Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

Di susun oleh:

NAMA : Syahidah
NIM :2019032096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KES EHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2015 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
(Ngastiyah,2015).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau
melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2016).

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :


1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum. Tipe
pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan
orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia


nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital
acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi


infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme,
bukan cuma menurut lokasi anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat
mengidentifikasikan organisme perusak.( Reeves, 2001).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana
organ-organ persarafan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara
mengalir yaitu rongga hidung, pharink, larink, trachea, dan bagian paru-
paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan
darah (Ngastiyah,2015).

Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu :

a. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :


1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara
paranalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung dan juga
lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata ke
dalam bagian bawah rongga nasalis ke dalam hidung.
2) Parink (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan maka letaknya dibelakang hidung
(nasofarink), dibelakang mulut (oro larink), dan dibelakang
farink (farink laryngeal).

b. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :

1) Larink (tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharink


yang memisahkan dari kolumna veterbra, berjalan dari farink-
farink sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke
dalam trachea di bawahnya.
2) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke lima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebralis torakalis ke lima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea yang di lapisi oleh jenis sel
yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan
merupakan lanjutan trachea dengan sudut lebih lancip.
Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting.
Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk ke dalam
cabang bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan, maka tidak
dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan
kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir
vertical maka lebih mudah memasukkan kateter untuk
melakukan penghisapan yang dalam juga benda asing yang
terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus
kanan karena arahnya vertical. Cabang utama bronchus kanan
dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus,
kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus
menerus sampai cabang terkecil yang di namakan bronchiolus
terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih
bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan, akan tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah, semua saluran udara di bawah
bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat
pertukaran gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari dan bronchiolus
respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara
kecil atau alvedi yang berasal dinding mereka. Duktus
alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus
alveolus terminalis merupakan sifat struktur akhir paru-paru.
4) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang
terletak dalam rongga torak atau dada. Kedua paru-paru saling
terpisah oleh mediasinum central yang mengandung jantung
pembuluh- pembuluh darah besar. Setiap paru-paru
mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri
bronchialis, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada
setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula
interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai
10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5
buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai
10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan- belahan yang bernama lobulus. Di dalam lobulus,
bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 - 0,3mm.
Letak rongga paru-paru dirongga dada dibungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua :
a) Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru-paru yang langsung membungkus paru-paru.
b) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga
(kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas
(Ngastiyah,2015).

2. Fisiologi

Pernapasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan


karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-
paru atau pernapasan ekterna, oksigen diambil lewat mulut dan hidung
pada waktu bernapas yang oksigen melalui trachea sampai alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli
memisahkan oksigen dari darah oksigen menembus membran, diambil
oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan
ke seluruh tubuh. Empat proses berhubungan dengan pernapasan
pulmoner atau pernapasan eksterna :

1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara


dalam alveoli dengan udara luar.

2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk


ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke
paru-paru.

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan


jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan


kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas :
reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan
kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, 
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.
Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-


paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain
seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi
( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme
dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi
ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh
dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.Reaksi
peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien
dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan
secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di
paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul
masalah GI tract.
E. PHATHWAY

Virus, Bakteri, Jamur

Invasi saluran nafas atas

Kuman berlebih di bronkus Infaksi saluran nafas


bawah

Proses peradangan

Dilatasi pembuluh darah Peradangan


Akumulasi secret di
Bronkus
Eksudat masuk alveoli Peningkatan suhu tubuh

Gangguan difusi gas


Ketidakefektifan Mucus di bronkus Hipertermi
Bersihan jalan napas meningkat
Suplay O2 dalam darah
menurun
Anoreksia

Hipoksia
Intake menurun

Fatique
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intolerasi Aktivitas
F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
traktusrespiratoris bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat
mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan
mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis
dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga
adanya pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi
yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2015). Berikut tanda dan gejala menurut jenisnya:
1. Pnemonia bakteri
Tanda dan gejala
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai:
a. Nafas cepat dan dangkal
b. Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi
batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala awal :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalmrongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh ronggapleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (WhaleyWong,
2016)
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long,
1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long,
1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
I. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal
bertahapmelaui selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salinnormal dan beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief
Mansjoer,2016).

J. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai
suara sesak dan sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar
kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat
penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu
riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok.

2. Pola Pengkajian
a. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat
pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan
pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji)Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi
supraklatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggiandiameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kukuabu- abu
keseluruhan.

b. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi
vena leher(penyakit berat) edema dependen, tidakberhubungan dengan
penyakit jantung.Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada).Warna kulit / membrane mukosa :
normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan
anemia.
c. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema), Ketidak
mampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk, berkeringat, Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.

d. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas
sehari- hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadapaktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan, Gelisah/ insomnia, kelemahan umum / kehilangan masa
otot.

e. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang.

f. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
g. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan dan
adanya infeksi berulang.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
c. Intoleran aktivitas berhubungan gangguan pernapasan
d. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Ketida 1) Mendemonstrasikan Airway suction
kefektifan bersihan batuk efektif dan suara 1) Pastikan kebutuhan
jalan napas nafas yang bersih tidak oral / tracheal
berhubungan ada sianosis dan suctioning
dengan mukus dyspneu (mampu 2) Auskultasi suara nafas
berlebihan mengeluarkan sputum, sebelum dan sesudah
mampu bernafas suctioning
dengan mudah, tidak 3) Informasikan pada
ada pursed lips) klien dan keluarga
2) Menunjukkan jalan tentang suctioning
nafas yang paten(klien 4) Minta klien nafas
tidak merasa dalam sebelum
tercekik,irama suctioning dilakukan
nafas,frekuensi 5) Berikan O2 dengan
pernafasan dalam menggunakan nasal
rentang normal, tidak untuk memfasilitasi
ada suara nafas suction nasotrakeal
abnormal) 6) Gunakan alat yang
steril setiap
3) Mampu melakukan tindakan
mengidentifikasi dan 7) Anjurkan pasien untuk
mencegah factor yang beristirahat dan napas
dapat menghambat dalam setelah kateter
jalan nafas. dikeluarkan dari
nasotrakeal
8) Monitor status oksigen
pasien
9) Hentikan suksion dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway Management
1. Bu
ka jalan nafas dan
gunakan tekhnik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Po
sisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Id
entifikasi perlunya
jalan nafas buatan
4. La
kukan fisioterapi
dada jika perlu
2. Ketida 1) Adanya peningkatan Nutrition
kseimbangan berat badan sesuai Management
nutrisi kurang dari dengan tujuan 1) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh 2) Berat badan ideal makanan
berhubungan sesuai dengan tinggi 2) Kolaborasi dengan
dengan badan ahli gizi untuk
ketidakmampuan 3) Mampu menentukan jumlah
mengabsorbsi mengidentifikasi kalori dan nutrisi
nutrien kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
4) Tidak ada tanda-tanda pasien
malnutrisi 3) Enjurkan pasien unuk
5) Meunjukkan meningkatkan intake
peningkatan fungsi Fe
pengecapan dan 4) Anjurkan pasien
menelan untuk meningkatkan
6) Tidak terjadi protein dan vit C
penurunan berat badan 5) Berikan substansi
yang berati gula
6) Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7) Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10) Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition monitoring
1) BB pasien dalam batas
normal
2) Monitor adanya
penurunan berat badan
3) Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4) monitor lingkungan
selama makan
5) jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
6) monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
7) monitor turgor kulit
8) monitor mual dan
muntah
3. Intolera 1. Berpartisipasi dalam 1. Kolaborasi dengan
n aktivitas aktivitas fisik tanpa tenaga rehabilitasi
berhubungan disertai peningkatan medik dalam
dengan gangguan tekanan darah, nadi merencanakan program
pernapasan dan RR terapi yang tepat
2. Mampu melakukan 2. Bantu klien
aktivitas sehari hari mengidentifikasi
(ADLs) secara mandiri aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologis dan sosial
4. Bantu untuk
mengidentifiksi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktifitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendapatkan alat bantu
aktivitas seperti kursi
roda
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang

4. Hi 1) suhu tubuh dalam 1) monitor suhu sesering


pertermia rentang normal mungkin
berhubungan 2) nadi dan respirasi dalam 2) monitor IWL
dengan sepsis rentang normal 3) monitor warnah dan
3) tidak ada perubahan suhu kulit
warnah kulit 4) monitor tekanan darah,
nadi dan RR
5) monitor penurunan
tingkat kesadaran
6) monitor WBC,Hb,dan
Hct
7) monitor intake dan
output
8) berikan anti piretik
9) berikan pengobatan
untuk megatasi
penyebab demam
10) kolaborasi pemberian
cairan intravena
11) kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
12) tingkatkan sirkulasi
udara
13) berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
14) monitor suhu minimal
tiap 2 jam
15) rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
16) monitor TD, Nadi, dan
RR
17) monitor warnah dan
suhu kulit
18) monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermiselimuti
pasien untuk mencegah
DAFTAR PUSTAKA

Zul Dahlan. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto
Smeltzer, Suzanne. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
NANDA. 2015. Diagnose keperawatan:judint Wilkinson edisi 10. Jakarta :EGC
NANDA. 20118-2020. Diagnose keperawatan: Herman T.H dan Kamitsuru.S.
edisi 11. Jakarta :EGC
jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html

Anda mungkin juga menyukai