Anda di halaman 1dari 16

FINANCIAL TEKNOLOGI

DI SUSUN OLEH:

Mian Lestari (198220057)

DOSEN PENGAMPU:
Dr.Minda M.Sebayang

PROGRAM STUDI AGRBISNIS FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS MEDAN AREA
Bagaimana FinTech?
Teknologi keuangan telah digunakan sejak lama di negara-negara berkembang, dan Indonesia
telah menggunakannya selama beberapa tahun sekarang. Penerimaan ini membutuhkan
keinginan dan kebiasaan manusia, yang membutuhkan kenyamanan dan digunakan untuk
berbagai keperluan. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi di Indonesia, sudah tidak tepat lagi.
Keragaman teknologi cukup berdampak pada fasilitas yang harus disediakan. Biaya yang harus
ditanggung oleh pemerintah atau pengusaha untuk mencapai kemudahan teknologi. Fintech
mengacu pada penggunaan dan penggunaan teknologi di industri perbankan dan jasa keuangan.
Startup yang menggunakan perangkat lunak, internet, dan komunikasi lebih mungkin
melakukannya. Bentuk Pembayaran (dompet digital, pembayaran peer-to-peer), Investasi (equity
crowdfunding, peer-to-peer lending), Pembiayaan (crowdfunding, pinjaman mikro, fasilitas
kredit), Asuransi (manajemen risiko), Cross-proses ( analisis data besar, pemodelan prediktif),
dan Infrastruktur adalah beberapa fondasi Fintech (keamanan). Fintech adalah istilah yang
mengacu pada jenis teknologi yang menggabungkan kemajuan teknis dengan sektor keuangan di
lembaga perbankan, dengan tujuan untuk mempermudah.
Financial technology atau disingkat fintech merupakan sebuah inovasi di bidang jasa keuangan
yang sedang naik daun di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech merupakan inovasi dalam industri jasa keuangan
yang memanfaatkan pemanfaatan teknologi. Produk Fintech biasanya berupa sistem yang
dibangun untuk melakukan mekanisme transaksi keuangan tertentu.
Innovation in fintech adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yang
menggunakan teknologi untuk mempercepat dan mempermudah aspek layanan keuangan yang
diberikannya. Fintech sendiri semakin populer seiring dengan pesatnya perkembangan
perusahaan start-up atau startup.
National Digital Research Center atau NDRC menjelaskan bahwa fibtech merupakan istilah
yang dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah inovasi di bidang jasa keuangan.
Bentuk inovasi ini juga bisa disebut sebagai inovasi finansial yang diberi sentuhan teknologi
modern. Namun bisa juga berarti segmen di dunia startup yang mampu membantu
memaksimalkan penggunaan teknologi dengan tujuan mengubah, menajamkan, atau
mempercepat berbagai aspek layanan keuangan.
Jadi, fintech mencakup metode pembayaran transfer dana, penggalangan dana, peminjaman
dana, hingga pengelolaan aset yang bisa dipercepat dan dipersingkat dengan memanfaatkan
teknologi.
Berdasarkan pemahaman tersebut, tidak mengherankan jika fintech dengan cepat menjadi
kebutuhan masyarakat dan pada akhirnya mampu mengubah gaya hidup masyarakat, terutama
yang bergerak di bidang keuangan dan teknologi.
Tahun 2019 merupakan tahun dimana segala aspek kehidupan manusia telah tersentuh oleh
teknologi. Kebutuhan yang semakin meningkat, mobilisasi manusia yang semakin cepat, dan
aktivitas manusia yang semakin meningkat memaksa adanya fasilitas yang dapat memenuhi itu
semua. Istilah financial technology sudah digunakan di negara-negara maju di dunia, dan
Indonesia mulai mengadopsi financial technology dalam beberapa tahun terakhir. Adopsi ini
mengikuti kebutuhan dan kebiasaan manusia yang membutuhkan kemudahan dan jalan pintas
untuk berbagai urusan. Memperhatikan pesatnya perkembangan teknologi di Indonesia, bukan
tidak mungkin jika semuanya bisa terwujud. Istilah 'uang tidak bisa membeli waktu' tampaknya
secara konotatif kurang berlaku saat ini. Berbagai kemudahan teknologi tentu membawa
konsekuensi dari segi fasilitas yang harus disiapkan. Termasuk berapa biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah atau pelaku bisnis untuk mewujudkan kemudahan teknologi.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/Tahun 2016 Tentang
Layanan Teknologi Informasi yang dirilis pada 28 Desember 2016, jumlah perusahaan yang
menawarkan jasa sampai dengan 4 September, jumlah perusahaan landing P2P yang terdaftar
atau memiliki izin dan mendaftarkan perusahaan mencapai 40 entitas, Tentu saja bisa meningkat
setiap tahun. Konsep financial technology dapat memfasilitasi apa yang dianggap sulit dan
memakan waktu, namun yang juga harus diperhatikan adalah apakah masuknya era financial
technology ke dalam bisnis sudah sesuai dengan budaya Indonesia yang mayoritas beragama
Islam. Islam memiliki aturan dan peraturan dalam menjalankan bisnis yang baik untuk mencapai
kebaikan bersama. Indonesia juga memiliki era baru dalam prinsip bisnis, yaitu syariah. Tulisan
ini akan membahas keselarasan yang terjadi di Indonesia terkait inklusi financial technology dan
prinsip syariah secara bersama-sama.

Apa manfaat fintech?


Membantu Perkembangan Perusahaan Startup
Saat ini banyak bermunculan perusahaan rintisan baru yang melahirkan produk-produk inovatif
di bidang tekfin. Contohnya adalah Moneythor. Perusahaan ini membuat produk baru yang dapat
memberikan pengalaman di bidang digital banking yang hasil analisisnya lebih spesifik dan
detail. Biasanya, perusahaan seperti ini mulai tumbuh di Singapura, yang kemudian menyasar
Asia.
Meningkatkan Standar Hidup
Selain mampu mendatangkan keuntungan atau pemasukan yang besar bagi perusahaan rintisan,
keberadaan fintech juga mampu meningkatkan taraf hidup dan daya beli masyarakat.
Contohnya adalah perusahaan rintisan yang kemudian mampu meningkatkan inovasi dengan
menghadirkan merchant, dimana merchant mampu menerima sistem pembayaran dengan kartu
debit atau kredit dengan biaya rendah.
Selain itu, ada juga perusahaan rintisan yang mampu menciptakan inovasi fintech dengan
meningkatkan infrastruktur dunia perbankan untuk meningkatkan daya beli konsumen dan
masyarakat. Selain itu, fintech juga memiliki peran penting dalam upaya menurunkan angka
kemiskinan hingga 600 juta orang. Selain itu, perusahaan rintisan juga harus meyakinkan
investor akan hal ini.

Kemudahan Layanan Keuangan


Manfaat lain yang ditawarkan fintech yang paling menonjol adalah kemudahan layanan
keuangan. Coba bandingkan dengan sepuluh tahun lalu. Ketika Anda ingin mentransfer sejumlah
dana, apakah Anda pergi ke teller bank atau mesin ATM?
Padahal, kedua hal ini cukup merepotkan karena memakan waktu yang tidak sedikit. Selain itu,
Anda juga harus mengantri yang membuat waktu Anda semakin terbuang percuma.
Namun, kini hal tersebut bisa diminimalisir dengan adanya fintech. Karena Anda dapat
mentransfer sejumlah uang hanya dengan smartphone. Bahkan, beberapa fintech juga
menyediakan fitur billing bulanan, seperti listrik, telepon, dan BPJS.
Jadi, Anda bisa lebih menghemat waktu dan tenaga karena tidak harus selalu keluar rumah untuk
melakukan berbagai transaksi.
1. Penggalangan Dana
Crowdfunding atau penggalangan dana merupakan salah satu model pemahaman fintech yang
saat ini sedang populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan teknologi ini,
masyarakat dapat menggalang dana atau berdonasi untuk sebuah inisiatif atau program sosial
yang mereka pedulikan. Salah satu contohnya adalah penggalangan dana untuk membangun
pesawat R80 rancangan BJ Habibie. Contoh start up fintech adalah model crowdfunding yang
saat ini populer di Indonesia yaitu Kitabisa.com.
2. Pembiayaan Mikro
Pembiayaan mikro merupakan salah satu layanan perusahaan fintech yang menyediakan layanan
keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah untuk membantu kehidupan dan keuangan
mereka sehari-hari. Karena masyarakat dari kelompok ekonomi ini sebagian besar tidak memiliki
akses ke lembaga perbankan, mereka juga mengalami kesulitan dalam memperoleh modal usaha
untuk mengembangkan usaha atau mata pencahariannya. Pembiayaan mikro mencoba
menjembatani permasalahan tersebut dengan menyalurkan modal usaha langsung dari pemberi
pinjaman kepada calon peminjam. Sistem bisnis dirancang sedemikian rupa sehingga
pengembaliannya kompetitif bagi pemberi pinjaman, tetapi tetap dapat dicapai oleh peminjam.
3. Layanan pinjaman P2P
Jenis ini lebih dikenal dengan fintech untuk peminjaman uang. Perusahaan fintech ini membantu
masyarakat yang membutuhkan akses keuangan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan
pemahaman fintech ini, konsumen dapat lebih mudah meminjam uang untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup tanpa harus melalui proses berbelit-belit yang sering dijumpai di bank
konvensional. Salah satu contoh perusahaan fintech yang bergerak di bidang peminjaman uang
adalah AwanTunai, sebuah startup yang menyediakan fasilitas cicilan digital yang aman dan
mudah.
4. Perbandingan pasar
Dengan fintech ini, pengguna dapat membandingkan berbagai produk keuangan dari berbagai
penyedia jasa keuangan. Fintech juga mampu berfungsi sebagai financial planner. Dengan
bantuan fintech, pengguna bisa mendapatkan beberapa pilihan investasi untuk kebutuhan masa
depan mereka.
5. Sistem pembayaran digital
Sistem pembayaran digital merupakan startup yang bergerak di bidang penyediaan layanan
berupa pembayaran semua tagihan seperti pulsa dan pascabayar, kartu kredit, atau token listrik
PLN. Salah satu contoh perusahaan fintech yang bergerak di bidang sistem pembayaran digital
ini adalah Payfazz yang berbasis keagenan untuk membantu masyarakat Indonesia. Apalagi yang
tidak memiliki akses ke bank, untuk melakukan pembayaran berbagai macam tagihan setiap
bulannya. Selama ini industri fintech masih diatur dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 77
Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Baca juga:
Apa Itu?

Pandangan berbeda tentang FinTech


Dari sisi aksiologis, permasalahan Fintech lebih bersifat etis dan estetis. Kajian etika lebih fokus
pada perilaku, norma, dan adat istiadat manusia. Kaitan etis penerapan Fintech bisa berupa
bagaimana masyarakat menggunakan Fintech, apakah ada penyimpangan saat melakukan
pinjaman online, apakah Fintech mendorong penyimpangan karena budaya dan mentalitas
“menggali lubang dan menutup lubang”. Hal ini dapat diminimalisir dengan memberikan edukasi
tentang pentingnya literasi keuangan dan literasi teknologi kepada masyarakat yang dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai pengguna teknologi. Selanjutnya, estetika adalah
masalah nilai keindahan yang berarti bahwa dalam segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang
tersusun secara teratur dan serasi dalam suatu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Di
sini penting bagi industri Fintech,
Selain regulator yang menyusun aturan dan undang-undang transaksi elektronik, dari sisi
penyedia layanan Fintech diharapkan segera meluncurkan acuan dalam kode etik industri fintech
lending. Pertama, tentang transparansi produk dan metode penawaran. Operator diwajibkan
untuk memasukkan semua biaya yang timbul dari utang. Ini termasuk, antara lain, biaya yang
dikeluarkan di muka, bunga, biaya keterlambatan dan lain-lain. Metode ini diharapkan dapat
memberdayakan konsumen untuk menerima utang secara bertanggung jawab dan meminimalkan
risiko penipuan dan praktik tidak etis. Sistem transparansi ini juga berarti keterbukaan kepada
perusahaan dimana mereka diharuskan mencantumkan alamat, email dan nomor telepon untuk
pengaduan pelanggan. Rujukan kedua adalah tentang pencegahan over-borrowing.
Penawaran utang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan ekonomi konsumen,
bukan menjerumuskan mereka ke dalam jeratan utang. Untuk itu, penyelenggara dilarang
memberikan utang secara langsung kepada peminjam tanpa persetujuan terlebih dahulu. Dalam
kode etik ini tertulis bahwa penyedia juga wajib melakukan penelitian dan verifikasi yang
memadai terhadap kondisi keuangan peminjam untuk memastikan bahwa peminjam mampu
melunasi kewajibannya. Selain itu, penyelenggara juga dilarang memanipulasi data konsumen
untuk memudahkan proses pinjam meminjam. Rujukan ketiga adalah prinsip itikad baik tentang
praktik persembahan,
memberi, dan mengumpulkan hutan manusia tanpa kekerasan, baik fisik maupun non fisik,
termasuk cyber bullying.
Menurut Ahmad Wira Ph.D, akademisi di IAIN Imam Bonjol Padang, penggunaan Financial
Technology saat ini tidak bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya jual beli online, dalam
syariat Islam transaksi jual beli harus dilakukan dengan ijab kabul, namun dalam mazhab Hanafi
diperbolehkan melakukannya tanpa menggunakan akad. Sekolah ini memiliki prinsip rasa
ketertarikan antara penjual dan pembeli, sehingga tidak perlu bertemu langsung. Pemanfaatan
Financial Technology merupakan salah satu bentuk muamalah dalam Islam yang didorong oleh
kemajuan zaman.
Menurut President, P&C Insurance and Reinsurance di XL Catlin, Greck Hendrick dalam
websitenya, https://www.prophet.com/2017/05/3-key-factors-forfintech-success/, ada 3 faktor
yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan fintech, yaitu :
1. Menjadikan Pelanggan sebagai Dasar dari Apa yang Dilakukan Perusahaan Pelanggan harus
menjadi perhatian dalam segala hal yang dilakukan perusahaan fintech, mulai dari riset pasar
hingga pengiriman produk. Semua langkah yang diambil harus sejalan dengan pelanggan dan
perusahaan percaya bahwa produk adalah apa yang dibutuhkan pelanggan. Ini adalah sifat yang
kita lihat di sebagian besar merek global seperti, Netflix. Brand tidak mengabaikan obsesi
pelanggan dan terus berinovasi untuk mewujudkan keinginan pelanggan.
2. Memastikan Pragmatis Implementasi Perusahaan harus mengirimkan produk yang tepat pada
waktu yang tepat jika dapat menjadi yang pertama. Jangan biarkan perusahaan terjebak dalam
tahap beta abadi. Menjadi pragmatis tidak hanya membangun kepercayaan pelanggan, tetapi juga
membantu merek untuk mengingat obsesi pelanggan, tetap terinspirasi dan membangun budaya
inovasi.
3. Mengatasi Gangguan yang Relevan Dengan memperhatikan dua hal, apa yang diinginkan
pelanggan dan bagaimana menyampaikan produk kepada pelanggan dengan cara yang paling
efisien, perusahaan fintech akan mengatasi gangguan yang relevan. Salah satu brand yang sudah
terbukti melakukan hal ini adalah PayPal. Mereka mendengarkan apa yang dibutuhkan
pelanggan dan memberikan produk dengan baik yang merupakan bentuk penanganan gangguan
yang relevan.

Perkembangan FinTech di Indonesia


Financial Technology (Fintech) atau sering disebut juga dengan Financial Technology (Fintech)
merupakan industri berbasis teknologi yang melahirkan inovasi-inovasi di bidang jasa keuangan
yang memfasilitasi jasa keuangan (startup) di luar lembaga keuangan konvensional yang
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses produk dan transaksi keuangan.
Dalam arti yang lebih luas, fintech adalah industri yang terdiri dari perusahaan yang
menggunakan teknologi untuk membuat sistem keuangan dan penyampaian layanan keuangan
menjadi lebih efisien (Bank Dunia, 2016). Untuk membantu meningkatkan indeks literasi dan
inklusi keuangan di Indonesia, pemerintah mendukung pengembangan financial technology di
Indonesia melalui regulasinya. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di dunia dan terbesar di Asia Tenggara menjadikan Indonesia sebagai pangsa fintech
yang besar. Selain itu, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 143,26 juta
yang diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dimanfaatkan financial technology
sebagai peluang untuk memberikan layanan keuangan berbasis teknologi kepada masyarakat
yang lebih praktis dan efisien dalam melakukan transaksi, seperti mempermudah masyarakat
untuk memperoleh permodalan khususnya di bidang UMKM, dan lain-lain. Perusahaan fintech
diharapkan dapat saling berkolaborasi untuk mengembangkan layanan keuangan berbasis
teknologi sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional. Dikutip dari sumber
dari CNBC Indonesia mengenai fintech, awalnya fintech dianggap oleh regulator sebagai bank
terlarang. Regulator menilai fintech menjalankan bisnis jasa keuangan tanpa izin. Ada
kesalahpahaman tentang ini, kesalahan telah diperbarui. Namun, Dengan hadirnya Asosiasi
Perusahaan FinTech di Indonesia (AFTECH) dan regulasi yang dibuat oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) bersama dengan Bank Indonesia (BI), fintech diakui sebagai Industri Keuangan
di Indonesia. Asosiasi FinTech Indonesia (AFI/AFTECH) adalah asosiasi yang resmi
dipublikasikan ke publik pada September 2015 sebagai wadah bagi perusahaan dan lembaga di
sektor jasa keuangan untuk menggunakan teknologi dalam menjalankan bisnisnya. Berdasarkan
data Asosiasi FinTech Indonesia dan OJK pada tahun 2017, jumlah perusahaan fintech di
Indonesia pada tahun 2006-2016 mengalami peningkatan. Sebelum tahun 2006, jumlah
perusahaan tekfin berjumlah 4 perusahaan dan dari tahun 2006 hingga tahun 2007 jumlah
perusahaan tekfin bertambah menjadi 16 perusahaan. Setelah tahun itu, pada periode tersebut.
Dalam kurun waktu 4 tahun terjadi penambahan 9 perusahaan yang melakukan kegiatan fintech
sehingga pada tahun 2011-2012 jumlah perusahaan menjadi 25 perusahaan atau tumbuh sekitar
177,78%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2006-2007 yang
mencapai sekitar 300%. Pada tahun 2013-2014 terjadi peningkatan jumlah perusahaan fintech
sebanyak 15 perusahaan sehingga pada tahun tersebut jumlah perusahaan menjadi 40 perusahaan
atau tumbuh sekitar 60%. Laporan Accenture di kawasan Asia Pasifik, menyebutkan bahwa nilai
investasi ke dalam teknologi Finansial (fintech) selama sembilan bulan pertama tahun 2015 telah
mencapai US$3,5 miliar atau hampir empat kali lebih besar dari tahun 2014. Artinya pada tahun
2015 orang yang berinvestasi di bidang teknologi- sektor keuangan berbasis meningkat. Pada
tahun 2015-2016, jumlah perusahaan meningkat drastis sebanyak 165 perusahaan, Artinya
perusahaan mengalami peningkatan sebanyak 125 perusahaan atau tumbuh sekitar 312,5%
dibandingkan tahun sebelumnya.4 Jumlah pemain fintech di Indonesia pada 2015-2016 menurut
Asosiasi FinTech Indonesia (AFI) mengalami pertumbuhan sebesar 78%. 5 Sepanjang 2015-
2016, Fintech mengalami pertumbuhan yang pesat. Artinya, banyak bermunculan pemain fintech
baru yang terjun ke sektor keuangan. Dengan ini, akan muncul kreativitas baru di sektor
keuangan. Berbagai inovasi keuangan akan bermunculan yang dapat menarik perhatian
masyarakat Indonesia untuk menggunakan jasa keuangan sehingga sesuai harapan pemerintah,
indeks literasi dan inklusi keuangan Indonesia dapat meningkat. Berdasarkan laporan publikasi
CCAF (Cambridge Center For Alternative Finance) dalam The 2ndAsia Pacific Region
Alternative Finance Industry Report – Cultivating Growth, yang ditulis oleh Garvey K. et. Ada 9
jenis Model Fintech Financing di Indonesia tahun 2013-2016, yaitu P2P (market place) business
lending, P2P (market place) consumer lending, P2P (market place) real estate lending,
crowdfunding berbasis donasi, berbasis ekuitas urun dana, urun dana berbasis penghargaan, urun
dana bagi hasil/dana bagi hasil, surat utang (surat berharga berbasis utang), pinjaman konsumen
neraca. Dari 9 model tersebut, 3 jenis model telah tersedia sejak tahun 2013 seperti business
lending P2P (market place), crowdfunding berbasis donasi, crowdfunding berbasis reward,
sedangkan 6 model lainnya baru saja diperkenalkan. et. Ada 9 jenis Model Fintech Financing di
Indonesia pada tahun 2013-2016, yaitu P2P (market place) business lending, P2P (market place)
consumer lending, P2P (market place) real estate lending, crowdfunding berbasis donasi,
berbasis ekuitas urun dana, urun dana berbasis penghargaan, urun dana bagi hasil/dana bagi
hasil, surat utang (surat berharga berbasis utang), pinjaman konsumen neraca. Dari 9 model
tersebut, 3 jenis model telah tersedia sejak tahun 2013 seperti business lending P2P (market
place), crowdfunding berbasis donasi, crowdfunding berbasis reward, sedangkan 6 model
lainnya baru saja diperkenalkan. et. Ada 9 jenis Model Fintech Financing di Indonesia pada
tahun 2013-2016, yaitu P2P (market place) business lending, P2P (market place) consumer
lending, P2P (market place) real estate lending, crowdfunding berbasis donasi, berbasis ekuitas
urun dana, urun dana berbasis penghargaan, urun dana bagi hasil/dana bagi hasil, surat utang
(surat berharga berbasis utang), pinjaman konsumen neraca. Dari 9 model tersebut, 3 jenis model
telah tersedia sejak tahun 2013 seperti business lending P2P (market place), crowdfunding
berbasis donasi, crowdfunding berbasis reward, sedangkan 6 model lainnya baru saja
diperkenalkan. urun dana berbasis ekuitas, urun dana berbasis imbalan, urun dana bagi
hasil/pendanaan bagi hasil, surat utang (sekuritas berbasis utang), pinjaman konsumen neraca.
Dari 9 model tersebut, 3 jenis model telah tersedia sejak tahun 2013 seperti business lending P2P
(market place), crowdfunding berbasis donasi, crowdfunding berbasis reward, sedangkan 6
model lainnya baru saja diperkenalkan. urun dana berbasis ekuitas, urun dana berbasis imbalan,
urun dana bagi hasil/pendanaan bagi hasil, surat utang (sekuritas berbasis utang), pinjaman
konsumen neraca. Dari 9 model tersebut, 3 jenis model telah tersedia sejak tahun 2013 seperti
business lending P2P (market place), crowdfunding berbasis donasi, crowdfunding berbasis
reward, sedangkan 6 model lainnya baru saja diperkenalkan.
pada tahun 2016. Model-model tersebut merupakan kategori dari jenis inovasi fintech startup
teknologi yang memiliki produk dan layanan inovasi keuangan. Tahun 2016 merupakan tahun
puncak bagi fintech. Berdasarkan laporan publikasi CCAF (Cambridge Center for Alternative
Center) pusat, pasar pembiayaan online berkembang pesat, menjadikan fintech sebagai bisnis
startup terpopuler kedua di Indonesia setelah e-commerce. Berbagai layanan rintisan fintech
yang sedang menjadi tren di Indonesia adalah platform akhir (pinjaman). ), gateway pembayaran
(alat pembayaran), P2P, platform perbandingan untuk layanan perbankan dan asuransi. Startup
Fintech yang telah berdiri dan beroperasi di Indonesia antara lain CekAja, UangTeman,
CekPremi, Bareksa, Doku, Veritrans, Kartuku, Halomoney, dan Modalku. Startup ini
menawarkan kepada kami berbagai layanan keuangan seperti pinjaman, perbandingan asuransi,
pembelian reksa dana, dan lain-lain secara online. Menurut data Tech in Asia Indonesia, fintech
merupakan sektor bisnis dengan jumlah investasi terbesar kedua di Indonesia. Sebenarnya
fintech sendiri sudah ada sebelum tahun 2006, namun jumlah perusahaan saat itu hanya 4
perusahaan. Menurut Asosiasi FinTech Indonesia tahun 2015-2016, jumlah perusahaan Fintech
di Indonesia berjumlah 165 perusahaan dibandingkan tahun 2013-2014 yang berjumlah 40
perusahaan. Terjadi peningkatan jumlah perusahaan Fintech sekitar 312,5% pada tahun 2015-
2016 dibandingkan dengan tahun 2013-2014. Hasil Survei Nasional Indeks Literasi dan Inklusi
Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Literasi Keuangan 29,66% dan Indeks Inklusi
Keuangan 67,82%. 8 Kita dapat melihat bahwa peningkatan pemain tekfin berdampak signifikan
terhadap Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia. Hasil indeks tersebut memberikan bukti
bahwa fintech dapat memberikan harapan bagi Indonesia dalam meningkatkan inklusi keuangan
dan membantu membangun perekonomian nasional, sehingga memicu Indonesia untuk
meningkatkan target indeksnya di tahun berikutnya. POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi atau Peer-to-Peer (P2P) Lending yang akan
ditindaklanjuti dengan ketentuan lain terkait fintech agar regulasi lebih jelas dan lengkap
sehingga diharapkan dapat berkontribusi lebih kepada perekonomian nasional. Selain itu, Bank
Hasil indeks tersebut memberikan bukti bahwa fintech dapat memberikan harapan bagi
Indonesia dalam meningkatkan inklusi keuangan dan membantu membangun perekonomian
nasional, sehingga memicu Indonesia untuk meningkatkan target indeksnya di tahun berikutnya.
POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi atau
Peer-to-Peer (P2P) Lending yang akan ditindaklanjuti dengan ketentuan lain terkait fintech agar
regulasi lebih jelas dan lengkap sehingga diharapkan dapat berkontribusi lebih kepada
perekonomian nasional. Selain itu, Bank Hasil indeks tersebut memberikan bukti bahwa fintech
dapat memberikan harapan bagi Indonesia dalam meningkatkan inklusi keuangan dan membantu
membangun perekonomian nasional, sehingga memicu Indonesia untuk meningkatkan target
indeksnya di tahun berikutnya. POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi atau Peer-to-Peer (P2P) Lending yang akan ditindaklanjuti dengan
ketentuan lain terkait fintech agar regulasi lebih jelas dan lengkap sehingga diharapkan dapat
berkontribusi lebih kepada perekonomian nasional. Selain itu, Bank yang akan disusul dengan
ketentuan lain terkait fintech agar regulasi lebih jelas dan lengkap sehingga diharapkan dapat
lebih berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Selain itu, Bank yang akan disusul dengan
ketentuan lain terkait fintech agar regulasi lebih jelas dan lengkap sehingga diharapkan dapat
lebih berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Selain itu, Bank
Indonesia mendirikan FinTech Office yang berfungsi untuk membuat regulatory sandbox untuk
memberikan keleluasaan bagi startup fintech untuk terus beroperasi di bawah pengawasannya.
Dengan ini, perusahaan fintech yang menjalankan bisnisnya diatur oleh peraturan pemerintah
dan diawasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Gubernur Bank Indonesia Agus DW
Martowardojo menyatakan transaksi fintech pada 2016 diperkirakan mencapai US$14,5 miliar
atau Rp. Artinya transaksi fintech di Indonesia sangat besar dan berkembang dari tahun ke tahun.
Bisnis e-commerce yang merupakan bisnis terpopuler di Indonesia membutuhkan FinTech,
khususnya di bidang sistem pembayaran. Hal ini dikarenakan para pedagang online
menggunakan teknologi ini sebagai solusi mudah untuk menerima uang dari konsumen, misalnya
Faspay dalam hal transaksi pembayaran, Investree dalam hal pembiayaan dan pendanaan, reksa
dana untuk membeli reksa dana, dan lain-lain. Selain itu, Fintech juga dapat digunakan untuk
mengembangkan pasar online, meningkatkan pertumbuhan UMKM dan wirausaha. E-banking
dan mobile banking merupakan produk bank yang bekerja sama dengan startup Fintech untuk
memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
melaporkan jumlah nasabah pengguna e-banking pada 2016 meningkat 270% dari 13,6 juta
nasabah pada 2012 menjadi 50,4 juta. Dari frekuensi yang tersisa, nilainya tumbuh 169% dari
150,8 juta transaksi pada 2012 menjadi 405,4 juta transaksi pada 2016. Artinya, 2016 merupakan
tahun yang signifikan di mana jumlah pengguna e-banking dan mobile banking meningkat. atau
mobile banking. Layanan perbankan yang ditawarkan oleh bank dimanfaatkan oleh masyarakat
seperti melakukan transaksi pembayaran, dan lain-lain. Pada tahun 2017, sektor financial
technology terus berkembang dan terus memberikan kontribusi bagi Indonesia. Sektor ini tak
lepas dari dukungan positif pemerintah melalui regulasi yang dikeluarkan sepanjang tahun.
Pemerintah berperan penting dalam hal ini. Pelaku usaha mengaku puas dengan kinerja Bank
Indonesia (BI) dan OJK sepanjang tahun 2017 sehingga terlihat para pelaku usaha semakin
serius membangun bisnis tekfinnya. 49% perusahaan terbukti telah membangun sendiri atau
mengeluarkan belanja modal (capex) untuk meningkatkan solusi keamanan data, 39%
mengembangkan solusi pergudangan data, dan 23% mengembangkan solusi tanda tangan digital.
hampir 32% perusahaan memiliki karyawan lebih dari 100. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku
usaha tekfin semakin berkembang dari tahun ke tahun dan membuka lapangan kerja lebih besar
serta membuat perekonomian Indonesia semakin produktif. Tahun ini, sektor fintech menjadi
sektor startup yang paling banyak menerima investasi sebanyak 29 startup, 14 startup e-
commerce, 9 startup media, dan sisanya adalah sektor lainnya. Saat ini banyak sekali investor
yang ingin berinvestasi di dunia fintech, karena seperti diketahui prospek fintech saat ini terus
berkembang dengan baik dan didukung oleh pemerintah. Dalam hal ini, Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan harus terus melakukan pengembangan untuk memperbaharui berbagai
regulasi terkait fintech. Regulasi yang memberikan kepastian industri keuangan dan tingkat
literasi keuangan membuat teknologi keuangan semakin kuat untuk berkembang di Indonesia.
Hal tersebut membuat Bank Indonesia lebih fokus membuat regulasi terkait sistem pembayaran
dan Otoritas Jasa Keuangan fokus membuat aturan turunan dari POJK NO 77/2016 tentang P2P
Lending. Menurut data OJK, sebanyak 17% berada di segmen P2P lending, 43% di sistem
pembayaran, dan sisanya dalam bentuk agregator, crowdfunding, dan lain-lain. Didukung dalam
laporan tahunan AFTECH, per Desember 2017, tercatat 235 perusahaan fintech yang beroperasi
di Indonesia. Dari jumlah tersebut, subsektor sistem pembayaran masih mendominasi sebesar
39%. Jumlah pelaku usaha di subsektor pinjam meminjam uang/P2P Lending mencatat
pertumbuhan pesat sebesar 15% di awal tahun 2017 dan di akhir tahun menjadi 32%. Data OJK
melaporkan jumlah transaksi P2P lending hingga November 2017 mencapai Rp. 2,2 triliun.
Sisanya, dari 235 perusahaan, 11% dari subsektor market provisioning, 11% dari manajemen
investasi, 4 persen dari insurtech, dan 3% dari peningkatan modal sendiri.14 Kita bisa melihat
bahwa di sektor fintech yang paling banyak pemainnya adalah pembayaran. sistem. Sistem
pembayaran masih menjadi primadona di sektor Fintech dan diyakini akan terus menguat dengan
banyaknya potensi dan solusi yang dikeluarkan oleh masing-masing penyedia fintech. Setelah
itu, P2P lending juga tumbuh pesat setelah segmen pembayaran dan sisanya terbagi ke sektor
lain. Data OJK melaporkan jumlah transaksi P2P lending hingga November 2017 mencapai Rp.
2,2 triliun. Sisanya, dari 235 perusahaan, 11% dari subsektor market provisioning, 11% dari
manajemen investasi, 4 persen dari insurtech, dan 3% dari peningkatan modal sendiri.14 Kita
bisa melihat bahwa di sektor fintech yang paling banyak pemainnya adalah pembayaran. sistem.
Sistem pembayaran masih menjadi primadona di sektor Fintech dan diyakini akan terus menguat
dengan banyaknya potensi dan solusi yang dikeluarkan oleh masing-masing penyedia fintech.
Setelah itu, P2P lending juga tumbuh pesat setelah segmen pembayaran dan sisanya terbagi ke
sektor lain. Data OJK melaporkan jumlah transaksi P2P lending hingga November 2017
mencapai Rp. 2,2 triliun. Sisanya, dari 235 perusahaan, 11% dari subsektor market provisioning,
11% dari manajemen investasi, 4 persen dari insurtech, dan 3% dari peningkatan modal
sendiri.14 Kita bisa melihat bahwa di sektor fintech yang paling banyak pemainnya adalah
pembayaran. sistem. Sistem pembayaran masih menjadi primadona di sektor Fintech dan
diyakini akan terus menguat dengan banyaknya potensi dan solusi yang dikeluarkan oleh
masing-masing penyedia fintech. Setelah itu, P2P lending juga tumbuh pesat setelah segmen
pembayaran dan sisanya terbagi ke sektor lain. 4 persen dari insurtech, dan 3% dari peningkatan
modal sendiri.14 Kita bisa melihat bahwa di sektor fintech pemain yang paling banyak adalah
sistem pembayaran. Sistem pembayaran masih menjadi primadona di sektor Fintech dan diyakini
akan terus menguat dengan banyaknya potensi dan solusi yang dikeluarkan oleh masing-masing
penyedia fintech. Setelah itu, P2P lending juga tumbuh pesat setelah segmen pembayaran dan
sisanya terbagi ke sektor lain. 4 persen dari insurtech, dan 3% dari peningkatan modal sendiri.14
Kita bisa melihat bahwa di sektor fintech pemain yang paling banyak adalah sistem pembayaran.
Sistem pembayaran masih menjadi primadona di sektor Fintech dan diyakini akan terus menguat
dengan banyaknya potensi dan solusi yang dikeluarkan oleh masing-masing penyedia fintech.
Setelah itu, P2P lending juga tumbuh pesat setelah segmen pembayaran dan sisanya terbagi ke
sektor lain.
P2P lending yang merupakan pemain baru di sektor fintech pada tahun 2017 telah mengucurkan
dana sebesar Rp1,44 triliun atau tumbuh sebesar 496,51%,ytd. Angka ini didapat dari akumulasi
22 perusahaan P2P lending yang sudah memiliki sertifikat terdaftar. Distributor terbesar ada di
Pulau Jawa dengan porsi 83,2% dan sisanya berasal dari luar Jawa. Sebanyak 120.174 peminjam
dan total 48.034 pemberi pinjaman. 15 P2P lending yang sering muncul di tahun 2017 ini
menjadi hal yang menarik bagi investor dan peminjam untuk mendapatkan dana pinjaman yang
diperoleh melalui startup yang memberikan pinjaman online dengan suku bunga yang lebih
rendah, dan persyaratan yang tidak terlalu sulit. Menurut data Bank Indonesia uang elektronik
tahun 2017, volume uang elektronik mencapai 600,5 juta transaksi atau Rp. 8,76 triliun. Angka
ini diperoleh dari akumulasi 26 perusahaan yang sudah memiliki izin e-money dari BI (data
BI)16. Artinya penggunaan uang elektronik terus digunakan oleh masyarakat sepanjang tahun
2017, sehingga menghasilkan transaksi senilai Rp. 8,76 triliun. Berdasarkan statistik Bank
Indonesia, sejak Januari hingga November jumlah instrumen uang elektronik yang beredar terus
meningkat, namun pada Desember 2017 jumlah instrumen tersebut menurun menjadi 90.003.848
dibandingkan jumlah sebelumnya pada November 113.722.577,17. Fintech Innovation Hub
memiliki tujuan yaitu mengefektifkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga,
mengembangkan industri tekfin sesuai kebutuhan masyarakat, mengembangkan model bisnis
tekfin baru dan potensial, serta menyediakan fasilitas komunikasi antara regulator dengan
industri tekfin. perkembangan inovasi fintech di Indonesia agar terus lebih baik lagi kedepannya.
Selain itu, kolaborasi antara lembaga keuangan, fintech, dan perusahaan rintisan diperlukan
