Anda di halaman 1dari 153

NOTULENSI PJJ RADIOGRAF PROF.

HANNA
TATA CARA INTERPRETASI ( WAJIB BACA)
● Email Prof HB: profhanna.pjj@gmail.com
● File yang harus dikirim di email untuk interpretasi Prof HB:
1. Borang Interpretasi Dental/Panoramik dalam format .xlsx (wajib xlsx + samakan dalam 1
kelompok.)
dNama File:
- Untuk kasus dental pertama dengan Prof HB: Borang Interpretasi Kasus Dental 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.xlsx
- Untuk kasus dental kedua, menyesuaikan : Interpretasi Kasus Dental 2_Kunto Aji_Kelompok
Z_123456_23 Sept 2020.xlsx
- Untuk kasus panoramik pertama dengan Prof HB : Interpretasi Kasus Panoramik 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.xlsx
- Untuk kasus panoramik kedua dengan Prof, menyesuaikan : Interpretasi Kasus Panoramik
2_Kunto Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.xlsx

2. Foto kasus
Nama File:Untuk kasus dental pertama dengan Prof HB: Foto Kasus Dental 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.jpg
- Untuk kasus dental kedua, menyesuaikan
- Untuk kasus panoramik pertama dengan prof HB : Foto Kasus Panoramik 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.jpg
- Untuk kasus panoramik kedua, menyesuaikan

3. Informasi Diagnostik (berupa foto vignette dari drg. Inka)


Nama File:
- Untuk kasus dental pertama dengan Prof HB: Info Diagnostik Dental 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.jpg
- Untuk kasus dental kedua, menyesuaikan
- Untuk kasus panoramik pertama dengan prof HB : Info Diagnostik Panoramik 1_Kunto
Aji_Kelompok Z_123456_23 Sept 2020.jpg
- Untuk kasus panoramik kedua, menyesuaikan

● Format pengiriman subject email:


- Untuk kasus dental pertama dengan Prof HB: Interpretasi Kasus Dental 1_Kunto Aji
(12345678)
- Untuk kasus dental kedua, menyesuaikan
- Untuk kasus panoramik: Interpretasi Kasus Panoramik 1_Kunto Aji (12345678)
- Untuk kasus panoramik kedua, menyesuaikan

● Format pengiriman body email:


KASUS DENTAL:
Assalamualaikum wr. Wb

Selamat pagi Prof Hanna, sebelumnya mohon maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan saya ___,
mahasiswi Profesi angkatan 2020 dari kelompok __ yang akan interpretasi dengan Prof hari ini. Berikut
saya lampirkan borang interpretasi, informasi diagnostik dan foto (dental/panoramik) yang akan
diinterpretasi.

KASUS PANORAMIK (body email sama + rencana perawatan)


Assalamualaikum wr wb.
TIPS :
1. Sabar,
2. Baca doa (yg muslim boleh dibaca tu doanya biar lancar)
3. Baca notul dr atas sampe bawah, kalo doi maunya yang beda yodah ikutin aja maunya
apa, balik lagi ke rule
Sebelumnya yang mau interpret sama prof, tiap kalian mau interpret TOLONG jelasin kl mo
interpret pesis kek di notul kek :
Doi gamau kl lo pada salah dan ngulang kesalahan yang sama, dan kalo dijelasin juga gamau
panjang lebar gitu, jadi plis dibaca notulnya ya, semangat siapapun. Tergantung mood n luck
juga sih sebenernya, tetep semangat!

Hal-hal sepele tapi perlu lo sadarin sebelum lo interpret sama prof!!


- Cursor lo bisa gerak di posisi yang tepat atau ga? Coba dulu sblm mulai, presenting antar
temen cursor lo nunjuk sisi/gigi yang bener gak? → Prof bakal nyuruh lo nunjuk
perluasan lesi, kehilangan lamina dura dll gitu soalnya → prepare aja buat mastiin
- Yang ditampilin cuman PPT aja, borang tidak ditampilkan TETAPI borang lo bacakan
evaluasi mutu, general view, specific view (KALO DIMINTA), dan DD nya → Baca
borangnya yg general view juga pelan” atu-atu gigi goyang
- Lo kalo presenting bisa denger suara temen lo ngomong gak? Dicoba dulu sebelum mulai
presenting ya takutnya ga kedengeran
- Kalo lo mo mulai presenting baiknya langsung aja lo jelasin borangnya, jangan nanya
profnya ‘udah bisa dimulai prof?’ → krn jadi saling nunggu sedangkan beliau kek diem
gitu
- Kalo doi diem ga komenin lo berarti MUNGKIN artinya beliau SETUJU sama perkataan
lo, jadi lanjut aja next ke bagian borang berikutnya, jangan diem-dieman
- Interpret sama prof → presenting sendiri-sendiri PPT nya, borangnya ga ditampilin ya

]Infomasi diagnostik
- Pastiin usia pasiennya umur berapa → mempengaruhi si metabolisme pasien.
Metabolisme seimbang 25-40 tahun
- Kalo ada perkusi (+) → kemungkinan kelainan inflamasi AKUT pada PERIAPIKAL
- Kalo ada sinus tract → kemungkinan ada ABSES
- Kalo ada gigi goyang → kemungkinan ada kehilangan tulang!

Evaluasi Mutu
HARUS NGERTI BGT & HAFAL MATI!
Ketika evaluasi mutu, jelasin dulu maskudnya kontras itu apa, detail itu apa, dan ketajaman itu
apa, baru tunjukkin di gambar radiografnya kaya gimana. (misal kontras detail ketajaman lo baik,
yoda kontras yang baik artinya dapat dinilai blabla, pada kasus lo kontrasnya gimana, dst..
Jelasin KDK dan distorsi vertikal aja, yg lainnya ga usah, kecuali gambar lo kepotong atau
gimana baru jelasin.
● Kontras adalah dapat membedakan radiopak dan radiolusens pada gambar. Kontras yang
baik dinilai dari daerah yang tidak ada objek, pada daerah ini memperlihatkan
radiodensitas sehitam karbon
● Detail adalah melihat struktur anatomis apakah dapat terlihat jelas.
● Ketajaman adalah batas (outline) dari struktur gigi terlihat dengan jelas
catatan : kalo kontras cukup atau tidak baik, otomatis detil ketajaman cukup (jangan
bilang baik)

(APALIN kek gini, gausah lebih dan jangan kurang persis kayak gini)
Distorsi Vertikal
ANTERIOR:
● Kalian harus bisa nunjukkin cingulum di gigi anterior (kalau nentuin distorsinya pake
cingulum ya). Cingulum pasti yang lebih radiopak dari pada struktur mahkota lain.
Bacanya: SINGULUM ya guyssss.
● Jarak cingulum cervikoinsisal normal: 2mm (jarak ya guysss bukan lebar!)
● pemendekan: jarak cingulum cervikoinsisal >2mm, lebih radiopak dari bagian mahkota
lain maka terproyeksi ke arah apikal terjadi pemendekan
● pemanjangan jarak cingulum cervikoinsisal: >2mm, terproyeksi ke arah mahkota , diffuse
dan baur
● Selain cingulum, salah satu yang bisa mengonfirmasi adanya distorsi vertikal apa? → Liat
jarak alveolar crest normal dari CEJ
● Kalau ada distorsi vertikal buat kasus periodontal → Jangan lupa pengukuran tinggi
tulangnya harus pakai rumus kompensasi (control F ‘kompensasi’ di gdocs ini untuk
contoh2nya). Di borang langsung tulis hasil akhirnya, tapi nanti pas interpret lo jelasin
gimana cara ngitungnya.

● Iatro
Penulisan asal kelainan:
● “Dan” apabila tingkat keparahan lesinya sama, sehingga perawatan kedua lesi
(periodontal dan periapikal) harus diprioritaskan
● “Disertai” apabila terdapat kelainan utama, sehingga kelainan lainnya dijadikan penyerta
kelainan utamanya
● Tips general view: Jelasinnya satu2, apalagi yang general view yang hubungan
perubahan2 itu. harus dijelasin satu2. kaya radiolusensi di mahkota mengakibatkan
perubahan berupa radiolusensi di apikal, titik kontak yang tidak baik menyebabkan
rusaknya tulang alveolar crest. (jadi jelasin satu2, jangan diborong. Semua juga harus
berkesinambungan)
● Kalau ada perubahan tulang rahang jangan lupa sebutin reference sitenya

Penulisan untuk titik kontak dan garis oklusi:


● Titik kontak : Titik kontak tidak baik
● Garis oklusi : Garis oklusi tidak sebidang → kalau ditanya, tidak sesuai dengan yang
seharusnya
● Garis oklusi yang
● Trauma oklusi yang terjadi karena gaya ACF (anterior component of occlusal force) dapat
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal di marginal, pada sisi tarikan dan regangan
berbeda.

Specific View
→ Biasanya setelah lolos general view, prof akan minta untuk specific view bagian tertentu
(contoh: coba specific view untuk akar mesial), ikutin aja arahan prof, tp kalo gak ada instruksi,
lanjut bacain semuanya.
Apa aja yang dievaluasi di tulang kortikal?
Evaluasi tulang kortikal: ada/tidak, kontinu atau tidak kontinu, outline smooth atau irregular,
tebalnya, densitasnya, bentuk, dan tinggi

KUMPULAN KASUS PERIAPIKAL

Marisa (8 April)
- Semua informasi diagnostik harus dikumpulkan
kalau mau interpretasi (mulai dari pasien masuk kondisi
fisiknya gimana, anamnesis, dll)
- Liat umurnya, patokan normal kalau umur 25-40
tahun kemungkinan metabolisme seimbang
- Kalau metabolisme seimbang → bisa abses bisa
granuloma
- Kista ga bisa dari gigi vital → pasti nekrosis pulpa
- kalo karies mencapai pulpa → bisa periodontitis
apikalis kronis
- tulis diagnosis sejelas jelasnya → harus lengkap
- Diagnosis radiografi → DD1 yang paling mendekati, DD2 yang mirip2. bukan berat2an
- Batas tepi lesi kista → jelas, radiopaque

7 clues:
● Lokasi→ harus jelas (apikal)
● Radiodensitas → radiolusens
● Bentuk → membulat
● Batas tepi→ Kista batas tepi terlihat jelas menyerupai tulang kortikal (beda dgn batas
granuloma) granuloma → upaya trabekula untuk menetralisir sehingga ada zona ikis
● Kalo granuloma batasnya upaya trabekula melokalisir infeksi, besarnya terbatas (zona
IKIS) → Gak melebihi 10 mm, usia muda
Zona IKIS:
Zona Eksudat (akut)--> infeksi, kontaminasi
Zona Proliferasi (kronik)--> iritasi, stimulasi
● Kalo kista gak ada urusan sama zona ikis (dari mana kemana ga kedengeran) → dari
tulang kortikal
● Batas tepi → kontinu: gak terinfeksi
● Sakit saat mengunyah → Infeksi
● Kalau batasnya kontinu, berarti nggak usah tambahin embel2 terinfeksi.
● Granuloma → ukuran <10 mm, kalau umurnya masih muda, ada kemungkinan dia
granuloma
● Kista terjadinya (dalam keluar), jadinya ga berbatas jelas dan bisa besar banget

- Karena ada penurunan tulang kortikal, maka tambahin disertai mild chronic marginal
localized periodontitis
- pulpo periapikal, tapi ada penyertanya ga
- Mesialnya masih tinggi → bayangan radiolusensi
- Kista apikalis et causa nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult localized
marginal periodontitis et causa retensi makanan (karna ga punya data OHIS)
- Specific view untuk mengetahui mild,
moderate, severe nya

Hazhi

DD 1: Mild chronic adult localized marginal


periodontitis et causa retensi makanan disertai
dengan TFO
DD 2: Moderate chronic adult localized marginal
periodontitis et causa retensi makanan disertai
dengan TFO

- General view ada yang bisa mempengaruhi ga? (untuk menentukan faktor yg
memperberat di diagnosisnya, perlu merujuk ke general view juga, misalnya ada gigi yg
malposisi, anomali, dsb)
- Malposisi --> memperberat retensi makanan
- Distorsi, memendek: cingulum lebih lebar dan lebih radiopak krn terproyeksi ke akar.
kalau pemanjangan, terproyeksinya ke mahkota dan lebih blur.
- Cusp sebidang: harus sesuai dengan keadaan yg seharusnya. kecuali pada posisi gigi yang
tidak normal.
- Contoh gigi 6 bawah: no hampir sama tinggi
- cusp buccal dan lingual --> kira2 harusnya berhimpit

Kalau gigi 6 atas: ada jarak, liat. Dikompensasiin jaraknya

- Cusp sama tinggi gigi 4 atau 5 atas? --> 5 (karena giginya bakal oklusi sama gigi
bawah / 6 bawah)
- Kalau lihat pemanjangan dan pemendekan liat tulang alveolar--> 0,5-1,5 mm ke arah
apikal (CEJ) (pemanjangan) // kalau ke arah mahkota (pemendekan)
- Kalo berada diatas yg seharusnya: pemendekan
- Kalo di bawah: Bisa pemanjangan bisa juga usia lansia
- Perbedaan pulpoperiapikal dan periodontal → Posisinya
- kalo di apikal fix pulpoperiapikal walaupun gaada karies, krn bisa aja penyebabnya
trauma
- Marginal: Puncak tulang alveolar masih tinggi --> gak disertai kelainan perio. Kalo udah
penumpulan/penurunan "disertai dengan mild chronic adult marginal localized periodontitis”
- Cek pulpo baru cek marginal buat liat penyerta nya
- Periodontitis --> Levelnya liat dari penurunan tulang nya.
Mild: crest irregular

Jika periodontitis → liat umur pasien → lihat tulang kortikal di alveolar crest → ada perubahan
→ liat tingginya

mild --> utuh tapi ada irregularitas di crest

● moderate --> 1 mm dari tempat seharusnya berarti --> 2.5 mm sampai setengah panjang
akar (panjang tulang seharusnya)
● severe --> sampai ujung akar
- mild chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat
dengan TFO
- titik kontak ga baik --> ada retensi makanan --> karena ga ada info OHIS
garis oklusinya sebidang ga --> kalau garis oklusinya ga sebidang → ada TFO
- Asal kelainan: pulpoperiapikal (karies, trauma, anomali), periodontal , sistemik,
iatrogenik, campuran
-
- kelainan pulpoperiapikal --> karies, trauma, anomali (dents inveginatus, dens in dente)
● mild adult chronic localized marginal periodontitis ec plak dan kalkulus: sama prof
hanna ga boleh ec plak dan kalkulus, jadi tulisnya OH buruk, kalo ga punya datanya: retensi
makanan. Garis oklusi ga sebidang: TFO

genera

Tambahan:
Ngebedain AAK, Abses dentoalveolar, dan granuloma:
- AAK dan abses dentoalveolar dibedain dari perluasannya. Kalo AAK cuma di ⅓ apikal,
kalo dia lebih dari itu atau melibatkan furkasi berarti abses dentoalveolar
- Abses dan granuloma dibedain dari batas tepi nya, kalo granuloma jelas; abses tidak
jelas.

Habibah

● Apabila ada perubahan tinggi tulang kortikal


di alveolar crest berarti periodontitis. Moderate --> 1
mm dari tempat seharusnya berarti --> 2.5 mm sampai
setengah panjang akar
● Penulisan dd nya itu penyakit pulpoperiapikal
terlebih dahulu, “disertai” penyakit periodontal nya
● General view harus jelas, look from a distance,
lihat semuanya dari jauh, dilihat yang mana yang lebih
terlokalisir
● Biasanya kalo ada tambalan trus ga ada info diagnostik tambahan berarti kelainan berasal dari
pulpoperiapikal disertai periodontal.
● Biasanya pasien datang karena keluhan pulpoperiapikal
● Kalo perio lebih ke jaringan lunak
● Dd1: Periodontitis apikalis kronis disertai moderate chronic adult localized marginal periodontitis
et causa retensi makanan disertai dengan TFO
● Dd2: Abses periapikalis dini disertai moderate chronic adult localized marginal periodontitis et
causa retensi makanan disertai dengan TFO
● PAK karena terjadi pelebaran ruang periodontal, lamina dura masih intact
● Kalo abses dini, lamina dura sudah putus
● Liat di kedua akarnya, cari yg kira-kira parah yg bikin keluhan. Pada kasus yg menyebabkan
keluhan di mesial karena lamina dura menipis dan TFO karena garis oklusi juga tidak sebidang
● Karena ga ada informasi OH berarti et causa nya retensi makanan
● Dd nya PAK itu abses dini
● Specific view untuk mengetahui mild, moderate, severe nya
● Untuk menentukan diagnosis, harus liat dari general view. Apakah ada faktor yg bisa
mempengaruhi atau tidak seperti malposisi gigi, anomali, dll
● Gigi M1 bawah dikatakan sebidang apabila cusp bukal dan lingualnya berhimpit, hampir sama
tinggi

Dhiandra

● Jika tulang kortikal masih ada tapi puncak alveolar crest ga pas dibawah cej -->
kemungkinan pasien usia lanjut atau ga distorsi vertikal
● Kelainan pulpoperiapikal --> bisa jadi dari trauma juga! liat oklusinya apakah garis
oklusi sebidang/ngga. klo sebidang = sesuai keadaan seharusnya titik kontak bertemu titik kontak,
liat hubungan gigi geligi. jangan cuma liat tambelan sama karies aja.
● Liat incisal. udh ga ada mamelon. bisa jadi dia trauma occlusion / orang tua (aus giginya).
liat kepadatan tulang juga buat nentuin pasiennya usia lanjut apa engga.
● DD1. lesi traumatik, dd2= kista traumatik
● granuloma --> dari infeksi, jadi harus ada karies. klo kista bisa ga daerah gigi 123 bawah
kena kista tapi tanpa dari giginya. klo gaada gausah di ddin. yaudah aja tulis lesi traumatik atau ga
kista traumatik et causa tfo.
● Cervical burnout = tepinya masih ada dan rapih. klo abfraksi atau abrasi tepinya udah
gabisa disusuri. udh bergerigi dan aneh. kalo karies bentukannya udh iregular. cervical burn out
pasti segitiga

Cut Safira

● Gigi M1 dalam keadaan seharusnya → cusp bukal dan lingual sama tinggi. Kalo ga sama
tinggi ada distorsi vertikal berupa pemanjangan/pemendekan. Liat kortikal crestnya. Harusnya
ada di 1-1,5 mm dari CEJ ke arah apikal. Kalo di atas CEJ → distorsi vertikal (pemendekan).
Apalagi kalo crestnya terputus, diagnosis harus ada disertai periodontitis. Kalau gambaran berupa
pemendekan, berarti seharusnya penurunan tulang lebih parah.
● Menetapkan diagnosis suatu elemen gigi berdasarkan semua informasi diagnostik yang
ada. Tapi kalo hanya ada foto radiografnya → bisa bandingin akar mesial dan distal. Kira-kira
zona ikis-nya (infeksi, kontaminasi, iritasi, stimulasi) yang lebih bagus di sekitar akar mesial atau
distal? Liat akar mana yang stimulasinya lebih bagus. Kalo stimulasi bagus, dia berusaha
melokalisir lesi.
● Kalau udah keliatan batasnya berarti trabekula udah berusaha melokalisir. Kalo ga
dilokalisir, akan terjadi granuloma.
● Lesi yang udah lebih membentuk bulat itu akar mesial. Berarti stimulasinya lebih baik,
walaupun radiolusennya lebih banyak di distal. Jangan liat perluasan radiolusensi mahkotanya,
tapi liat akibat di apikalnya.
● Secara radiografis, yang akan lebih parah atau yang akan menyebabkan keluhan itu yang
berbatasī jelas. Akar mesial lebih banyak memberikan keluhan, karena udah dibatasi.
● Diagnosis 7 clues: misal ada akar mesial distal, dua-duanya ada kelainan, berarti
interpretasinya masing-masing. 7 clues di mesial dan 7 clues di distal.
● DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai dengan moderate
chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh
TFO.
○ Kronis karena pada gigi ini kita gapunya waktunya, gapunya informasi diagnostik
apapun, tapi zona stimulasinya sudah mulai membentuk dan membatasi. Artinya sudah cukup
waktu.
○ Moderate karena sudah penurunan 2 mm
○ Et causa retensi makanan karena gaada informasi diagnostik mengenai OH
○ TFO karena garis oklusi tidak sebidang
● DD2-nya karena gaada informasi diagnostik lain, boleh pake akar mesial granuloma
apikalis et causa nekrosis pulpa disertai dengan moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO.
● General view → look from a distance. Liat semuanya dari jauh, jangan liat yg menurut
kita lebih parah atau yang lebih terlihat, tapi liat mana yang lebih terlokalisir. Liat mesial
distalnya sama atau ngga, liat juga ada di apikal aja atau seluruh alveolar. Kalo udah keseluruhan
alveolar, itu udah dentoalveolar abses. Abses dentoalveolar di pedo, keseluruhan alveolarnya
udah hitam semua.

Fadhilah

● Melihat menentukan asal


kelainan: general view, kondisi,
perubahan, hubungan
● Abses dentoalveolar → dari gigi hingga ke tulang alveolar seharusnya hitam radiolusensi
→ bisa dibayangkan pada gigi sulung dari dental ke alveolar
● Sehingga, apabila abses dentoalveolar secara keseluruhan terdapat radiolusensi dari
dental hingga alveolar
● Terdapat keterlibatan furkasi tetapi kerusakan tulangnya tidak parah → belum tentu
menandakan kelainan utama periodontal
● Penebalan tulang di apical → dapat dicurigai pulpoperiapikal harus dipisahkan dengan
dimensi ketiga pada keterlibatan furkasi
● Gambar radiograf blurred di bukal (karena apabila lingual gambarannya harus jelas) dan
karena di buccal blurred karena tulang di buccal tipis dan tidak terlihat secara radiograf 2D
(dimensi ke 3) 9
● Perluasan toksin pada tulang buccal lebih cepat karena tulang tipis
● Kalo tidak ada keluhan → abses kronis
● Kalo ada keluhan → abses kronis eksaserbasi akut. Kalo perkusi positif dan ada keluhan
sakit, et causanya pasti nekrosis pulpa
● Kelainan utamanya pulpoperiakal → ada restorasi sebelumnya dan tambalan overhang
● Untuk melihat lesi kronis atau akut tanpa memiliki diagnostik lainnya → dibantu
dengan melihat IKIS, dalam kasus ini sudah terdapat zona stimulasi yang menandai bahwa
lesi bersifat kronis
● Kronis bisa dilihat dari reaksi stimulasi → terdapat penyempitan tulang kanselus yang
merapat seperti garis → artinya bukan keadaan akut → upaya osteoblast untuk menstimulasi agar
lesi tidak tersebar luas → kecuali dahulu diagnostik pernah dikatakan sakit sekarang tidak bisa
disebut sebagai eksaserbasi akut
● Unfavorable condition ditandai dengan akar kurus runcing dan bentuk gigi molar seperti
tabung (dibandingkan sama gigi sebelahnya)
● Terdapat trauma from occlusion, bisa dilihat dari garis oklusi yang tidak sebidang,
pelebaran ruang periodontal, penebalan lamina dura
● Tidak terdapat informasi OH jadi “e.c retensi makanan”
● Radiodiagnosis : abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai dengan mild
chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat dengan
unfavorable condition dan TFO
● DD : abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult
localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat dengan unfavorable
condition dan TFO
Lila

● DD 1 : abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai


● chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
● DD 2 : abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO

● perkiraan umur pasien dari foto dental bisa dilihat dari tajam atau tidak cusp gigi. jika terlihat
masih tajam, dapat diasumsikan bahwa umur pasien masih muda. namun jika sudah tajam, ada 2
option, whether giginya atrisi atau umurnya sudah paruh baya. umur dental juga bisa dilihat dari
kerapatan trabekulasi. kalau udh gak rapat, berarti umur pasien sudah paruh baya
● mutu yang salah : kontrasnya kurang, distorsi vertikal : cusp bukal lingual tidak sebidang (gigi
posterior). bisa juga lihat pemendekan atau pemanjangan dari reference site. perhatikan sisa
tulang yg ada di daerah edentulous, tadi sudah sepakat usia pasien sudah separuh baya, harusnya
ada penurunan tulang. tapi di foto radiograf tulang gigi 4 masih mendekati CEJ. kalau alveolar
crest lebih tinggi dari tempat seharusnya, berarti terjadi pemendekan. pada gigi 7, 1/3 tengah
mahkota kelihat lebih radiopak, sama dengan gigi anterior. kalau terproyeksi ke daerah akar,
maka akan terjadi pemendekan. kalau tidak sama tinggi cuspnya, tapi terproyeksi kearah
mahkota, cusp tidak terlihat lebih tebal, maka pemanjangan. Konfirmasi bisa dilihat dari alveolar
crest. kalau tinggi alveolar crestnya mendekati CEJ, maka kasusnya pemendekan (u/ periksa
kerusakan tulang pada kasus perio)
● titik kontak tidak menyebabkan kelainan
● abses akut tidak bisa dilihat dari radiograf, karena abses akut hanya bisa dilihat dari keluhan
pasien
● reference site untuk perubahan densitas lesi terhadap jaringan sekitar adalah kondisi tulang yang
normal disekitar gigi.
● jika ada peningkatan densitas pada tulang, maka dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut kronis.
namun, jika terdapat keluhan, maka kondisi tersebut dibilang akut.
● penegakkan DD dilihat dari akar mesial karena lebih radiolusen. akar bagian distal sudah ada
upaya kanselus, sehingga untuk melokalisir lesi, sehingga terlihat lebih berkabut

Mesy

● DD 1 : abses apikalis dini et causa karies mencapai pulpa disertai moderate chronic adult
marginalis lokalis periodontitis et causa TFO
● DD 2 : periodontitis apikalis kronis et causa karies mencapai pulpa disertai moderate chronic
adult marginalis lokalis periodontitis et causa TFO

- Untuk membandingkan abses apikalips dini dan periodontitis apikalis kronis : telusuri lamina dura,
jika lamina dura terputus maka diagnosisnya adalah abses, sedangkan jika lamina dura masih intak dan
hanya ruang periodontal yang melebar maka diagnosisnya adalah PAK.

- Dikarenakan tidak memiliki keluhan, hanya mendapatkan gambaran radiograf maka dilihat sesuai
dengan kondisi yang ada di gambaran radiograf.

i
Sekar

Catatan:
● Usia 50 tahun → sistem metabolisme tidak seimbang
Sistem metabolisme dikatakan seimbang jika usia 25-40 tahun.
● Gigi berlubang → kemungkinan lesi berasal dari pulpoperiapikal dan kelainan
periodontal menjadi penyerta
● Gigi sakit saat mengunyah → adanya inflamasi akut di periapikal
● Sejak 1 tahun lalu → proses kronis.
● 3 tahun yang lalu pernah sakit dan saat ini sakit kembali → eksaserbasi akut
● Pasien tidak pernah ke dokter gigi untuk merawat gigi tersebut → disimpulkan bahwa
OHIS pasien buruk
● Gigi 47 karies D6 dengan kerusakan mahkota di oklusal dan distal → karies mencapai
pulpa dan jika dilihat dari radiograf karies meluas ke aspek lingual.
● Vitalitas (-) → Nekrosis Pulpa
● Perkusi (+) → Terjadi inflamasi akut di periapikal
● Palpasi (-) → Tidak ada abses akut
● Cusp bukal dan lingual tidak sebidang → untuk gigi molar RB cusp bukal dan lingual
seharusnya hampir berhimpit → pada kasus terjadi pemendekan
Pemendekan dapat dilihat juga dari alveolar crest gigi 47 bagian mesial yang mendekati CEJ
● Titik kontak buruk → retensi makanan
● Abses apikalis kronis → dilihat dari radiolusensi berbatas diffuse di apikal gigi 47
● Abses dentoalveolar → radiolusensi telah mengenai seluruh tulang alveolar
● Mild chronic adult marginal localized periodontitis → adanya irregularitas alveolar crest
dan penurunan tulang ± 1 mm.

Reza Andriani

● Analisis Anamnesis:
- Pasien laki-laki 23 tahun datang (berarti metabolisme nya masih seimbang) dengan
keluhan gigi kanan bawah belakang berlubang (kelainan dari pulpoperiapikal, bukan periodontal),
sakit saat mengunyah (terdapat inflamasi akut periapikal) dan gusi bengkak (terdapat abses).
Keluhan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu (kronis eksaserbasi akut). Gigi tersebut belum pernah
mendapatkan perawatan. Pasien mengkonsumsi obat pengurang rasa sakit berupa paracetamol.
Pasien menyangkal memiliki penyakit sistemik.
- Pemeriksaan objektif
- Gigi 46 karies D6 dengan kerusakan mahkota di oklusal (karies mencapai pulpa)
● - EO: simetris, bengkak (-), palpasi (-), trismus (-), KGB normal
- IO: vitalitas (-) (nekrosis pulpa), perkusi (+) (ada inflamasi akut periapikal), palpasi (+)
(terdapat abses akut), goyang derajat 2 (disertai kelainan perio)
- OHIS : sedang
- TD: normal

● Jika pasien usianya masih 25-40 tahun maka metabolismenya seimbang


● Karena titik kontak buruk pada pasien ini, maka lesi diperberat dengan retensi makanan
● Perluasan karies pada gambar dapat dilihat bahwa selain di area distooklusal terdapat
perluasan ke arah lingual
● Pada bagian mesial alveolar crest gigi 36 hanya menipis sedangkan distal tidak terdapat
penurunan tulang (irregular crest saja).
● radiolusensi yang melibatkan bifurkasi disebabkan oleh perluasan lesi.
● abses apikalis kronis ditegakkan dari terdapatnya radiolusensi di apikal akar mesial dan
distal gigi 36.
● meskipun terdapat keterlibatan furkasi, periodontitis tetap dihitung dari alveolar
crest nya yaitu mild, bukan severe.
● penyakit periodontal hanya menjadi penyerta saja.
● karena pasien sudah dari 4 bulan lalu namun mengalami sakit gigi kembali, maka
diagnosisnya adalah abses apikalis kronis eksaserbasi akut.
● mild periodontitis : terdapat irregular crest dan penurunan tulang 1 mm dari tinggi tulang
seharusnya
● moderate periodontitis : terdapat penurunan tulang >1 mm mencapai setengah akar dari
tinggi tulang seharusnya
● abses dentoalveolar adalah abses yang meliputi hampir seluruh tulang alveolus
Raden Ayu

a. Informasi Diagnostik → bacain surat konsul


dulu ya gesss!!!! dan info apa yang bisa didapatin
dari surat konsulnya → masukin surat konsul + foto
di borang excel

Pasien laki-laki usia 32 tahun (kemungkinan


metabolisme seimbang) datang dengan keluhan gigi
berubah warna (dicurigai terdapat nekrosis pulpa)
sehingga dilakukan foto radiografi dental pada regio
1 dan 2 untuk keperluan diagnosis. Tidak ada
informasi mengenai kondisi klinis lainnya.

b. Interpretasi foto:
2. Evaluasi mutu: objek tercakup di tengah, kontras,
detil dan ketajaman baik, distorsi minimal. Distorsi vertical dilihat dari cingulum, yaitu jika
terjadi pemendekan maka cingulum akan menjadi lebih radiopak dengan ketebalan < 2 mm,
berbentuk lebih cembung. Selain itu, jika terjadi pemanjangan, cingulum akan menjadi lebih
diffuse dengan panjang > 2 mm dan bentuk mendatar. Pada kasus, terlihat gambaran cingulum
normal sehingga disimpulkan distorsi minimal dan radiograf dapat diinterpretasi

Dicurigai lesi tersebut merupakan granuloma atau kista. Granuloma atau kista dibedakan
berdasarkan ukuran dan batas tepi lesi. Lesi berukuran kurang lebih 1 mm yang menyerupai
ukuran kista, namun tidak terdapat batasan berupa garis radiopak yang mengelilingi lesi seperti
tulang kortikal yang menyerupai granuloma. Tidak ada penambahan/penurunan kepadatan tulang
sekitar, tidak terlihat reaksi jaringan sekitar, dan informasi masalah klinis lainnya.

Dapat terlihat irregularitas pada alveolar crest bagian distal sehingga dicurigai terjadi mild
chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan (karena tidak terdapat
informasi mengenai OHIS jadi tidak dapat disimpulkan penyebabnya plak dan kalkulus, tetapi
terlihat titik kontak yang buruk yang menyebabkan retensi makanan)

DD1: granuloma apikalis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan

DD2: kista apicalis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan

Syahfina

DD 1 : Abses Periodontal et causa TFO diperberat oleh unfavorable condition serta retensi
makanan.

DD 2 : Severe Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh
unfavorable condition dan TFO.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan informasi riwayat pasien:

Pasien laki-laki berusia 53 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan
keluhan utama gigi kiri belakang goyang.

Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan periodonsium→ kemungkinan kasus kelainan periodontal.

Pemeriksaan klinis:
● Vitalitas (–) → kemungkinan gigi nekrosis pulpa.
● Perkusi (+) → kemungkinan terdapat inflamasi akut pada periapikal gigi.
● Poket 5 mm → kemungkinan sudah ada kerusakan tulang bukan hanya perlekatan saja.
● Goyang derajat 2 → kemungkinan sudah ada kerusakan tulang.
● Plak dan kalkulus ++ → diasumsikan OH pasien buruk.

Resume:

General view:
● Kondisi gigi geligi: menuliskan gigi yang tidak normal (bukan perubahan) dari mulai
bentuk, malposisi, densitas, dan lain-lain.
● Terdapat gigi yang malposisi serta gigi dengan mahkota berbentuk tabung dan akar
mesial yang lebih runcing dari akar gigi molar seharusnya, yaitu berbentuk blunt. Akar yang
runcing akan cenderung membuat kerusakan jaringan periodontal lebih parah. Akar yang
berbentuk runcing akan cenderung mengoyak jaringan di sekitarnya dibandingkan akar yang
tumpul tekanan yang diberikan ke sekitarnya akan sama.

Pada pasien ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:


● Ketinggian tulang di mesial masih baik, lamina dura masih utuh→ bukan lesi
pulpoperiapikal, jadi diagnosis Abses Dentoalveolar tidak tepat. Karena, lesi belum belum
melibatkan sebagian besar alveolus yang membungkus akar gigi.
● Tujuan pemeriksaan melihat jaringan periodonsium kemungkinan ada keluhan
● Kondisi klinis berupa gigi goyang dan trauma
Sehingga, diagnosis yang tepat adalah Abses Periodontal et causa TFO diperberat oleh
unfavorable condition serta retensi makanan.

Sementara itu, differential diagnosis ditegakkan berdasarkan:


● Sisa ketinggian tulang di distal
● Tidak ada keluhan pulpoperiapikal pada informasi diagnostik dan tambalan juga masih
rapat.
Sehingga, differential diagnosis yang tepat adalah Severe Chronic Adult Localized Marginal
Periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh unfavorable condition dan TFO.

Tambahan catatan kasus lain:

● Di apikal gigi 24, terlihat adanya peningkatan densitas tulang di sekitar lesi, hal ini
menunjukkan bahwa lesi tersebut bersifat kronis, sehingga diagnosis Abses apikalis kronis
eksaserbasi akut lebih tepat dibandingkan dengan abses dini. Jika DD 1 adalah abses apikalis
kronis ekaserbasi akut, maka DD 2 yang tepat adalah granuloma terinfeksi, mengingat bahwa usia
pasien masih muda.
● Abses dentoalveolar merupakan abses yang melibatkan sebagian besar tulang alveolar
disekitar gigi. DD Abses periodontal karena keluhan pasien sering terselip makanan dan gusi
berdarah serta pada gambaran radiograf terdapat kerusakan marginal meluas dari ⅓ servikal
mencapai bifurkasi.
● Pada saat terjadi kegoyangan yang di evaluasi adalah kerusakan tulangnya bukan jaringan
periodontal nya.
● Pada pasien ini, gigi pasien patah hingga lebih dari setengah mahkota (kemungkinan
inflamasi berasal dari pulpoperiapikal) karena kecelakaan 2 bulan yang lalu (kemungkinan
inflamasi kronis). Dalam penentuan differential diagnosis, berarti perlu dihubungkan dengan lesi
traumatik.
● Pasien berusia 23 tahun dan saat ini tidak ada keluhan, sehingga differential diagnosis 1
yang tepat pada pasien ini adalah abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa
disertai mild chronic adult marginal localized periodontitis et causa OH buruk dan TFO, dan
differential diagnosis 2 adalah granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic
adult marginal localized periodontitis et causa OH buruk dan TFO.
● Link resume radio lengkap 21 April 2020:
https://docs.google.com/document/d/1AJyzZgwEUzEIPHTSilVelagh4bMmxra3HFoUAGQliV8/
edit

Athira
a. Informasi Diagnostik
Pasien laki-laki 35 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang), datang dengan keluhan gigi
kiri bawah sakit saat digunakan untuk mengunyah sejak 3 minggu yang lalu (kemungkinan
terjadi inflamasi kronis eksaserbasi akut). Pasien mengaku giginya pernah ditambal 1 tahun
yang lalu (kemungkinan kelainan berasal dari pulpoperiapikal).
Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan periapikal
Pemeriksaan objektif:
● Vitalitas (-) = kemungkinan mengalami nekrosis pulpa
● Perkusi (+) = kemungkinan ada inflamasi akut di apikal/eksaserbasi akut
● Palpasi (-)

b. Interpretasi Foto Radiograf


1.Evaluasi Mutu : Radiograf dapat diinterpretasi
2.General View : Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat gambaran radiopak meluas dari mesio
oklusal hingga tanduk pulpa pada salah satu gigi, gambaran radiopak pada distooklusal dan
gambaran radiopak pada oklusal salah satu gigi, titik kontak buruk, iregularitas pada alveolar
crest distal salah satu gigi, terdapat kehilangan lamina dura serta ruang periodontal tidak dapat
ditentukan pada 1/3 tengah hingga 1/3 apikal pada mesial dan distal salah satu gigi. Kelainan
berasal dari pulpoperiapikal disertai periodontal
c. Diagnosis
DD 1: Abses dentoalveolar kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild
Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis e.c retensi makanan
DD 1 ditegakkan berdasarkan informasi diagnostik yang didapatkan dari pemeriksaan subjektif
dan objektif sebagai berikut:

❖ Abses dentoalveolar kronis eksaserbasi akut ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif


OS berupa gigi kiri bawah sakit saat digunakan untuk mengunyah sejak 3 minggu yang lalu yang
menandakan terdapat inflamasi kronis eksaserbasi akut dan pernah ditambal 1 tahun yang lalu
yang menandakan asal kelainan berasal dari pulpoperiapikal, pemeriksaan klinis vitalitas (-)
menandakan gigi sudah mengalami nekrosis pulpa, perkusi (+) menandakan terdapat inflamasi
akut pada daerah periapikal, serta palpasi (-). Pada gambaran radiografi menunjukkan adanya
radiolusensi periapikal dengan bentuk membulat berdiameter 7 mm pada akar mesial dan distal
meluas mencapai bifurkasi dengan batas diffuse dan peningkatan densitas tulang di sekitar lesi.
Dengan melihat 7 clues letak dan perluasan lesi, apabila lesi sudah melebihi ⅓ apikal akar dan
meluas hingga tulang alveolar menunjukkan abses dentoalveolar.

DD2: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild Chronic
Adult Marginal Localized Periodontitis e.c retensi makanan

TIPS: Kalo diskusi sama Prof, foto sama informasi diagnostik taro di PPT background HITAM.
Slide 2 tulis dd1 dd 2. Jadi nanti yg di present tetep radiografnya, evaluasi dkk lo baca dari hp
atau tempat lain.

Tambahan: tadi gue interpretnya sama 5 anak 2015, ini catetannyaa:


● Granuloma → reaksi dari kanselus → gambaran tulang kanselus yang mengalami
peningkatan densitas. Ingat zona IKIS, yg dekat dengan trabekula itu zona stimulasi, sifatnya……
(?) Melokalisir lesi, jadi gambarannya mengikuti akar, membulat. Kalo granuloma biasanya
<1cm.
● Kista → likuefaksi (dari dalem) → dia bisa apapun ukurannya, karena aktivitas epitel, yg
membatasi juga epitel, jadi gambarannya lebih radiopak. Karena dari dalam jadi bentukannya
membulat. Kista diperkusi negatif.
● Kista terinfeksi → DD2 nya AAK (karena yang bisa ukurannya besar AAK)
● Ada penurunan tulang 2 mm dari CEJ, bener ga? → penurunan tulangnya diliat dari
posisi tulang yang normal (0,5-1,5 mm dari CEJ) !!!!!! Jadi mengalami penurunan tulang
sebanyak 0,5 mm

● Kalo mau evaluasi perio, harus yakin dimensi vertikalnya geometris
● Karies mencapai pulpa gaboleh disebut kalo udah ada nekrosis pulpa. Tidak ada
diagnosis karies mencapai pulpa kecuali dia emang PAK. Untuk diagnosis penyertanya yaitu
periodontitis marginalis, et cause bukan titik kontak yang tidak baik, tapi retensi makanannya
(kalo titik kontak yg tidak baik tapi bersih gabakal terjadi kelainan). Kalo bidang oklusi tidak
baik, bilangnya karena TFO
● Abses dentoalveolar: perluasannya hampir seluruhnya
● Kalo ditanya blm tentu salah, artinya harus dipertahanin
● 7 clues: untuk abses, lokasinya ada di 1/3 apical, radiolusen, bentuk ireguler, diameter 3
mm, efek lesi terhadap jaringan sekitar menyebabkan peningkatan densitas tulang rahang di
sekitar lesi
● Kalo masih ada di 1/3 apikal, DD kannya dengan granuloma aja, jgn abses dentoalveolar
● Abses dento di pedo jelas, karena rongga sumsum tulangnya besar → flare
● Kalo di lingual: sangat radiolusen. Dinding buccal: berkabut dan dinding buccal tdk
terlihat
● Perluasan kasus kak fira: perluasan ke lingual Karen dining buccal masih utuh
● Kalo ngikutin kelainan ikutin dari mana, apakah marginal, atau apical
● Dari gambaran radio terdapat radiolusensi yang seolah-olah mencapai bifurkasi, namun
perluasan ke arah lingual. Karena tulang di lingual dan bukal tipis dibandingkan mesial dan distal,
sehingga kemungkinan terjadi keterlibatan bifurkasi yang belum tentu karena kelainan
periodontal.
● Gigi Unfavourable condition tulis di general view

Retno

DD1: Abses periodontal et causa TFO diperberat oleh unfavorable condition dan retensi
makanan
DD2: Severe chronic adult localized marginal periodontitis et causa TFO diperberat oleh
unfavorable condition dan retensi makanan.Mutu → Distorsi vertical berupa pemendekan
(karena alveolar crest di atas CEJ) → berarti udah catut 1,5 mm. Berarti harus tambahin
kompensasi kerusakan tulangnya sebanyak 1,5 mm → moderate.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan informasi diagnostik pasien:


Perempuan, 50 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan keluhan
gigi goyang pada kanan atas belakang (kemungkinan terdapat kehilangan tulang)
Pemeriksaan klinis:
gigi 16 poket 9mm → kemungkinan sudah ada kerusakan tulang bukan hanya perlekatan
saja
goyang derajat 2 → kemungkinan sudah terjadi kerusakan tulang
Vitalitas (-) → kemungkinan gigi nekrosis pulpa
Perkusi (–) → kemungkinan tidak terdapat inflamasi akut di periapikal

Resume:
Pada foto radiograf tidak terjadi distorsi baik secara vertikal maupun horizontal. Namun,
ketajaman radiograf kurang baik, terlihat gambaran terlalu radiopak hingga bagian hitam
terlihat berkabut akibat underdeveloped, sehingga perlu diperbaiki.
Pemilihan DD1 ditentukan berdasarkan keluhan pasien berupa gigi goyang dan secara
klinis terdapat poket 9 mm. Selain itu, secara radiograf lesi hanya terlihat pada salah satu
sisi saja, sehingga lesi bukan berasal dari pulpoperiapikal.
Selain itu, terlihat pula gambaran akar gigi molar yang lebih runcing dengan mahkota
berbentuk tabung (unfavorable condition). Kemudian penentuan DD2 kasus ini
berdasarkan gambaran kehilangan tulang hingga sepertiga apikal yang terjadi secara
vertikal. Meskipun masih terlihat ketinggian tulang yang baik pada bagian distal, tetapi
diagnosis ditentukan berdasarkan kerusakan yang terparah.

Resume lengkap kasus kasus hari ini :


https://docs.google.com/document/d/1dsQUjoIizTy0b9-Jlpl9SEQLn-
RNbj9KtjYNwWjNDUg/edit
Sandra

Resume:
DD1: Abses periodontal e.c TFO diperberat oleh retensi makanan dan unfavorable condition.

Alasan: Informasi diagnostik menyebutkan bahwa adanya poket 9 mm dan kegoyangan gigi derajat 2
yang menandakan adanya kerusakan tulang yang dalam (secara radiografis penurunan tulang telah
mencapai ⅓ apikal akar), vitalitas pulpa negatif yang menunjukkan nekrosis pulpa, terdapat unfavorable
condition berupa akar gigi molar yang lebih runcing dan mahkota yang berbentuk tabung dimana hal ini
dapat menyebabkan adanya kerusakan jaringan periodontal yang parah, serta terdapat perbedaan tingkat
kerusakan antara sisi mesial dengan sisi distal.
DD2: Severe adult chronic marginal localized periodontitis e.c TFO diperberat oleh retensi makanan dan
unfavorable condition.

Alasan: Memiliki gambaran yang mirip dengan abses periodontal berupa adanya penurunan tulang hingga
mencapai ⅓ apikal akar, kerusakan tulang tidak agresif dan sesuai dengan faktor lokal.

Tambahan pertanyaan ke kakak-kakak dari prof.


- Tercakup artinya objek yang ingin dilihat tercakup dan ada reference site.
- Cara evaluasi tulang kortikal: tinggi dari CEJ 0.5-1.5mm, tulang kortikal dengan lamdurnya
kontinu, outline reguler, tidak ada penebalan maupun penyempitan, densitasnya normal.
- Yang mengelilingi kista itu epitel ya, bukan alveolar crest.

Talithad

Informasi Diagnostik:
Pasien laki-laki 29 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan gigi
depan atas menghitam (kemungkinan nekrosis pulpa), dengan pemeriksaan klinis gigi 21 vitalitas
(-) (kemungkinan terjadi nekrosis pulpa) dan perkusi (+) (kemungkinan terdapat inflamasi akut
pada periapikal). Dilakukan foto radiografi dental untuk melihat kondisi periapikal.

DD1: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan dengan diperberat TFO.
DD2: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan dengan diperberat TFO.

Resume:
● Evaluasi mutu tidak ada yang salah (sudah baik)
● Kalau abses apikalis akut harusnya ada kondisi sakit saat datang ke dokter gigi.
● Kalau kondisi gigi menghitam itu tidak mungkin akut, karena gigi berubah warna itu
butuh waktu.
● Kalau ada gigi yang tumpang tindih, kemungkinan ada kondisi TFO
● Gunakan semua informasi yang ada untuk menegakkan D dan DD, jangan hanya terpusat
pada lesi yang ada saja.

Puput (20 Oktober 2020)


Kasus persis sama Talitha.
DD 1 sama persis, DD 2 : Granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic
adult marginalis lokalis periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan DD 2 : Karena terdapat gambaran
berkabut dengan batas tidak jelas di ⅓ apikal serta usia pasien yang masih 29 tahun sehingga
kemungkinan metabolisme tulangnya masih seimbang.
Catatan Diskusi
● Kontras dilihat dari perbedaan radiopak dan radiolusen. Dilihat dengan bagian yang tidak
radiolusen berwarna hitam seperti karbon.
● Untuk membedakan karies dengan yang lainnya bisa dilihat dari radiodensitas, lokasi,
batas tepi, efek terhadap jaringan sekitar, bentuk dan ukurannya. Untuk karies memliki
batas tepi yang irreguler.
● Untuk mengetahui lamina dura disusuri dari awal alveolar crest.
● Perkusi (+) menandakan eksaserbasi akut.
● Umur pasien 29 tahun menandakan de bahwa keadaan metabolisme pasien masih
seimbang sehingga kemungkinan DD2-nya granuloma terinfeksi dan dilihat dari
perluasan lesinya juga.
Hanna Maurisa

Informasi Diagnostik:

Laki-laki, 37 tahun (kemungkinan metabolisme masih seimbang) dengan keluhan utama ingin
membuat gigi palsu. Tujuan pemeriksaan untuk melihat kondisi periodontal dengan pemeriksaan
klinis gigi 47 vitalitas + (kemungkinan gigi masih vital), poket 4 mm (kemungkinan sudah ada
kerusakan tulang bukan hanya perlekatan saja), plak dan kalkulus ++ (diasumsikan OH pasien
buruk).

DD1: Moderate adult chronic localized marginalized periodontitis et causa OH buruk dan retensi
makanan dengan diperberat TFO.
DD2: Severe adult chronic localized marginalized periodontitis et causa OH buruk dan retensi
makanan dengan diperberat TFO.

Resume:

● Pada gambaran radiograf, objek tercakup dan terletak di tengah.


● Objek tercakup, yaitu objek yang ingin diinterpretasi tercakup seluruhnya. Pada kasus ini
pemeriksaan bertujuan untuk melihat kondisi periodontal sehingga seluruh jaringan periodonsium
harus terlihat jelas. Jika terdapat lesi, maka seluruh lesi harus terlihat hingga batas dengan tulang
atau bagian yang normal terlihat.
● Pada gambaran radiografik terdapat jarak antara cusp bukal dan lingual yang
menunjukkan adanya distorsi vertikal minimal berupa pemanjangan.
● Yang mempengaruhi hasil DD, yaitu gambaran general view, yaitu berupa kehilangan
gigi 46 sehingga mengakibatkan garis oklusi dan titik kontak yang tidak baik, terdapat penurunan
tulang hingga 1/3 tengah akar, serta kehilangan lamina dura pada 1/3 servikal akar mesial dan
distal.

Nisyia

Informasi Diagnostik :
Pasien Laki laki usia 37 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan
utama : tambalan lepas (kelainan berasal dari pulpoperiapikal) , dengan pemeriksaan klinis : 21
Vitalitas – ( kemungkinan terjadi nekrosis pulpa) , perkusi + (kemungkinan terdapat inflamasi
akut pada periapikal). Dilakukan foto radiograf dental untuk melihat kondisi periapikal

DD 1 : Granuloma apikalis terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan

DD 2 : Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan

Resume :
Untuk evaluasi mutu terjadi distorsi vertikal berupa pemendekan karena alveolar diatas CEJ,
cingulum opak dan trabekula memadat. Pada usia pasien ini bisa dipakai pola trabekulasinya pada
usia muda seharusnya trabekula masih renggang renggang bukan memadat seperti ini. General
view yang mendukung DD : terjadinya kerusakan alveolar crest, kehilangan ruang periodontal
dan lamina dura terputus di ⅓ apikal, titik kontak tidak baik. Batas tepi lesi jelas, kanselus
berusaha melokalisir lesi. Perkusi + menandakan granuloma terinfeksi

Fatima Azzahra

Informasi Diagnostik:
Pasien laki-laki 35 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang), datang dengan keluhan gigi
kiri bawah sakit saat digunakan untuk mengunyah sejak 3 minggu yang lalu (kemungkinan
terjadi inflamasi kronis eksaserbasi akut). Pasien mengaku giginya pernah ditambal 1 tahun
yang lalu (kemungkinan kelainan berasal dari pulpoperiapikal).
Tujuan pemeriksaan: Melihat keadaan periapikal
Pemeriksaan objektif:
● Vitalitas (-) = kemungkinan mengalami nekrosis pulpa
● Perkusi (+) = kemungkinan ada inflamasi akut di apikal/eksaserbasi akut
● Palpasi (-) = kemungkinan belum ada pembengkakan
Evaluasi Mutu
1. Evaluasi Mutu : Kontras, detil, ketajaman cukup baik. Radiograf dapat diinterpretasi
2. General View : Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat gambaran radiopak meluas
dari mesio oklusal hingga tanduk pulpa pada salah satu gigi, gambaran radiopak pada
distooklusal dan gambaran radiopak pada oklusal salah satu gigi, titik kontak buruk,
iregularitas pada alveolar crest distal salah satu gigi, terdapat kehilangan lamina dura
serta ruang periodontal tidak dapat ditentukan pada 1/3 tengah hingga 1/3 apikal pada
mesial dan distal salah satu gigi. Kelainan berasal dari pulpoperiapikal disertai
periodontal

Diagnosis
DD 1: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild Chronic
Adult Marginal Localized Periodontitis e.c retensi makanan

DD2: Abses dentoalveolar kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild
Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis e.c retensi makanan

Resume
DD 1 ditegakkan berdasarkan informasi diagnostik yang didapatkan dari pemeriksaan
subjektif dan objektif sebagai berikut:

❖ Abses Apikalis Kronis Eksaserbasi Akut ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif OS


berupa gigi kiri bawah sakit saat digunakan untuk mengunyah sejak 3 minggu yang
lalu yang menandakan terdapat inflamasi kronis eksaserbasi akut dan pernah ditambal
1 tahun yang lalu yang menandakan asal kelainan berasal dari pulpoperiapikal,
pemeriksaan klinis vitalitas (-) menandakan gigi sudah mengalami nekrosis pulpa,
perkusi (+) menandakan terdapat inflamasi akut pada daerah periapikal, serta palpasi
(-). Pada gambaran radiografi menunjukkan adanya radiolusensi periapikal dengan
bentuk membulat berdiameter 7 mm pada akar mesial dan distal meluas dari area
apical mencapai bifurkasi dengan batas diffuse dan peningkatan densitas tulang di
sekitar lesi. Dengan melihat 7 clues letak dan perluasan lesi,lesi sudah melebihi ⅓
apikal akar dan meluas hingga tulang alveolar namun pada bifurkasi perluasan dari
apical abses nya masih convince di apical area yang menunjukkan abses apikalis
kronis.
❖ Diagnosis mild chronic adult marginalis localized periodontitis ditegakkan
berdasarkan gambaran radiografi menunjukkan iregularitas pada alveolar crest distal
gigi 36, serta titik kontak yang tidak baik menyebabkan terjadinya retensi makanan.
Kelainan periodontal kemungkinan disebabkan oleh retensi makanan.
DD 2 Abses Dentoalveolar karena tidak dapat dilihat pada dimensi ketiga. Dimensi ketiga
pada tulang tidak dapat dilihat namun jika dilihat dari penyebabnya yaitu dari gigi tidak meluas
hingga dimensi ketiga (masih di oklusal dan ke arah mesial)

● Penegakan diagnosis suatu elemen gigi berdasarkan semua informasi diagnostik yang ada
(rasa sakit yang dialami pasien). Pada kasus ini kedua akar gigi mengalami lesi
pulpoperiapikal. Pada gigi akar ganda untuk menegakkan diagnosis dapat dilihat antara akar
mesial dan distal di padukan dengan informasi diagnostik yang ada (pasien datang dengan
keluhan sakit saat mengunyah, pernah ditambal 1 tahun yang lalu, perkusi positif. Untuk
zona IKIS-nya (ideep nfeksi, kontaminasi, iritasi, stimulasi) yang stimulasinya lebih bagus
yaitu pada akar mesial artinya dia telah berusaha melokalisir lesi sehingga rasa sakit yang
dialami pasien bukan berasal dari akar mesial.
● Pada kasus ini terdapat keterlibatan furkasi perluasan dari kelainan pulpoperiapikal mesial
dan distal dimana locus minoris resistance nya ke arah medial (ke arah yang tahanannya
rendah). Untuk melihat keparahan, dapat dilihat dimana area yang lebih flare atau lebih
menyebar (harus tembus lamina dura)
Halimah Hasan

Informasi Diagnostik
Perempuan 43 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang ke RSKGM FKG UI
dengan keluhan ingin membersihkan karang dan gusinya sering berdarah saat sikat gigi
(kemungkinan kelainan berasal dari periodontal)

Tujuan pemeriksaan melihat keadaan periodontal


• Pemeriksaan objektif:
• Vitalitas (+)
• BOP (+) (kemungkinan terdapat inflamasi pada periodontal)

Evaluasi mutu:
● Objek tercakup dan terletak di tengah
● Kontras cukup, detil dan ketajaman baik
● Daerah interdental terlihat jelas
● Cusp palatal terlihat sebidang
● Terdapat distorsi vertikal (pemanjangan pada gigi 31 dan 41)

General View : Terdapat malposisi pada gigi 32, titik kontak buruk (tidak ada) dan garis oklusi
tidak seimbang

Diagnosis :
DD 1: Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat
TFO dan retensi makanan
DD 2: Mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat TFO dan
retensi makanan

Allesandra Fitri A.
Pasien Laki-laki 33 tahun (kemungkinan
metabolisme seimbang), datang dengan
keluhan gigi belakang kiri atas susah
dibersihkan.
Pemeriksaan klinis: gigi 27 vitalitas (-)
(nekrosis pulpa), perkusi (+) (inflamasi akut
pada periapikal).
Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan
periapikal.

DD1: Abses dini e.c nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult marginalis lokalis
periodontitis e.c retensi makanan dan TFO.
Alasan: vitalitas gigi (-) (nekrosis pulpa), perkusi (+) (adanya inflamasi akut pada periapikal),
dan lamina dura putus. Lesi berupa radiolusensi irregular berbatas tidak jelas. Pada kasus, ini lesi
terlihat lebih besar daripada ukuran aslinya karena adanya superimpose antara lesi dengan
struktur radiolusen seperti sinus. Seharusnya, lesi berukuran lebih kecil daripada yang terlihat.

DD2: Abses apikalis kronis e.c nekrosis pulpa disertai dengan mild chronic adult marginalis
lokalis periodontitis e.c retensi makanan dan TFO.
Alasan: Memiliki gambaran yang mirip dengan abses dini. Akar gigi 27 yang superimposed
dengan sinus menyebabkan abses terlihat lebih besar daripada ukuran aslinya.

Resume:
● Terjadi pemendekan pada kasus ini. Dilihat dari cusp bukal-palatal gigi 25 yang tidak
berhimpit (normalnya berhimpit) dan alveolar crest antara gigi 24 dan 25 makin mendekati ke
CEJ. Gigi 27 rusak dan gigi 26 terpotong film sehingga tidak dapat menjadi referensi untuk
distorsi vertikal.
● Pada specific view perlu dijelaskan perluasan dari radiolusensi mahkota. Pada kasus ini
radiolusensi pada distooklusal mahkota gigi 27.
● Pada 7 clues dijelaskan lokasi lesi pada kasus ini adalah bagian distal pada 1⁄3 apikal akar
palatal.
● Sinus terletak lebih dekat dengan film. Gambarannya akan seperti pada akar gigi 26 pada kasus
ini. Namun, terlihat gigi 27 kehilangan lamina dura dan terlihat lebih dekat dengan film. Oleh
karena itu, gigi 27 dicurigai masuk ke dalam sinus.

Christhania C

Gigi 12

DD 1: Abses apikalis dini et causa nekrosis pulpa, disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis e.c retensi makanan

Diagnosis Abses apikalis dini ditegakkan dari pemeriksaan objektif: vitalitas (-) (nekrosis pulpa),
perkusi (+) (terdapat inflamasi akut pada periapikal), dan pemeriksaan radiologi menunjukkan
terdapat kehilangan lamina dura pada 1/3 apikal gigi 12. Terdapat lesi radiolusen berkabut pada
1/3 apikal gigi 12 dengan bentuk mengikuti 1/3 apikal dengan ukuran + 1 mm, batas diffuse, dan
tidak ada efek lesi terhadap jaringan sekitar.

DD 2: Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa, disertai mild chronic adult marginal
localized periodontitis e.c retensi makanan
Gambaran radiografi periodontitis apikalis kronis menyerupai abses apikalis dini. Namun yang
membedakan pada periodontitis apikalis kronis lamina dura belum terputus.

Informasi diagnostik:
Pasien laki-laki 32 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan
gigi-gigi kiri atas ingin ditambal.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan pada gigi 11,12,dan 13:
· Vitalitas (-) → kemungkinan sudah nekrosis pulpa
· Perkusi (+) → kemungkinan terdapat inflamasi akut di periapikal

Resume:
Dari evaluasi mutu radiograf ini, jarak servikoinsisal cingulum lebih besar dari 2 mm dan
cingulum terlihat lebih radiopak sehingga dapat disimpulkan terjadi distorsi vertikal berupa
pemendekan. Untuk garis oklusi ditulis sebidang, bukan baik.

Olivia Kurnia Wijayanti (18 September 2020)


Informasi Diagnostik:

Pasien wanita, 55 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) , datang dengan keluhan
gusi kiri atasnya sering berdarah (kemungkinan kelainan berasal dari periodontal).

Pemeriksaan klinis:

Gigi 26

Vitalitas (+): Kemungkinan gigi masih vital

Perkusi (-): Kemungkinan tidak terdapat inflamasi akut di periapikal

Gigi 27

Vitalitas (+): Kemungkinan gigi masih vital

Perkusi (-): Kemungkinan tidak terdapat inflamasi akut di periapikal

DD1: Mild Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan: Keluhan pasien gusi kiri atasnya sering berdarah, vitalitas (+) → kemungkinan gigi masih
vital, perkusi (-) → kemungkinan tidak terdapat inflamasi akut di periapikal. Mild karena
ditemukan irregularitas alveolar crest (penurunan tulang kortikal alveolar crest 1 mm dari tempat
seharusnya).
DD2: Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan: Memiliki gambaran yang mendekati dengan Mild periodontitis.

Catatan Interpretasi:

Kontras: dapat membedakan radiopak dan radiolusen pada gambar. Kontras yang baik dinilai dari
daerah yang tidak ada objek memperlihatkan radiodensitas sehitam karbon. Pada kasus, terdapat
beberapa daerah yang abu-abu, maka kontras dikatakan cukup.

Mild → ditandai crest irregularities

Moderate → Kehilangan tulang >1 mm dari tempat seharusnya hingga setengah panjang akar gigi

Severe → Kehilangan tulang > setengah panjang akar gigi

Tidak perlu menyertakan diperberat TFO karena tidak ditemukan tanda-tanda trauma from
occlusion.

Tasya Alma (16 September 2020)

Informasi diagnostik:
Pasien wanita 32 tahun (metabolismenya masih seimbang) datang dengan keluhan gigi kanan
bawah sakit bila mengunyah (terdapat inflamasi akut di periapikal). Berdasarkan pemeriksaan
klinis, didapati gigi 46 vitalitas - (terjadi nekrosis pulpa) dan perkusi + (terdapat inflamasi
akut di periapikal). Kemudian, gigi 47 vitalitas + (gigi masih vital, belum terjadi nekrosis
pulpa) dan perkusi – (tidak terdapat inflamasi akut di periapikal).

● DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized marginal
periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Alasan: keluhan pasien sakit saat mengunyah, vitalitas gigi (-) (nekrosis pulpa), perkusi (+)
(terdapat inflamasi akut di periapikal), lesi terletak pada ⅓ apikal akar mesial gigi 46

● DD2: Granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized marginal
periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Alasan: keluhan pasien sakit saat mengunyah, vitalitas gigi (-) (nekrosis pulpa), perkusi (+)
(terdapat inflamasi akut di periapikal), lesi terletak pada ⅓ apikal akar mesial gigi 46 dan terdapat
peningkatan densitas tulang di sekitar lesi

Evaluasi mutu:
● Tidak terjadi distorsi vertikal maupun distorsi horizontal
● Radiograf dapat diinterpretasi

GENERAL VIEW:
● Kondisi gigi geligi
○ Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat malposisi pada salah satu gigi
● Perubahan pada gigi geligi
○ Terdapat gambaran radiolusensi yang meluas dari distooklusal mencapai pulpa pada salah
satu gigi, gambaran radiopak pada mesiooklusal dan gambaran radiopak pada oklusal
salah satu gigi
● Hubungan gigi geligi
○ Titik kontak buruk, garis oklusi buruk
● Kondisi jaringan periodonsium
○ Terjadi perubahan
● Perubahan pada jaringan periodonsium
○ Terjadi kerusakan tulang kortikal dan penurunan tulang alveolar pada distal salah satu
gigi, kehilangan lamina dura dan ruang periodontal pada 1/3 apikal mesial dan distal
salah satu gigi
● Hubungan gigi dengan jaringan periodonsium
○ Radiolusensi pada salah satu mahkota gigi menyebabkan titik kontak buruk sehingga
terjadi kerusakan tulang kortikal dan penurunan tulang alveolar, serta kehilangan lamina
dura dan ruang periodontal
● Kondisi tulang rahang
○ Terjadi perubahan
● Perubahan tulang rahang
○ Terjadi peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi akar distal gigi 46
● Hubungan gigi, jaringan periodonsium, dan tulang rahang
○ Radiolusensi yang meluas mencapai pulpa menyebabkan terjadinya kerusakan tulang
kortikal dan penurunan tulang alveolar, kehilangan lamina dura dan ruang periodontal,
serta peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi
● Kesimpulan kelainan secara umum
○ Pulpoperiapikal disertai periodontal

Catatan Interpretasi:
● Gambaran oklusal gigi 46 tampak rata, kemungkinan terdapat kebiasaan buruk bruxism
● Evaluasi distorsi vertikal tidak menggunakan cusp karena kondisi cusp yang rata akibat bruxism,
evaluasi dengan melihat keadaan tulang kortikal di sisi mesial gigi 46 (kondisi masih normal)
● Belum terdapat peningkatan densitas tulang pada akar mesial gigi 46, kondisi ruang periodontal
masih melebar, menandakan lesi masih berusaha melokalisir/membentuk zona stimulasi, masih
menimbulkan keluhan rasa sakit
● Peningkatan densitas tulang di sekitar lesi berarti terdapat penyempitan tulang kanselus yang merapat,
menandakan sudah terbentuk zona stimulasi, lesi sudah terlokalisir, tidak menimbulkan keluhan
kecuali pada kondisi terinfeksi (perkusi +)

Irene Aimee dan Almas Edita

Wanita 45 tahun (kemungkinan metabolisme sudah tidak seimbang) datang dengan keluhan
gusinya sering berdarah di gigi depan kanan atas (kemungkinan terjadi kelainan periodontal)
Pemeriksaan klinis gigi 12:
Vitalitas (+) , Perkusi (-) → gigi masih vital dan tidak terdapat kelainan periapikal

Eval mutu :

Objek tercakup, tetapi tidak terletak ditengah serta jarak antara incisal dengan tepi
film radiograf >2mm
Kontras, detail, dan ketajaman baik
Daerah interdental tidak terlihat jelas
Jarak servikoincisal cingulum 2mm
Terdapat distorsi horizontal
Radiograf dapat diinterpretasi
Gen View :

bentuk dan ukuran gigi normal


terdapat radiolusensi di distal mahkota salah satu gigi
tidak terdapat titik kontak dan garis oklusi tidak sebidang
terjadi perubahan jaringan periodonsium
terdapat kehilangan tulang kortikal pada alveolar crest dan penebalan lamina dura pada salah satu gigi
tidak adanya titik kontak dan garis oklusi yang buruk menyebabkan kehilangan tulang kortikal pada alveolar crest
serta penebalan lamina dura di salah satu gigi
kondisi tulang rahang normal
tidak terjadi perubahan tulang rahang
tidak adanya titik kontak dan garis oklusi yang buruk menyebabkan kehilangan tulang kortikal pada alveolar crest
serta penebalan lamina dura di salah satu gigi, tetapi tidak menyebabkan perubahan tulang rahang
kelainan berasal dari periodontal

DD1 : Mild adult chronic localized marginal periodontitis et causa retensi makanan
diperberat oleh TFO

Alasan : pada sisi distal gigi 12 belum terjadi penurunan tulang (±1,5 mm dari CEJ) hanya terjadi
kehilangan tulang kortikal dan bentuk alveolar crest menjadi ireguler sehingga masih termasuk
mild. TFO karena garis oklusi tidak sebidang dan terjadi penebalan lamina dura. Retensi makanan
terjadi dikarenakan hilangnya titik kontak gigi 12 dan 13.

DD2 : Moderate adult chronic localized marginal periodontitis et causa retensi makanan
diperberat oleh TFO

Alasan : memiliki gambaran radiograf yang mirip dengan mild periodontitis

Resume :

● Penegakkan diagnosis kelainan periodontal harus ditentukan dari sisi yang lebih parah.

● Seperti pada kasus ini sisi distal gigi 12 memiliki kondisi alveolar crest yang lebih parah yaitu
bentuk yang ireguler dan kehilangan tulang kortikal dari pada sisi mesial gigi 12 → sehingga
diagnosis mild periodontitis ini berdasarkan sisi distal gigi 12
● Terjadi distorsi horizontaal → titik kontak gigi 13,14,15 overlap

● Posisi foto harusnya untuk gigi 13 dan tidak ada kontak antara 12 dan 13
Hanaa, Cacu, Nx (22 Sept 2020)

Gigi 46 (hanaa)
Informasi diagnostik
Pasien Perempuan, 32 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang),
datang dengan keluhan makanan sering menyangkut di rahang kanan
bawah (kemungkinan kelainan berasal dari periodontal).
Pemeriksaan klinis :
Gigi 46 : vitalitas (+) (kemungkinan gigi vital), perkusi (-)
(kemungkinan tidak ada inflamasi akut pada periapikal)
Gigi 47 : vitalitas (+) dan perkusi (-)
DD 1 : Mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan
Alasan :

1. Gigi masih vital dan perkusi (-) menandakan tidak ada inflamasi pada daerah periapikal

2. Terdapat retensi makanan yang disebabkan oleh titik kontak yang buruk sehingga kemungkinan
kelainan berasal dari periodontal

3. Sudah terdapat irregularitas pada cortical crest bagian distal gigi 46

4. Garis oklusi masih sebidang yang menandakan tidak terdapat TFO

DD 2 : Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan


Alasan : Karena memiliki gambaran radiograf yang mendekati mild periodontitis . Namun pada
moderate sudah disertai penurunan tulang >1mm dari tempat seharusnya sampai ½ akar

Catatan Diskusi : Distorsi vertikal yang terjadi berupa pemendekan dikarenakan alveolar crest
lebih ke arah mahkota. Selain itu cusp bukal dan lingual tidak sebidang (>1mm) sedangkan
pada M1 mandibula seharusnya cusp bukal dan lingual hampir berhimpit (jarak sekitar 1 mm)

Gigi 36 (Marsha Griselda)


DD : Gingival abscess disertai mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa
retensi makanan

Alasan :

- Gingival abscess karena berdasarkan informasi diagnostik terdapat bengkak pada regio 36-37
disertai ulser keputihan serta material asing yang menusuk bagian alveolar crest

- Terdapat kerusakan pada tulang kortikal berupa irregularitas pada alveolar crest dan penurunan
tulang sebesar 1 mm dari tempat yang seharusnya

- Terdapat kehilangan titik kontak pada sisi mesial dan distal gigi 36 yang menyebabkan terjadinya
retensi makanan
Catatan Diskusi :

Diagnosis gingival abscess ditegakkan berdasarkan informasi diagnostik pasien yaitu dengan
keluhan utama berupa munculnya bengkak pada gusi bagian bukal pada rahang bawah kiri sejak 2
hari lalu dan hasil pemeriksaan klinis berupa bengkak di regio 36-37 dengan ulser keputihan,
serta pada gambaran radiografis nampak benda asing yang menekan tulang kortikal yang
menyebabkan abses.

Gigi 11 (nabxav)
DD1: Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
localized marginal periodontitis et causa retensi makanan

Diagnosis periodontitis apikalis kronis ditegakkan dari pemeriksaan objektif: vitalitas (-) (nekrosis
pulpa), perkusi (+) (terdapat inflamasi akut pada periapikal), dan pemeriksaan radiologi menunjukkan
terdapat pelebaran ruang periodontal tanpa terputusnya lamina dura pada 1/3 apikal gigi 11. Diagnosis
kelainan periodontal berupa moderate periodontitis dikarenakan kerusakan tulang sudah lebih dari
15% panjang akar gigi (atau lebih dari 2 mm)

DD2: Abses dini et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult localized marginal
periodontitis et causa retensi makanan

Gambaran radiografi periodontitis apikalis kronis menyerupai abses apikalis dini. Namun yang
membedakan pada abses apikalis dini lamina dura sudah terputus.

Resume: perlu ditambahkan keterangan lokasi kelainan periodontal, yaitu di marginal


Dinda (29 September 2020)

Informasi diagnostik:
Pasien perempuan 29 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan
ingin menambal gigi kanan bawah belakangnya (kemungkinan kelainan berasal dari
pulpoperiapikal). Pasien mengaku gigi tersebut sakit bila makan (kemungkinan terjadi infeksi
akut).

Pemeriksaan klinis:
Gigi 47 vitalitas (-) (kemungkinan sudah nekrosis pulpa), perkusi (+) (kemungkinan terjadi
inflamasi akut di periapeks), palpasi (-) (kemungkinan belum terjadi pembengkakan)
OHIS 2,2 (sedang)

DD1 : Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized
marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat titik kontak buruk
Alasan:
● AAK → vitalitas (-) kemungkinan sudah nekrosis pulpa, perkusi (+) kemungkinan terjadi
inflamasi akut pada periapeks, struktur interna lesi radiolusen berkabut dan berbatas difus, lamina
dura hilang pada ⅓ apikal, terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar lesi (menandakan bahwa
lesi bersifat kronis).
● Mild chronic adult localized marginal periodontitis → terdapat iregularitas puncak alveolar,
adanya titik kontak yang buruk menyebabkan retensi makanan.

DD2 : Granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized
marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat titik kontak buruk
Alasan:
● Granuloma terinfeksi → vitalitas (-) kemungkinan sudah nekrosis pulpa, struktur interna lesi
radiolusen berkabut, lamina dura hilang pada ⅓ apikal, terjadi peningkatan densitas tulang di
sekitar lesi (menandakan bahwa lesi bersifat kronis) dan sebagai bentuk pertahanan untuk
melokalisir lesi (usia pasien masih muda), perkusi (+) menandakan bahwa granuloma terinfeksi.
● Mild chronic adult localized marginal periodontitis → terdapat iregularitas puncak alveolar,
adanya titik kontak yang buruk menyebabkan retensi makanan.

Evaluasi mutu:
● Tercakup dan terletak di tengah, kontras detil ketajaman baik, daerah interdental jelas, cusp bukal
lingual sebidang, distorsi minimal
● Radiograf dapat diinterpretasi

General view:
● Kondisi gigi geligi
○ Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat malposisi pada salah satu gigi
● Perubahan pada gigi geligi
○ Terdapat radiolusensi mencapai pulpa pada mahkota salah satu gigi
● Hubungan gigi geligi
○ Titik kontak buruk, garis oklusi sebidang
● Kondisi jaringan periodonsium
○ Terjadi perubahan
● Perubahan pada jaringan periodonsium
○ Terdapat iregularitas pada puncak alveolar salah satu gigi, penebalan lamina dura dan
pelebaran ruang periodontal hingga ⅓ tengah gigi, serta hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal pada apikal salah satu gigi
● Hubungan gigi dengan jaringan periodonsium
○ Titik kontak yang buruk menyebabkan terjadinya iregularitas pada puncak alveolar salah
satu gigi, penebalan lamina dura dan pelebaran ruang periodontal pada hingga ⅓ tengah,
serta radiolusensi pada mahkota menyebabkan hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal di apikal salah satu gigi
● Kondisi tulang rahang
○ Terjadi perubahan
● Perubahan tulang rahang
○ Terjadi peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi pada apikal salah satu gigi
● Hubungan gigi, jaringan periodonsium, dan tulang rahang
○ Titik kontak yang buruk menyebabkan terjadinya iregularitas pada puncak alveolar salah
satu gigi, penebalan lamina dura dan pelebaran ruang periodontal pada hingga ⅓ tengah,
serta radiolusensi pada mahkota menyebabkan hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal di apikal serta peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi pada apikal
salah satu gigi
● Kesimpulan kelainan secara umum
○ Pulpoperiapikal disertai periodontal

Catatan diskusi:
● Alveolar crest pada distal gigi 47 tidak dapat dievaluasi.
Sasha (29 September 2020)*

Informasi Diagnostik
Pasien laki-laki 50 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan keluhan gigi kanan
bawah belakang sakit saat mengunyah (adanya inflamasi akut di periapikal) sejak 1 tahun yang lalu
(inflamasi kronis eksaserbasi akut). Kurang lebih 3 tahun yang lalu, gigi tersebut mengalami nyeri saat
makan dan nyeri tersebut menetap hingga beberapa jam. Pasien pernah mengkonsumsi obat pengurang
rasa sakit berupa asam mefenamat. Sebelumnya pasien tidak pernah ke dokter gigi untuk merawat gigi
tersebut.

Pemeriksaan objektif :
Gigi 47 karies D6, dengan kerusakan mahkota di oklusal dan distal (kemungkinan kelainan berasal dari
pulpoperiapikal). Gigi tidak mengalami kegoyangan.
Vitalitas (-) → nekrosis pulpa
Perkusi (+) → inflamasi akut di periapikal
Palpasi (-) → tidak ada abses akut

Diagnosis
DD1 :
Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan, diperberat oleh TFO.
DD2 :
Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized periodontitis
et causa retensi makanan, diperberat oleh TFO.

Catatan Diskusi
- Alveolar crest di mesial gigi 47 tidak mengalami penurunan (jarak CEJ-alveolar crest ±1 mm), hanya
kehilangan tulang kortikal. Sementara itu, alveolar crest di distal gigi 47 tidak dapat dievaluasi.
- Lamina dura di bagian distomedial akar gigi 47 masih utuh, furkasi masih normal, belum terjadi
penurunan tinggi tulang.
- Reference site untuk melihat densitas tulang selain di bawah gigi 46 juga bisa di bagian distal gigi 48.
- Kondisi alveolar crest:
Alveolar crest di bagian mesial gigi 47 mengalami kerusakan dalam arah horizontal, tulang kortikal
sudah tidak ada, dan tulang kanselus mengalami penurunan densitas. Alveolar crest di bagian distal gigi
47 tidak dapat dievaluasi.
- Pada kasus ini, pasien berusia 50 tahun. Pasien tidak mengalami penurunan tulang dan periodontitis
yang dialami pasien bersifat mild. Dengan demikian, penyebabnya bukan karena oral hygiene yang
buruk, melainkan karena tidak adanya titik kontak antara gigi 46 dan 47 sehingga terdapat retensi
makanan. Oleh karena itu, DD yang tepat sebaiknya “et causa retensi makanan, diperberat oleh TFO”.

Hazhi (30 September 2020)

Informasi Diagnostik:
Pasien laki-laki berusia 30 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan
gigi kanan bawah belakang berlubang. 6 bulan sebelumnya, pasien pernah merasa sakit jika
masuk makanan (kemungkinan eksaserbasi akut)
Pemeriksaan klinis: (Gigi 47)
Vitalitas (-) → gigi non vital, kemungkinan terjadi nekrosis pulpa
Perkusi (+) → kemungkinan terjadi inflamasi akut di apikal
Palpasi (-) → kemungkinan tidak terdapat abses akut

DD 1: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic
adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan → Pada ⅓ apikal akar gigi 47 terlihat gambaran radiolusensi berkabut dengan batas tidak
jelas. Selain itu, pada mahkota gigi 47 tampak gambaran radiolusensi yang mencapai kamar
pulpa. Gigi sudah non-vital akibat mengalami nekrosis pulpa sehingga dapat menjadi penyebab
terjadinya abses apikalis kronis. Kronis karena zona stimulasi mulai terbentuk.

DD 2: Granuloma apikalis et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan → Pada ⅓ apikal akar gigi 47 terlihat gambaran radiolusensi berkabut dengan batas yang
mulai jelas namun tidak menyerupai tulang kortikal. Selain itu, terdapat peningkatan densitas
tulang rahang yang merupakan suatu upaya untuk mencegah perluasan infeksi.

Diagnosis moderate chronic adult marginal localized periodontitis ditegakkan berdasarkan


gambaran radiografi yang menunjukkan penurunan tulang sebesar 3 mm dari ketinggian normal
pada sisi mesial.

Resume:

- Terdapat lesi di apikal akar distal dan mesial, namun karena zona stimulasi di bagian mesial lebih
baik jadi tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Untuk itu, DD diambil berdasarkan evaluasi
akar distal.

- Pada kasus ini terjadi distorsi vertikal berupa pemendekan, sehingga membuat alveolar crest
berada 1.5 mm di atas CEJ. Penurunan tulang total menjadi 3 mm (1.5 mm di atas CEJ + 1.5 mm
kondisi normal).
Sherly (30 September 2020)

Informasi Diagnostik:

Pasien laki-laki, 32 tahun datang dengan keluhan pembengkakan di


daerah gigi depan rahang atas. Pembengkakan tersebut dimulai 4 bulan
yang lalu, awalnya kecil dan lama kelamaan membesar. Sejak
seminggu yang lalu, muncul rasa sakit hilang timbul, mereda apabila
minum obat. Terdapat riwayat terbentur pada gigi geligi anterior rahang
atas 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan klinis:
Gigi 21, 22 :
● Vitalitas (-) → Menandakan sudah terjadi nekrosis pulpa
● Perkusi (+) → Ada inflamasi akut

DD 1 → Kista traumatik terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai moderate


chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan
DD 2 → Kista nasopalatinus ]\et causa epitel duktus yang tidak hilang pada periode fetal disertai
moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan

Resume:
- Pada kasus ini tidak ada reference sitenya, jadi jika ingin menuliskan perubahan, misalnya
perubahan densitas maka menuliskannya → Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa terjadi
perubahan densitas atau pola tulang rahang
- Pada kista, tidak ada perubahan densitas tulang
- DD 2 lebih baik kista nasopalatinus daripada abses apikalis kronis atau abses dentoalveolar
karena lokasinya mirip dengan kista nasopalatinus
- Kista traumatik → karena ada riwayat terbentur

Lila (2 Oktober 2020)

Informasi diagnostik : Pasien laki-laki 48


tahun (kemungkinan metabolisme tidak
seimbang) datang dengan keluhan gigi
geliginya goyang.
Indah Siti (2 Oktober 2020)

Informasi diagnostik
Pasien perempuan 27 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan
keluhan gigi belakang bawah kiri sakit berdenyut sejak ± 8 bulan lalu (kemungkinan terjadi
inflamasi kronis eksaserbasi akut). Pasien mengeluhkan gigi tersebut sakit saat
mengunyah (kemungkinan terjadi inflamasi akut di periapikal). Gigi tersebut sudah pernah
ditambal namun sudah rusak (kemungkinan kelainan berasal dari pulpoperiapikal).
Terakhir kali pasien ke dokter gigi diberikan obat untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Gigi 36
Palpasi (-) : kemungkinan tidak ada abses akut
Perkusi (+) : kemungkinan terjadi inflamasi akut di periapikal
Thermal (-) : gigi non vital, kemungkinan nekrosis pulpa
OHIS 3,31 : kemungkinan kebersihan mulut pasien buruk

DD1 : Abses apikalis kronis eksaserbasi akut e.c. nekrosis pulpa disertai moderate chronic
localized marginalis periodontisis e.c. OH buruk diperberat retensi makanan dan TFO

Alasan : Abses apikalis kronis eksaserbasi akut ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif pasien
berupa gigi belakang bawah kiri sakit berdenyut sejak kurang lebih 8 bulan lalu yang menandakan
adanya inflamasi kronis eksaserbasi akut. Pada ⅓ apikal akar distal gigi 36 terlihat gambaran
radiolusensi berkabut dengan batas tepi tidak jelas, gigi non vital, dan terdapat peningkatan
densitas tulang di sekitar lesi.

