Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PAROTIS

Oleh
Dian Aries Sukma

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021/2022
A. Konsep Tumor Parotis
a) Defenisi
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor
atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan
sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama
dengan asalnya.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian
medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong
tonsil ke medial.
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan
dengan multiplikasi sel- sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut
juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang
terletak di depan telinga.
b) Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus
ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi
beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan
stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada
kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan
autososom. Onkogen merupakan segmen dna yang menyebabkan sel
meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel
.akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang
tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini
dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan
perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah
karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat
mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan
seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang
mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara antigenis dari
sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang
kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk
tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua
periode ketika system imun sedang lemah
c) Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai
pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah
akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut.
Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan
oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor
benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik.
Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel
duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma.
Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala
nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa
tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi
maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.

Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian


medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan
mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan
tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang
berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor
parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
d) Tanda dan gejala
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral

e) Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah Tumor – tumor
epithelial
5. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
a) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
b) Oxifil adenoma (onkositoma)
c) Jenis-jenis lain (tipe lain)
6. Tumor muko epidermoid
7. Tumor sel asinus
8. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)
f) Komplikasi
Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher
dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau
fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah pencegahan.
Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan
alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan
antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi
luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam
dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk
penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin
terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi

g) Pathway Tumor Parotis


h) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat
menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax
diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan
kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan
klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah
tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor
dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi.
Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan
ganas.
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
2) Laboratorium patologi anatomi
3) Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan
hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di
diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat
bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

i) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan
ekstervasi (pengangkatan). Glandula submandibularis dan glandula
sublingualis tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer
ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.tumor ganas : Disseksi kelenjer
leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua kelenjer ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan
sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik
memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah
keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum
halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI
memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan
penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson
atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan
stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu.
80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak.
j) Penatalaksanaan non medis
Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau
disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan
penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi.
Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker,
tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan
menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai
pembunuh kanker, walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari
beberapa tahun silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari
Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa
acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau
membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi
tunggal, akan lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal
jenis lainnya seperti sambiloto, temu putih atau temu mangga. Perpaduan
beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan saling mendukung untuk
mempercepat proses penyembuhan penyakit.
B. Konsep Proses Keperawatan
a) .Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi, nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien tu parotis adalah sesak
napas, peningkatan suhu tubuh, dan batuk.. Pasien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada,
sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan kepala
nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang berhubungan dengan keluhan yang
dirasakan pada saat pengkajian.
4. Riwayat penyakit dahulu
a) Penyakit yang pernah dialami
Penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus,
imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV), ketergantungan
alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang baru
terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi
b) Alergi
Klien mungkin mengalami alergi yang bisa menimbulkan
reaksi inflamasi seperti peningkatan mucus atau yang lain
c) Imunisasi
Klien umumnya memiliki imunisasi lengkap
d) Life sytle
Kebiasaan terpapar polusi udara
e) Obat yang dikonsumsi
Diperlukan informasi terkait obat yang dikonsumsi oleh klien,
antibiotik atau yang berkaitan dengan peradangan
f) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien ada yang
mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga
ada yang mengalami penyakit degeneratif

5. Pengkajian Keperawatan
a) Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Mengkaji bagaimana persepsi klien dan keluarga terkait sehat
dan sakit. Mengkaji bagaimana kebiasaan klien dan keluarga
jika sedang mengalami sakit (tenaga kesehatan apa yang
dijadikan rujukan)
b) Pola nutrisi
Mengkaji berdasarkan Antopometri, Biomedical sign, clinical
sign, dan Diit makan. Umumnya pasien bisa mengalami
penurunan energi yang menyebabkan munculnya masalah
mual muntah, dan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh
c) Pola eliminasi
Mengkaji terkait balance cairan, serta mengkaji adanya
masalah diare, kontipasi, yang berhubungan dengan pola
eliminasi. Umumnya jarang ditemukan masalah terkait pola
eliminasi
6. Pola aktivitas dan latihan
Mengkaji terkait kemandirian klien dalam melakukan ADL
dan bagaimana kemampuan oksigenasi dan energi dalam melakukan
aktivitas. Umumnya klien akan mengalami intoleransi aktivitas
7. Pola tidur dan istirahat
Mengkaji terkait durasi frekuensi dan kualitas pada tidur pasien.
Umumnya karena sakit klien akan memiliki gangguan dalam pola
tidur atau insomnia
8. Pola kognitif dan persepsi
Mengkaji fungsi kognitif dan indra pasien umumnya tidak
ditemukan masalah pada pasien dengan tumor parotis.
9. Pola persepsi diri
Mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan gambaran diri,
identitas diri, ideal diri, dan harga diri. Umumnya klien tidak
memiliki masalah
10. Pola peran dan hubungan
Mengkaji terkait support system yang dimiliki klien, seperti
keluarga yang menunggu atau hubungan dengan teman.
Dikarenakan pasien harus menjalani hospitalisasi kemungkinan
klien akan mengalami masalasah interaksi sosial
11. Pola manajemen koping dan stres
Mengkaji koping klien saat menghadapi permasalahan
12. Sistem nilai dan keyakinan
13. Menanyakan kepada klien terkait keyakinan kepada sang pencipta,
keyakinan untuk sembuh, keyakinan menjalani hidupnya

b) Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan proses pengobatan berhubungan dengan tidak
menganal sumber informasi
2. Resiko infeksi
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. resiko syok
c) Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. KURANG Setelah dilakukan tindakan TEACHING: PENGETAHUAN
PENGETAHUAN: keperawatan selama 24 PROSES PENYAKIT
PROSES; PENGOBATAN jam psien mengetahui tentang Definisi : membantu pasien
Definisi: tidak adanya atau proses penyakit dengan memahami informasi yang
kurangnya informasi indikator pasien dapat : berhubungan dengan penyakit yang
kognitif tentang hal yang ▪ Familiar dengan nama spesifik
spesifik. penyakit Intervensi
Batasan karakteristik: ▪ Mendeskripsikan proses ▪ Berikan penilaian tentang
▪ Mengungkapkan penyakit tingkat pengetahuan pasien
masalah ▪ Mendeskripsikan faktor tentang proses penyakit yang
▪ Tidak tepat mengikuti penyebab spesifik
perintah ▪ Mendeskripsikan faktor ▪ Jelaskan patofisiologi dari
▪ Tingkah laku yang resiko penyakit dan bagaiman hal ini
berlebihan (histeris, ▪ Mendeskripsikan efek berhubungan dengan anatomi
apatis, sikap penyakit dan fisiologi
bermusuhan, agitasi) ▪ Mendeskripsikan tanda ▪ Gambarkan tanda dan gejala
Faktor yang berhubungan : dan gejala yang biasa muncul pada
▪ Kurang paparan ▪ Mendeskripsikan penyakit
▪ Mudah lupa perjalanan penyakit ▪ Gambarkan proses penyakit
▪ Misintepretasi ▪ Mendeskripsikan tindakan ▪ Identifikasi kemungkinan
informasi untuk menurunkan penyebab dengan cara yang
▪ Keterbatasan kognitif progresifitas penyakit tepat
▪ Kurang keinginan ▪ Mendeskripsikan ▪ Sediakan informasi tentang
untuk mencari komplikasi kondisi pasien
informasi ▪ Mendeskripsikan tanda ▪ Sediakan bagi keluarga atau SO
▪ Tidak mengenal dan gejala dari komplikasi informasi tentang kemajuan
sumber informasi ▪ Mendeskripsikan tindakan pasien
pencegahan untuk ▪ Sediakan pengukuran
komplikasi diagnostik yang tersedia
▪ Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
▪ Diskusikan pilihan terapi
▪ Gambarkan rasional
rekomendasi manajemen
terapi Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
▪ Eksplorasi kemungkinan
sumber dukungan
▪ Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk.
2. RESIKO INFEKSI Setelah dilakukan tindakan KONTROL INFEKSI
Definisi : peningkatan resiko keperawatan selama ....... 24 Definisi: meminimalkan
masuknya orgaanisme jam status kekebalan pasien mendapatkan infeksi dan transmisi
patogen. meningkat dengan indilaktor: agen infeksi
Faktor resiko : ▪ Tidak didapatkan infeksi Intervensi :
▪ Prosedur infasif berulang ▪ Bersihkan lingkungan setelah
▪ Ketidakcukupan ▪ Tidak didapatkan tumor dipakai pasien lain
pengetahuan untuk ▪ Status rspirasi sesuai ▪ Pertahankan teknik isolasi
▪ Menghindari paparan yang diharapkan ▪ Batasi pengunjung bila perlu
patogen ▪ Temperatur badan sesuai ▪ Instruksikan pengunjung untuk
▪ Trauma yang diharapkan mencuci tangan saat berkunjung
▪ Kerusakan jaringan dan ▪ Integritas kulit dan setelah berkunjung
peningkatan paparan ▪ Integritas mukosa ▪ Gunakan sabun anti mikroba
lingkungan ▪ Tidak didapatkan fatigue untuk cuci tangan
▪ Ruptur membran amnion kronis ▪ Cuci tangan sebelum dan
▪ Agen farmasi ▪ Reaksi skintes sesuai sesudah tindakan keperawatan
▪ Malnutrisi paparan ▪ Gunakan universal precaution
▪ Peningkatan paparan ▪ Wbc absolut dbn dan gunakan sarung tangan
lingkungan patogen selma kontak dengan kulit yang
▪ Imunosupresi tidak utuh
▪ Ketidakadekuatan imun ▪ Tingkatkan intake nutrisi dan
buatan cairan
▪ Tidak adekuat ▪ Berikan terapi antibiotik bila
pertahanan sekunder perlu
(penurunan hb, ▪ Observasi dan laporkan tanda
leukopenia, penekanan dan gejal infeksi seperti
respon inflamasi) kemerahan, panas, nyeri, tumor
▪ Tidak adekuat ▪ Kaji temperatur tiap 4 jam
pertahanan tubuh primer ▪ Catat dan laporkan hasil
(kulit tidak utuh, trauma laboratorium, wbc
jaringan, penurunan ▪ Gunakan strategi untuk
kerja silia, cairan tubuh mencegah infeksi nosokomial
statis, perubahan sekresi ▪ Istirahat yang adekuat
ph, perubahan ▪ Kaji warna kulit, turgor dan
peristaltik) tekstur, cuci kulit dengan hati-
▪ Penyakit kronis hati
▪ Ganti iv line sesuai aturan yang
berlaku
▪ Pastikan perawatan aseptik
pada iv line
▪ Pastikan teknik perawatan luka
yang tepat
▪ Berikan antibiotik sesuai autran
▪ Ajari pasien dan keluarga tanda
dan gejal infeksi dan kalau
terjadi melaporkan pada
perawat
▪ Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana mencegah
Proteksi infeksi
Definisi : pencegahan dan deteksi
dini pada pasien yang beresiko
Intervensi :
▪ Monitor tanda dan gejala
infeksi
▪ Monitor hitung granulosit, wbc
▪ Monitor kerentanan terhadap
infeksi
▪ Batasi pengunjung
▪ Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
3. CEMAS Setelah dilakukan tindakan PENGURANGAN CEMAS
Definisi : perasaan gelisah keperawatan selama ......... 24 Definisi: rasa takut, cemas, merasa
yang tak jelas dari jam pasien dapat mengontrol dalam bahaya atau
ketidaknyamanan atau cemas dengan indikator:: ketidaknyamanan terhadap sumber
kekuatan yang disertai ▪ Monitor intensitas yang tidak diketahui
respon autonom (sumber kecemasan Intervensi :
tidak spesifik atau tidak ▪ Menyingkirkan tanda ▪ Gunakan pendekatan yang
diketahui oleh individu), kecemasan menenangkan
perasaan keprihatinan ▪ Menurunkan stimulus ▪ Pahami perspektif pasien
disebabkan dari antisipasi lingkungan ketika cemas terhadap situasi stres
terhadap bahaya. ▪ Merencanakan strategi ▪ Temani pasien untuk
Faktor yang berhubungan : koping untuk situasi memberikan keamanan dan
▪ Terpapar racun penuh stres mengurangi takut
▪ Konflik yang tidak ▪ Menggunakan teknik ▪ Berikan informasi mengenai
disadari tentang nilai- relaksasi untuk diagnosis, tindakan, prognosis
nilai utama tujuan hidup, mengurangi cemas ▪ Dorong keluarga untuk
▪ Berhubungan dengan ▪ Tidak ada manifestasi menemani anak
herediter, perilaku kecemasan ▪ Lakukan backrup
▪ Kebutuhan tidak ▪ Melaporkan kebutuhan ▪ Dengarkan dengan penuh
terpenuhi tidur adekuat perhatian
▪ Transmisi interpersonal ▪ Identifikasi tingkat kecemasan
▪ Krisis situasional ▪ Bantu pasien mengenai situasi
▪ Ancaman kematian yang menimbulkan
▪ Ancaman terhadap kecemasan
konsep diri, stres, ▪ Dorong pasien untuk
subtans abuse mengungkapkan perasaan,
▪ Perubahan dalam : status ketakutan, persepsi
peran; kesehatan; pola ▪ Instruksikan pasien
interaksi, fungsi peran, menggunakan teknik relaksasi
lingkungan, ekonomi ▪ Berikan obat untuk
Batasan karakteristik : mengurangi kecemasan
▪ Perilaku : gelisah,
pergerakan yang tidak
berhubungan, insomnia,
resah
▪ Affektive: kesedihan
yang mendalam,
ketakutan, gugup,
mudah tersinggung,
nyeri hebat, fokus pada
diri sendiri, distres,
khawatir, cemas
▪ Fisiologis: suara
gemetar, gemetar,
goyah, respirasi
meningkat, nadi
meningkat, nyeri
abdomen, keringat
banyak, anoreksia, mual,
tekanan darah
meningkat, pusing,
pulsasi menurun
4. RESIKO SYOK Setelah dilakukan tindakan SHOCK MANAGEMENT
Definisi : beresiko terhadap keperawatan selama ......... 24 ▪ Monitor TTV, tekanan darah
ketidakcukupan aliran darah jam Syok tidak terjadi pada ortostatik, status mental dan
kejaringan tubuh, yang dapat pasien dengan indikator:: urine output
mengakibatkan disfungsi ▪ Monitor nilai laboratorium
seluler yang mengancam ▪ Status sirkulasi sebagai bukti terjadinya perfusi
jiwa. ▪ Keseimbangan elektrolit jaringan yang inadekuat
dan asam / basa (misalnya peningkatan kadar
Faktor Resiko: ▪ Keseimbangan cairan asam laktat, penurunan pH
▪ Hipotensi ▪ Hidrasi arteri)
▪ Hipovolemia ▪ Status infeksi ▪ Berikan cairan IV kristaloid
▪ Hipoksemia ▪ Deteksi resiko sesuai dengan kebutuhan (NaCl
▪ Hipoksia ▪ Perfusi jaringan : jantung 0,9%; RL; D5%W)
▪ Infeksi ▪ Perfusi jaringan : otak ▪ Berikan medikasi vasoaktif
▪ Sepsis ▪ Perfusi jaringan : perifer ▪ Berikan terapi oksigen dan
▪ Sindrom peradangan ▪ Status tanda vital ventilasi mekanik
sistemik ▪ Monitor trend hemodinamik
▪ Monitor frekuensi jantung fetal
(bradikardia bila HR <110
kali/menit) atau (takikardia bila
HR >160 kali per menit)
berlangsung lebih lama dari 10
menit
▪ Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan AGD dan monitor
oksigenasi jaringan
▪ Dapatkan patensi akses vena
▪ Berikan cairan untuk
mempertahankan tekanan
daarah atau cardiac output
▪ Monitor penentu pengiriman
▪ Lakukan pemasangan kateter
urinaria
▪ Lakukan pemasangan NGT dan
monitor residu lambung
▪ Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan perfusi
▪ Berikan dukungan emosional
kepada keluarga
▪ Berikan harapan yang realistic
kepada keluarga
SHOCK MANAGEMENT:
CARDIAC
▪ Auskultasi suara paru untuk
menentukan adanya crackles
dan suara nafas tambahan
lainnya
▪ Catat tanda dan gejala
penurunan cardiac output
▪ Monitor gejala inadekuatnya
perfusi arteri koronaria
(misalnya perubahan
gelombang ST pada EKG atau
angina)
▪ Monitor nilai koagulasi (PT,
PTT,fibrinogen, trombosit)
▪ Pertahanankan keseimbangan
▪ Berikan obat inotropic positif
atau kontraktilitas
▪ Tingkatkan preload yang
optimal dengan memperbaiki
kontraktilitas ketika
meminimalkan gagal jantung
(memberikan nitrogliserin)
▪ Tingkatkan penurunan afterload
(memberikan vasodilator atau
intraaortic balloon pumping)
▪ Tingkatkan perfusi arteri
koronaria (dengan
mempertahankan MAP >60
mmHg dan mengontrol
takikardia)
c) .Implementasi
Adalah mengolah dan mewujudkan dari rencana tindakan
keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat,
melaksanakan anjuran dokter edngan ketentuan rumah sakit.

d) Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakuan dengan cara melibatkan
pasien dan sesama tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Marlyn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC. Jakarta, 2000.

MC. Kay. D.W : Neor Concept and Approach To Club Foot Treatment Section I,
Prinaples And Morbid Anatomy. J. Red Orthapedic 3 : 3447, 1982

Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB / UPF Ilmu Bedah, RSUD. Dr. Soetomo,
1994.

Anda mungkin juga menyukai