Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

e-ISSN: xxxx-xxxx https://journal.unesa.ac.id/index.php/jppp


p-ISSN: xxxx-xxxx jppp@unesa.ac.id

PENGARUH PENERAPAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN


MULTISIM DIBANDINGKAN PROBLEM BASED LEARNING
BERBANTUAN MULTISIM TERHADAP HASIL
BELAJAR SISTEM KOMPUTER

Ardhana Iswari Citra Padmi 1,*, Syaad Patmanthara 1, dan Dila Umnia Soraya 1
1
Teknik Elektro, Universitas Negeri Malang
*Email: ardhanaiswari13@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
Discovery Learning berbantuan Multisim dibandingkan dengan Problem Based
Learning berbantuan Multisim terhadap hasil belajar Sistem Komputer. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif jenis eksperimen semu dengan desain
pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh kelas A sebagai kelas eksperimen
dan kelas B sebagai kelas kontrol. Teknik analisa data dilakukan dengan uji-t yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil
belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol.
Nilai rata-rata hasil posttest kelas eksperimen sebesar 86,09, sedangkan kelas kontrol
sebesar 80,97. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar sistem komputer karena pengaruh penerapan model Discovery
Learning berbantuan Multisim dibandingkan Problem Based Learning berbantuan
Multisim. Model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Multisim dapat
dijadikan alternatif bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar sistem komputer.

Kata kunci: Discovery Learning, Multisim, Problem Based Learning,


Sistem Komputer

Abstract
The purpose of this study was to determine the impact of the implementation of
Multisim assisted Discovery Learning compared to Multisim assisted Problem of
computer systems learning outcomes. The methods used in the study are quantitative
types of quasy experimental with pretest-posttest control group design. Sampling is
carried out using the purposive sampling technique, obtained by class A as the
experimental class and class B as the control class. Data analysis technique is done
with test-t that previously conducted prerequisite test that is test of normality and test
homogenity. The learning outcomes in the experiment class were higher than the
students in the control class. The average value of an experimental class posttest
result is 86.09, while the control class is 80.97. The hypotheses test results show a
significance value of less than 0.05. So that the results can be concluded, there are
significant differences in computer system learning outcomes because of the influence
of the implementation of the Discovery Learning model of Multisim assisted with
Multisim's assisted Problem Based Learning.

Keywords: Computer System, Discovery Learning, Multisim, Problem Based


Learning

41
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Histori Naskah
Diterima: 28 Mei 2019 Direvisi: 30 Mei 2020 Diterbitkan: 25 Juni 2020

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem, komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat
terpisahkan (Patmanthara, 2016). Suasana kelas yang menyenangkan dapat terwujud apabila proses
pembelajaran dilakukann dengan ideal sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pupuh
dan Sobry dalam Nasution (2010: 3) pencapaian tujuan pembelajaran makin efektif apabila metode yang
digunakan oleh guru makin tepat. Terdapat berbagai macam model pembelajaran salah satunya adalah
Problem Based Learning (PBL). Menurut Tan dalam Rusman (2013: 229) Problem Based Learning
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis
kemampuan berpikir siswa benar-benar dioptimalisasikan sehingga siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Model pembelajaran ini digunakan untuk melatih peserta didik berpikir kritis
sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan cara individu maupun kelompok.
Hasil penelitian Setyorini, dkk (2011) menunjukkan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, pada aspek keterampilan siswa termasuk dalam kategori sangat aktif dengan memiliki nilai rata-rata
82,75 kemudian untuk aspek sikap termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 73,38. Hal ini
didukung penelitian Pranoto (2017) terdapat perbedaan keaktifan siswa pada penerapan model PBL
dibandingkan Guided Discovery Learning. PBL lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan
berinisiasi mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas selama pembelajaran. Sedangkan dalam penelitian
Wulandari (2013) PBL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang diajar dengan metode PBL dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode demonstrasi.
Didukung oleh penelitian Rahmasari (2016) menunjukkan peningkatan hasil belajar karena penggunaan
model pembelajaran PBL. Pada siklus pertama terdapat 58 % dari 24 siswa memiliki nilai di atas kriteria
kelulusan minimal (KKM), sedangkan pada siklus dua meningkat sebesar 37 % yaitu sebesar 95 % siswa
memiliki nilai di atas KKM.
Selain Problem Based Learning terdapat pula model pembelajaran Discovery Learning (DL). Menurut
Illahi (2012: 33) Discovery Learning memungkinkan peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar-
mengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang
sedang dipelajari. Melalui pengalaman langsung siswa dapat memperoleh kesadaran pribadi untuk
menjalankan fungsi pendidikan dan mampu menerapkan di lingkungan mereka tinggal, terutama pada
lingkungan sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh In’am dan Hajar (2017) tentang pembelajaran DL
dengan pendekatan ilmiah menunjukkan bahwa guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rencana pembelajaran sehingga dapat meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu, lima aspek dari
pendekatan ilmiah yaitu mengamati, mengajukan pertanyaan, penalaran, mencoba dan menyajikan,
dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang baik juga dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Patandung (2017) tentang pengaruh DL
terhadap peningkatan motivasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan kedua kelas berada pada kategori
motivasi yang sama yakni kategori motivasi tinggi. Terdapat selisih 4,87 antara kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan model DL dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan direct method. Nilai rata-
rata tingkat motivasi pada kelas eksperimen sebesar 113,37 sedangkan kelas kontrol sebesar 108,50.
Meningkatnya motivasi belajar siswa tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Wahjudi (2015) menunjukkan adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam
belajar sebesar 10,65 %, aktivitas belajar dalam kegiatan kelompok mengalami peningkatan dari 86,81 %
menjadi 97,22 %. Sedangkan hasil belajar mengalami peningkatan sebesar sebesar 15,56 %. Penelitian
Rismayani (2015) tentang penerapan model DL untuk meningkatkan hasil belajar menunjukkan peningkatan

