BRONCHOPNEUMONIA
Di susun oleh:
NAMA : Syahidah
NIM :2019032096
2. Fisiologi
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain
seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi
( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme
dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi
ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh
dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.Reaksi
peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien
dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan
secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di
paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul
masalah GI tract.
E. PHATHWAY
Proses peradangan
Hipoksia
Intake menurun
Fatique
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intolerasi Aktivitas
F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat
mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan
mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis
dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga
adanya pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi
yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2015). Berikut tanda dan gejala menurut jenisnya:
1. Pnemonia bakteri
Tanda dan gejala
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai:
a. Nafas cepat dan dangkal
b. Demam
c. Malaise (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi
batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala awal :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak
G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalmrongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh ronggapleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (WhaleyWong,
2016)
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long,
1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long,
1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
I. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal
bertahapmelaui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salinnormal dan beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief
Mansjoer,2016).
A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar
kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat
penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu
riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok.
2. Pola Pengkajian
a. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat
pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan
pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji)Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi
supraklatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggiandiameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kukuabu- abu
keseluruhan.
b. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi
vena leher(penyakit berat) edema dependen, tidakberhubungan dengan
penyakit jantung.Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada).Warna kulit / membrane mukosa :
normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan
anemia.
c. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema), Ketidak
mampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk, berkeringat, Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
d. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas
sehari- hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadapaktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan, Gelisah/ insomnia, kelemahan umum / kehilangan masa
otot.
e. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang.
f. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
g. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan dan
adanya infeksi berulang.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
c. Intoleran aktivitas berhubungan gangguan pernapasan
d. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
C. Intervensi Keperawatan
Zul Dahlan. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto
Smeltzer, Suzanne. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
NANDA. 2015. Diagnose keperawatan:judint Wilkinson edisi 10. Jakarta :EGC
NANDA. 20118-2020. Diagnose keperawatan: Herman T.H dan Kamitsuru.S.
edisi 11. Jakarta :EGC
jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html