Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EVOLUSI

“ Spesiasi dan Poliploidi ”

OLEH:
KELOMPOK 3

1. NANDA OKTAVIANI D.M. ( A1J118010 )

2. ISRATUL HAYANI ( A1J118011 )

3. ATMA AMALIA RAMADHANI ( A1J118012 )

4. NATALIA PASOLON ( A1J118013 )

5. MUHAMMAD ARSYAD ( A1J118035 )

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar matakuliah Biologi


Sel yaitu Bapak Ahdiat Agriansyah, S. Pd., M.Sc. yang telah mengarahkan kami,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah Evolusi yang
berjudul “ Spesiasi dan Poliploidi ”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.Speciasi Poliploidi .......................................................................................3
B. Asal Usul Speciasi Poliploidi .....................................................................4
C. Pembagian Speciasi Poliploidi ...................................................................5
C. Pembentukan Speciasi Poliploidi ...............................................................6
D. Individu Speciasi Poliploidi .......................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................9
B. Saran ...........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah evolusi muncul untuk pertama kali didalam pengertian ilmiah


modern oleh seorang Geologis berkebangsaan Skotlandia bernama Charles Lyell
tahun 1832. Selanjutnya Charles Darwin kemudian menggunakan istilah ini satu
kali dalam paragraf penutup bukunya yang berjudul On The Origin of Species
(Asal mula Spesies) pada tahun 1859. Kata evolusi ini kemudian dipopulerkan
oleh Herbert Spencer dan ahli biologi lainnya. Seorang ahli filsafat bernama
Herbet Spencer yang berasal dari Inggris untuk pertamakali menuliskan istilah
evolusi. Menurut Spencer dalam bukunya “Social Static”, konsep evolusi sangat
berkaitan dengan perkembangan ciri atau sifat dari waktu ke waktu melalui
perubahan bertingkat (Bertenz, 1975). Pengertian yang dikemukakan oleh
Spencer tersebut memperlihatkan kejadian suatu proses perubahan. Akan tetapi,
tampak bahwa pengertian yang dimaksud tidak terkait dengan kajian biologi, dan
pada perkembangannya istilah tersebut tenggelam bersamaan dengan
perkembangan pemikiran para ahli filsafat yang lain (Helmi, 2017 : 83-84).

Evolusi merupakan proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu


yang bertujuan agar mampu beradaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan
perubahan tersebut kepada generasi berikutnya. Evolusi menjadi konsep
pemersatu dalam biologi karena evolusi menjelaskan banyak aspek dalam biologi
terutama bagaimana organisme yang hidup saat ini merupakan evolusi dari satu
nenek moyang (ancestor) dan diversitas kehidupan yang besar di bumi ini
(Taufik, 2019 : 99).

Evolusi merupakan perubahan ciri/ karakter populasi dalam waktu yang


lama dan secara bertahap, dari sederhana menuju kompleks. Salah satu proses
evolusi adalah dengan proses pembentukan species baru atau disebut dengan
spesiasi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses
perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan
1
tetapi pasti terjadi. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika. Speciasi
akibat perubahan genetika salah satunya adalah poliploidi. Oleh karena itu dalam
makalah akan dijelaskan mengenai ‘’Spesiasi dan Poliploidi’’.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Spesiasi Poliploidi ?
2. Bagaimana asal usul dari Spesiasi Poliploidi ?
3. Apa saja pembagian dari Spesiasi Poliploidi ?
4. Bagaimana proses pembentukan Spesiasi Poliploidi ?
5. Apa saja individu dari Spesiasi Poliploidi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah
diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Spesiasi Poliploidi.
2. Untuk mengetahui asal usul dari Spesiasi Poliploidi.
3. Untuk mengetahui pembagian dari Spesiasi Poliploidi.
4. Untuk mengetahui proses pembentukan Spesiasi Poliploidi.
5. Untuk mengetahui individu dari Spesiasi Poliploidi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Spesiasi Poliploidi
Spesiasi adalah proses di mana spesies baru muncul dan menjadi garis
keturunan baru yang berkembang secara mandiri sebagai akibat dari isolasi.
Proses ini merupakan pusat asal usul keanekaragaman hayati, dan evolusi.
Spesiasi merupakan proses pembentukan suatu spesies baru. Dalam definisi
biologis spesies, yang berfungsi untuk organisme yang bereproduksi secara
seksual, adalah sekelompok individu yang benar-benar atau berpotensi kawin
silang. Menurut definisi ini, satu spesies dibedakan dari yang lain dengan
kemungkinan kawin antara individu dari masing-masing spesies untuk
menghasilkan keturunan yang subur.
Poliploidi adalah keadaan sel dengan penambahan satu genom atau lebih
dari genom normal diploid (2n). organisme yang memiliki keadaan demikian
disebut sebagai organisme poliploid. Individu normal umumnya memiliki 2 set
kromosom atau disebut diploid. Usaha- usaha yang dilakukan orang untuk
menghasilkan organisme poliploid yang disebut dengan poliploidisasi.
Poliploidisasi dapat terjadi secara alami dan buatan. Secara alami poliploid
terjadi karena perubahana kondisi lingkungan sedangkan secara buatan poliploid
dapat terjadi dengan menambahkan zat kimia tertentu. Tipe poliploid dinamakan
tergantung banyaknya set kromosom seperti triploid (3n), tetraploid (4n),
pentaploid (5n) dan seterusnya.
Poliploidisasi adalah suatu metode manipulasi kromosom dari diploid
(2n) menjadi jumlah kromosom yang lebih tinggi triploid, tetraploid, pentaploid
dan seterusnya. Pada tanaman yang memilki jumlah kromosom ganjil, buahnya
tidak berbiji sedangkan pada hewan akan bersifat steril (tidak bias bereproduksi)
karena jika jumlah kromosom ganjil pada individu flora maupun fauna akan
menyebabkan kemandulan (steril). Jumlah kromosom genap pada individu
poliploid umumnya mati sebelum terjadi reproduksi (Pontarotti, 2017: 88).

3
B. Asal Usul Spesiasi Poliploidi
Organisme poliploid awalnya diperoleh dari akibat terjadinya polusi
perairan yang mengandung berbagai bahan kimia dan radiasi sinar ultraviolet
atau akibat pengaruh hormone berlebihan. (Rottman et al. 1999). Bahan kimia,
penyinaran dan efek kerja hormon ini berpengaruh terhadap terhadap organisme
yang sedang mengalami reproduksi pada fase pembelahan kromosom garnet
oosit I dan oosit II, tepat pada saat terjadi fertilisasi oleh spermatozoa.
Pada pembelahan kromosom, idealnya benang gelondong kromosom pada fase
meiosis mendistribusikan kromosom pada sel-sel anakan tanpa kesalahan, tetapi
ada kalanya terjadi kecelakaan yang disebut nondisjungsi. Nondisjungsi adalah
kondisi dimana bagian-bagian dari pasangan kromosom yang homolog tidak
bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu fase pembelahan
meiosis I, atau dimana kromatid saudaranya gagal berpisah selama fase meiosis
II.

Gambar 1. Nondisjungsi

Kasus nondisjungsi (Gagal berpisah), terjadi pada saat satu garnet


menerima dua jenis kromosom yang sama dan satu garnet lain tidak mendapat
salinan (copy) sama sekali. Salah satu garnet yang menyimpang ini bersatu
dengan garnet normal. Poliploidi secara alami relatif lebih banyak pada
tumbuhan dengan pemunculan yang spontan. Individu poliploid ini memainkan
memainkan peran penting dalam evolusi tumbuhan.

4
Organisme poliploid dapat pula diperoleh dari rekayasa manusia dengan
memebri perlakuan kejut suhu, pemberian bahan kimia atau tekanan pada fase
oosit II setelah mengalami pembuahan. Pemberian perlakuan ini, akan
menyebabkan aktifnya oosit dalam proses duplikasi kromosom. Beberapa metoda
manipulasi kromosom dengan berbagai perlakuan, seperti kejutan (Shocking)
dengan suhu panas, dingin, pemberian tekanan (Hydrostatic pressure) atau
menggunakan bahan kimiawi. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah kolkosi
atau kolsemid. Kedua zat kimia tersebut, menimbulkan kerusakan mikrotubula
yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan dalam pembentukan gelondong
meiosis atau mitosis (Fatturahman, 2012: 21- 26).

C. Pembagian Speciasi Poliploidi


Fenomena terjadinya poliploidi di alam dapat dibagi atas :
1. Autoploliploid
Autopoliplidi adalah kondisi sel yang memilki genom tiga, empat,
atau lebih, dimana genomnya memiliki kromosom homolog, yang pada
dasarnya berawal dari satu spesies dan tercipta dari pembelahan atau
penggandaan kromosom komplemen secara langsung. Poliploid jenis ini
dapat dilakukan dengan cara induksi, melalui pemberian kolkisin dan secara
spontan atau langsung. Autopoliploid berasal dari persilangan intraspesies
diikuti dengan penggandaan kromosom, dimana gamet tidak mengalami
reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat meiosis. Contoh
tanaman yang termasuk kedalam autopoliploid adalah kentang, kacang tanah,
dan ubi jalar.
2. Allopoliploidi
Allopoliploidi terjadi karena persilan gan antara dua individu yang
berbeda genom, namun masih berhubungan dekat. Salah satu contoh yang
telah dilakukan oleh Karpechenko (1928) dengan menyilangkan antara kubis
(brassica) dengan lobak (Raphanus). Ia menginginkan tanaman hybrid yang
berdaun kubis berakar lobak. Ketika tanaman allopolyploid ini disilangkan
kembali dengan salah satu tetuanya (kubis atau lobak), dihasilkan turunan
steril. Hasil silangan kembali ke lobak, turunannya akan berkromosom
5
tanaman lobak (n1) sehingga kromosom (n2) tidak memiliki pasangan,
akibatnya turunan ini steril.
Persilangan lain allopolyploid yang berpotensi untuk digunakan secara
luas adalah Tricale yang merupakan persilangan gandum durum (triticum
turgidum), tetraploid, genom AABB (2n =4x= 28) dengan Rye diploid,
genom (2n = 2x = 14). Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai
satu atau lebih genom dari genom normal 2n =2x, dimana pasangan
kromosomnya tidak homolog. Beberapa tanaman yang termasuk
allopoliploidi alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan
beberapa spesies kubis.

D. Pembentukan Speciasi Poliploidi


1. Poliploidi secara alami
Poliploidi secara alami biasanya terjadi akibat kasus nondisjungsi
(gagal berpisah) pada suatu garnet yang menerima dua jenis kromosom yang
sama dan garnet lain tidak mendapatkan salinan (copy) sama sekali. Lalu
garnet yang menyimpang tersebut bersatu dengan garnet normal. Poliploidi
secara alami ini lebih sering terjadi pada tumbuhan dengan pemunculan
spontan. Proses ploidisasi alami terjadi sebagai berikut :

➢ Jika kromosom di dalam telur yang dibuahi hadir dalam bentuk triplikat
(rangkap tiga), sehingga sel mempunyai jumlah total kromosom 2n + 1 =
3 set kromosom maka sel aneuploid yang terbentuk (sel abnormal)
disebut trisomik.
➢ Jika satu kromosom hilang dan sel memiliki jumlah kromosom 2n - 1 = 1
set kromosom maka sel aneuploid yang terbentuk haploid dan disebut
monosomik.
➢ Jika nondisjungsi (gagal berpisah) terjadi selama mitosis, kesalahan
berlangsung di awal perkembangan embrionik, kondisi aneuploid ini
diteruskan di fase mitosis untuk sebagian besar sel dan ini bisa
berdampak besar pada organisme tersebut.

6
➢ Organisme yang memiliki dua set kromosom lengkap, di dalam sel telur
yang telah dibuahi secara umum dapat berubah sehingga terbentuk
kromosom poliploidi, dengan istilah spesifik triploid (3n) dan tetraploid
(4n), masing-masing menunjukkan 3 atau 4 set kromosom.
➢ Organisme triploid bisa dihasilkan dari fertilisasi telur diploid abnormal
yang mengalami nondisjungsi (gagal berpisah) pada semua
kromosomnya. Kecelakaan kromosom tetraploid yang tebentuk akibat
kegagalan zigot 2n dalam membelah diri setelah replikasi kromosom-
kromosomnya pada pembelahan mitosis berikutnya. Proses ini akan
menghasilkan embrio yang memiliki kromosom 4n.
Penyebab terjadinya poliploidi secara alami adalah karena faktor-
faktor lingkungan sekitar makhluk hidup yang meliputi faktor suhu, tekanan,
ketinggian tempat, dan lain-lain. Selain itu poliploidi alami juga bisa
disebabkan oleh persilangan individu poliploid yang diikuti dengan gangguan
selama proses pembelahan sel. Poliploidi juga bisa terjadi terjadi karena
kegagalan meiosis sehingga terbentuk gamet diploid (2n) yang nantinya akan
dibuahi gamet haploid (1n) sehingga akan dihasilkan individu triploid (3n).
Kegagalan meiosis tersebut mungkin disebabkan oleh rusaknya gelendong-
gelendong pembelahan sehingga kromosom tidak memisah selama anafase.
Kerusakan gelendong tersebut adalah akibat adanya perubahan kondisi
lingkungan luar, seperti perubahan suhu, pH, dan tekanan, dan juga adanya
zat-zat kimia yang bisa menyebabkan rusaknya protein-protein tubuler yang
menyusun gelendong-gelendong pembelahan.

2. Poliploidi secara rekayasa


Poliploidisasi adalah suatu metoda manipulasi kromosom dari diploid
(2n) menjadi jumlah kromosom yang lebih tinggi triploid, tetraploid,
pentaploid dan seterusnya. Pada gambar 4 dapat dilihat perbedaan fase
meiosis pada siklus hidup berbagai organisma diploid (2n). Jumlah
kromosom yang ganjil pada individu flora maupun fauna akan menyebabkan
kemandulan (steril). Pada tanaman yang memiliki jumlah kromosom ganjil,
buahnya tidak berbiji sedangkan pada hewan akan bersifat steril (tidak bisa
7
bereproduksi). Jumlah kromosom genap pada individu poliploid umumnya
mati sebelum terjadi reproduksi.

