Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PASIEN STROKE HEMOROGIK

DI RUANG ICCU RSUD.dr. GONDO SUWARNO UNGARAN

Di susun oleh :

1. Alfian Budi Nugroho (17021204)

2. Ayu Saputri (17021210)

3. Cardina Dewi A (17021212)

4. Desi Dwi W (17021216)

5. Diyah Intan Lestari (17021217)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AN- NUUR PURWODADI

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah gangguan

fungsional otak fokal maupun global secara akut, lebih dari 24 jam (kecuali ada

intervensi bedah atau meninggal), berasal dari gangguan aliran darah otak.

Termasuk didalamnya adalah perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral

dan iskemik atau infark otak (Setyopranoto, 2012)

Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak

(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam

ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan

yang menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang

paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil dari stroke total,

10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid

(Irfan, 2012). Biasanya kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun

bisa juga terjadi saat istirahat ( Wijaya & Putri, 2013)

Stroke hemarogik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak

pecah sehingga timbul iskemik dan hipoksia dihilir. Penyebab stroke hemoragik

antara lain : hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya

kejadiannya saat melakukan aktivita, namun bisa juga terjadi saat istirahat.

Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009)

2. Etiologi

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a) Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital


b) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah

mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau

elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan

terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.

c) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

d) Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai

bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,

sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah

dan menimbulkan perdarahan otak.

e) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan

dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke yaitu :

1. Hipertensi

2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,

fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)

3. Kolesterol tinggi, obesitas

4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)

5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi).

6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan

kadar estrogen tinggi)

7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alcohol


3. Patofisiologi

Ada dua bentuk CVA bleeding

Gambar. STROKE HEMORAGIK

a) Perdarahan intra cerebral

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan

darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang

menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan

TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak

karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah

putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.

Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah

berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid

b) Perdarahan sub arachnoid

Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling

sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.

AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel

otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya

peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga

timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda

rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga

mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.

Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah

serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya

perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah

minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-

bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis

dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat

mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak

dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi

yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.

Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak

walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan

kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang

dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak

25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa

plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat

otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik

anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak

4. Manifestasi Klinis

Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke


a. Daerah a. serebri media

1) Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi

2) Hemianopsi homonim kontralateral

3) Afasi bila mengenai hemisfer dominan

4) Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan

b. Daerah a. Karotis interna : Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media

c. Daerah a. Serebri anterior

1) Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai

2) Incontinentia urinae

3) Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena

d. Daerah a. Posterior

1) Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai daerah

makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media

2) Nyeri talamik spontan

3) Hemibalisme

4) Aleksi bila mengenai hemisfer dominan

e. Daerah vertebrobasiler

1) Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak

2) Hemiplegi alternans atau tetraplegi

3) Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

5. Komplikasi

Stroke hemoragik dapat menyebabkan :

a. Infark Serebri

b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensive

c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis

e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain :

a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,

sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,

tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area

iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat

dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta

tekanan darah

b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang

berlebihan, pemberian dexamethason. Pengobatan yang bisa di lakukan yaitu :

1) Anti koagulan :

Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut

2) Obat anti trombotik :

Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik

3) Diuretika :

untuk menurunkan edema serebral

c. Penatalaksanaan Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.

Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa

penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.


Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan

dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Angiografi cerebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurism atau malformasi vascular

b. Lumbal pungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal

menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada

intracranial

c. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti

d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar

terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi

dan infark akibat dari hemoragik

e. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan

otak.
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Fokus Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, agama,

pekerjaan, tanggal masuk, nomor registrasi, diagnosa medis

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan

dengan klien

c. Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan mengeluarkan

dahak

d. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit dahulu, sekarang dan riwayat penyakit keluarga

e. Pengkajian Pola Fungsional

Menggunakan model konseptual keperawatan Virginia Henderson,

meliputi : kebutuhan bernafas dengan normal, kebutuhan nutrisi adekuat,

kebutuhan eliminasi, kebutuhan keseimbangan dan gerak, kebutuhan

istirahat dan tidur, kebutuhan mempertahankan temperatur tubuh,

kebutuhan personal hygiene, kebutuhan berkomunikasi, kebutuhan

spiritual, kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian, kebutuhan rasa

aman dan nyaman, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan bekerja,

kebutuhan rekreasi, dan kebutuhan belajar

f. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum (penampilan, kesadaran, dan GCS)

1) Tanda-tanda Vital (tekanan darah, respiratori rate, nadi, temperatur)


2) Tinggi badan

3) Kepala (bentuk kepala, rambut dan kulit kepala, mata, hidungm

telinga, mulut, dan leher)

g. Dada

1) Paru-paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

2) Jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

3) Abdomen (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi)

4) Genetalia

Kebersihan, apakah terpasang kateter, volume urine

h. Anus

Adakah benjolan pada anus atau tidak

i. Ekkstremitas

Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat,

lumpuh, akral, oedema (skala), varises, Pemeriksaan nadi radialis kanan

dan kiri

Inferior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat,

lumpuh, akral, oedema (skala), varises. ROM , Kekuatan otot, reflex

j. Kuku dan Kulit

Warna, kelembapan, suhu, tekstur, turgor, mobilitas, letak anatomi,

susunan, jenis, lesi, warna dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku,

kokoh dan tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler

k. Data Therapy Terapi

Tanggal pemberian, ditulis jenis obat, dosis obat, cara pemberian obat

l. Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien

terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang

kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis

m. Sirkulasi

Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan :

nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit)

merah atau pucat

n. Eliminasi

Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya (kalkulus).

Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK.

Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau

perubahan pola berkemih

o. Makanan / cairan

Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium

oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup

minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus

p. Nyeri/kenyamanan

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi

batu misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar

ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal

konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri

yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,

nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi


q. Keamanan

Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau

menggigil

r. Riwayat Penyakit

Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,

hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen

sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi,

natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan

kalsium atau vitamin D.

2. Pathway
3. Nursing Care Plan (Rencana Asuhan Keperawatan)

a. Diagnose Keperawatan (SDKI)

Diagnosa yang muncul menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

atau SDKI :

1) ( D.0017) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral tidak efektif

berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat

Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah keotak

Faktor Resiko : - Hipertensi

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke

2. Hipertensi

2) (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas

secara mandiri

Penyebab :

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

Objektif : Kekuatan otot menurun, Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : -

Objektif : - Gerakan terbatas

- Fisik lemah

Kondisi Klinis Terkait

- Stroke
3) ( D. 0109) Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting

berhubungan kerusakan neurovaskuler

Definisi : Tidak mampu atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri

Penyebab : Kelemahan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : Menerima melakukan perawatan diri

Objektif : Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian, makan , ketoilet

berhias secara mandiri

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : tidak tersedia

Objektif : tidak tersedia

Kondisi Klinis Terkait

- Stroke

b. Tujuan dan Kriteria hasil (SLKI)

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral tidak efektif

Perfusi serebral (L.02014)

2) Gangguan Mobilitas Fisik

Mobilitas Fisik (L.05042)

3) Defisit Perawatan Diri

Perawatan Diri (L.11103)


c. Intervensi (SIKI)

1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral tidak efektif

a) Manajemen Hipertermia (l.15506)

b) Pemetaan Otak (Brainmapping) (l.06201)

2) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

a) Dukungan Mobilisasi (l.05173)

b) Pemantauan Risiko Jatuh (l.14529)

3) Defisit Perawatan Diri (D.0109)

a) Dukungan Perawatan Diri: Makan/Minum (l.11351)

b) Dukungan Perawatan Diri: Mandi (l.11352)

c) Perawatan Kuku (l.11355)


f. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK

Diagnosa Intervensi Evaluasi

No. Keperawatan
1. Ketidakefektifa Setelah dilakukan Monitorang neurologis

n Perfusi tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan,

jaringan selama 3 x 24 jam, reaksi dan bentuk pupil

serebral b.d diharapkan suplai aliran 2. Monitor tingkat kesadaran klien

aliran darah ke darah keotak lancar 3. Monitir tanda-tanda vital

otak terhambat dengan kriteria hasil : 4. Monitor keluhan nyeri kepala,

a. Nyeri kepala / mual, muntah

vertigo berkurang 5. Monitor respon klien terhadap

sampai de-ngan pengobatan

hilang 6. Hindari aktivitas jika TIK

b. Berfungsinya saraf meningkat

dengan baik 7. Observasi kondisi fisik klien.

