Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

DOSEN : Zainal A.Haris, S.Ag, M.Si

KELOMPOK 12 :

RAHMADHANI PUTRI : 21101155310379

RANI SARMILA PUTRI : 21101155310380

RENTIA SYAHDILA PRABA : 21101155310381

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam
ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, penulis meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan
bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat
diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih
baik.

Padang, 14 Oktober 2021

Rentia Syahdila Praba


Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Siapakah Tuhan Itu ?..............................................................


b. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan............................
c. Pembuktian Wujud Tuhan.......................................................
d. Keimanan Dan Ketakwaan......................................................
e. Problematika, Tantangan Dan Resiko Dalam
Kehidupan Modern.................................................................

BAB III PENUTUP

1) Simpulan..................................................................................
2) Saran........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan
nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek
lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta
mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan
yang perlu diperhatikan dan diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang
keimanan. Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah
dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak
pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan
dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari
pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang
dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain.
Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang
terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat
dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus. Islam adalah agama ibadah.
Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan,
cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang
sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki
tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi
iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.
B. Rumusan Masalah
Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Siapa Tuhan itu?
2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?
3. Apakah Konsep Ketuhanan Islam?
4. Sebutkan Bukti-bukti adanya Tuhan?
5. Apa Definisi Iman dan Takwa?
6. Bagaimana Proses terbentuknya Iman dan Takwa?
7. Sebutkan tanda-tanda orang beriman dan bertakwa!
8. Apakah Korelasi antara keimanan dan ketakwaan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui bagaimana kosep Ketuhanan dalam Islam.
3. Mengetahui filsafat Ketuhanan dalam Islam
4. Mengkaji siapa Tuhan itu, bukti-bukti Ketuhanan dalam Islam, serta sejarah
pemikiran manusia tentang Tuhan.
5. Mengetahui penjelasan iman dan takwa, proses terbentuknya iman dan takwa,
tanda-tanda orang yang beriman dan bertakwa, dan korelasi antara keimanan dan
ketakwaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siapa Tuhan Itu?


Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dan
dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang artinya: “Apakah
engkau melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan pribadinya?”
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan pencipta.
Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung
kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa diadakan dan
ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain sementara yang lain membutuhkan-Nya.
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah berbuat
syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak
Allah Swt. Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri, yang artinya:
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian
mempunyai Ilah selain diriku”
Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib.
Al-Qur’an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah, ilahian,
ilahuna). Ilah ialah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai, diagungkan
diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti karena
mendatangkan bahaya.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, “Dan Tuhanmu, Tuhan
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.” Ilah yang dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut Ulama’
Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-Ma’bud, artinya satu-satunya yang
diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu’, yang dicintai, yang disenangi, diikuti. Inilah
yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan yang diibadahi,
dicintai, disenangi, dan diikuti.
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:
“Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah
hanya kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah sholat untuk
mengingatku”.
Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut:
a. La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah
b. La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah
c. La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah
d. La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah
e. La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah
f. La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah
g. La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
h. La Ma’buda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki
pengertian yang dipuja dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya
merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan kepadaNya,
berserah hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta
perlindungan kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala
mengingat dan terpaut cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah.
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan
yang lain, mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya
selain kepada Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti
mempersekutukan Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu
mengenai dzatNya, sifatNya atau af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang
seharusnya hanya ditujukan kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni,
syirik itu bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak
akal manusia, menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya
tak pantas menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt.
dalam kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah
Luqman : 13 yang artinya “Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada
Anaknya. Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang
amat besar”.
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah
berbuat syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar,
sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik,
bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48).

B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


a. Pemikir an Bar at
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah,
baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur
sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mulamula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian
dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai
berikut:
Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada
benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang
misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan
pengaruhnya.
Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu,
roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak
senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh.
Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan roh.
Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,
karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang
lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai
dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada
yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh
karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan
Tingkat Nasional).
Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max
Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan
adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang
Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat
yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang
lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa
Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang
secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil
berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh
kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa
asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah
berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26- 27).
4. Pemikir an Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang
bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya
perbedaan metodologi dalam memahami AlQuran dan Hadis dengan pendekatan
kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat
Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual
sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak
pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran
tersebut yaitu:
a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan
pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam.
Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di
antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain). Dalam menganalisis
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk
mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak
rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun
kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam
perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari
kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir
atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya.
c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku
manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan
Jabariah Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan
umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja diantara aliranaliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya,
tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan
al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di
antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

C. Pembuktian Wujud Tuhan


a. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi
Islam, yaitu Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt,
hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak selamanya
mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang
diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman,
hewan, manusia, jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa
dirinya ada dan percaya pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik,
semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya. Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada
dan percaya pula bahwa alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang
eksistensinya alam, secara logika kita harus percaya tentang adanya
penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang
tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari
tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti
ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan
yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini
adalah Allah Swt.

b. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika


Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam
pengertian lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak
mungkin, karena bertentangan dengan hukum kedua termodinamika.
Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas yang membuktikan bahwa adanya
alam ini mungkin azali. Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu
berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan
kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah
dari keadaan yang tidak panas berubah menjadi panas. Perubahan energi
yang ada dengan energi yang tidak ada. Dengan bertitik tolak dari
kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus berlangsung, serta
kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam
bukanlah bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah
kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini.

c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi


Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti
banyaknya butiran pasir yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang
dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dengan bumi sekitar
240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap
edaranya selama 20 hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh
garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan
sembilan planet tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari
dengan kecepatan yang luar biasa. Matahari tidak berhenti pada tempat
tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan planet-planet dan
asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.00 mil
perjam. Disamping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata surya kita
dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy sistem
matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali
dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan
organisasi yang teliti. Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi
dengan sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya
itu pasti ada kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan
semuanya itu, kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.

d. Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang
terjemahya “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam
semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud
adalah Allah Swt. Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam
surat Al-A’la ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan dan
menyempurnakan, yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan
memberi petunjuk”. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang
menciptakan ciptaannya, yaitu alam semesta, menyempurnakan,
menentukan aturan-aturan dan memberi petunjukterhadap ciptaannya. Jadi,
adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi dengan sendirinya. Akan
tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz
Ayyam adalah jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam
berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses waktu yang
sangat panjang.
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun
Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia
dengan Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam
periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode
ilmiahnya sehingga muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
D. Keimanan Dan Ketakwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi
dua, yaitu tauhid teoritis (tauhid rububiyyah) dan tauhid praktis (tauhid uluhiyyah).
Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan
keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan
berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep
tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis.
Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan
pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang
berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati
dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman


kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan
perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna.
Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid
yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia
sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis
dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan
konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep
dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian
bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada
Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman
dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu
allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian
diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala
larangan-Nya.

E. Problematika, Tantangan Dan Resiko Dalam Kehidupan Modern


Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-budaya
yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.

Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik
sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.

Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dimungkinkan sebagai masyarakat yang


antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran:
103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan (idz kuntum
a’daa’an), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.

Adopsi modernisme (westernisme), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan


bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa
Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan
naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu,
kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.

Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena
diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di
bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota
parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.

Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi
dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat.
Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan NARKOBA oleh
anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Di samping itu masih terdapat
bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan
modern.

Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh
yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat
dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan
seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang besar.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu


diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan
menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

 Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda


Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian
benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan
sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat
1-7.

b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak


di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan
Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:

Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (an-Nisa’ 4: 78).

c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan


manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud). (Hud, 11: 6).

d. Iman memberikan ketentraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram
(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah:

…(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
(ar-Ra’d, 13: 28).

Seorang yang beriman tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap Qadla dan
Qadar. Dia mengetahui dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa Qadla dan Qadar
Allah telah tertulis di dalam kitab.
Qadar adalah apa yang dapat dijangkau oleh kemauan dan iradah manusia. Allah telah
menciptakan manusia serta dilengkapi dengan nikmat berupa akal dan perasaan.
Melalui akal dan iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam batas iradah
yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Di luar batas kemampuan iradah manusia, Qadla dan Qadar Allahlah yang berlaku.
Orang-orang yang selalu hidup dalam lingkungan keimanan, hatinya selalu tenang
dan pribadinya selalu terang dan mantap. Allah memberi ketenangan dalam jiwanya
dan ia selalu mendapat pertolongan dan kemenangan. Inilah nikmat yang
dianugerahkan Allah kepada hambaNya yang mukmin dan anugerah Allah berupa nur
Ilahi ini diberikan kepada siapa yang dikehendakiNya.

Orang mukmin mengetahui bahwa mati adalah satu kepastian. Oleh sebab itu dia
tidak takut menghadapi kematian, bahkan dia menunggu kematian. Hal ini diyakini
sepenuhnya selama hayat dikandung badan. Keberanian selalu mendampingi hati
seorang mukmin.

Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami atau menghadapi masalah, baik
materi, kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat untuk
ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau penyerahan diri
yang bulat kepada Allah, serta iman dengan Qadla dan Qadar dapat meringankan
pengaruh tekanan yang berat. Dalam keadaan yang seperti ini, kalau seorang beriman
ditimpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memiliki
segala rahmat. Dengan demikian ketenangan akan meliputi hati mukmin. Dia yakin
bahwa Allah akan mengabulkan do’anya, meneguhkan hatinya, serta memberikan
kemenangan. (ar-Ra’ad 28, al-Fath 4).

Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati menjadi mantap,
segala krisis dapat dilalui, keseimbangan hormon tetap mantap, dan keserasian
kimiawi tubuh berjalan dengan wajar. Dalam keadaan demikian segala penderitaan
dan tekanan jiwa akan berganti dengan perasaan bahagia dan ketenangan.

e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah :

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (an-Nahl, 16: 97).

f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen


Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan
apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia
senantiasa berpedoman pada firman Allah:

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan semesta alam”. (al-An’aam, 6: 162)

g. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang
beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung. (al-Baqarah, 2: 5).

h. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.

Hal itu karena semua gerak dan kegiatan manusia, baik yang dipengaruhi oleh
kemauan seperti makan, minum, berdiri, melihat dan berfikir, maupun yang tidak
dipengaruhi kemauan seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah
tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh.
Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja di bawah perintah
hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh
kelenjar hipofise, yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan
kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak
ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perobahan
fisiologis tubuh (keseimbangan hormon terganggu), seperti takut, marah, putus asa,
dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu
orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern,
seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.

Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak
pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh
kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh
serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan
mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh
manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan
psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep
Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Dan
sebagai seorang muslim kita perlu dan butuh untuk memahami konsep ketuhanan
dalam islam agar menjadikan kita pribadi yang senantiasa lebih mencintai dan rela
berkorban deni agama Allah.

B. Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

Anda mungkin juga menyukai