuaian produk yang dipasok

153
No Kriteria Skor Keterangan
supplierterhadap standar tertentu memenuhi
persyaratan sama dengan supplier
pembanding
Kesesuaian produk yang dipasok supplier
3 terhadap standar tertentu memenuhi
persyaratan lebih dari supplier pembanding
Supplier belum mampu menjaga reliabilitas
produk yang dipasok kepada PT. AR dan
kerusakan yang terjadi lebih dari 0% bahkan
1
mencapai 20-50% kerusakan pada bahan
baku yang dipasok jauh dibawah supplier
pembanding
Supplier mampu menjaga reliabilitas produk
b. Reliabilitas Produk
yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan
2
yang terjadi 0% sama dengan supplier
pembanding
Supplier mampu menjaga reliabilitas produk
yang dipasok kepada PT. AR dan kerusakan
3
yang terjadi 0% tetapi lebih baik dari supplier
pembanding
Supplier belum mampu dalam memberikan
1 standar dan jaminan kualitas yang baik
bahkan dibawah supplier pembanding
Supplier mampu dalam memberikan standar
c. Standar dan Jaminan
2 dan jaminan kualitas yang baik sama dengan
Kualitas
supplier pembanding
Supplier mampu dalam memberikan standar
3 dan jaminan kualitas yang baik lebih dari
supplier pembanding
Ketertolakan produk akibat reject yang
1
dipasok supplier mencapai lebih dari 20%
Ketertolakan produk akibat reject yang
d. Rasio Ketertolakan 2
dipasok supplier mencapai 10%-20%
Produk
Ketertolakan produk akibat reject produk
3 yang dipasok supplier mencapai 1% bahkan
0%
3 Pengiriman
1 5 HK lebih lama dari supplier pembanding
a. Lead time singkat 2 Sama dengan supplier pembanding
3 5 HK lebih cepat dari supplier pembanding
1 Lebih lama dari supplier pembanding
b. Ketepatan Waktu 2 Sama dengan supplier pembanding
3 Lebih cepat dari supplier pembanding
Supplier tidak kontinu mengirimkan bahan
c. Kontinuitas 1 baku sesuai pesanan dan tidak mematuhi
jadwal pengiriman

154
No Kriteria Skor Keterangan
Supplier kontinu mengirimkan bahan baku
2 sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman
sama dengan supplier pembanding
Supplier kontinu mengirimkan bahan baku
3 sesuai pesanan dan sesuai jadwal pengiriman
lebih baik dari supplier pembanding
Pelayanan dan Manajemen
4
Organisasi
Akses supplier untuk mencapai PT. AR
1 memiliki banyak kendala dari pada supplier
pembanding
Aksesibilitas supplier untuk mencapai PT.
a. Aksesibilitas 2
AR sama dengan supplier pembanding
Akses supplier untuk mencapai PT. AR tidak
3 memiliki kendala apapun dan lebih dapat
diandalkan dari pada supplier pembanding
Supplier memiliki respon yang lambat
terhadap pergantian ketika ada
1 pengembangan/inovasi produk dari satu
produk ke produk lain dan tidak dapat
diandalkan dari supplier pembanding
Supplier memiliki respon yang cepat terhadap
pergantian ketika ada pengembangan/inovasi
b. Fleksibilitas 2 produk dari satu produk ke produk lain dalam
waktu singkat sama dengan supplier
pembanding
Supplier memiliki respon yang cepat terhadap
pergantian ketika ada pengembangan/inovasi
3 produk dari satu produk ke produk lain dalam
waktu singkat lebih dapat diandalkan dari
supplier pembanding
Kondisi financial supplier terkendala jika
terjadi keterlambatan pembayaran dari PT.
1
AR, sehingga mengganggu pasokannya
kepada PT. AR
Kondisi financial supplier tidak memiliki
2 kendala apapun sama dengan supplier
c. Status/Kondisi
pembanding
Financial
Kondisi financial supplier tidak memiliki
kendala apapun sehingga jika terjadi
keterlambatan pembayaran dari PT. AR,
3
supplier tidak memiliki kesulitan yang berarti
atau tidak mengganggu pasokannya dan lebih
dapat diandalkan dari supplier pembanding
Supplier sering mengecewakan pihak PT. AR
d. Kepercayaan 1 dalam segala aspek yang berkaitan dengan
kualitas maupun pengiriman