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 42


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

rata-rata hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 9,2 %. Sedangkan peningkatan ketuntasan klasikal siklus I
ke siklus II sebesar 33,4 %.
Hasil observasi yang telah dilakukan di SMKN 2 Malang pada mata pelajaran sistem komputer masih
terdapat beberapa masalah diantaranya: (1) penerapan model pembelajaran yang digunakan yaitu PBL belum
terlaksana dengan sebagaimana mestinya, karena belum melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran,
seperti diskusi dalam kelompok; (2) suasana belajar yang kurang menarik bagi siswa karena materi yang
disampaikan tidak diimbangi dengan praktik, sehingga banyak siswa yang sibuk sendiri yaitu bermain
ponsel, bergurau dengan temannya, dan melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi belajar; (3)
media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah media power point, proses praktikum tidak
ada tetapi guru melakukan simulasi menggunakan aplikasi Multisim dan siswa hanya mengamati, sehingga
siswa mudah bosan karena tidak banyak melakukan aktivitas dalam pembelajaran; (4) terdapat laboratorium
komputer tetapi belum dimanfaatkan untuk praktikum pada mata pelajaran sistem komputer; (5) hasil belajar
siswa yang masih dibawah KKM yaitu 80, hasil nilai pretest untuk kedua kelas rata-rata sebesar 55,51.
Permasalahan tersebut akan mempengaruhi ketuntasan belajar peserta didik dilihat dari penguasaan materi,
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian masalah dan kondisi di atas, perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran agar
proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan meningkatkan hasil belajar. Menurut
Patmanthara (2016) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibutuhkan terobosan baru pada proses
pembelajaran, antara lain dalam pengelolaan pembelajaran, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan,
pengembangan materi ajar, serta paradigma pembelajaran baru dengan menerapkan model-model
pembelajaran yang inovatif. Sesuai dengan pernyataan tersebut salah satu upanya meningkatkan kualitas
pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Maka agar tercipta proses
pembelajaran menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar, peneliti memutuskan untuk memilih
model pembelajaran Discovery Learning berbantuan Multisim.
Model Discovery Learning dipilih karena proses pembelajaran terpusat kepada siswa sehingga siswa
terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran pada model ini mendorong siswa
aktif dalam memecahkan masalah melalui kegiatan menemukan sesuatu. Jadi, siswa tidak akan diberi tahu
solusi dari masalah yang disajikan tetapi harus mencari sendiri jawaban atau solusi masalah dengan
melakukan sebuah percobaan/eksperimen atau belajar penemuan. Menurut Illahi (2012) motivasi siswa untuk
belajar akan meningkat jika mempunyai pengalaman seperti yang dialami oleh peneliti ketika menemukan
suatu temuan. Selain itu pemilihan model Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar ini
dibuktikan dengan penelitian tesis yang dilakukan oleh Nasution (2016) menyatakan model pembelajaran
Discovery Learning dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan ketuntasan hasil belajar di atas
rata-rata mencapai 67,9 %.
Media pembantu yang akan digunakan dalam penelitian adalah aplikasi Multisim. Aplikasi tersebut akan
digunakan pada proses praktikum dengan cara simulasi. Aplikasi Multisim dipilih karena sebelumnya sudah
digunakan guru tetapi belum digunakan oleh peserta didik. Selain itu karena tidak tersedianya alat dan bahan
untuk melakukan praktikum secara langsung, kemudian ditinjau dari segi sarana dan prasarana di sekolah
sudah memiliki laboratorium komputer yang memadai. Sehingga aplikasi Multisim dapat digunakan sebagai
media pembantu dalam penelitian. Linn (2016) dalam penelitiannya tentang penggunaan Multisim sebagai
pengganti atau pelengkap eksperimen laboratorium yang sebenarnya dalam kelas kursus kelistrikan yang
diadakan secara online, mengungkapkan metode virtual ini dapat menjadi pengganti yang layak atau
pelengkap untuk eksperimen laboratorium yang sebenarnya. Hasil penelitian Li & Yin (2010) tentang
implementasi Multisim dalam pembelajaran teknik elektro menunjukkan bahwa penggunaan Multisim dalam
proses simulasi dan praktikum membantu siswa memahami teori yang dipelajari. Simulasi yang dilakukan
dapat menambah pengetahuan dan juga minat siswa dalam proses pembelajaran khususnya praktikum. Hasil
data yang dikumpulkan menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam kualitas pembelajaran.
Sedangkan dalam penelitian Lilyanova (2018) penggunaan aplikasi virtual dalam pembelajaran teknik listrik
Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 43
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

