Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

Oleh
Eko Fulianto

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021/2022

A. Konsep Peneumonia
a. Pengertian
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan gas setempat. Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain). Penyebab penumonia adalah
infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Pneumonia mengakibatkan
jaringan paru mengalami peradangan. Pada kasus pneumonia, alveoli
terisi nanah dan cairan menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen
sehingga terjadi kesulitan bernapas (Sari dan Cahyati, 2019).

Menurut Bolon dkk (2020) pneumonia merupakan bentuk infeksi


saluran pernapasan akut pada paru-paru. Pneumonia adalah infeksi
parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai organisme, seperti
bakteri, virus, dan jamur. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil
yang disebut alveoli, yang diisi dengan udara ketika bernapas. Pada
pneumonia infeksi dapat terjadi pada kantung udara disalah satu atau
kedua paru-paru (Bolon dkk., 2020). Ketika seseorang menderita
pneumonia maka alveoli diisi dengan nanah dan cairan, yang membuat
seseorang ketika bernapas terasa menyakitkan serta membatasi asupan
oksigen (WHO, 2014).
b. Etiologi
Menurut American Lung Association; Mayo Clinic, (2020) penyebab
dari pneumonia sebagai berikut:
1. Pneumonia bacterial / tipikal karena infeksi streptococcus
pneumonia, stafilokokus aureus, streptokokus piogenesis,
stafilokokus piogenes, klebsiella pneumonia, escherichia coli,
pseudomonas aeruginosa, yersinia pestis, legionnaires bacillus.
2. Pneumonia atipikal (primer) karena infeksi mycoplasma, legionella
dan chlamydia.
3. Pneumonia virus karena infeksi adenoviruses, rhinovirus, influenza
virus, respiratory syncytial virus (RSV).
4. Pneumonia jamur (Sekunder) karena infeksi actinomyces Israeli,
aspergillus fumigatus, histoplasma capsulatum, kokidioides imitis,
histoplasma kapsulatum, blastomises dermatitidis, fikomisetes.
Terjadinya pneumonia dapat didukung dengan faktor
predisposisi, seperti:
1. Kebiasaan merokok
2. Pasca infeksi virus
3. Penyakit jantung kronik
4. DM
5. Status imunodefisiensi
6. Tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi, pemasangan
ventilator.
7. Lingkungan tempat tinggal lembab, kurang cahaya, dan kotor.
8. Keadaan alkoholik

c. Klasifikasi

Menurut (Mackenzie, 2016) pneumonia dapat diklasifiasikan


menjadi 3 yaitu sebagai berikut.

1.Berdasarkan klinis dan epidemologi :

a) Pneumonia komuniti (community-acquired


pneumonia), pneumonia menular antar orang yang
belum atau baru saja dirawat di rumah sakit dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.

b) Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured


pneumonia atau nosokomial pneumonia) adalah
pneumonia diperoleh selama atau setelah rawat inap
untuk penyakit lain atau prosedur dengan onset
setidaknya 72 jam setelah masuk

c) Pneumonia Ventilator (Ventilator Acquired


Pneuminia) disebabkan karena penggunaan
ventilator pada pasien setelah 48-72 jam atau setelah
proses intubasi trakea. Infeksi ini dapat muncul jika
bakteri masuk melalui lubang intubasi dan masuk ke
pau-paru.

d) Pneumonia pada penderita immunocompromised


2. Berdasarkan bakteri penyebab
a) Pneumonia backerial atau tipikal, beberapa bakteri
misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,
Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella
dan Chlamydia
c) Pneumonia virus, disebabkan oleh virus influenza
d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder.
Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan
lemah (immunocompromised) disebabkan oleh
Aspergillus Fumigatus
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a) Pneumonia lobaris, seluruh lobus mengalami
konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar.
Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organisme
penyebab tersering.
b) Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak
infiltrat pada lapangan paru, dapat disebabkan oleh
bakteria maupun virus.
c) Pneumonia interstisial, melibatkan daerah di antara
alveoli dan dapat disebut pneumonitis interstisial. Hal
ini lebih cenderung disebabkan oleh virus atau oleh
bakteri atipikal.

d. Patofisiologi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru
yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia
dapat terjadi akibat masuknya mikrorganisme ke paru-paru. Jika
melalui saluran napas, mikrorganisme yang masuk akan dilawan
oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya
dengan batuk-batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir di tenggorokan untuk mengeluarkan mukus (lendir) dan
terjadi proses peradangan. Peradangan dan infeksi pada paru-
paru mengakibatkan penurunan ventilasi karena alveoli dipenuhi
dengan eksudat inflamasi. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
umumnya bermanifestasi sebagai hipoksemia. Respon sistemik
terhadap pneumonia merupakan respons tubuh terhadap infeksi
serius yakni demam. Respons sistemik tidak langsung ini dapat
menjadi petunjuk bahwa proses infeksi adalah penyebab infiltrat
paru. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus
menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang
berurutan Jain dkk., (2020) :
1. Kongesti (24 jam pertama) \
Eksudat yang kaya protein keluar masuk ke dalam
alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan
bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan
magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan
dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak
berwarna kemerahan, padat tanpamengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Terjadi kumulasi fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena
leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi ke
alveolus. Akibat dari masuknya mukus ke dalam
alveoli terjadi peningkatan konsentrasi protein cairan
alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi
penurunan difusi sehingga terjadi akumulasi cairan
pada alveoli yang akan menekan saraf sehingga
alveoli akan mengalami cidera, menyebabkan
timbulnya nyeri Akut, ganggun polat tidur. Akumulasi
cairan pada alveoli akan menyebabkan terjadinya
gangguan Pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke
dalam alveoli akan menyebabkan konsolidasi di
alveoli yang kemudian menyebabkan suplai oksigen
menurun yang menimbulkan terjadinya dispnea dan
batuk sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan
intoleransi aktivitas. Penumpukan sekret akan
terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul masalah
keperawatan bersihan jalan tidak efektif.
e. Pathway
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health
Organization (WHO) (2005) yaitu batuk dan/atau kesulitan
bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini yaitu :
a) Kepala terangguk-angguk
b) Pernapasan cuping hidung
c) Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d) Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia

g. PemeriksaanPenunjang
Menurut Utama (2018) menjelaskan ada beberapa
pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan
diagnose pneumonia :

1. Radiografi Dada

Radiografi dada pada pandangan posteroanterior dan


lateral. Radiografi tidak hanya mengkonfirmasi adanya
pneumonia tetapi juga menunjukkan distribusi dan
luasnya penyakit dan kadang-kadang memberikan
petunjuk tentang sifat agen etiologi. Radiografi thoraks
juga berguna untuk menunjukkan adanya cairan pleura,
yang sering menyertai pneumonia, terutama yang berasal
dari bakteri. Cairan pleural dapat berupa tipis dan serosa
atau kental dan purulen (Empyema).
2. BGA (Blood Gas Analysis)
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru-paru. Terjadi hipoksia (SaO2<95%) dan
dapat berlanjut pada asidosis-alkalosis (Abnormalitas
PaCO2, PaO2, HCO3, pH)
3. Darah Lengkap
Tes darah digunakan untuk memastikan infeksi dan
mencoba mengidentifikasi jenis organisme yang
menyebabkan infeksi. Secara laboratorik ditemukan
leukositosis 15.000-40.000/m
4. Tes Kultus Sputum
Sampel cairan dari paru-paru (dahak) diambil setelah
batuk yang dalam dan dianalisis untuk membantu
menentukan penyebab infeksi dengan cara needle biopsy,
aspirasi trantrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau
biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat
ditemukan, seperti Diplococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus, dan
Hemophilus influenzae
5. Bilirubin biasanya mengalami peningkatan

h. Diagnosa Pembanding
Hipertensi dapat didiagnosis secara lebih
terperinci berdasarkan tingkat keparahan
pemyakit :
1. Infark Paru
2. Ca Paru
3. Plauritis Eksudat Karena TB
i. Penatalaksanaan
Menurut Utama (2018) penatalaksanaan
medis yang dapat dilakukan yaitu dengan :
a. Farmakologi
1. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik harus disesuaikan usia,
keadaan umum, dan dugaan penyebab. Evaluasi
pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak
ada perbaikan klinis dilakukan perubahan
pemberian antibiotik sampai dinyarakan sembu.
Lama pemberian antibiotik tergantung dengan
keamjuan klinis penderita dan hasil labolatorium
serta foto toraks.
2. Pemberian oksigenasi dapat diberikan oksigen nasal
atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada
tanda gagal napas segera beri bantuan ventilasi
mekanik
b. NonFarmakologi
1. Mempertahankan suhu tubuh nornal melalui
pemberian kompres
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup sesuai
dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
3. Jika sesak tidak terlalu parah dapat dilakukan diet
melalui selang NGT
4. Koreksi hasil lab mengenai kelainan asam basa atau
elektrolit yang terjadi
j. Komplikasi
1. Memburuknya Penyakit Kronis
2. Bakteremia
3. Abses Paru-Paru
4. Gangguan Pernapasan
5. Radang Selaput Dada
B. Konsep Proses Keperawatan
a) .Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi, nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah
sesak napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien
dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak.
Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil. Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan, lemas, dan kepala nyeri
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang berhubungan dengan keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya
keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.
4. Riwayat penyakit dahulu
a) Penyakit yang pernah dialami
Penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru), diabetes
mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),
ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi),
penyakit virus yang baru terjadi (misalnya influenza),
malnutrisi, ventilasi mekanik, pascaoperasi
b) Alergi
Klien mungkin mengalami alergi yang bisa menimbulkan
reaksi inflamasi seperti peningkatan mucus atau yang lain
c) Imunisasi
Klien umumnya memiliki imunisasi lengkap
d) Life sytle
Kebiasaan terpapar polusi udara
e) Obat yang dikonsumsi
Diperlukan informasi terkait obat yang dikonsumsi oleh
klien, antibiotik atau yang berkaitan dengan peradangan
f) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien ada yang
mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah
keluarga ada yang mengalami penyakit degeneratif
5. Pengkajian Keperawatan
a) Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Mengkaji bagaimana persepsi klien dan keluarga terkait
sehat dan sakit. Mengkaji bagaimana kebiasaan klien dan
keluarga jika sedang mengalami sakit (tenaga kesehatan
apa yang dijadikan rujukan)
b) Pola nutrisi
Mengkaji berdasarkan Antopometri, Biomedical sign,
clinical sign, dan Diit makan. Umumnya pasien bisa
mengalami penurunan energi yang menyebabkan
munculnya masalah mual muntah, dan perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh
c) Pola eliminasi
Mengkaji terkait balance cairan, serta mengkaji adanya
masalah diare, kontipasi, yang berhubungan dengan pola
eliminasi. Umumnya jarang ditemukan masalah terkait
pola eliminasi
6. Pola aktivitas dan latihan
Mengkaji terkait kemandirian klien dalam melakukan ADL
dan bagaimana kemampuan oksigenasi dan energi dalam
melakukan aktivitas. Umumnya klien akan mengalami intoleransi
aktivitas
7. Pola tidur dan istirahat
Mengkaji terkait durasi frekuensi dan kualitas pada tidur pasien.
Umumnya karena sakit klien akan memiliki gangguan dalam
pola tidur atau insomnia
8. Pola kognitif dan persepsi
Mengkaji fungsi kognitif dan indra pasien umumnya tidak
ditemukan masalah pada pasien dengan pneumonia
9. Pola persepsi diri
Mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan gambaran
diri, identitas diri, ideal diri, dan harga diri. Umumnya klien
tidak memiliki masalah
10. Pola peran dan hubungan
Mengkaji terkait support system yang dimiliki klien, seperti
keluarga yang menunggu atau hubungan dengan teman.
Dikarenakan pasien harus menjalani hospitalisasi kemungkinan
klien akan mengalami masalasah interaksi sosial
11. Pola manajemen koping dan stres
Mengkaji koping klien saat menghadapi permasalahan
12. Sistem nilai dan keyakinan
13. Menanyakan kepada klien terkait keyakinan kepada sang
pencipta, keyakinan untuk sembuh, keyakinan menjalani
hidupnya

b) Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan


difusi O2

b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


penumpukan sekret pada bronkus

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan batuk dan dispnea

d. Hipertermia berhubugan dengan proses penyakit

e. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan alveoli

c) Perencanan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan olehperawat didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapailuaran (outcome) yang
diharapkan. Tindakan keperawatan adalah perilaku atau
aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. (PPNI,2018).
4 Hipertermia Kriteria Hasil untuk mengukur 1. . Manajemen Hipertermia: 1. Mengetahui
berhubunga penyelesaian dari diagnosis setelah a. Identifikasi penyebab
. adanya
n dengan
proses dilakukan asuhan keperawatan hipetermia peningkatan
penyakit selama 3 x 24 jam, diharapkan b. Monitor suhu tubuh suhu sehingga
ditandai
termoregulasi membaik dengan c. Sediakan lingkungan yang
dengan dapat
suhu tubuh kriteria hasil: dingin
meminimalisir
di atas nilai a. Menggigil dengan (skala 5; d. Longgarkan / lepaskan pakaian
Normal kejadian intra
menurun) e. Berikan cairan oral
cranial
b. Kulit merah dengan ( skala f. Anjurkan tirah baring
2. Mengontrol
5; menurun) g. Berikan oksigen jika
c. Kejang dengan (skala 5; keadaa suhu
perluBerikan oksigen, jika perlu
menurun) 2. Regulasi Temperatur
d. Konsumsi oksigen (skala 5; a. Monitor suhu tubuh anak tiap
menurun) dua jam, jika perlu
e. Pucat dengan (skala 5; b. Monitor tekanan darah, frekensi
menurun) pernafasan dan nadi
f. Takipnea (skala 5; menurun) c. Monitor warna dan suhu tubuh
g. Suhu tubuh dengan (skala d. Tingkatkan asupan cairan dan
5;membaik) nutrisi yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA

AmericanLung Association.2020.WhatCausesPneumonia?

Aung,A.Sivakumar,S.K.Gholami,S.P.Venkateswaran,B.Gorain,danShadab
.2019. An Overview of the Anatomy and Physiology of the Lung.
Elsevier Inc.Nanotechnology-Based Targeted Drug Delivery
SystemsforLungCancer.

Bolon, C., D. Siregar, L. Kartika, A. Supinganto, S. Manurung, Y.


Sitanggang, N.Siagian,dan S.Siregar.2020.Anatomi
DanFisiologiUntuk
MahasiswaKebidanan.Medan:YayasanKitaMenulis.

Irianto,K.2012.AnatomidanFisiologi.Bandung:Alfabeta

Jain, V., R. Vashisht, G. Yilmaz, dan A. Bhardwaj. 2020. Pneumonia

PathologyLeMone,P.,K.M.Burke,danG.Bauldoff.2016.BukuAjarKeperawat

anMedikal
Bedah. Dalam2. Jakarta:PenerbitBukuKedokteranEGC.

Mackenzie,G.2016.Thedefinitionandclassificationofpneumonia.Pneumonia.
1–5.

Sari,M.P.danW.H.Cahyati.2019.Higeiajournalofpublichealthtrenpneumonia
dikotasemarangtahun2012-2018.3(3):407–416.

TimPokjaSDKIDPPPPNI.2018.StandartDiagnosaKeperawatanIndonesia:D
efinisidanIndikator Diagnostik.Edisi1.Jakarta:DPPPPNI
TimPokjaSLKIDPPPPNI.2018.StandartLuaranKeperawatanIndinesia:Defi
nisi danKriteriaHasilKeperawatan.Edisi1.Jakarta: DPPPPNI

Tim Pokja SIKIDPP PPNI.2018.Standar


IntervensiKeperawatanIndonesia:DefinisidanTindakan
Keperawatan.Edisi1.Jakarta:DPPPPNI

Anda mungkin juga menyukai