c. Tanda-tanda vital Terapi oksigen :

stabil 1. Bersihkan jalan nafas dari secret

2. Pertahankan jalan nafas tetap

efektif

3. Berikan oksigen sesuai intruksi

4. Monitor aliran oksigen, kanul

oksigen dan sistem humidifier

5. Beri penjelasan kepada klien


tentang pentingnya pemberian

oksigen

6. Observasi tanda-tanda hipo-

ventilasi

7. Monitor respon klien terhadap

pemberian oksigen

8. Anjurkan klien untuk tetap

memakai oksigen selama aktifitas

dan tidur.
2. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga untuk

komunikasi tindakan keperawatan membantu memahami /

verbal b.d selama 3 x 24 jam, memahamkan informasi dari / ke

penurunan diharapkan klien mampu klien

sirkulasi ke otak untuk berkomunikasi lagi 2. Dengarkan setiap ucapan klien

dengan kriteria hasil : dengan penuh perhatian

a. dapat menjawab 3. Gunakan kata-kata sederhana dan

pertanyaan yang pendek dalam komunikasi dengan

diajukan perawat klien

b. dapat mengerti dan 4. Dorong klien untuk mengulang

memahami pesan- kata-kata

pesan melalui 5. Berikan arahan / perintah yang

gambar sederhana setiap interaksi dengan

c. dapat klien

mengekspresikan 6. Programkan speech-language

perasaannya secara teraphy

verbal maupun 7. Lakukan speech-language teraphy


nonverbal setiap interaksi dengan klien
3. Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji kamampuan klien untuk

perawatan diri tindakan keperawatan perawatan diri

(mandi,berpakai selama 3x 24 jam, 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-

an, makan). diharapkan kebutuhan alat bantu dalam makan, mandi,

mandiri klien terpenuhi, berpakaian dan toileting

dengan kriteria hasil : 3. Berikan bantuan pada klien hingga

a. Klien dapat makan klien sepenuhnya bisa mandiri

dengan bantuan 4. Berikan dukungan pada klien

orang lain / untuk menunjukkan aktivitas

mandiri normal sesuai kemampuannya

b. Klien dapat mandi 5. Libatkan keluarga dalam

de-ngan bantuan pemenuhan kebutuhan perawatan

orang lain diri klien

c. Klien dapat

memakai pakaian

dengan bantuan

orang lain /

mandiri

d. Klien dapat

toileting dengan

bantuan alat.
4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien untuk latihan

mobilitas fisik tindakan keperawatan rentang gerak aktif pada sisi

b.d kerusakan selama 3x24 jam, ekstrimitas yang sehat

neurovas-kuler diharapkan klien dapat 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada


melakukan pergerakan sisi ekstrimitas yang parese / plegi

fisik dengan kriteria hasil : dalam toleransi nyeri

a. Tidak terjadi 3. Topang ekstrimitas dengan bantal

kontraktur otot dan untuk mencegah atau mangurangi

footdrop bengkak

b. Pasien 4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan

berpartisipasi tahapan dan kemampuan klien

dalam program 5. Motivasi klien untuk melakukan

latihan latihan sendi seperti yang

c. Pasien mencapai disarankan

keseimbangan saat 6. Libatkan keluarga untuk

duduk membantu klien latihan sendi

d. Pasien mampu

menggunakan sisi

tubuh yang tidak

sakit untuk

kompensasi

hilangnya fungsi

pada sisi yang

parese/plegi.
5. Resiko Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pada klien tentang:

kerusakan tindakan perawatan resiko adanya luka tekan, tanda

integritas kulit selama 3 x 24 jam, dan gejala luka tekan, tindakan

b.d diharapkan pasien mampu pencegahan agar tidak terjadi luka

immobilisasi mengetahui dan tekan)

fisik mengontrol resiko dengan 2. Berikan masase sederhana


kriteria hasil : a) Ciptakan lingkungan yang

a. Klien mampu nyaman

menge-nali tanda b) Gunakan lotion, minyak

dan gejala adanya atau bedak untuk pelican

resiko luka tekan c) Lakukan masase secara

b. Klien mampu teratur

berpartisi-pasi d) Anjurkan klien untuk rileks

dalam pencegahan selama masase

resiko luka tekan e) Jangan masase pada area

(masase sederhana, kemerahan utk

alih ba-ring, menghindari kerusakan

manajemen nutrisi, kapiler

manajemen f) Evaluasi respon klien

tekanan) terhadap masase

3. Lakukan alih baring

a) Ubah posisi klien setiap 30

menit- 2 jam

b) Pertahankan tempat tidur

sedatar mungkin untuk

mengurangi kekuatan

geseran

c) Batasi posisi semi fowler

hanya 30 menit

d) Observasi area yang

tertekan (telinga, mata


kaki, sakrum, skrotum,

siku, ischium, skapula)

4. Berikan manajemen nutrisi

Kolaborasi dengan ahli gizi

a) Monitor intake nutrisi

b) Tingkatkan masukan

protein dan karbohidrat

untuk memelihara ke-

seimbangan nitrogen

positif

5. Berikan manajemen tekanan

a) Monitor kulit adanya

kemerahan dan pecah-

pecah

b) Beri pelembab pada kulit

yang kering dan pecah-

pecah

c) Jaga sprei dalam keadaan

bersih dan kering

d) Monitor aktivitas dan

mobilitas klien

e) Beri bedak atau kamper

spritus pada area yang

tertekan.
6. Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Aspiration Control Management :

berhubungan tindakan perawatan a. Monitor tingkat kesadaran, reflek


dengan selama 3 x 24 jam, batuk dankemampuan menelan

penurunan diharapkan tidak terjadi b. Pelihara jalan nafas

tingkat aspirasi pada pasien c. Lakukan saction bila diperlukan

kesadaran dengan kriteria hasil : d. Haluskan makanan yang akan

a. Dapat bernafas diberikan

dengan e. Haluskan obat sebelum pemberian

mudah,frekuensi

pernafasan normal

b. Mampu

menelan,menguny

ah tanpa terjadi

aspirasi
7. Resiko Injuri Setelah dilakukan Risk Control Injury

berhubungan tindakan perawatan a. menyediakan lingkungan yang

dengan selama 3 x 24 jam, aman bagi pasien

penurunan diharapkan tidak terjadi b. memberikan informasi mengenai

tingkat trauma pada pasien cara mencegah cedera

kesadaran dengan kriteria hasil : c. memberikan penerangan yang

bebas dari cedera cukup

a. mampu d. menganjurkan keluarga untuk

menjelaskan factor selalu menemani pasien

resiko dari

lingkungan dan

cara untuk

mencegah cedera

b. menggunakan
fasilitas kesehatan

yang ada
8. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Respiratori Status Management

efektif tindakan perawatan a. Pertahankan jalan nafas yang paten

berhubungan selama 3 x 24 jam, b. Observasi tanda-tanda

dengan diharapkan pola nafas hipoventilasi

penurunan pasien efektif dengan c. Berikan terapi O2

kesadaran kriteria hasil : d. Dengarkan adanya kelainan suara

a. Menujukkan jalan tambahan

nafas paten ( tidak e. Monitor vital sign

merasa tercekik,

irama nafas

normal, frekuensi

nafas normal,tidak

ada suara nafas

tambahan

b. Tanda - tanda vital

dalam batas

normal

Discharge planning bagi pasien stroke

a) Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan

b) Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan


c) Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah.

Contoh : kunjungan rumah oleh tim kesehatan.

d) Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan

pasien

e) Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan

pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan

mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba Medik.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari

2012 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

Anda mungkin juga menyukai