Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SURVEILANS KIA
( Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Masyarakat )

Dibuat Oleh :

KELOMPOK 3

CHINDRA MARTINA
DESI YUSMAN
SRI MOLYANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKITTINGGI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsurkesejahteraan yang
harus diwujudkan dan dipenuhi.Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 Pasal 28 A menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta
berhakmempertahankan hidup dan kehidupannya.Menurut peraturantersebut bahwa hak
untuk hidup dan mempertahankan kehidupannyasangat terkait dengan kesehatan sebagai
salah satu kebutuhan dasar manusia dan unsur kesejahteraan manusia.Sehat menurut
WHO(World Health Organization) (1992) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan
bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah dapat melaksanakan surveilans terhadap
penyakit menular dan tidak menular. Ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 T
ahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional mengamanatkan agar pengelolaan
kesehatan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat daerah sampai tingkat pusat
dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional dibidang kesehatan.
Otonomi fungsional dimaksudkan berdasarkan kemampuan dan ketersediaan sumber
daya di bidang kesehatan. Hal ini menegaskan bahwa penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan harus dilaksanakan di setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan, instansi kesehatan
mulai dari tingkat kabupaten/kota, propinsi dan instansi kesehatan tingkat pusat .
Fungsi dasar Surveilans Kesehatan tidak hanya untuk kewaspadaan dini penyakit
yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), tetapi juga sebagai dasar
perencanaan dan pengambilan keputusan program kesehatan jangka menengah dan
jangka panjang. Untuk itu hendaknya pelaksanaan Surveilans Kesehatan mencakup
seluruh pelaksanaan program di bidang kesehatan yang membutuhkan pengamatan terus
menerus, analisis dan diseminasi informasi. Hal ini sejalan dengan kebutuhan data dan
informasi yang terpercaya dan mempunyai aspek kekinian.
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu
(AKI). Angka Kematian Ibu adalah jumlah wanita yangmeninggal karena gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidaktermasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor penyebab langsung kematian ibu berkaitan dengan kondisikesehatan ibu
meliputi kehamilan, postpartum, komplikasi kehamilan,anemia, penyakit yang diderita,
dan lain-lain. Penyebab langsung kematian ibu antara lain eklampsia (34%),perdarahan
(28%), disebabkan karena penyakit (26%), dan lain-lain 12%, dengan kondisi saat
meninggal paling banyak pada masa nifasyaitu 74,29% diikuti waktu hamil (17,4%).
Penyebab langsung dipengaruhi oleh baberapa faktor seperti akses terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, perilaku kesehatan dan reproduksi suami istri dan komunitas
sekelilingnya, status kesehatan dan gizi ibu hamil.
Program Surveilence KIA menjadikan ibu hamil dan anak-anak sebagai sasaran
program yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
 Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, integrasi dengan
program gizi.
 Memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena
kekurangan protein dan kalori serta memperkenalkan jenis makanan tambahan
vitamin dan garam yodium. Intgrasi program PKM konseling dan Gizi.
 Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usiasubur. Integrasi program KB.
 Merujuk ibu – ibu atau anak – anak yang memerlukan pengobatan. Integrasi program
pengobatan.
 Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas. Integrasi
dengan program perawatan kesehatan masyarakat.
 Mengadakan latihan untuk dukun bersalin dan kader kesehatan Posyandu.

B. Tujuan
Mampu menjelaskan Tentang surveilens KIA

C. MANFAAT
Agar mahasiswa memahami konsep surveilens KIA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Surveilans KIA

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi


datasecara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan (WHO, 2004). Tindakan yang diambil
setelah mendapatkan informasi inilah yang disebut respons. Surveilans berbasis kejadian
dilakukan untuk menangkap dan memberikan informasi secara cepat tentang suatu
penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan, dengan menggunakan sumber data selain
data yang terstruktur.
Surveilans KIA merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus untuk menangkap dan memberikan
informasi secara cepat tentang suatu penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan,
dengan menggunakan sumber data selain data yang terstruktur untuk menekan angka
kematian ibu dan bayi.
Program Kesehatan Ibu dan Anak dalam rangka mencapai target MDGs yang
ditetapkan memerlukan data yang akurat dan dapat diakses tepat waktu untuk
menentukan kebijakan yang evidence based. Untuk mendapatkan kualitas data yang baik
dan berkelanjutan diperlukan suatu sistem surveilans yang baik, meliputi teknik
pelaksanaan, struktur organisasi, sistem manajemen serta regulasi surveilans.
Saat ini program surveilans dalam KIA merupakan program yang dianggarkan
dari pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi. Hal ini menunjukkan maksud
pemerintah pusat untuk mendukung kegiatan KIA sesuai dengan kebijakan prioritas
kesehatan pusat.Surveilans sendiri, khususnya dalam hal pelacakan kematian ibu dan
anak, sudah dilakukan oleh setiap Dinas Kesehatan Kabupaten sampai ke tingkat
Puskesmas. Kegiatan surveilans ini dilakukan oleh staf Dinas Kesehatan yang mengelola
KIA, dan belum bekerjasama dengan staf dinas kesehatan yang mempunyai tugas
surveilans. Wajar dalam pelaksanaannya masih ada kelemahan- kelemahan, dari segi
teknis pelaksanaan maupun sistemnya sendiri.
Dipandang dari sistem surveillans di daerah, dapat dinyatakan masih terdapat
berbagai kelemahan sistemik. Berbagai kelemahan sistem surveilans di daerah ini
menjadi hambatan besar dalam melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Dapat
dikatakan ada kelemahan supporting sistem untuk surveilans KIA di daerah. Prosedur
tetap protap pelaksanaan sistem surveilans – respons KIA ini merupakan pedoman
pelaksanaan 8 fungsi pokok surveilans untuk 12 penyakit perioritas KIA yang ditetapkan
oleh Depkes sebagai berikut Depkes RI, 2007b:
1. Perdarahan pasca persalinan;
2. Preeklampsia, Eklampsia;
3. Sepsis Puerperalis;
4. Abortus spontan;
5. Partus macet;
6. BBLR;
7. Tetanus neonatorum;
8. Sepsis neonatorum;
9. Asfiksia neonatorum;
10. Gizi buruk;
11. Pneumonia;
12. Diare akut.

B. Tujuan Surveilans KIA

 Mengurangi kematian ibu yang dapat dicegah dengan mendapatkan dan


menggunakan informasi pada setiap kematian ibu.
 Membimbing tenaga kesehatan dalam mengambil tindakan dan memantau
dampaknya.
 Memperluas upaya-upaya penyediaan informasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan program dan intervensi dalam rangka penurunan kesakitan dan
kematian ibu serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan selama kehamilan,
persalinan, dan nifas.
 Memberikan informasi yang dapat menhasilkan rekomendasi dan tindakan spesifik
untuk meningkatkan efektifitas program dan intervensi.
C. Prinsip Surveilans Respons

Menurut WHO (2004) fungsi pokok surveilans respons meliputi 8 kegiatan utama
yaitu:
 Deteksi kasus
 Registrasi
 Konfirmasi
 Pelaporan
 Analisis
 Umpan balik
 Respons segera

D. Surveilans Respons Untuk Kematian Ibu Dan Kematian Anak

Surveilans Respons untuk Kematian Ibu dan Kematian Anak dilaksanakan dengan
kegiatan-kegitan sebagai berikut:
1. Deteksi kasus
Merupakan langkah pertama dalam sistem surveilans respon, deteksi
kasusumumnya dilaksanakan di tingkat pelayanan kesehatan.Deteksi kasus dalam
KIA adalah adanya kasus kehamilan resiko tinggi, kesakitanpada bayi dan anak,
maupun kematian ibu dan anak.
2. Registrasi
Registrasi yang baik akan merekam semua data kasus termasuk kasus yang
ternyata tidak konfirmasi baik secara epidemiologi maupun secara laboratories.
Registrasi dalam KIA yaitu sistem pencatatan yang terkait dengan pelayanan
ibu dan anak, antara lain: rekam medis, SP2TP, SP2RS, Buku KIA, Register Kohort
Ibudan Bayi, PWS-KIA, Form MTBM, MTBS, Form Rujukan Maternal dan
Neonatal,Form Autopsi Verbal Maternal dan Perinatal, Form Medical Audit.
3. Konfirmasi (epidemiologi dan laboratorium)
Konfirmasi dapat melalui kriteria epidemiologi dan hasil tes
laboratorium.Konfirmasi epidemiologi umumnya diperoleh dari hasil penyelidikan
kasus dilapangan. Hasil teslaboratorium akan membantu dalam penegakan
diagnosis.Konfirmasi dalam KIA berupa pelacakan oleh tenaga kesehatan
puskesmasdengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang
lainyang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh
sebelum penderita meninggal. Hasil otopsi verbal ini yang akan melengkapi
pelaksanaan audit maternal dan audit perinatal (AMP) terhadap kasus
kematiansehingga dapat diketahui penyebab kematian.
4. Pelaporan
Pelaporan merupakan upaya untuk menggerakkan data yang
sudahdikumpulkan dari tingkat yang paling rendah dalam sistem kesehatan ke
tingkatyang lebih tinggi.Pelaporan dalam KIA berupa laporan hasil deteksi kehamilan
resiko tinggi, komplikasi yang terjadi, hasil deteksi dini tumbuh kembang anak, dan
jugapelaporan hasil AMP dan penyebab kematian.
5. Analisis
Analisis harus dilaksanakan secepat mungkin untuk menghindari
penundaanpelaksanaan intervensi yang tepat akurat.Hasil analisis harus berupa
informasiepidemiologis yang dapat digunakan sebagai dasar tindakan
kesehatanmasyarakat.
Analisis dalam KIA berupa analisis terhadap pelaporan kasus kehamilan
resikotinggi, komplikasi, dan deteksi dini tumbuh kembang.Mencari faktor-
faktorpenyebab atau faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus, untuk
menentukantindak lanjut yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan ibu-ibu
maternalmaupun bayi dan balita.Juga analisis terhadap hasil AMP untuk
menentukanrekomendasi dan intervensi yang tepat.
6. Umpan balik
Umpan balik merupakan arus informasi dan pesan kepada tingkat yang rendah
dari tingkat yang lebih tinggi.Selain itu dalam era teknologi informasi umpanbalik
dapat dalam bentuk buletin elektronik yang dapat disampaikan kepadalintas sektor
dan para pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga dapatberkontribusi dalam
respons kesehatan masyarakat.
Umpan balik dalam KIA berupa umpan balik hasil analisis kasus dan hasil
AMPdari dinas kesehatan kepada para unit pelayanan kesehatan (UPK). Juga hasil
penanganan kasus dari RS kepada puskesmas, dll sesuai jenjang rujukannya,
dengan harapan kasus yang yang sama tidak terjadi lagi di masa yang akandatang.
Umpan balik dapat juga disampaikan dalam kegiatan pertemuan review
program KIA secara berkala di kabupaten/kota dengan melibatkan ketiga
unsurpelayanan kesehatan tersebut. Umpan balik dikirimkan dengan tujuan untuk
melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang ditemukan.
7. Respons segera
Keluaran dari proses pengumpulan data sampai dengan interpretasi data dalam
bentuk informasi epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan responskesehatan
masyarakat. Respons segera bersifat langsung, reaktif dan umumnyatermasuk dalam
tindakan kesehatan masyarakat yaitu penyelidikanepidemiologi, pelacakan kontak
penderita dan tindakan penanggulangan untukmencegah penularan penyakit.
Respons segera dalam KIA berdasar rekomendasi AMP misalnya
berupaperbaikan sistem dan atau mutu pelayanan pasien di RS, puskesmas, RB, BPS,
dll.Ini menyangkut hal-hal yang bisa dilakukan secara internal di unit
pelayanantersebut, dan tidak memerlukan biaya besar.Termasuk juga disini
melakukanbedside teaching dan supervisi fasilitatif untuk memberikan bimbingan
dalampengelolaan kasus rujukan.Siapapun yang terkait dengan kematian ibu dan bayi
harus memberikan respon segera sesuai dengan tanggungjawab, wewenang,
dankemampuannya.
8. Respons terencana
Respons terencana merupakan respons yang direncanakan dalam periode
waktu tahunan, lima tahunan termasuk perencanaan tindakan dan penganggaran
yangdiperlukan. Keterlibatan lintas sektor dan stakeholder sangat menentukan
dalamrespons terencana ini.Rekomendasi AMP seharusnya disampaikan
kepadabupati/walikota terutama yang terkait dengan perbaikan yang
membutuhkanbiaya besar, dan juga yang terkait dengan perbaikan di hulu
berupapemberdayaan masyarakat, perbaikan sistem transportasi, pendidikan,
ekonomi, lingkungan, dan sebagainya. Respons terencana masuk agenda
Musrenbanguntuk penyusunan APBD tahun depan.
Selain disampaikan kepada bupati/walikota rekomendasi AMP juga
harusdisampaikan kepada kepala dinas kesehatan provinsi untuk bisa dianggarkandari
dana dekonsentrasi atau APBD provinsi.
Respons segera dan respons terencana harus dimonitor dan dievaluasi,
hasilnya dapat dipergunakan untuk modifikasi tindakan pemberantasan dan
upayapencegahan, juga untuk petunjuk modifikasi sistem surveilans yang lebih baik.
Surveilans respons harus disertai dengan keputusan sebagai respons dari
informasi epidemiologi hasil dari interpretasi data yang sudah dikumpulkan.Tanpa
respons yang cepat tepat, dan akurat, sebaik apapun sistem surveilanstidak akan
bermanfaat untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat. Dalam KIA yang
diutamakan adalah bagaimana respons tersebut dapatmenurunkan kematian ibu, bayi,
dan anak.
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data
secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan (WHO, 2004). Tindakan yang diambil
setelah mendapatkan informasi inilah yang disebut respons.
Surveilans berbasis kejadian dilakukan untuk menangkap dan memberikan
informasi secara cepat tentang suatu penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan,
dengan menggunakan sumber data selain data yang terstruktur. Tujuan dilaksanakannya
surveilans KIA ini adalah untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.

 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak agar terhidar dari berbagai penyakit
sehingga dapat mengurangi angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang


Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
2. Online. http://etd.repository.ugm.ac.id
3. Online. https://www.scribd.com/ Pedoman-Surveilans-KIA
4. Online. https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Modul_Surveilance__KIA

Anda mungkin juga menyukai