Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS WIDYA MATARAM

YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM
Alamat : Dalem Mangkubumen KT III/237 Yogyakarta 55132. Telp. (0274) 419648,
419649, Fax. (0274) 419648. Website : www.fhwidyamatarama.ac.id, E-mail :
fh.uwmy@gmai.com

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGANTAR


HUKUM INDONESIA (2020 B & D) Dosen: Fuad,
SH., M.H., M.Kn
Hari / tanggal: Kamis, 8 Juli 2021
Waktu: pukul 16.00-18.00

1. Jelaskan secara singkat terkait hal yang menjadi temuan C. Snouck Hurgronje tentang
Hukum Adat di Indonesia dan siapakah ilmuwan Indonesia yang membantah temuan
tersebut serta jelaskan teorinya.
Jawab:
C. Snouck Hurgronje dikenal luas karena teorinya yang dikenal
dengan Receptie. Teori tersebut menegaskan bahwa hukum Islam akan berlaku secara
efektif di kalangan umat Islam jika hukum Islam tersebut sejalan dengan hukum adat di
Indonesia. Dengan demikian, hukum yang berlaku di Indonesia tidak didasarkan pada
ajaran agama (Islam) tetapi lebih pada hukum adat setempat.
Pakar Hukum Adat asal Indonesia Prof. Hazairin dan Prof. Sayuti Thalib.
Pandangan Prof. Hazairin ini diperkuat oleh Prof. Sayuti Thalib. Menurut Prof. Sayuti,
hukum yang berlaku bagi masyarakat adalah hukum agama yang dipeluknya, hukum adat
hanya berlaku bila tidak bertentangan dengan hukum agama yang dipeluk oleh
masyarakat. Pandangan ini dikenal dengan sebutan teori ‘receptie a contrario’.

2. Secara garis besar, Hukum Adat di Indonesia memiliki sifat dan nilai-nilai keunikan
tersendiri. Sebut dan jelaskan sendi-sendi Hukum Adat Indonesia.
Jawab:
a. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya adalah bahwa
menurut hukum adat, manusia adalah mahluk yang ada dalam kemasyarakatan yang
erat. Rasa kebersamaannya di dalam masyarakat begitu kuat meliputi seluruh
lapangan hukum adat.
b. Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan pandangan hidup alam
Indonesia.
c. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum adat sangat
memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan-perhubungan
hidup yang konkrit.
d. Hukum adat mempunyai sifat yang visual, artinya perhubungan hukum dianggap
terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat (tanda-tanda
yang kelihatan).

3. Dalam Hukum Pidana Indonesia dikenal beberapa asas.


a. Sebutkan bunyi Pasal 1 ayat (1) KUHP dan jelaskan asas yang terkandung di
dalamnya.
Pasal 1ayat (1) disebutkan, bahwa “tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan
atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang, yang ada terdahulu
daripada perbuatan itu”
Terdapat asas berlakunya hukum pidana menurut waktu, Pasal 1ayat (1) KUHP itu
menjelaskan bahwa undang-undang pidana berlaku untuk waktu yang akan datang
dan tidak berlaku sebelum dikeluarkan undang-undang itu. Dengan perkataan lain
bahwa sesuatu perbuatan tidak dapat dihukum kalau tidak ada undang-undang lebih
dahulu yang telah mengatur untuk perbuatan itu.

b. Sebutkan bunyi Pasal 2 KUHP dan jelaskan asas yang terkandung di dalamnya
Pasal 2 KUHP menyatakan bahwa, “ketentuan pidana dalam undang-undang
Indonesia berlaku bagi tiap orang yang dalam Indonesia melakukan sesuatu
perbuatan yang boleh dihukum (peristiwa pidana)”
Terdapat asas territorial atau asas wilayah, asas yang khusus ditujukan kepada tempat
di mana perbuatan dilakukan, sedangkan sifat orang yang melakukannya diabaikan.

c. Sebutkan bunyi Pasal 5 KUHP dan jelaskan asas yang terkandung di dalamnya.
Pasal 5 KUHP
(1) Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi warga Negara
Indonesia yang melakukan di luar Indonesia:
1e. Salah satu kejahatan yang disebut dalam Bab I dan II Buku Kedua, dan dalam
Pasal-pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan Pasal 451;
2e. Suatu perbuatan yang dipandang sebagai kejahatan menurut ketentuan pidana
dalam undang-undang Indonesia dan boleh dihukum menurut undang-undang
negeri, tempat perbuatan itu dilakukan
(2) Penuntutan terhadap suatu perbuatan yang dimaksudkan pada ke 2e boleh juga
dilakukan, jika tersangka baru menjadi warga negara Indonesia setelah
melakukan perbuatan itu.
Terdapat asas nasionalitas aktif atau asas personalitas, asas ini menjelaskan, bahwa
berlakunya undang-undang hukum pidana sesuatu negara disandarkan pada
kewarganegaraan atau nasionalitasnya seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan,
bukan pada tempat di mana perbuatan itu dilakukan.