dapat meningkatkan minat siswa, dengan adanya aplikasi virtual siswa dapat mempraktikan materi yang
telah dipelajari sesuai dengan bentuk fisik komponen tanpa menggunakan komponen aslinya. Kelebihan
metode simulasi menurut Patmanthara (2012) simulasi memberi peserta didik kekuatan ingatan untuk
memanipulasi berbagai aspek dan model simulasi, karena model simulasi biasanya memberi peserta didik
kesempatan untuk menerapkan belajarnya pada situasi kehidupan nyata. Berdasarkan uraian masalah yang
telah dipaparkan, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Discovery
Learning Berbantuan Multisim dibandingkan Problem Based Learning Berbatuan Multisim Terhadap Hasil
Belajar Sistem Komputer”.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif jenis eksperimen semu (quasy experimental
design) dengan desain pretest-posttest control group design. Penggunaan desain penelitian tersebut karena
model pembelajaran PBL sudah diterapkan oleh guru, sehingga dalam penelitian ini terdapat kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Pengukuran hasil penelitian didapat dari hasil posttest dan hasil pengamatan
menggunakan lembar observasi. Adapun rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Penelitian


Jenis Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas A O1 X1 O2
Kelas B O3 X2 O4
Sumber: Sugiyono (2015: 166)
Keterangan:
O1 : Pretes pada kelas A
O3 : Pretes pada kelas B
X1 : Pemberian perlakuan menggunakan model Discovery Learning berbantuan Multisim
X2 : Pemberian perlakuan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan Multisim
O2 : Posttes pada kelas A
O4 : Posttes pada kelas B
Terdapat dua kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas A dan kelas B. Kedua kelas tersebut
diberikan perlakuan yang sama dari segi materi dan penggunaan alat bantu. Tetapi dalam penerapan model
pembelajaran antara kelas A dan kelas B dibedakan. Untuk kelas A diberikan model pembelajaran Discovery
Learning berbantuan Multisim dan kelas B diberikan model pembelajaran Problem Based Learning
berbantuan Multisim.
Variabel bebas pada penelitian adalah model pembelajaran. Model pembelajaran Discovery Learning
berbantuan Multisim (X1) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Problem Based Learning
berbantuan Multisim (X2) untuk kelas kontrol. Variabel terikat penelitian ini menggunakan hasil belajar (Y)
siswa kelas X TKJ SMK Negeri 2 Malang setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda dari model
pembelajaran pada mata pelajaran sistem komputer.
Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Sesuai dengan batasan
masalah, maka peneliti mengambil sampel dua kelas yaitu kelas X TKJ 2 sebanyak 32 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas X TKJ 3 sebanyak 36 siswa sebagai kelas kontrol. Pertimbangan dalam menetukan
sampel penelitian adalah dua kelas homogen dan mempunyai kemampuan yang hampir sama ditinjau dari
hasil uji kesamaan dua rata-rata.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perlakuan berupa silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, dan media pembelajaran. Kemudian instrumen pengukuran berupa tes
soal pilihan ganda, dan lembar observasi. Uji coba instrumen yang dilakukan meliputi: uji validitas isi, uji
validitas butir soal, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran butir soal, dan uji daya beda soal.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 44


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Pada penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data yaitu: (1) teknik tes, dilakukan untuk
mengetahui perkembangan hasil belajar siswa sebelum mendapatkan perlakuan (pretest) dan setelah
mendapatkan perlakuan (posttest); (2) teknik observasi, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
aspek sikap dan keterampilan. Teknik observasi dilaksanakan secara langsung oleh peneliti pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan mengamati dan mencatat respon siswa.
Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian berupa uji prasyarat analisis dan uji hipotesis.
Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5 % atau 0,05 poin. Sehingga resiko salah
dalam pengambilan keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5 % dan benar
dalam mengambil keputusan setidaknya 95 % (tingkat kepercayaan). Uji prasyarat analisis digunakan untuk
mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen atau tidak. Uji prasyarat analisis dalam
penelitian meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh penggunaan model Discovery Learning berbantuan Multisim dan Problem Based Learning
berbantuan Multisim terhadap hasil belajar sistem komputer. Uji hipotesis dilakukan dengan uji-t
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20. Dasar pengambilan keputusan hipotesis adalah jika nilai Sig.(2-
tailed) > 0,05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2 menunjukkan kemampuan awal siswa atau nilai hasil pretest. Pada kelas kontrol yang diberikan
perlakuan model Discovery Learning berbantuan Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar 54,30.
Sedangkan, kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan Multisim
memperoleh nilai rata-rata sebesar 57,03. Hasil uji kesamaan dua rata-rata untuk data kemampuan awal
siswa dengan uji-t memperoleh nilai Sig.(2-tailed) 0,204>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 2. Data Nilai Pretest
Kelas Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
Kontrol 40 75 54,30
Eksperimen 35 70 57,03
Tabel 3 menunjukkan nilai sikap siswa. Pada kelas kontrol yang diberikan perlakuan model Discovery
Learning berbantuan Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,00. Sedangkan, kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar
84,81.
Tabel 3. Data Nilai Sikap Siswa
Kelas Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
A 72 91 81,00
B 78 94 84,81
Tabel 4 menunjukkan nilai keterampilan siswa. Pada kelas kontrol yang diberikan perlakuan model
Discovery Learning berbantuan Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar 80,55. Sedangkan, kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan Multisim memperoleh
nilai rata-rata sebesar 85,46.
Tabel 4. Data Nilai Keterampilan Siswa
Kelas Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
A 75 90 80,55
B 80 95 85,46

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 45


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Tabel 5 menunjukkan kemampuan akhir siswa atau nilai hasil posttest. Pada kelas kontrol yang
diberikan perlakuan model Discovery Learning berbantuan Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar
80,97. Sedangkan, kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan
Multisim memperoleh nilai rata-rata sebesar 86,09.
Tabel 5. Data Nilai Posttest
Kelas Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
A 70 90 80,97
B 75 100 86,09
Berdasarkan uji prasyarat analisis, data memenuhi syarat yaitu terdistribusi normal dan homogen,
sehingga dapat dilanjutkan untuk uji hipotesis.
Uji hipotesis dilakukan dengan uji-t menggunakan bantuan aplikasi SPSS 20. Hipotesis pertama
bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model Discovery Learning berbantuan
Multisim dan Problem Based Learning berbantuan Multisim terhadap hasil belajar sistem komputer
dilakukan uji Paired Sample T Test, hasil analisis disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Pertama
Kelas N Pretest Posttest Sig.(2-tailed)
A 36 54,30 80,97 0,000
B 32 57,03 86,09 0,000
Tabel 6 menunjukkan hasil uji t untuk kelas A dan kelas B memperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,000
< 0,05 sehingga H0 ditolak. Berdasarkan keputusan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan penggunaan model Discovery Learning berbantuan Multisim dan Problem Based Learning
berbantuan Multisim terhadap hasil belajar sistem komputer.
Hipotesis kedua bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar sistem komputer
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan uji
Independen Sample T Test, hasil analisis disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Kedua

Aspek Kelas N Rata-rata Sig.(2-tailed)


A 36 86,09
Pengetahuan 0,002
B 32 80,97
A 36 81,00
Sikap 0,005
B 32 84,81
A 36 80,55
Keterampilan 0,000
B 32 85,46
Berdasarkan Tabel 7 hasil uji t untuk data nilai pengetahuan pada kelas A dan kelas B memperoleh nilai
sig.(2-tailed) sebesar 0,002 < 0,05. Pada aspek sikap memperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,005 < 0,05.
Pada aspek keterampilan memperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak.
Berdasarkan keputusan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
sistem komputer antara kelas yang diberikan perlakuan model Discovery Learning berbantuan Multisim
dengan kelas yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan Multisim.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 46


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Berbantuan Multisim dan Problem Based Learning
Berbantuan Multisim Terhadap Hasil Belajar Sistem Komputer
Hasil belajar sistem komputer aspek pengetahuan didapatkan dari hasil posttest, untuk aspek sikap
didapatkan dari hasil observasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran, sedangkan untuk hasil belajar
aspek keterampilan didapatkan dari penilaian jobsheet praktikum. Nilai posttest digunakan sebagai data hasil
belajar aspek pengetahuan dalam kompetensi dasar 3.4 mengklasifikasikan rangkaian multiplexer, decoder,
register dan 4.4 mengoperasikan aritmatik dan logik pada arithmatic logic unit. Posttest dilaksanakan setelah
kedua kelas mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Sebelum
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kedua kelas diberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal. Penilaian hasil belajar aspek sikap terdiri dari delapan aspek yaitu: (1)
menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut; (2) jujur; (3) disiplin; (4) tanggung jawab; (5)
toleransi; (6) kerja sama; (7) sopan atau santun; dan (8) percaya diri. Penilaian hasil belajar aspek
keterampilan terdiri dari 5 kriteria yaitu: (1) membuat rangkaian multiplexer menggunakan aplikasi Multisim;
(2) membuat rangkaian demultiplexer menggunakan aplikasi Multisim; (3) membuat rangkaian decoder
menggunakan aplikasi Multisim; (4) membuat rangkaian encoder menggunakan aplikasi Multisim; dan (5)
menyajikan cara kerja register.
Berdasarkan Tabel 4 nilai rata-rata hasil belajar sistem komputer aspek keterampilan pada kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan dengan model Discovery Learning berbantuan Multisim lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan model Problem Based Learning berbantuan
Multisim. Hal tersebut didukung pernyataan Illahi (2012: 47) Discovery Learning melibatkan langsung
mental dan fisik untuk memperoleh hasil dari suatu kesimpulan permasalahan yang sedang dipelajari. Belajar
berdasarkan penemuan melalui proses pengalaman secara langsung merupakan kondisi yang sangat baik
untuk mencapai tujuan belajar, sehingga dihasilkan suatu perubahan karakter dan tingkah laku peserta didik
yang membawanya pada perubahan interaksi, variasi, dan aspek lingkungan. Uno (2011) menyatakan faktor
yang dapat mempengaruhi hasil belajar aspek keterampilan adalah faktor fisik, situasi dan kondisi, faktor
sikap, faktor bakat, dan faktor pengetahuan. Sehingga pengetahuan dan sikap siswa terhadap materi menjadi
penentu pencapaian hasil belajar aspek keterampilan yang optimal.
Proses pembelajaran pada kedua kelas dilakukan dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok
dengan masing-masing anggota kelompok 3-4 orang untuk melakukan diskusi dan praktikum. Berdasarkan
pengamatan peneliti, kondisi kedua kelas selama proses pembelajaran menunjukkan siswa aktif
berkomunikasi dengan anggota kelompok dan melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang ada pada
jobsheet. Kegiatan praktikum dilakukan dengan cara mensimulasikan rangkaian multiplexer, demultiplexer,
encoder, dan decoder pada aplikasi Multisim. Kelebihan metode simulasi menurut Patmanthara (2012)
simulasi memberi peserta didik kekuatan ingatan untuk memanipulasi berbagai aspek dan model simulasi,
karena model simulasi biasanya memberi peserta didik kesempatan untuk menerapkan belajarnya pada
situasi kehidupan nyata. Sejalan dengan pernyataan tersebut hasil jurnal penelitian Suhandi (2009)
penggunaan media simulasi virtual dapat meningkatkan efektifitas pendekatan pembelajaran konseptual
dalam meningkatkan pemahaman konsep. Sehingga dengan adanya simulasi, siswa dapat meningkatkan
pemahaman konsep materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut didukung hasil jurnal penelitian Ariyati
(2010) pembelajaran berbasis praktikum memungkinkan peserta didik mendapatkan muatan kognitif yang
banyak dibandingkan pembelajaran secara konvensional. Hasil jurnal penelitian Rohwati (2012) terdapat
peningkatan keaktifan siswa pada proses pembelajaran yang dilakukan secara kelompok. Setelah siswa
duduk dalam kelompok mereka aktif berdiskusi tentang materi, karena hasil kerja salah seorang siswa akan
berpengaruh terhadap nilai kelompok. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016)
dengan adanya kelompok membuat siswa terlibat aktif dalam berkomunikasi dengan anggota kelompoknya
dan bertukar pendapat mengenai tugas yang diberikan. Sehingga apabila salah satu anggota kelompok tidak
paham dengan tugas yang diberikan dapat memperoleh pemahaman dari anggota kelompok yang lain.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 47


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Hasil uji hipotesis pada Tabel 6 menunjukkan ada pengaruh yang signifikan penggunaan model
Discovery Learning berbantuan Multisim dan Problem Based Learning berbantuan Multisim terhadap hasil
belajar sistem komputer. Setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, hasil belajar
aspek pengetahuan dari kedua kelas menunjukkan peningkatan. Berdasarkan Tabel 2 yang merupakan nilai
rata-rata hasil pretest dan Tabel 5 yang merupakan nilai rata-rata hasil posttest menunjukkan peningkatan
skor sebesar 26,25 pada kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan model PBL berbantuan Multisim dan
skor sebesar 28,43 pada kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan model DL berbantuan Multisim.
Sesuai dengan teori Wahimurdi, dkk (2010: 18) sesorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila mampu
menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya dari segi kemampuan berpikir, keterampilan, atau sikap
terhadap suatu objek.
Berdasarkan pembahasan di atas diketahui bahwa kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan
model Discovery Learning berbantuan Multisim menunjukkan peningkatan skor rata-rata hasil belajar lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan Multisim. Adanya peningkatan hasil belajar aspek pengetahuan pada
kedua kelas dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Degeng (2013) hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan dan
karakteristik siswa yang merupakan aspek-aspek atau kualitas siswa. Menurut Hosnan (2014) proses
pembelajaran Discovery Learning mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada peserta didik,
sedangkan pada pembelajaran Problem Based Learning mendorong pengembangan kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan menurut Illahi (2012: 70) pembelajaran Discovery
Learning banyak memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses belajar.
Berdasarkan pembahasan tersebut terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model Discovery Learning
berbantuan Multisim dan Problem Based Learning berbantuan Multisim terhadap hasil belajar sistem
komputer.

Perbedaan Hasil Belajar Sistem Komputer antara Kelas yang diberikan Perlakuan Model Discovery
Learning Berbantuan Multisim dengan Kelas yang diberikan Perlakuan Model Problem Based
Learning Berbantuan Multisim
Setelah diberikan perlakuan yang berbeda untuk kedua kelas terdapat peningkatan hasil belajar aspek
pengetahuan dibandingkan dengan nilai kemampuan awal siswa. Hasil uji-t pada Tabel 7 menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar sistem komputer aspek pengetahuan antara kelas yang diberikan
perlakuan model Discovery Learning berbantuan Multisim dengan kelas yang diberikan perlakuan model
Problem Based Learning berbantuan Multisim.
Adanya perbedaan hasil belajar sistem komputer aspek pengetahuan dikarenakan pada kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan menggunakan model Discovery Learning berbantuan Multisim siswa
lebih aktif dalam proses belajar karena sebelumnya belum pernah melakukan simulasi menggunakan
aplikasi. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dengan melakukan simulasi percobaan
secara kelompok dengan anggota 3-4 orang. Adanya kelompok membuat siswa bertukar pendapat mengenai
tugas yang diberikan, sehingga tidak hanya ada satu sudut pandang saja. Siswa saling memberikan dukungan
dan bantuan sehingga terjalin kerja sama yang baik antar anggota kelompok. Dengan adanya pertukaran
pendapat dan kerja sama yang baik memungkinkan siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil jurnal penelitian Sudarsana (2018) pembelajaran kooperatif
dapat memberikan keuntungan bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
menyelesaikan tugas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, sehingga
kelompok bawah akan mendapat bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dari bahasa
yang sama. Siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan
pelayanan, dan siswa kelompok bawah akan mendapatkan pelayanan dari siswa kelompok atas.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 48


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Adanya perbedaan hasil belajar sistem komputer aspek sikap dikarenakan pada kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan model yang berbeda dari sebelumnya sehingga menciptakan suasana baru dalam
proses belajar. Suprihatin (2015) dalam jurnalnya menyatakan salah satu upaya meningkatkan motivasi
belajar adalah dengan menggunakan variasi metode pembelajaran sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Uno (2011) menyatakan sesuatu informasi yang
disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana
atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya dapat menarik perhatian bagi mereka untuk
belajar.
Berdasarkan pengamatan pada saat penelitian, kerja sama siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol, nilai rata-rata untuk kerja sama pada kelas ekperimen sebesar 81,25
sedangkan kelas kontrol sebesar 71,88. Isnaeni & Christijanti (2014) dalam jurnal penelitiannya menyatakan
Discovery Learning dapat menciptakan suasana lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan
mendorong siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu diskusi kelompok. Sesuai dengan
pernyataan tersebut, Putri (2017) dalam penelitiannya menyebutkan pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning menciptakan suasana yang kondusif, dalam diskusi kelompok siswa saling
berinteraksi dan bekerja sama untuk saling bertukar pikiran sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa dalam
satu kelompok hampir merata. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri Discovery Learning yaitu mendorong
terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar siswa, serta mendorong siswa untuk aktif dalam dialog atau
diskusi dengan siswa lain dan guru (Hosnan, 2014).
Sedangkan suasana pada kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan model Problem Based
Learning berbantuan Multisim kurang kondusif karena ada beberapa siswa yang membuat gaduh kelas
sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa yang lain. Selain itu beberapa siswa melakukan kegiatan lain
yang tidak ada kaitannya dengan proses pembelajaran seperti bermain game di ponsel. Hal ini didukung
dengan jurnal penelitian Aritonang (2018) menyatakan lingkungan kelas yang tenang dan nyaman sangat
diperlukan dalam proses belajar-mengajar. Pengaruh lingkungan kelas dapat merangsang siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang proses belajar mengajar.
Adanya perbedaan hasil belajar sistem komputer aspek keterampilan, berdasarkan pengamatan saat
penelitian dikarenakan beberapa hal yaitu: 1) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung (student center). Siswa pada kelas eksperimen aktif
berkomunikasi mengerjakan jobsheet yang diberikan, apabila terdapat kesulitan siswa berusaha bertanya
kepada guru atau kelompok lain. Hasil pengamatan tersebut didukung oleh hasil penelitian Sari (2016)
menyatakan proses pembelajaran yang dilakukan secara kelompok membuat siswa aktif berkomunikasi
dengan anggota kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan; 2) proses praktikum sebelumnya
belum pernah melakukan simulasi menggunakan aplikasi. Penggunaan aplikasi baru dalam proses praktikum
menyebabkan siswa kebingungan atau kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi. Pada kelas eksperimen
antusiasme siswa lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen aktif bertanya
apabila terdapat kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi. Sedangkan siswa pada kelas kontrol kurang aktif
bertanya atau mencari informasi ketika ada kesulitan dan malah melakukan hal lain seperti bermain game di
ponsel. Sehingga beberapa kelompok tidak menyelesaikan tugas praktikum tepat waktu; 3) karakteristik
model pembelajaran yang diterapkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Kegiatan
pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model Discovery Learning menekankan siswa dalam
menemukan sesuatu melalui sebuah proses eksperimen atau praktikum (Hosnan, 2012). Sedangkan kegiatan
pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model Problem Based Learning menekankan siswa untuk
berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah (Riadi, 2017). Berdasarkan
pembahasan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sistem komputer aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan antara kelas yang diberikan perlakuan model Discovery Learning berbantuan
Multisim dengan kelas yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning berbantuan Multisim.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 49


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah hasil belajar sistem komputer aspek pengetahuan pada kedua kelas mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Selain itu terdapat pengaruh
yang signifikan penggunaan model Discovery Learning berbantuan Multisim dan Problem Based Learning
berbantuan Multisim terhadap hasil belajar sistem komputer baik aspek pengetahuanm sikap, maupun
keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Penabur, 7(10), 11-21.
Ariyati, E. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Matematika dan IPA, 1(2), 2-5.
Dardiri, A., Mujiyono, dan Ichwanto, M.A. (2017). Analisis Hasil Uji Kompetensi Guru Sekolah Menengah
Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Bangunan. Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya,
40(2), 193-203.
Degeng, I.N.S. (2013). Ilmu Pembelajaran: Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan Teori & Penelitian.
Bandung: Aras Media.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Illahi, M.T. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: DIVA Press.
In'am, A., & Hajar, S. (2017). Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach.
International Journal of Instruction, 10(1), 55-70.
Isnaeni, W, Suprihatin, dan Christijanti, W. (2014). Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem
Pencernaan dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Discovery Learning. Journal of Biology
Education, 3(3), 275-282.
Jihad, A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
LI, Y. C., & YIN, J. P. (2010). Applying Multisim 9 in Electrical Engineering Course Teaching. Journal of
Electrical & Electronic Education, S2. Retrieved from http://en.cnki.com.cn/Journal_en/I-I135-
DQDZ-2010-S2.htm.
Lilyanova, I.T. (2018, June). Solving electrical engineering problems with MATLAB and MULTISIM. 2018
International Conference on High Technology for Sustainable Development (HiTech), 1-4.
Linn, J.B. (2016). Using Multisim/Electronic Workbench in Basic Electricity Courses in Lieu of or to
Complement Live Lab Experiments. Technology Interface International Journal, 16(2), 57-61.
Nasution, M.I.S. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning (DL) dan Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau dari Minat Belajar Peserta Didik di SMA
Negeri Boyolali. Disertasi. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Patandung, Y. (2017). Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar IPA
Siswa. Journal of Educational Science and Technology (EST), 3(1), 9-17.
Patmanthara, S. (2012). Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) dan Manfaat Sebagai Media
Pembelajaran. TEKNO, 1(1), 15-22.
Patmanthara, S. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Mata Kuliah Pembelajaran Berbantuan Komputer dengan
Model Pembelajaran Drill And Practice. SENTIA 2016, 8(1), 43-48.
Patmanthara, S. (2017). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Mahasiswa. TEKNO, 26(2), 100-107.
Pranoto, Harlita, & Santosa, S. (2017). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan
Guided Discovery Learning terhadap Keaktifan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngawi Tahun Pelajaran
2013.2014. Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi, 10(1), 18-22.
Putri. (2017). Perbandingan Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret dengan
Model Pembelajaran Problem Solving terhadap Hasil Belajar Komputer Terapan Jaringan Dasar
Kelas XI TKJ SMK Negeri 2 Probolinggo. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Rahmasari, R. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Kelas IV SD. Basic Education, 5(36), 3-456.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 50


Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (JPPP) Vol 01, No 01, Juni 2020

Riadi, M. (2017). Model Pembelajaran Problem Based Learning. Retrieved from


https://www.kajianpustaka.com/2017/08/model-pembelajaran-problem-based-learning.html.
Rismayani, N.L. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PKN Siswa. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 1(2).
Rohwati, M. (2012). Penggunaan Education Game untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Biologi Konsep
Klasifikasi Makhluk Hidup. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), 75-81.
Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sari, R. A. (2018). Perbedaan Keaktifan dan Hasil Belajar Komputer dan Jaringan Dasar karena
Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dibandingkan dengan Model Pembelajaran
Discovery Learning Pada Siswa Kelas XI di SMK Islam 1 Blitar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Setyorini, U., Sukiswo, S.E., & Subali, B. (2011). Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1). 52-
56.
Sudarsana, I.K. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Mutu Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Penjaminan Mutu, 4(1), 20-31.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhandi, A., Sinaga, P., Kaniawati, I., dan Suhendi E. (2009). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi
Virtual pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Jurnal Pengajaran MIPA, 13(1), 35-48.
Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi
UM Metro, 3(1), 73-82.
Uno, H.B. (2011). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wahidmurni. (2010). Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.
Wahjudi, E. (2015). Penerapan Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-I di SMP Negeri 1 Kalianget. Lensa (Lentera Sains):
Jurnal Pendidikan IPA, 5(1), 1-15.
Wulandari, B., & Surjono, H.D. (2013). Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau
dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178-191.

Ardhana Iswari Citra Padmi, dkk 51

Anda mungkin juga menyukai