Anda di halaman 1dari 5

ESSAY (ISU PERBANKAN)

BANK SYARIAH MERUGIKAN NASABAH DAN PEMERAS


Oleh : Devina Amallia/2010631030010/Universitas Singaperbangsa Karawang

Berbicara mengenai perbankan sudah tidak asing lagi dengan istilah bunga dan bagi hasil.
Istilah bunga biasanya digunakan oleh bank konvensional sedangkan istilah bagi hasil biasanya
digunakan oleh bank penganut prinsip syariah. Hadirnya bank syariah di dunia ini salah satu
penyemangatnya adalah timbunya suatu pemikiran bahwa sistem bunga yang dijalankan oleh
lembaga keuangan konvensional adalah haram. Asal mulanya bank syariah adalah di pakistan dan
malaysia sekitas tahun 1940-an. Pakistan merupakan negara pelopor utama dalam melaksanakan
sistem perbankan syariah. Pakistan mampu menkonversi seluruh sistem perbankan menjadi sistem
perbankan syariah, menghapus sistem bunga dengan memberikan pinjaman tanpa bunga kepada
petani dan nelayan. Bank Syariah mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga sampai
ke Indonesia pada awal tahun 1990-an.
Dalam historisnya di Indonesia, perbankan syariah dari rahim MUI yang secara formal
ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. BMI sebagai bank
syariah pertama boleh dikatakan sebagai anak emas dari hasil kerja keras Tim perbankan, yang
dibentuk MUI. Bank yang didasarkan pada konsep Islam ini memberikan respon positif di
Indonesia. Hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia selama kurun waktu 2001-2004, bahwa
tingkat kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan syariah semakin meningkat dari
tahun ke tahun, dengan pertumbuhan yang signifikan. Terutama semenjak diberlakukan UU No
10 Tahun 1998, yang mengatur dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dijalankan perbankan syariah, serta memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah seperti puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya.
Banyak orang yang masih belum paham mengenai perbadaan bank syariah dan
konvensional. Hal ini memang tidak mengherankan karena sering banyak orang sulit memahami
istilah baru yang digunakan oleh bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional. Halini
didasarkan pada prinsip bank syariah yang menggunakan istilah-istilah islami dalam penamaan
produk mereka sesuai dengan syariat islam. Produk bank syariah tidak kalah menarik dengan
produk yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal utama yang membedakan antara bank
syariah dengan bank konvensional adalah pada bank syariah dikenal dengan sistem bagi hasilnya
sedangkan pada bank konvensional dikenal dengan sistem bunga. Pada bank konvensional proses
menghimpun dana dikenal dengan istilah giro dan tabungan/deposito sedangkan proses penyaluran
dananya dengan bunga yang telah ditentukan dimuka.
Dilansir Tempo.co pada Selasa (27/7/2021), Jusuf Hamka Pengusaha nasional yang
dikenal sebagai bos perusahaan jalan tol, mengatakan akan menyelesaikan masalah secara hukum
karena terdapat pendebetan tanpa izin dan penyanderaan dana oleh oknum. Dia menuturkan sudah
bertemu dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ihwal kasus yang menimpanya. Menurutnya, OJK
hanya meminta kronologis kejadian mengenai kasus itu.
Sebelumnya, Jusuf Hamka menuturkan permasalahan yang terjadi sebenarnya bukan
terkait sistem dan perbankan syariah, melainkan terkait hubungan nasabah dengan bank di mana
ada proses negosiasi dalam penyelesaian kewajiban pembiayaan yang belum memperoleh
kesepakatan, antara nasabah dengan sindikasi bank syariah yang terdiri dari beberapa bank syariah.
Dia menyatakan permasalahan tersebut menyangkut pelunasan dipercepat atas pembiayaan
sindikasi dari bank syariah, di mana terdapat persepsi dan perbedaan perhitungan kewajiban
pelunasan tersebut antara perhitungan dari pihak nasabah dengan pihak bank sindikasi.
Dalam kasus ini, Jusuf bercerita bahwa dia mulanya memiliki utang di bank Rp800 milar
dengan bunga 11 persen. Kemudian, dia melunasinya Rp795 Miliar. Namun, bank hanya
mengembalikan Rp 690 miliar, sedangkan, sisa uang senilai Rp Rp 105 miliar dipakai untuk
pembayaran bunga dan lain-lain. Merasa janggal dengan sikap bank tersebut, Jusuf Hamka
kemudian melakukan somasi tiga kali dan akhirnya melapor ke polisi.
Jusuf mengatakan di podcast youtube channel milik Dedi Corbuzien bahwa bank syariah
yang dimaksud adalah bank syariah swasta, berlabel syariah tetapi perilakunya seperti lintah darat.
Jusuf Hamka juga memberi petunjuk bahwa persoalan ini terjadi di Jawa Barat. Merujuk petunjuk
itu, informasi tersebut mengarah ke skema kerja samanya dengan Bank Mualamat Cs.
Awalnya saya berpikir bahwa bank syariah atau ekonomi syariah itu hanya untuk orang
yang beragama islam tetapi setelah saya baca di internet ternyata itu adalah sistem perekonomian
yang mana landasannya itu adalah kesetaraan dan keadilan, dan yang perlu kita ketahui bahwa
yang digunakan oleh bank syariah dan sistem ekonomi syariah yaitu sesuai dengan yang diajarkan
pada iman agama islam dan banyak hal bagus yang saya pelajari. Jadi jangan membarikade jika
kamu bukan beragama islam dan berpikir bahwa yang namanya bank syariah hanya membuka
pintu bagi orang yang beragama islam.
Dari kasus tersebut tentu syariah itu sangat baik, tapi yang jadi permasalahan adalah
oknum-oknum yang memanfaatkan syariah. Sekelas Jusuf Hamka saja dikerjai seperti itu,
bagaimana rakyat biasa? Saya khawatir kepada saudara kita yang sangat taat pada ajaran agama
islam sehingga menggunakan bank syariah swasta tersebut yang seharusnya bagi hasil tapi tenyata
tidak. Hal seperti ini tentu tidak boleh didiamkan dan harus ditindak lanjuti karena mencoreng citra
bank syariah sehingga OJK harus menindaklanjuti aduan dan keluhan tersebut.
Banyak hal menguntungkan dari bank syariah, bila kita berbicara mengenai pinjaman pada
bank syariah maka kita akan menemukan beberapa perbedaan dengan bank konvensional, pertama
soal akad jika kita akad kredit pada bank konvensional kita bisa bayangkan kamu saya beri
pinjaman berapa dan bayar bunga ke saya berapa sedangkan bank syariah tidak bisa menggunakan
bunga karena itu adalah riba artinya adalah akadnya berbeda karena akad yang digunakan bank
syariah adalah akad murahabah yaitu akad jual-beli antara bank dan nasabah. Bank akan
melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya
kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan bank yang disepakati. Inilah alasan
kenapa bank syariah bisa memberikan cicilan angsuran yang tetap sampai dengan akhir perjanjian.
Contohnya saya minta tolong kepada si A, “A, tolong dong beliin saya barang”, “boleh, itu ya
barang nya 500”, dibeli. A bilang “ini kan ada biaya bensin, dan lain-lain boleh dong saya jual jadi
550”. Saya sepakat dengan harga 550 tapi saya bilang, “A, boleh dong dicicil saya bayar tiga kali”.
Hal ini boleh dilakukan karena sudah sepakat dan ada kepastian, jadi konsep bank syariah itu
adalah kepastian dan berbagi atas keuntungan dan resiko.
Bank syariah menggunakan metode fix karena sudah disepakati diawal bahwa berapa yang
dia belikan dan dijual kembali kesaya berapa sehingga tidak mungkin ada perubahan dalam
masalah kontrak tersebut sampai selesai, sedangkan di bank konvensional masalah utamanya, jika
kamu nyicil kpr maka menggunakan metode kombinasi fix, cap, dan foting alasannya pertama biar
menarik, yang kedua kamu jadi layak secara kredit. Menggunakan metode fix itu menjadi lebih
mahal dengan nilai presentase akhirnya misal bank konvensional kena 11% sedangkan bank
syariah kena 12,5%. Disini bisa kita lihat ada kelebihan dan kekurangan pada bank syariah maupun
bank konvensional.
Yang saya tau tentang bank syariah yaitu lebih pasti, keterlambatan tidak ada denda karena
pernah ada kasus nasabah di salah satu bank konvensional yang telat bukan karena tidak mau bayar
tapi karena ada perubahan saldo minimum yang tadinya hanya 500 tiba-tiba menjadi 2jt artinya
uang yang sudah ditransfer dalam satuan bulan tertentu menjadi tidak cukup di debet karena ada
saldo minimumnya dan karena kejadian itu walaupun bukan 100% salah nasabah yang kurang
update dan aturan bank sudah dirubah, nasabah dikenakan denda yang besar. Lalu pelunasan
dipercepat dan pembayaran pokok tambahan tidak dikenakan pinalti, di bank syariah itu tidak perlu
ada negosiasi diawal karena tidak akan ada biaya keterlambatan, pelunasan dipercepat atau
pelunasan yang diperbesar sedangkan bank konvensioal selalu ada negosiasi. Pelayanan lebih
menganggap nasabah adalah mitra, agak kaget mendengar bahwa bank syariah seperti yang
diberitakan, dan menurut saya ini tidak berlangsung secara universal. Jika kamu mendengar suatu
kejadian kecil dianggap sebagai suatu ukuran yang mewakili seluruh industri itu adalah cara yang
salah, tapi kamu harus tau keunggulan pada setiap industri dan sektor yang dimaksud jadi kamu
bisa mendudukan sesuai dengan keperluan kamu.
Akhir dari kasus tersebut yaitu Jusuf Hamka memutuskan untuk berdamai dan kedua belah
pihak membuat akad kesepakatan penyelesaian pembiayaan antara perseroan dengan perwakilan
sindikasi bank syariah di kantor Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Jusuf Hamka
menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan win-win solution yang penyelesaiannya dilakukan
berlandaskan prinsip Islam. Jusuf Hamka juga meminta maaf kepada publik usai pernyataannya
viral. Ia menjelaskan permasalahan yang terjadi sebenarnya bukan terkait sistem dan perbankan
syariah, namun hubungan nasabah dengan bank dan ini adalah refleksi kemenangan bersama dan
tidak ada lagi narasi dizalimi dan menzalimi. Kejadian ini adalah pengalaman berharga dan
semoga menjadi momentum positif bagi industri perbankan syariah agar semakin dikenal dan
diminati oleh masyarakat.
Saya mengapresiasi pada otoritas jasa keuangan karena bertindak secara cepat dan saya
juga berharap bila ada pemberitaan yang lain tolong juga OJK sama cepatnya jangan karena ini
mengatas namakan syariah sehingga mendapat respon cepat, tempat lain juga banyak yang dan
harus direspon dengan cepat, jangan cuma orang besar dan juga mengatas namakan syariah
sehingga respon cepat karena jika hal seperti ini tidak diselesaikan dengan cepat maka akan
menjadi masalah, masyarakat akan menjadi antipati dan kita juga harus menjadi seorang
masyarakat yang positif dan responsif serta jangan mengambil suatu kejadian dijadikan untuk
kejadian yang universal.
Terlepas dari bank konvensional atau syariah, jika kamu berhutang maka tetap saja
pastikan kamu mampu membayar diawal. Di awal itu maksudnya kamu mampu untuk membayar
karena banyak otang yang hutang itu pake harapan, pati bisa diatas kertasnya tidak bisa. Jangan
lupa bahwa hutang itu harus dibayar dan bila diawal saja kamu sudah tidak mampu, atau di
mampu-mampu kan maka biasanya kebelakang akan tambah berat.
Setiap industri pasti ada keunggulan dan kelemahannya, kamu yang mengerti apa yang
kamu butuhkan, jika kamu tidak tau apa yang kamu butuhkan maka kamu akan selalu bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA

https://finansial.bisnis.com/read/20210727/231/1422547/jusuf-hamka-tetap-selesaikan-
kasus-dengan-bank-syariah-secara-hukum-ini-alasannya
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210802174700-78-675417/jusuf-hamka-
damai-dengan-7-bank-syariah-sepakat-lunasi-utang

Anda mungkin juga menyukai