Anda di halaman 1dari 7

REFORMASI BIROKRASI PEMBANGUNAN KESEHATAN 2011

Pada tahun 2011, Kementerian Kesehatan menggulirkan 7 Reformasi Pembangunan Kesehatan


yaitu 1) revitalisasi pelayanan kesehatan, 2) ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu
sumberdaya manusia, 3) mengupayakan ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektifitas,
keterjangkauan obat, vaksin dan alkes, 4) Jaminan kesehatan, 5) keberpihakan kepada daerah
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK), 6)
reformasi birokrasi dan 7) world class health care.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,MPH, DR.PH
bersama para menteri di lingkungan Kementerian Kesra pada paparan program prioritas tahun
2011 dengan media massa di Kantor Kemenkokesra, Jakarta tanggal 4 Januari 2011.

Menurut Menkes, dalam upaya pelayanan kesehatan pada tahun 2011 diutamakan pelayanan
kesehatan berbasis masyarakat dengan menekankan upaya promotif dan preventif. Tidak
mungkin melakukan pelayanan kesehatan menunggu orang sampai jatuh sakit, karena hal itu
akan menghabiskan biaya yang besar. Selain itu, juga menekankan pencegahan penyakit tidak
menular yang disebabkan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, tanpa meninggalkan
pengendalian penyakit menular yang masih belum hilang.

“Selain itu juga diupayakan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer dan rujukan di
rumah sakit daerah maupun pusat”, ujar Menkes.

Untuk pemerataan kebutuhan tenaga kesehatan di seluruh daerah akan dilakukan pendataan
Sumber Daya Manusia Kesehatan secara elektronik, sehingga dapat diketahui seberapa besar
kebutuhan baik jumlah maupun jenisnya, sehingga untuk memenuhinya dapat dilakukan secara
cepat. Sebelumnya, pendidikan dokter spesialis hanya diadakan di Fakultas Kedokteran
perguruan tinggi negeri. Nantinya, Fakultas Kedokteran swasta yang mempunyai kualifikasi baik
akan diperjuangan dapat melakukan program studi spesialis, kata Menkes.

Menurut Menkes, untuk memenuhi kebutuhan SDM jangka pendek dilaksanakan program Sister
hospitals, yaitu program kerja sama antara rumah sakit yang lemah dengan rumah sakit yang
lebih maju, sehingga terjadi proses pembelajaran tenaga kesehatan. Sedangkan dalam jangka
menengah, dilakukan program dokter plus yaitu dokter umum diberi keterampilan tambahan
spesialis. Program dokter plus ini diutamakan di Wilayah Indonesia Timur yang bekerja sama
dengan Universitas Gajah Mada. Sedangkan program jangka panjang dengan memberikan
biasiswa dokter dari daerah untuk mengikuti pendidikan spesialis.

Dalam memantapkan posisi obat generik akan diupayakan peningkatan pengawasan agar mutu
tetap terjaga, harga terjangkau dan distribusi merata. Untuk mendukung monitoring penggunaan
obat generik akan digulirkan E-logistic. Selain itu, juga diselenggarakan E-prescription untuk
mengawasi penulisan resep obat generik oleh dokter di pelayanan kesehatan pemerintah, ujar
Menkes.
Menkes menambahkan, untuk memantapkan program jaminan kesehatan dasar, diupayakan
sistem pembiayaan menjadi satu sistem nasional, dengan menerapkan paket benefit dasar,
perhitungan biaya dan besaran premi yang sama, baik yang dibayar PT Askes, Jamkesmas,
Jamkesda dan PT Jamsostek, sehingga tidak ada perbedaan pelayanan kesehatan. Untuk
mendukung program tersebut, RUU tentang Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) sedang
dibahas pemerintah besama DPR, serta menyiapkan kelengkapan dasar hukum dan pedomannya.
Selain itu, akan diupayakan adanya rumah sakit jamkes, yaitu rumah sakit yang hanya
menyediakan pelayanan kesehatan kelas tiga.

“Khusus rumah sakit jamkes, pemerintah akan melibatkan peran serta swasta”, ujar Menkes.

Menurut Menkes, tahun ini akan diberlakukan program jaminan persalinan (Jampersal ) yang
merupakan pelayanan paket kesehatan berupa kontrol terhadap ibu hamil (antenatal), persalinan,
kontrol setelah melahiran (postnatal) dan pelayanan keluarga berencana. Paket ini berlaku untuk
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, mulai dari Polindes, Puskesmas dan
rumah sakit pemerintah di kelas tiga tanpa ada pembatasan. Sedangkan pada tahun 2012
diutamakan persalinan untuk kehamilan pertama dan kedua saja.

Untuk mewujudkan keberpihakan kepada Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
dalam pelayanan kesehatan, Kementerian Kesehatan akan bekerja sama dengan kementerian
terkait seperti Kementerian Sosial, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Kementerian
Pekerjaan Umum, Tentara Nasional Indonesia dan lembaga terkait lainnya, ujar Menkes.

Temu media massa yang dipimpin Menkokesra H.R. Agung Laksono ini dihadiri 13 Menteri
dan ketua Lembaga yaitu Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH,
Menteri Lingkungan Hidup Ir. Gusti Muhammad Hatta, Menteri Agama, Surya Darma Ali,
Menteri Sosial, Salim Segaf Al-Jufri, Menteri Pendidikan Nasional, Muh. Nuh, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, Menteri Pemuda dan
Olah Raga, Andi Malarangeng, Kepala BKKBN, dr.Sugiri Syarif, Kepada Badan POM, Dra.
Kustantinah dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Syamsul Muarif.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9,
faks: 52921669, Call Center : 021-500567 begin_of_the_skype_highlighting 021-
500567 end_of_the_skype_highlighting, 30413700, atau alamat e-mail
puskom.publik@yahoo.co.id , info@depkes.go.id , kontak@depkes.go.id .
MENKES LANTIK PEJABAT BARU ESELON II

Hari ini (3/1) Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH melantik para
pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan struktur organisasi yang
baru berdasarkan Permenkes No. 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata kerja
Kementerian Kesehatan.

Para pejabat yang dilantik sebagian besar adalah pejabat lama, ada yang mutasi dan ada pula
yang promosi. Para pejabat yang dilantik di lingkungan Sekretariat Jenderal, dr. Untung Suseno
Sutarjo, M.Kes sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, dr. H. Abdul Rival, M.Kes,
sebagai Kepala Biro Kepegawaian, Achmad Djohari, SKM, MM sebagai Kepala Biro Keuangan
dan Barang Milik Negara, Prof. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F(K), Sp.KP sebagai Kepala
Biro Hukum dan Organisasi, Sukendar Adam, DIM, M.Kes sebagai Kepala Biro Umum, dr.
Elizabeth jane Soepardi, MPH, DSC sebagai Kepala Pusat Data dan Informasi, Dra. Niniek Kun
Naryatie sebagai Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri, Mudjiharto, SKM, MM sebagai Kepala
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, drg. Usman Sumantri, M.Sc sebagai Kepala Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, drg. Murti Utami, MPH sebagai Kepala Pusat Komunikasi
Publik, dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM sebagai Kepala Pusat Promosi Kesehatan, dr. H.
Kemas M. Akib Aman, Sp.R, MARS sebagai Kepala Pusat Intelegensia Kesehatan, dr. H. Taufik
Tjahjadi, Sp. S sebagai Kepala Pusat Kesehatan Haji.

Inspektorat Jenderal, drg. S.R. Mustikowati, M.Kes sebagai Sekretaris Inspektorat Jenderal, Drs.
Wijono Budihardjo, MM sebagai Inspektur I, dr. Zusy Arini Widyati, MM sebagai Inspektur II,
Arsil Rusli, SH, MH sebagai Inspektur III, Drs. Mulyanto, MM sebagai Inspektur IV, Drs.
Wayan Rai Suarthana, MM sebagai Inspektur Investigasi.

Direktorat Bina Upaya Kesehatan, dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes sebagai Sekretaris
Direktorat Jenderal, dr. Bambang Sardjono, MPH sebagai Direktur Bina Upaya Kesehatan
Dasar, dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp.PD, KGEH, FINASIM, M.Kes sebagai Direktur Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Suhartati, S.Kp, M.Kes sebagai Direktur Bina Pelayanan
Keperawatan dan Keteknisan Medik, dr. Zamrud Ewita Aldy, Sp.PK, MM sebagai Direktur Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, dr. Irmansyah, Sp.KJ(K) sebagai Direktur
Bina Kesehatan Jiwa, dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD sebagai Direktur Medik dan
Keperawatan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Ayi Djembarsari, MARS sebagai
Direktur Pengembangan dan Pemasaran RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr.
MohammadAli Toha, MARS sebagai Direktur Keuangan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, dr. Tri Wisesa Soetisna, Sp.B(K) BTKV sebagai Direktur Pelayanan RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, drg. Dience Erwina Indriyani, MARS sebagai Direktur
Umum dan Operasional RS Kanker Dharmais Jakarta, dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An
sebagai Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta, drg. RR. Poppy Mariani Julianti, MARS
sebagai Direktur Keuangan RSUP Persahabatan Jakarta, dr. Rochman Arif, M.Kes sebagai
Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, drg. Tri Putro Nugroho, M.Kes
sebagai Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Sanglah Denpasar, dr. Elzarita Arbain, M.Kes
sebagai Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah Denpasar, dr. Lukmanul Hakim
Nasution, Sp.KK sebagai Direktur medik dan Keperawatan RSUP H. Adam Malik Medan,
Agustinus Pasalli, SE, MM sebagai Direktur Keuangan dan Administrasi Umum RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado, dr. Iwan Sovani, Sp.M, M.Kes sebagai Direktur Medik dan Keperawatan
RS Mata Cicendo Bandung, drg. Liliana Lazuardy, M.Kessebagai Direktur RS Kusta Sitanala
Tangerang, dr. Ali Muchtar, Sp.Pk, MARS sebagai Kepala Balai Besar Labkes Jakarta.

Di lingkungan Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Wistianto Wisnu, MPH
sebagai Sekretaris Direktorat jenderal, Dr. Minarto, MPS sebagai Direktur Bina Gizi, dr. Ina
Hernawati, MPH sebagai Direktur Bina Kesehatan Ibu, dr. Kirana Pritasari, MQIH sebagai
Direktur Bina Kesehatan Anak, dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes sebagai Direktur Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
sebagai Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga.

Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Drs. Prwadi, Apt.,
MM, ME sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal, dr. Setiawan Soeparan, MPH sebagai Direktur
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt.,
M.Bio.Med. sebagai Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian, Dra. Nasirah Bahaudin, Apt., MM
sebagai Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Drs. T. Bahdar Johan Hamid,
M.Pharm sebagai Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.

Di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dr.


Yusharmen, D.Comm.H, M.Sc sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal, dr. H. Andi Muhadir,
MPH sebagai Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, dr. H. M. Subuh,
MPPM sebagai Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Rita Kusriastuti, M.Sc
sebagai Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, dr. H. Azimal, M.Kes sebagai
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, drh. Wilfred Hasiholan Purba, MM, M.Kes
sebagai Direktur Penyehatan Lingkungan, Hary Purwanto, SKM, M.Epid sebagai Direktur
Keuangan dan Administrasi Umum RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, dr. Slamet, MHP
sebagai Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Makassar.

Di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, drg. Tini Suryanti Suhandi,
M.Kes sebagai Sekretaris Badan, Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt. sebagai Kepala Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, dr. Siswanto, MHP, DTM sebagai Kepala Pusat
Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes
sebagai Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, drg. Agus Suprapto, M.Kes
sebagai Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Di lingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, Suhardjono, SE, MM


sebagai Sekretaris Badan, drg. Tritarayati, SH sebagai Kepala Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan, Drs. Sulistiono, SKM, M.Sc sebagai Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Aparatur, dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA sebagai Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Ir. Ace Yati Hayati, MS sebagai Kepala Pusat
Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan, serta Dra. Meinarwati,
Apt., M.Kes sebagai Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta.
PEMBANGUNAN KESEHATAN BERGESER DARI MEDICAL CARE KE HEALTH CARE

Hal yang mendasar dalam pembangunan kesehatan saat ini adalah pergeseran dari pelayanan
medis (medical care) ke pemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap upaya
penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan
pencegahan (preventive); pergeseran dari pemerintah ke swasta dan penekanan pada aspek mutu
pelayanan. Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro,
Sp.P, MARS pada Peringatan HUT ke- 51 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar,
Kamis 30 Desember 2010. Dalam acara tersebut juga hadir Kepala Pusat Komunikasi Publik,
drg. Tritarayati, SH.

”Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan kedepan bertambah berat, kompleks,


bahkan terkadang tidak terduga. Beberapa isu pelayanan kesehatan yang terangkat dan telah
membentuk pola pikir masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang belum
memenuhi standar, pelayanan yang kurang profesional, belum optimalnya penerapan standar
mutu pelayanan kesehatan rujukan, dan pembiayaan kesehatan yang sulit dijangkau”, ujar
Menkes.

Sedangkan, tantangan pelayanan kesehatan kedepan adalah globalisasi (pelayanan kesehatan


yang melampaui batas negara), teknologi kesehatan yang semakin maju, dan kompetisi dari
tenaga kesehatan asing. Untuk mengatasi hal itu harus diupayakan melalui pemenuhan kualitas
dan kuantitas SDM Rumah Sakit yang memadai.

Menkes menegaskan, dalam upaya menghadapi persaingan global, Kemenkes menyiapkan


beberapa Rumah Sakit Pemerintah yang memiliki potensi dengan dukungan tenaga kesehatan
yang profesional dan kompoten dalam berbagai disiplin ilmu yang mampu bersaing secara
global. Salah satu RS Pemerintah yang dipersiapkan menjadi RS yang mampu memberikan
pelayanan sesuai standar rumah sakit kelas dunia adalah RSUP Sanglah.

Menkes berharap, RSUP Sanglah senatiasa menjadi jejaring institusi Pendidikan Kedokteran dan
digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik bagi calon dokter/dokter spesialis dalam hal
pengetahuan, kemampuan psikomotor dan prilaku sesuai kompetensi berdasarkan standar
pendidikan profesi kedokteran sekaligus menjamin mutu pelayanan medik di RS Pendidikan.

RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959
dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962 bekerjasama dengan FK Unud sebagai RS
Pendidikan. Pada tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit
Rujukan untuk Bali, NTB, dan NTT.

Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali perubahan status, pada tahun
1993 menjadi rumah sakit swadana. Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perusahaan Jawatan
(Perjan) sesuai Peraturan Pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) dan ditetapkan sebagai RS
Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes No. 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005.

RSUP Sanglah Denpasar memiliki luas tanah : 13,5 Ha, dengan luas bangunan : 54.683,55 m2,
luas Fasilitas lain : 70.114,50 m2. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
167 /Menkes/ Per /XII 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat,
maka RSUP Sanglah Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan dan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama.

Jumlah tempat tidur : 698 TT, dengan kompisisi : VIP : 122 TT (17.48 %), Kelas I : 99 TT
(14.18 %), Kelas II : 142 TT (20.34 %), Kelas III : 292 TT (41.83 %), Kelas Khusus : 43 TT
(6.16 %), Bed Occupancy Ratio (BOR) : 78.36 %, Average Length of Stay (ALOS) : 5.82 %,
Turn Over Interval (TOI) : 1.53 %, Bed Turn Over (BTO) : 47.07 %, Gross Death Rate (GDR) :
7.10 %, Nett Death Rate (NDR) : 5.25 %.

REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN


YANG BAIK

Reformasi Birokrasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan adalah untuk mewujudkan Tata
Kelola Kepemerintahan yang baik (Good Governance) dalam mengemban amanat rakyat, yaitu
melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional khususnya pembangunan
di bidang kesehatan.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, ketika
melantik pejabat eselon II sesuai struktur organisasi baru Kemenkes di Jakarta, 3 Januari 2011.

Menurut Menkes, sebagai langkah strategis telah ditetapkan Permenkes Nomor 1144 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, sebagai dasar untuk menata kembali
sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam mengisi jabatan-jabatan pada struktur organisasi
yang baru sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya.

“Dengan struktur yang baru, Kemenkes diharapkan bergerak lebih dinamis dan responsif, lebih
efisien dan efektif, serta lebih tepat dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”, ujar Menkes.

Menkes menegaskan, perubahan organisasi selain bertujuan meningkatkan efisiensi dan


efektifitas kinerja, juga dimaksudkan untuk menyelesaikan secara komprehensif berbagai
permasalahan mendesak yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan, guna mendukung
pencapaian sasaran prioritas pembangunan kesehatan yaitu :

• Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan KB


• Perbaikan status gizi masyarakat
• Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan
obat serta pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan
• Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana dan krisis kesehatan
• Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier
• Percepatan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGS)

Kepada pejabat yang baru dilantik, Menkes minta agar menjadi birokrat yang memiliki karakter
baik, semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi, serta dapat berperan sebagai perekat
bangsa dalam NKRI.

Menkes juga minta para pejabat mengembangkan kemampuan diri, baik manajerial maupun
leadership sehingga dapat menjadi panutan terkemuka atau Out Standing Role Model for
Leadership Character. Sanggup bekerja keras dan cerdas serta mampu melakukan terobosan yang
positif melalui pikiran yang kreatif, inovatif, dan sistemik untuk kepentingan Nasional.
Melakukan review Rencana Aksi masing-masing, sesuai dengan Renstra Kementerian Kesehatan
dan Road Map Reformasi Kesehatan. Juga berjiwa dan bersemangat mewujudkan Good
Governance.

“Dalam menilai keberhasilan pencapaian program kerja/kegiatan, bukan saja berdasarkan pada
penyerapan anggaran yang baik, (budget oriented) tetapi juga dengan azas manfaat dan dampak
positif (output dan outcome oriented) yang dirasakan oleh masyarakat”, tegas Menkes.

Menurut Menkes, untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tidak cukup dengan adanya
struktur organisasi yang baik dan memadai, tetapi perlu didukung oleh berbagai faktor, seperti
SDM Kesehatan yang memiliki karakter yang baik, serta memiliki jiwa patriotisme dan
nasionalisme yang tinggi, sehingga mampu berpikir cerdas dan bekerja keras serta fokus
terhadap pencapaian pembangunan kesehatan secara nasional; Terselenggaranya ketatalaksanaan
Administrasi dan Keuangan yang dinamis, transparan dan akuntabel serta didukung Standar
Prosedur Operasional yang jelas. Sistem pembinaan dan pengawasan yang terukur. Mempunyai
budaya organisasi/kerja yang efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

Dalam struktur organisasi yang baru dua direktorat jenderal (Ditjen) mengalami perubahan.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat berubah menjadi Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik berubah menjadi
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai