II. TEORI
Pada ekstraksi cair – cair, komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Pelarut digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam logam. Prose ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan hasil
ekstraksi padat dan cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan, (misalnya karena pembentukan aseotrof atau karena kepekaan terhadap
panas) atau tidak ekonomis seperti ekstraksi padat cair, ekstrasi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif, bahan ekstraksi dengan pelarut dan
pemisahan kedua fase cair itu sempuran mungkin.
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam
suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut kedua itu. Perpisahan itu dapat dilakukan dengan
mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit.
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analitik yang dituju dari pengganggu
dengan cara melakukan partisi sampel seperti sampel antara dua pelarut yang tidask saling
bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainya adalah pelarut organik. Selain
itu,ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang ada dalam sampel dengan
jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuanntifikasinya.
a. Ekstraksi Cair-cair
V. HASIL PENGAMATAN
1. Penimbangan Ekstraksi cair-cair
a. Kertas perkamen + Asam benzoat = 1, 5094 g
b. Kertas perkamen + Naftalena = 1,5192 g
c. Penimbangan labu B
Gelas arloji = 12,9753 g
Gelas arloji + serbuk = 13,6230 g 13, 6230 – 12, 9753 = 0,6230 g
2. Kristal B dengan berat = 0,6477 g
Bentuk Kristal Monoklinik
Perbesaran 100x
IV. PEMBAHASAN DAN REAKSI
Dalam percobaan ini dilakukan penimbangan campuran asam benzoat dan naftalena
sebesar 3 g. Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 30 ml dietil
eter. Karena dengan pengadukan sulit didapatkan larutan yang homogen maka dilakukan
pengadukan dengan bantuan stirrer namun pada percobaan ini kamik mengocok dengan
menggunakan tangan selama kuranglebih 10 mnt hingga homongen. Ke dalam corong
pisah dimasukkan larutan awal (asam benzoate, naftalena dan 30 ml dietil eter) dan
ditambahkan 10 ml NaOH. Tujuan dari penambahan NaOH agar larutan bersifat basa.
Pengocokan kuat dilakukan selama 10 menit agar dua fasa terpisah secara sempurna.
Kemudian ditambhakn Hcl sedikit demi sedikit hingga ph turun menjadi dua atau kurang
dari dua, kami mengambil keasaman pada ph 1. Fungsi dari penambahan Hcl adalah agar
larutan yang bersifat basa menjadi asam.
Fasa organik ditampung dan ditambahkan 15ml NaCl agar gara-garam yang ada di
fasa organic terikat.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, pada labu B diperoleh hasil akhir
Kristal labu B yaitu sebanyak 0,6477 g. Sedangkan pada labu C kami dinyatakan gagal
dalam percobaan ini karena kesalahan pada penambahan natrium sulfat anhidrat yang
seharusnya berbentuk padatan, namun kami menggunakan natrium sulfat anhidridat yang
berbentuk cair.
I. Kesimpulan
1. Pemisahan suatu senyawa cair-cair dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi. Naftalena
bersifat netral sehingga tidak bereaksi dengan asam (asam benzoate) atau basa yang
mana naftalena terdapat pada pelarut organic yaitu dietil eter karena tidak bereaksi
dengan apapun, sementara itu asam benzoate terbentuk padatan Kristal yang
berwarna putih.