4. Sebut dan jelaskan secara singkat Sistematika KUH Perdata Indonesia.


Sistematika Hukum Perdata di Indonesia dalam KUH Perdata dibagi dalam 4 buku yaitu:
1. Buku I, tentang Orang (van persoonen); mengatur tentang hukum perseorangan dan
hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak
keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan
hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan.
2. Buku II, tentang Kebendaan (van zaken); mengatur tentang hukum benda, yaitu
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan
dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud
dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah,
bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu
benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak;
dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU tentang hak tanggungan.

3. Buku III, tentang Perikatan (van verbintennisen); mengatur tentang hukum perikatan
(atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai
makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara
subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang
terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang
timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian.
Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya
Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

4. Buku IV, tentang Daluarsa dan Pembuktian (van bewijs en verjaring); mengatur hak
dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan
pembuktian.

5. Jelaskan pengertian dan pembagian subyek hukum yang saudara ketahui.


a. Jelaskan secara singkat disertai contoh terkait peralihan benda tetap dan benda
bergerak.
Jawab:
Menurut Pasal 612 KUHPer, penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan
penyerahan nyata (feitelijke levering). Dengan sendirinya penyerahan nyata tersebut
adalah sekaligus penyerahan yuridis (juridische levering). Sedangkan menurut Pasal
616 KUHPer, penyerahan benda tidak bergerak dilakukan melalui pengumuman
akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620 KUHPer
antara lain membukukannya dalam register.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”), maka pendaftaran hak atas tanah dan peralihan
haknya menurut ketentuan Pasal 19 UUPA dan peraturan pelaksananya.

b. Sebut dan jelaskan ketentuan yang mengatur tentang hak privilegie dan hak
retensi dalam KUH Perdata.
Jawab:
Hak privilege merupakan jaminan khusus yang didasarkan pada undang-undang.
Hak privilege atau hak istimewa adalah hak yang didahulukan. Mengenai hak
privilege terdapat dalam Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu
suatu hal yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga
tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan
sifat piutangnya.
Hak retensi adalah hak yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk menahan
benda debitur, sampai tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi,
sebagaimana terdapat dalam Pasal 575 ayat (2), Pasal 1576, Pasal 1364 ayat (2),
Pasal 1616, Pasal 1729, dan Pasal 1812 KUHPer.

c. Jelaskan secara singkat perbedaan perjanjian dan perikatan.


Jawab:
Pasal 1313 Kitab Undang - undang Hukum Perdata (KUHPer) menyatakan
bahwa perjanjian merupakan suatu persetujuan, hal mana suatu perbuatan dimana 1
(satu) orang atau lebih setuju dan sepakat mengikatkan diri kepada 1 (satu) orang
atau lebih.
Sedangkan mengenai perikatan (verbintenis) sebagaimana dijelaskan pada
ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang - undang Hukum Perdata (KUHPer) yang pada
dasarnya menyebutkan bahwa perikatan lahir tidak hanya berdasarkan suatu
persetujuan saja melainkan juga lahir dikarenakan adanya ketentuan peraturan
perundang - undangan.
Perjanjian merupakan suatu persetujuan, hal mana suatu perbuatan dimana 1
(satu) orang atau lebih setuju dan sepakat mengikatkan diri kepada 1 (satu) orang
atau lebih. Sedangkan perikatan lahir tidak hanya berdasarkan suatu persetujuan saja
melainkan juga lahir dikarenakan adanya ketentuan peraturan perundang -
undangan. Perbedaan keduanya juga terletak pada konsekuensi hukum. Hal mana
pada perikatan (verbintenis), masing - masing pihak yang terikat dalam perjanjian
mempunyai hak hukum untuk menuntut pelaksanaan prestasi dari masing - masing
pihak yang telah terikat dalam perjanjian tersebut sedangkan pada perjanjian
(overeenkomst) itu tidak disebutkan secara tegas tentang hak hukum yang dimiliki
oleh masing - masing pihak yang berjanji seperti contohnya jika salah satu dari pihak
yang telah berjanji tersebut melakukan perbuatan ingkar janji atau yang dikenal
dalam hukum dengan istilah wanprestasi.

d. Sebut dan jelaskan asas yang terkandung dalam pasal 1320 KUH Perdata dan
1338 KUH Perdata.
Jawab:
Pasal 1320 : Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat
tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan suatu formalitas.
Pasal 1338 : Asas pacta sunt servanda berkaitan dengan akibat dari suatu
perjanjian. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa “Perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang....” Para pihak harus
menghormati perjanjian dan melaksanakannya karena perjanjian itu merupakan
kehendak bebas para pihak.
---------------------------------------------SEKIAN----------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai