Anda di halaman 1dari 1

Mengidentifikasi faktor predisposisi dan

menyingkirkan yang dapat dihindari merupakan


hal yang penting dalam tatalaksana PV selain
terapi. Terapi dapat menggunakan terapi topikal
atau sistemik, dengan beberapa pertimbangan,
antara lain luas lesi, biaya, kepatuhan pasien,
kontra indikasi, dan efek samping. Sebagai obat topikal dapat digunakan antara lain selenium sulfide
bentuk sampoo 1,8% atau bentuk losio 2,5% yang dioleskan tiap hari selama 15-30 menit dan
kemudian dibilas. Aplikasi yang dibiarkan sepanjang malam dengan frekuensi
2 kali seminggu juga dapat digunakan, dengan
6.
perhatian akan kemungkinan reaksi iritasi. Peng-
olesan dianjurkan di seluruh badan selain kepala
dan genitalia. Ketokonazol 2% bentuk sampo
juga dapat digunakan serupa dengan sampo
7.
selenium sulfid. Alternatif lain adalah solusio
atrium hiposulfit 20%, solusio propilen glikol
50%. Untuk lesi terbatas, berbagai krim derivat
azol misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol.
ekonazol dapat digunakan; demikian pula
krim tolsiklat, tolnaftat, siklopiroksolamin, dan
8.
haloprogin. bat topikal sebaiknya diteruskan 2
minggu setelah hasil pemeriksaan dengan lampu
Wood dan pemeriksaan
mikologis langsung
kerokan kulit negatif.
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas,
kambuhan, dan gagal dengan terapi topikal, antara
lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10
hari atau itrakonazol 200 mg/hari selama (5>7 hari.
Pengobatan rumatan (maintenance) dipertim-
bangkan untuk menghindari kambuhan pada
pasien yang suit menghindari faktor predisposisi;
antara lain dengan sampo selenium sulfide secara
periodis atau dengan obat sistemik ketokonazol
400 mg sekali setiap bulan atau 200 mg sehari
selama 3 hari tiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai