Anda di halaman 1dari 6

TERAPI PLASMA KONVALESEN PADA PASIEN COVID-19

Oleh :
JENDRIELLA
SALMA SEPTIANI

Pembimbing :

dr. Zarfiardy, Sp. P (K) FISR

PPDS I PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2021
PENDAHULUAN

Pengobatan Covid 19 yang pada dasarnya sampai saat ini adalah supportif, terapi membuat
beberapa modalitas terapi yang diperkirakan dapat mengatasi hipersitokinemia/ cytokine storm
menjadi suatu suatu pemikiran, salah satunya therapeutic plasma exchange
(TPE)/Plasmapheresis. TPE adalah pemisahan plasma dari komponen darah lain yang mana TPE
dapat mengeluarkan antibodi, kompleks imun, lipoptotein, makromolecules, juga toksin dan
molekul inflamasi yang ada dalam plasma. Pada infeksi virus tidak diperlukan TPE dikarenakan
sifatnya yang self limiting. 1 Beberapa kasus autoimun hal ini masih digunakan untuk mengatasi
badai sitokin yang sering terjadi, walaupun level of evidence terkait hal ini lemah. Pada kasus
virus hepatitis C Double-Filtration Plasmapheresis (DFPP) dimasukkan dalam terapi tambahan
untuk mengurangi viral load sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih tinggi. Juga pada
pasien dengan artritis remautoid dalam mengurangi inflamasi pada saat kondisi aktif. DFPP
dapat menyaring partikel yang lebih besardari 55-60 nm dan SARS COV2 berukuran 60-140 nm.
Secara pathogenesis Tindakan TPE pada pasien Covid 19 sebagai terapi tambahan dapat
dipertimbangkan untuk dapat mengurangi sitokin juga mediator inflamasi lainnya, hanya saja
sampai saat ini hanya ada beberapa laporan kasus dan belum ada penelitian lebih luas terkait hal
ini. Atas dasar hal tersebut TPE harus dipertimbangkan sebelum menerapkannya pada pasien
Covid 19.2

DEFINISI

Terapi plasma konvalesen merupakan terapi antibodi yang bersifat pasif, yaitu memberikan
antibodi terhadap penyakit infeksi tertentu kepada sesorang yang bertujuan untuk mengobati atau
mencegah orang tersebut terhadap penyakit itu dengan cara memberikan imunitas yang bersifat
cepat. Plasma konvalesen diperoleh dari pasien COVID-19 yang telah sembuh, diambil melalui
metoda plasmaferesis dan diberikan kepada pasien COVID-19 yang berat atau potensial
mengancam nyawa. Terapi plasma konvalesen diberikan bersama-sama dengan terapi standar
COVID-19 (anti virus dan berbagai terapi suportif lainnya) dan bertujuan untuk menurunkan
angka kematian dengan memberikan antibodi yang spesifik. Hingga kini, terapi plasma
konvalesen pada kasus COVID-19 masih dalam tahap uji klinis di berbagai negara dengan
protokol atau prosedur yang bervariasi. 3
Mekanisme Terapi Plasma Konvalesen
Dikutip (2)
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI TPE

Indikasi pemberian terapi plasma konvalesen pada berbagai uji klinis adalah penderita COVID-
19 yang berat, tetapi saat ini uji klinis pemberian pada pasien COVID-19 sedang atau berisiko
menjadi berat sudah atau sedang berjalan di beberapa senter uji klinis di seluruh dunia. Kontra
indikasi terapi plasma konvalesen adalah riwayat alergi terhadap produk plasma, kehamilan,
perempuan menyusui, defisiensi IgA, trombosis akut dan gagal jantung berat dengan risiko
overload cairan. Kontraindikasi lainnya bersifat relatif, seperti syok septik, gagal ginjal dalam
hemodialisis, koagulasi intravaskular diseminata atau kondisi komorbid yang dapat
meningkatkan risiko trombosis pada pasien tersebut. Dosis plasma konvalesen yang diberikan di
berbagai negara/uji klinis sangat bervariasi. Shenzhen Third People's Hospital, China
memberikan plasma dari donor dengan titer antibodi minimal 1;640, diberikan sebanyak 200 ml
sebanyak satu kali. Penelitian lain di 7 rumah sakit di China pada pasien COVID-19 yang berat
atau mengancam nyawa memberikan plasma konvalesen dengan dosis 4 -13 ml/kgBB dan
berasal dari donor dengan titer antibodi yang bervariasi dari 1:160 hingga 1: 1280. 4
The European Commission Directorate-General for Health and Food Safety merekomendasikan
pemberian plasma dari donor dengan titer antibodi lebih dari 1:320 meskipun dicantumkan juga
bahwa kadar yang lebih rendah dapat pula efektif. Beberapa rumah sakit di Paris, Marseille dan
Sorbonne Perancis memberikan 1 unit @ 200-250 ml plasma konvalesen untuk pasien COVID-
19 dengan berat badan 50-80 kg dan diberikan saat awal hingga 10 hari sejak onset penyakit.
Dosis ini dapat diulang 24-48 jam kemudian dengan memberikan 2 unit plasma konvalesen, jika
diperlukan. Penelitian randomized trial yang sedang berjalan di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta memberikan plasma konvalesen 200 ml sebanyak 2 kali pada hari yang sama, sedangkan
uji klinis multisenter yang dilakukan di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan memberikan
plasma konvalesen sebanyak 2 kali pada hari yang berbeda. 5
Penelitian terapi plasma konvalesen pada COVID-19 masih berjalan hingga saat ini, baik di
Indonesia maupun di dunia. Meskipun telaah sistematik (systematic review) pada Cochrane
Library menyatakan tidak yakin (‘very uncertain’) apakah plasma dari pasien yang sembuh
merupakan terapi yang efektif untuk pasien COVID-19 yang dirawat dan sembuhnya pasien
dapat berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit, terapi lain atau karena plasma
konvalesen yang diberikan, hasil berbagai uji klinis tersebut diharapkan dapat menjawab
pertanyaan mengenai efektivitas, serta mendapatkan mendapatkan dosis dan titer antibodi yang
optimal, waktu pemberian yang tepat hingga pasien mana yang mendapatkan manfaat klinis yang
bermakna dari terapi plasma konvalesen ini. Satu unit plasma konvalesen berisi 200 mL.
Pemberian plasma konvalesen tambahan berdasarkan pertimbangan dokter dan kondisi klinis
pasien. Pasien dengan gangguan fungsi jantung membutuhkan volume lebih kecil dengan waktu
transfusi yang lebih panjang. IDAI merekomendasikan dosis plasma konvalesen untuk anak
>40kg adalah 200-500 mL sedangkan anak sedangkan anak <40 kg dosis 10-15 mL/Kg.5

EFEK SAMPING

Efek samping terapi plasma, sama seperti halnya pemberian plasma pada transfusi darah
mempunyai risiko terjadinya reaksi transfusi seperti demam, reaksi alergi (gatal/urtikaria hingga
Transfusion-Related Acute Lung Injury/TRALI). Monitor terhadap efek samping harus dipantau
secara ketat selama dan pasca transfusi plasma konvalesen. Komponen faktor pembekuan dalam
plasma juga dapat memberikan efek samping aktivasi koagulasi dan meningkatkan risiko
trombosis. Data menunjukkan bahwa terapi immunoglobulin dari manusia berhubungan dengan
peningkatan risiko trombosis sebesar 0,04 – 14,9% pada hari yang sama, dan secara statistik
bermakna. Pemberian antikoagulan profilaksis pada pasien-pasien COVID-19 harus berdasarkan
penilaian risiko trombosis pada pasien tersebut dan bukan berdasarkan terapi plasma konvalesen
saja. Indikasi terapi plasma konvalesen adalah pada pasien COVID-19 sedang atau berat,
umumnya pasien-pasien tersebut sudah mempunyai indikasi untuk tromboprofilaksis sehingga
antikoagulan profilaksis dapat dilanjutkan jika tidak terdapat kontraindikasi.6

Terapi plasma konvalesen merupakan salah satu pilihan terapi untuk covid-19 di Indonesia yang
cukup sering dipakai. Terapi plasma konvalesen terbukti tidak bermanfaat dala menurunkan
angka kematian, lama rawat inap serta resiko penggunaan ventilator. Penelitian in dilakukan
pada jumlah peserta yang besar yaitu 11.558 orang dan 177 rumah sakit di Inggris, belum ada uji
klinis terapi plasma konvalesen untuk pasien covid-19 yang lebih besar pada penelitian lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan plasma konvalesen titer antibody tinggi yaitu dengan titer
penetralisis > 1/100 sementara penggunaan di Indonesia >1/80. Penggunaan plasma konvalesen
juga terbukti tidak bermanfaat untuk pasien covid-19 meskipun diberikan sejak awal pasien
bergejala (<4 hari sejak gejala muncul). Pada penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa
TPK tidak bermanfaat untuk pasien covid-19 yang lansia maupun belum lansia.6

KESIMPULAN

1. Terapi plasma konvalesen terbukti tidak efektif untuk pasien covid-19 dalam menurunkan
resiko kematian, durasi rawat inap dan resiko penggunaan ventilator
2. Terapi plasma konvalesen tetap terbukti tidak efektif pada pasien covid-19 dengan kondisi
titer antibody plasma tinggi, sejak awal bergejala, lansia serta belum ada antibodi.
Daftar Pustaka

1. Rojas M, Rodrigues M, Monsalve D, Acosta Y, Camacho D, Gallo J. Convalescent


Plasma in Covid-19 : Possible Mechanism of action. Elsevier. 19;7;2020;p.207-12.
2. A. Casadevall, L. Pirofski. The convalescent sera option for containing COVID-19. J
Clin Invest. 130;(2020). p.1545-48.
3. Joyner M,  Carter R,  Senefeld J. Convalescent plasma antibody levels and the risk of
death from Covid-19. N Engl J Med.  384:2021. p. 1015-1027.
4. Salazar E, Perez K,  Ashraf M. Treatment of COVID-19 patients with convalescent
plasma. Am J Pathol.  190: 2020. p. 1680-90.
5. Li L,  Zhang W,  Hu Y. Effect of convalescent plasma therapy on time to clinical
improvement in patients with severe and life-threatening COVID-19: a randomized
clinical trial. JAMA, 324 :2020. p. 460-70.
6. RECOVERY Collaborative Group. Convalescent plasma in patients admitted to
hospital with COVID-19 (RECOVERY): a randomised controlled, open-label,
platform trial. Lancet (2021).

Anda mungkin juga menyukai