untuk mengembangkan berbagai solusi keuangan di Indonesia. Data yang dimiliki lembaga
keuangan konvensional dapat dikembangkan bersama melalui inovasi fintech dan perusahaan
rintisan. Menurut data AFTECH, sepanjang tahun 2017 seluruh pengusaha fintech telah
bekerjasama dengan perbankan sebanyak 77% (langsung) dan 67% (tidak langsung). Sebanyak
63,9% pelaku usaha tekfin telah terkoneksi dengan perbankan melalui API. Hal ini menunjukkan
bahwa ada respon positif terkait kolaborasi antara fintech dan perbankan yang sudah mulai
tercapai sepenuhnya. Menurut data AFTECH, sepanjang tahun 2017 seluruh pengusaha fintech
telah bekerjasama dengan perbankan sebanyak 77% (langsung) dan 67% (tidak langsung).
Sebanyak 63,9% pelaku usaha tekfin telah terkoneksi dengan perbankan melalui API. Hal ini
menunjukkan bahwa ada respon positif terkait kolaborasi antara fintech dan perbankan yang
sudah mulai tercapai sepenuhnya. Untuk menciptakan pertumbuhan bisnis digital dalam jangka
panjang, industri keuangan harus terus berkolaborasi dan berinovasi agar pergerakan ekonomi
komprehensif hingga lapisan terbawah. Perkembangan Fintech di tahun 2018 semakin menarik.
Otoritas Jasa Keuangan akan menjalankan aturan terkait inovasi keuangan digital terkait
mekanisme pencatatan dan pendaftaran startup Fintech19. Pesatnya perkembangan fintech dari
tahun ke tahun membuat pemerintah terus mengembangkan regulasi terkait fintech. Selain
mengembangkan regulasi, ada beberapa hal lain yang harus dilakukan OJK. Menurut Wakil
Komisioner Relawan Institut OJK Batunanggar, tahun ini ada delapan pekerjaan yang harus
diselesaikan OJK terkait keuangan digital. Pertama, penyusunan regulasi sebagai payung hukum.
Regulasi mengenai Fintech akan disesuaikan dengan keadaan kondisi Fintech dan kondisi
perekonomian Indonesia. Regulasi yang jelas dapat mengurangi risiko kebangkrutan bagi pelaku
industri Fintech. Diharapkan regulasi yang dikeluarkan oleh OJK dapat sesuai dengan harapan
para pelaku bisnis Fintech. Kedua, OJK akan melakukan pemetaan industri jasa keuangan
berbasis digital. Dalam hal ini, OJK berencana akan membuat regulasi yang mencakup kondisi
Fintech saat ini dan prediksi tahun depan. Ketiga, regulatory sandboxing di mana setiap Fintech
di Indonesia harus mendaftar untuk diamati dan diuji oleh OJK. OJK akan melakukan proses
registrasi bagi perusahaan rintisan dan kemudian mengkaji bagaimana bisnis perusahaan tersebut
berkembang. Kemudian melakukan proses regulatory sandbox dimana perusahaan Fintech harus
mendaftar ke OJK dan mengikuti beberapa tahapan penilaian. Setelah mengikuti tahap penilaian,
perusahaan akan diberikan kesempatan untuk memperbaiki sistem atau melanjutkan proses
perizinan. Dengan adanya regulatory sandbox, platform bisnis Fintech yang ingin beroperasi atau
diluncurkan ke pasar harus melalui tahap uji coba sebelum mendapatkan izin. Jadi bagi
perusahaan rintisan Fintech yang ingin meluncurkan bisnisnya ke pasar, harus memiliki izin
sebagai perusahaan yang terdaftar resmi di OJK. Untuk melindungi konsumen, OJK meresmikan
beroperasinya Fintech Center/Pusat Inovasi Teknologi Keuangan Digital (OJK Infinity) sebagai
pusat pengembangan inovasi Fintech yang berfungsi sebagai forum diskusi dan kolaborasi antara
industri, regulator, pemerintah, akademisi, pusat inovasi. Dengan adanya Fintech Center ini, para
pelaku usaha yang ingin mengadukan permasalahan industri keuangannya seperti regulasi,
inovasi produk, dan hal-hal lain yang terkait dengan perkembangan industri dapat melapor ke
OJK Infinity.25 OJK Infinity akan terus menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan
inovasi fintech di Indonesia. Pada kasus ini, Pemerintah dapat terus memantau dan mengontrol
perkembangan Fintech terhadap risiko-risiko yang terjadi. Berdasarkan jenis usahanya, jenis
Fintech yang paling banyak digunakan masyarakat adalah sistem pembayaran dan P2P lending.
Kedua sistem tersebut memiliki jumlah pengguna yang terus meningkat dari tahun ke tahun. OJK
mencatat ada 64 perusahaan Fintech P2P Lending yang terdaftar, dan telah menyalurkan
pinjaman sebesar Rp 7,64 triliun. Pencatatan tersebut diawali dengan terbitnya Peraturan OJK
nomor 77 Tahun 2016 tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.
Data OJK 26 menunjukkan, jumlah pinjaman yang disalurkan per Januari 2018 mencapai Rp 3
triliun, meningkat 17,11% dengan 120 pemain Fintech. Sedangkan pada Juli 2018, jumlah yang
dikucurkan adalah Rp 7,8 triliun dan jumlah perusahaan yang terdaftar di OJK sebanyak 66
perusahaan. Artinya, sejak Januari 2018 hingga Juli 2018 jumlah perusahaan yang terdaftar di
OJK bertambah dan penyaluran kredit juga meningkat. P2P lending juga menyumbang sekitar 25
T terhadap PDB Indonesia. Hasil ini diperoleh dari studi yang dilakukan oleh Indef dan Aftech.
Dengan masuknya 25 triliun dari fintech lending ke produk domestik bruto, ini menjadi bukti
bahwa fintech lending bisa membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyak
hal menarik dari P2P lending yang bisa dinikmati masyarakat, salah satunya adalah pencairan
uang tunai. Dengan memberikan pencairan dana yang cepat, masyarakat lebih mudah
mendapatkan uang tunai. P2P lending juga menyumbang sekitar 25 T terhadap PDB Indonesia.
Hasil ini diperoleh dari studi yang dilakukan oleh Indef dan Aftech. Dengan masuknya 25 triliun
dari fintech lending ke produk domestik bruto, ini menjadi bukti bahwa fintech lending bisa
membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyak hal menarik dari P2P
lending yang bisa dinikmati masyarakat, salah satunya adalah pencairan uang tunai. Dengan
memberikan pencairan dana yang cepat, masyarakat lebih mudah mendapatkan uang tunai. P2P
lending juga menyumbang sekitar 25 T terhadap PDB Indonesia. Hasil ini diperoleh dari studi
yang dilakukan oleh Indef dan Aftech. Dengan masuknya 25 triliun dari fintech lending ke
produk domestik bruto, ini menjadi bukti bahwa fintech lending bisa membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyak hal menarik dari P2P lending yang bisa dinikmati
masyarakat, salah satunya adalah pencairan uang tunai. Dengan memberikan pencairan dana
yang cepat, masyarakat lebih mudah mendapatkan uang tunai. salah satunya adalah pengeluaran
kas. Dengan memberikan pencairan dana yang cepat, masyarakat lebih mudah mendapatkan
uang tunai. salah satunya adalah pengeluaran kas. Dengan memberikan pencairan dana yang
cepat, masyarakat lebih mudah mendapatkan uang tunai.
. Hal ini membuat aktivitas transaksi P2P lending meningkat. Namun, fasilitas ini memiliki risiko
tinggi seperti suku bunga tinggi dan default. Seperti diketahui, OJK saat ini tengah mendalami
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Inovasi Keuangan Digital. Hal ini bertujuan untuk
menyempurnakan regulasi industri keuangan digital, seperti sistem pembayaran, P2P lending,
dan lainnya. Menurut Bank Indonesia, 15 penyelenggara Fintech Payment (sistem pembayaran)
telah terdaftar di bank sentral. Setelah startup terdaftar, operator Fintech sistem pembayaran
melakukan uji coba regulasi sandbox. Dari sisi transaksi, secara umum terlihat bahwa transaksi
fintech payment dan lending masih kecil. Mayoritas volume transaksi pelaku fintech payment
adalah Rp 10-100 miliar (38%) sedangkan pelaku fintech P2P lending sebesar Rp 10-100 miliar
(30%) dan Rp > 100 miliar (30%). 30 Artinya, transaksi tekfin di Indonesia masih belum
komprehensif. Masih ada masyarakat Indonesia yang belum tersentuh fintech. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kegiatan pengenalan dan sosialisasi mengenai fintech kepada masyarakat, mulai
dari perbankan, pemerintah, dan fintech. Dari segi usia, transaksi fintech di Indonesia masih
sangat muda. Sekitar 50% pertama kali beroperasi pada 2016-2017.31 Jika dibandingkan dengan
negara lain seperti China, fintech di Indonesia masih tergolong muda.32 Seperti diketahui,
fintech sendiri di Indonesia mulai meningkat pada 2016 seiring dengan dikeluarkannya regulasi
terkait regulasi P2P. pinjaman. Dalam hal kerjasama antara bank dan fintech, tahun ini bank
terus bersinergi dengan fintech untuk meningkatkan bisnis digital. Menurut Direktur Bank
Rakyat Indonesia, fintech memiliki banyak sisi inovatif dan kreatif yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan digital. 33 Fintech banyak melakukan inovasi di bidang jasa keuangan
dengan memanfaatkan potensi internet dan smartphone yang selalu dimanfaatkan oleh
masyarakat. Selain itu, fintech mendukung target pemerintah untuk mencapai inklusi keuangan
sebesar 75% pada tahun 2019 dan kesenjangan pinjaman Indonesia hampir Rp 1.000 triliun.34
Fintech adalah harapan negara dalam mewujudkan perekonomian Indonesia yang lebih baik.
Kontribusi fintech terhadap perekonomian sudah mulai dibuktikan melalui kontribusi 25T
terhadap Produk Domestik Bruto. Jumlah perusahaan dan pemain fintech semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Berbagai permasalahan keuangan di Indonesia seolah menjadi berkah bagi
perkembangan fintech. Fintech dapat membantu mengatasi permasalahan yang tidak dapat
ditangani oleh lembaga keuangan konvensional, seperti masyarakat yang belum menjadi
pengguna jasa keuangan. Sehingga dengan adanya fintech diharapkan dapat meningkatkan daya
tarik masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan. Membuktikan kepada masyarakat
bahwa fintech membuat segalanya lebih praktis dan efisien. diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan. Membuktikan kepada masyarakat
bahwa fintech membuat segalanya lebih praktis dan efisien. diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan. Membuktikan kepada masyarakat
bahwa fintech membuat segalanya lebih praktis dan efisien.
Bagaimana tanggapan bank konvensional terhadap perkembangan fintech
Perkembangan teknologi terbukti menggilas banyak sektor, terutama bagi mereka yang tidak
berinovasi mengikuti perkembangan. Di sektor jasa keuangan seperti perbankan, pergeseran dari
generasi X ke generasi Y (milenial) bahkan generasi Z menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo saat peluncuran
Indonesia Banking Expo 2017 di Griya Perbanas mengatakan, “Sekarang ada dua generasi yang
membutuhkan pendekatan berbeda. Satu-satunya generasi kita (generasi X), dan generasi muda
Milenial (Y). Kami sudah terbiasa dengan metode bank konvensional, sedangkan generasi
mereka bahkan belum pernah memegang buku tabungan, karena mereka sudah terbiasa dengan
e-money,”
“Perbedaan karakter antar generasi ini menjadi tantangan penting yang harus dijawab oleh
perbankan Indonesia,” kata Tiko, panggilan akrabnya. Laba bersih perbankan Indonesia selama
semester I 2017 memang membaik dari periode yang sama tahun lalu. Data Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyebutkan angka tersebut mencapai Rp. 65,7 triliun, atau tumbuh 20,28
persen. Di semester I 2016, labanya hanya tumbuh 7,43 persen. Melihat ke belakang,
pertumbuhan perbankan Indonesia melambat. Sedangkan pendapatan sektor perbankan justru
mengalami tren penurunan, pada tahun 2013 misalnya tumbuh 25,7 persen sedangkan pada tahun
2015 hanya tumbuh 18,9 persen. Salah satu penyebabnya, menurut Tiko, adalah perubahan
karakter antar generasi. “Sekarang fintech akan terus berkembang. Apalagi di luar (Indonesia).
Bank di luar juga sudah mulai memberi kompensasi. Di Indonesia sendiri harus diakui masih
belum cukup, masih banyak bank yang belum mampu menghadapi perubahan teknologi ini,”
kata Tiko. Dalam beberapa tahun terakhir, terutama dua tahun terakhir, ada merupakan startup
berbasis teknologi yang terus berkembang, mereka mulai menggarap sektor keuangan, dan
melakukan sejumlah pekerjaan yang biasa dilakukan bank, seperti transfer dana, pembayaran,
peminjaman modal, kredit, hingga manajemen aset. Startup seperti ini biasa disebut fintech alias
teknologi finansial ada startup berbasis teknologi yang terus berkembang. Mereka mulai
menggarap sektor keuangan, dan melakukan sejumlah pekerjaan yang biasa dilakukan bank,
seperti transfer dana, pembayaran, peminjaman modal, kredit, hingga manajemen aset. Startup
seperti ini biasa disebut fintech alias financial technology ada startup berbasis teknologi yang
terus berkembang. Mereka mulai menggarap sektor keuangan, dan melakukan sejumlah
pekerjaan yang biasa dilakukan bank, seperti transfer dana, pembayaran, peminjaman modal,
kredit, hingga manajemen aset. Startup seperti ini biasa disebut fintech alias financial technology
Pertumbuhan fintech bukan main-main. OJK mencatat 135 fintech telah beroperasi hingga
Desember tahun lalu. Jumlah tersebut meningkat pesat dari hanya 51 fintech pada kuartal I 2016.
Salah satu faktor yang membuat fintech berkembang pesat adalah kemudahan akses yang mereka
berikan. Go-Jek, misalnya, telah mengeluarkan fitur dompet virtual bernama Go-Pay, yang dapat
membuat seseorang memesan berbagai layanan hanya dengan sekali klik. Penggunanya meroket
menjadi 25 juta orang tahun lalu, dan didominasi oleh anak muda.

Kemudahan akses yang ditawarkan fintech berasal dari regulasi yang tidak terlalu ketat untuk
mengatur pergerakannya, seperti yang dialami oleh perbankan. Hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Pengetatan regulasi oleh otoritas juga bisa berarti
mengancam startup fintech yang sedang berkembang, meski berkontribusi besar bagi
perkembangan industri keuangan.

Kemudahan-kemudahan tersebut akhirnya membuat generasi milenial, generasi sekarang berusia


23-36 tahun, lebih mengenal fintech daripada bank. Karakteristik mereka yang akrab dan akrab
dengan teknologi membuat adaptasi fintech lebih cepat dan akrab. Banyak fitur perbankan
konvensional yang ditinggalkan. Di Amerika, pembayaran konvensional melalui ATM atau
langsung ke bank sudah tidak populer lagi di mata kaum milenial. Sekitar 68 persen dari mereka
menggunakan ponsel atau desktop untuk melakukan semua perbankan yang rumit.

Daftar pustaka
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial. Indonesia. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/Tahun 2016 Tentang
Layanan Teknologi Informasi. (2016). Indonesia. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 13/POJK.02/2018 Mengenai Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa
Keuangan. Indonesia.
Aditya Hadi, “Bagaimana Perkembangan Bisnis Startup Fintech di tahun 2016”,
https://id.techinasia.com/perkembangan-startup-fintech-di-indonesia-2016 Bank Indonesia,
“Statistik Sistem Pembayaran”, https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-
pembayaran/uangelektronik/Contents/Jumlah%20Uang%20Elektronik. aspx Desy Setyowati,
“OJK : Daripada Mengadu Ke DPR Lebih
Baik”,https://katadata.co.id/berita/2018/08/20/ojkdaripada-mengadu-ke-dpr-lebih-baik-ke-
fintech-center Dwi Aditya, “OJK Segera Terbitkan Aturan Fintech”,
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3619901/ ojksegera-terbitkan-aturan-fintech, Erwin
Kurnia, “Pengaruh Munculnya Startup Fintech pada Industri Keuangan di Indonesia”,
https://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/23/081500926/
Pengaruh.Munculnya.Startup.Fintech.pada.Industri.Keuangan.di.Indonesia Friska Yolanda,
“OJK Resmikan Fintech Center”, https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomi/ojkresmikan-
fintech-center/ar-BBM9x6t?%2525252525252525253Bocid=spartandhp Institute for
Development of Economics and Finance (Indef) Kompas, “Perkembangan Industri Fintech di
2017 Dalam Kacamata Asosiasi”,
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/210000526/perkembangan-industri-fintech-
di2017-dalam-kacamata-asosiasi Kontan, “BRI Ajak Fintech Sinergi Dengan Layanan Digital
Perbankan”, https://keuangan.kontan.co.id/news/bri-ajak-fintech-sinergi-dengan-layanan-digital-
perbankan KSK Bank Indonesia Marsya Nabila, “Rangkuman Perkembangan Lanskap Fintech
Indonesia Sepanjang Tahun 2017”, https://dailysocial.id/post/rangkuman-perkembangan-
lanskap-fintech-indonesia-sepanjangtahun-2017Muhammad Afdi Nizar. 2017. Teknologi
Keuangan Fintech : Konsep dan Implementasinya di
Indonesia.https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Nizar2/publication/323629323_
Teknologi_Keu
angan_Fintech_Konsep_dan_Implementasinya_di_Indonesia/links/5aa10a5fa6fdcc22e2d0a382/
T eknologi-Keuangan-Fintech-Konsep-dan-Implementasinya-diIndonesia.pdf?
origin=publication_detail Nirmala Adinda, “Tahun Ini Keuangan Digital”, Akankan Ini
Keuangan OJK http://finansial.bisnis.com/read/20180202/90/733619/ tahun-ini-ojk-akan-
kembangkankeuangan-digital Otoritas Jasa Keuangan, “Siaran Pers : OJK Terbitkan Aturan
Inovasi Keuangan Digital”, https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/
Siaran-Pers-OJK-TerbitkanAturan-Inovasi-Keuangan-Digital.aspx PWC Indonesia, “Fintech dan
Transformasi Industri Keuangan”, https://www.pwc.com/id/en/mediacentre/pwc-in-
news/2017/indonesian/fintech-dan-transformasi-industri-keuangan.) Reny Widya, “Tren dan
Peran Besar Startup Fintech di Tahun 2016 ”,
https://kreditgogo.com/artikel/DigitalBanking/Tren-dan-Peran-Besar-St
https://www.liputan6.com/tag/fintech?type=text&page=4
https://tirto.id/jurus-bank-konvensional-menghadapi-era-fintech-dan-milenial-cvju

Anda mungkin juga menyukai