E. Individu Speciasi Poliploidi


Individu poliploidi diperoleh dari berbagai perlakuan, bermula dari awal
ovum yang dibuahi oleh spermazoa, proses poliploidisasi terjadi sebagai berikut:
1. Triploid
➢ Telur diploid yang dibuahi spermatozoa haploid (2n) + (n) = (3n).
➢ Proses meiosis pada pembentukan ovum (oogenesis) gagal.
➢ Manipulasi pencegahan pelepasan polar body II dilakukan setelah
haploid dibuahi spermatozoa haploid, dengan suhu panas (heat shock),
suhu dingin (cold shock) dan tekanan (hidrostatik pressure).
➢ Proses triploid pada ovum dimaksudkan untuk mencegah atau menahan
pelon-catan polar body II dari ovum.
2. Tetraploid
➢ Perlakuan kejutan suhu panas untuk mencegah pembelahan I (first
cleavage) atau sebelum pembelahan mitosis I. Kejutan sebaiknya
dilakukan setelah kromosom bereplikasi dan nukleus zigot hampir
terbagi menjadi dua.
➢ Periode sensitif tertinggi untuk menghasilkan ikan tetraploid terjadi pada
saat menutupnya konjugasi pronulei betina dan jantan serta lisisnya
membran nuklear yang mencapai metafase mitosis I.
➢ Peloncatan polar body II pada beberapa jenis terjadi 3-7 menit setelah
fertilisasi. Menurut LEGGAT (2006) peloncatan terjadi 5 menit setelah
fertilisasi dan proses mitosis terjadi 30 menit setelah fertilisasi.
➢ Tertraploid dipergunakan dalam memproduksi ikan triploid melalui
persilangan dengan diploid normal dan androgenik pada ovum yang
diradiasi dengan sinar Y (Kadi, Ahmad: 2007: 1-10).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan makalah, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Spesiasi poliploidi adalah proses di mana spesies baru muncul yang terjadi
secara cepat dan instan dibandingkan dengan proses yang lambat dan
bertahap evolusi karena keadaan sel dengan penambahan satu genom atau
lebih dari genom normal diploid (2n).
2. Organisme poliploid awalnya diperoleh dari akibat terjadinya polusi
perairan yang mengandung berbagai bahan kimia dan radiasi sinar
ultraviolet atau akibat pengaruh hormone berlebihan yang berakibat
terhadap organisme yang sedang mengalami reproduksi pada fase
pembelahan kromosom garnet oosit I dan oosit II, tepat pada saat terjadi
fertilisasi oleh spermatozoa.
3. Fenomena terjadinya poliploidi di alam dapat dibagi atas:
➢ Autopoliploid (penambahan genom dimana pasangan kromosomnya
homolog)
➢ Allopoliploid (penambahan genom dimana kromosomnya tidak
homolog).
➢ Pembentukan Specieasi poliploidi terbagi menjadi poliploidi secara
alami dan poliploidisasi rekayasa.
4. Individu poliploidi diperoleh dari berbagai perlakuan, bermula dari awal
ovum yang dibuahi oleh spermazoa, proses poliploidisasi terjadi triploid dan
tetraploid.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, misalnya pada sumber-
sumber informasi yang kurang dari jurnal-jurnal sehingga kami mengharapkan
kritikan ataupun saran yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fathurrahman. 2012. Effect of Colchicine Application on Growth an Effect of


Colchicine Application on Growth and Yield of Black Soybean Black
Soybean (Glycine max (L.) merr). (Jurnal Dinamika Pertanian. Vol: 1 (4).
hh. 21-26.

Fowler, S., Roush, R., Wise, J., & Stronck, D. 2013. Concepts Of Biology. Texas:
Openstax College.

Helmi, H. 2017. Evolusi Antar Species (Leluhur Sama dalam Perspektif Para
Penentang). Jurnal Ilmiah Multi Sciences. Vol. 9 (2) : 83-93.
Kadi, Achmad. (2007). Manipulasi Polip Untuk Memperoleh Jenis Baru yang
Unggul. Jurnal Oseana. Vol: 75 (1). hh. 1-11.
Leksono, A.S. 2010. Keanekaragaman Hayati. Universitas Brawijaya Press.
Pontarotti, Piere. 2014. Evolutionary Biology: Genome Evolution, Speciation,
Coevolution and Origin of Life. France: Marseille. hh. 88.

Ridley, M. 2004. Evolutionary Third Edition. Australia : Blackwell Publishing

Taufik, L. M. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, Dan Nanti. Jurnal Filsafat
Indonesia. Vol. 2 (3). 98-102.

10

Anda mungkin juga menyukai