155
No Kriteria Skor Keterangan
Supplier lebih dapat dipercaya dari pada
supplier pembanding dalam segala aspek
3 yang berkaitan dengan kualitas maupun
pengiriman karena terbukti tidak sekalipun
mengecewakan pihak PT. AR
Supplier tidak memiliki kemudahan dalam
komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
1 bahan bakunya kepada PT. AR dan tidak
dapat diandalkan dari pada supplier
pembanding
Supplier memiliki kemudahan dalam
e. Tingkat Kemudahan komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
2
Komunikasi bahan bakunya kepada PT. AR sama dengan
supplier pembanding
Supplier memiliki kemudahan dalam
komunikasi yang berkaitan dengan pasokan
3 bahan bakunya kepada PT. AR dan lebih
dapat diandalkan dari pada supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
dipasok supplier tidak dilayani dengan baik
1 dan bentuk responsibilitasnya tidak
memuaskan, dibawah dari supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
f. Prosedur Komplain
dipasok supplier dan bentuk
dan Responsibilitas 2
responsibilitasnya sama dengan supplier
pembanding
Komplain PT. AR terhadap bahan baku yang
dipasok supplier dilayani dengan baik dan
3
bentuk responsibilitasnya sangat memuaskan,
lebih dari supplier pembanding
Kemampuan telusur supplier yang mampu
1 terintegrasi hanya pada tahapan produsen
g. Traceability(Kemampu
bahan baku
an telusur
Kemampuan telusur supplier yang mampu
3
terintegrasi hingga pada tahapan budidaya
Supplier memasok produk yang belum
1
memiliki label SNI
h. Label SNI
Supplier memasok produk yang sudah
3
memiliki label SNI
5 Biaya
Diatas 10% lebih mahal dari supplier
1
pembanding
a. Harga Produk)
2 Sama dengan harga supplier pembanding
3 Diatas 10% lebih murah dari

156
No Kriteria Skor Keterangan
supplierpembanding
1 Supplier tidak mampu memberi diskon
Diskon yang diberikan sama dengan supplier
b. Kemampuan 2
pembanding
Memberikan Diskon
Supplier mampu memberi diskon diatas 10%
3
dari supplier pembanding
1 Cash and carry
c. Mekanisme 2 Tempo pembayaran 7 hari dari barang datang
Pembayaran Mudah Tempo pembayaran lebih dari 30 hari dari
3
barang datang

157
Form Seleksi Supplier

PT. AGRINESIA RAYA


Jl. Raya pangeran sogiri RT/RW : 02/04,
Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara
Tel. (0251) 8666-262
Website : www.lapisbogor.co.id

Supplier Selection Form


No. Form :
Rev. :
Tanggal :
Jenis Supplier :
Nama Perusahaan Supplier :
KodeSupplier :

Kode Nilai Total Nilai


No Kriteria Bobot
Kriteria (nilai^bobot)
1 2 3
Kelengkapan Dokumen Keamanan
A
Pangan

1 Sertifikat Halal Q1 2.85

2 Sertifikat GMP Dan HACCP Q2 2.35

3 Sertifikat P-IRT Q3 2.20

B Kualitas

4 Kesesuaian Teknis Q5 2.60

5 Reliabilitas Produk Q6 2.50

6 Standar Dan Jaminan Kualitas Q7 2.90

7 Rasio Ketertolakan Produk Q8 2.35

C Pengiriman

8 Lead Time Singkat Q9 2.35

9 Ketepatan Waktu Q10 2.80

10 Kontinuitas Q11 2.60

D Pelayanan Dan Manajemen Organisasi

11 Aksesibilitas Q12 2.50

12 Fleksibilitas Q13 2.40

13 Status/Kondisi Finansial Q14 2.30

158
Kode Nilai Total Nilai
No Kriteria Bobot
Kriteria (nilai^bobot)
1 2 3
14 Kepercayaan Q15 2.90

15 Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16 2.55

16 Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17 2.40

17 Traceability Q21 1.83

18 Label SNI Q22 2.33

E Biaya

19 Harga Produk Q18 2.30

20 Kemampuan Memberikan Diskon Q19 1.80

21 Mekanisme Pembayaran yang Mudah Q20 2.30

TOTAL

- Supplier yang memperoleh nilai paling tinggi adalah supplier yang akan diterima oleh perusahaan.

Diajukan oleh : Disetujui oleh :

Purchasing& Procurement General Manager

159

Anda mungkin juga menyukai