Moderate periodontitis ditegakkan berdasarkan gambaran radiografi adanya penurunan


tulang alveolar ± 3,5 mm dari CEJ di mesial gigi 36 dan ± 2,5 mm dari CEJ di distal gigi 36.
OH pasien 3,31 yang menandakan kebersihan mulut pasien buruk. Diperberat oleh
retensi makanan akibat malposisi gigi dan titik kontak yang buruk, selain itu TFO dapat
memperberat periodontitis akibat garis oklusi tidak sebidang.

DD2 : Granuloma apikalis e.c. nekrosis pulpa disertai moderate chronic localized
marginalis periodontisis e.c. OH buruk diperberat retensi makanan dan TFO

Alasan : Pada ⅓ apikal akar mesial gigi 36 terlihat gambaran radiolusen berkabut dengan batas
yang mulai jelas membulat dan terjadi peningkatan densitas tulang yang lebih baik daripada akar
distal di sekitar lesi yang menunjukkan lesi sudah lebih terlokalisir.

Catatan diskusi:

- Radiolusensi pada bifurkasi disebabkan oleh kesalahan iatrogenik saat dilakukan tindakan
open bur. → jangan terpesonaaa yaa sama radiolusensi di bifurkasiii:)

- Untuk menentukan diagnosis harus mempertimbangkan keluhan pasien dan melihat


kondisi periapikal pada akar distal dan mesial. Jika pada satu akar zona stimulasinya baik
(sudah ada peningkatan densitas tulang di sekitar lesi) maka daerah tersebut tidak
memberikan keluhan. Pada kasus, diagnosis ditegakkan berdasarkan akar distal karena
tepinya terlihat lebih diffuse sehingga menyebabkan keluhan pada pasien dan
peningkatan densitas tulang disekitar lesinya belum sebaik akar mesial yang sudah lebih
terlokalisir. Pada akar mesial zona stimulasinya lebih baik daripada akar distal.

- Pada pasien usia muda, daya tahan untuk melokalisir daerah lokal baik.

Anjanette (7 Oktober 2020)


DD1: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult
localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO.

Alasan: Berdasarkan pemeriksaan klinis, didapatkan vitalitas (-) menandakan kemungkinan


nekrosis pulpa, perkusi (+) menandakan kemungkinan inflamasi akut pada periapeks, penebalan
lamina dura dan pelebaran ruang periodontal pada ⅓ apikal, struktur interna lesi berkabut dan
berbatas diffuse, adanya peningkatan densitas tulang di sekitar lesi menandakan lesi bersifat
kronis.

Mild chronic adult localized marginal periodontitis dilihat dari iregularitas puncak alveolar,
akibat titik kontak yang buruk menyebabkan retensi makanan. Kondisi TFO yang memperberat
dilihat dari garis oklusi yang tidak sebidang dan adanya penebalan lamina dura dan pelebaran
ruang periodontal pada akar mesial dan kehilangan lamina dura pada sisi distal.

DD2: Granuloma terinfeksi eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic
adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO

Evaluasi Mutu:

● Tercakup dan terletak di tengah, kontras detil ketajaman baik, daerah interdental jelas, cusp bukal
lingual sebidang, distorsi minimal
● Radiograf dapat diinterpretasi

General view:
● Kondisi gigi geligi
○ Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat malposisi pada salah satu gigi
● Perubahan pada gigi geligi
○ Terdapat radiolusensi mencapai pulpa pada mahkota salah satu gigi
● Hubungan gigi geligi
○ Titik kontak buruk, garis oklusi tidak sebidang
● Kondisi jaringan periodonsium
○ Terjadi perubahan
● Perubahan pada jaringan periodonsium
○ Terdapat iregularitas pada puncak alveolar salah satu gigi, penebalan lamina dura dan
pelebaran ruang periodontal hingga ⅓ tengah gigi, serta hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal pada apikal salah satu gigi
● Hubungan gigi dengan jaringan periodonsium
○ Titik kontak yang buruk menyebabkan terjadinya iregularitas pada puncak alveolar salah
satu gigi, penebalan lamina dura dan pelebaran ruang periodontal pada hingga ⅓ tengah,
serta radiolusensi pada mahkota menyebabkan hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal di apikal salah satu gigi
● Kondisi tulang rahang
○ Terjadi perubahan
● Perubahan tulang rahang
○ Terjadi peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi pada apikal salah satu gigi
● Hubungan gigi, jaringan periodonsium, dan tulang rahang
○ Titik kontak yang buruk menyebabkan terjadinya iregularitas pada puncak alveolar salah
satu gigi, penebalan lamina dura dan pelebaran ruang periodontal pada hingga ⅓ tengah,
serta radiolusensi pada mahkota menyebabkan hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal di apikal serta peningkatan densitas tulang rahang di sekitar lesi pada apikal
salah satu gigi
● Kesimpulan kelainan secara umum → Pulpoperiapikal disertai periodontal

Catatan Interpretasi:
Tanda-tanda TFO:

- Penebalan lamina dura

- Pelebaran ruang periodontal

- Kehilangan tulang

- Perubahan pola trabekulasi

Adanya peningkatan densitas tulang di sekitar lesi menandakan lesi bersifat kronis, namun pada
pemeriksaan subjektif pasien mengeluhkan rasa sakit bila makan sehingga diagnosis menjadi
eksaserbasi akut.
Terlihat pada gambaran radiograf di akar mesial terdapat penebalan lamina dura dan pelebaran
ruang periodontal, serta pada akar distal terlihat hilangnya lamina dura dan ruang periodontal
menandakan adanya TFO.

Khuzaima Adyasti (7 Oktober 2020)

Evaluasi Mutu:
Tercakup dan terletak kurang di tengah; kontras, detil, ketajaman baik; daerah interdental terlihat
jelas; terdapat distorsi berupa pemendekan dengan kompensasi +/- 1,5 mm (dilihat dari alveolar
crest di distal gigi 47 udah di atas CEJ dan cusp > 2 mm); distorsi minimal.

General view:
● Kondisi gigi geligi
○ Tidak terdapat kelainan bentuk, ukuran, jumlah gigi
● Perubahan pada gigi geligi
○ Terdapat gambaran radiopak meluas dari mesiooklusal mencapai kamar pulpa pada salah satu
gigi
● Hubungan gigi geligi
○ Titik kontak tidak baik, garis oklusi sebidang
● Kondisi jaringan periodonsium
○ Terdapat perubahan
● Perubahan pada jaringan periodonsium
○ Terdapat kerusakan tulang kortikal dan penurunan tinggi tulang alveolar pada beberapa gigi,
pelebaran ruang periodontal dan penebalan lamina dura mencapai 1/3 tengah akar, pelebaran
ruang periodontal dan kehilangan lamina dura pada furkasi, serta kehilangan ruang
periodontal dan lamina dura pada 1/3 apikal akar mesial dan distal salah satu gigi
● Hubungan gigi dengan jaringan periodonsium
○ Radiopasitas pada mahkota mencapai kamar pulpa menyebabkan kehilangan lamina dura dan
ruang periodontal pada 1/3 apikal akar gigi serta titik kontak yang tidak baik menyebabkan
kerusakan tulang kortikal, penurunan tinggi tulang alveolar, pelebaran ruang periodontal dan
penebalan lamina dura
● Kondisi tulang rahang
○ Terdapat perubahan
● Perubahan tulang rahang
○ Terdapat peningkatan radiodensitas tulang rahang di sekitar lesi salah satu gigi
● Hubungan gigi, jaringan periodonsium, dan tulang rahang
○ Radiopasitas pada mahkota mencapai kamar pulpa menyebabkan kehilangan lamina dura dan
ruang periodontal pada 1/3 apikal akar gigi dan peningkatan radiodensitas tulang rahang di
sekitar lesi salah satu gigi, serta titik kontak yang tidak baik menyebabkan kerusakan tulang
kortikal, penurunan tinggi tulang alveolar, pelebaran ruang periodontal dan penebalan lamina
dura
● Kesimpulan kelainan secara umum: Pulpoperiapikal disertai periodontal

DD1: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic
adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan:
Pasien mengeluh sakit nyut-nyutan sejak seminggu yang lalu giginya ditambal (kemungkinan
terjadi inflamasi kronis eksaserbasi akut). Pada pemeriksaan klinis, vitalitas (-) menunjukkan
kemungkinan nekrosis pulpa dan perkusi (+) menunjukkan kemungkinan adanya inflamasi akut di
apikal. Terdapat gambaran radiopak bahan restorasi mencapai kamar pulpa menunjukkan
kemungkinan inflamasi diperberat dengan iritasi dari bahan restorasi. Pada ⅓ apikal akar distal,
lamina dura terputus dan terdapat kehilangan ruang periodontal, serta terdapat gambaran
radiolusen berbatas difus dengan diameter +/- 3 mm. Kelainan disertai moderate periodontitis
karena terdapat penurunan tinggi tulang +- 2,5 mm dalam arah vertikal di alveolar crest mesial.

DD2: Abses dentoalveolar eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic
adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan: Terdapat keterlibatan furkasi berupa kehilangan lamina dura dan pelebaran ruang
periodontal.

Catatan Diskusi:

Penegakkan diagnosis abses apikalis kronis eksaserbasi akut didasarkan pada lesi di ⅓ apikal akar
distal, bukan akar mesial. Lesi yang lebih parah terdapat di akar distal. Pada ⅓ apikal akar distal,
ruang periodontal hilang dan dan lamina dura terputus tanpa adanya peningkatan densitas tulang
rahang di sekitar lesi, menandakan terdapat inflamasi akut dan belum terdapat usaha pertahanan
tubuh untuk melokalisir lesi. Di sisi lain, pada ⅓ apikal akar mesial, sudah terdapat peningkatan
densitas tulang rahang di sekitar lesi yang menunjukkan inflamasi kronis, sudah ada usaha
pertahanan tubuh untuk melokalisir lesi.

Periodontitis disebabkan oleh retensi makanan, bukan titik kontak yang buruk.

Fakhira Hanna Safira Firdaus (7 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik: Pasien laki-laki berusia 44 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang)
ingin memeriksakan gigi kiri bawah belakangnya yang tidak nyaman bila makan. Gigi tersebut sering
sakit hilang-timbul. Pasien juga mengaku makanan sering menyangkut di daerah tersebut.

Pemeriksaan Klinis: OHIS 2,5. Gigi 36: Vitalitas -, Perkusi +, Palpasi +, Goyang derajat 2, Poket 2-
4mm

Mutu:
● Objek tercakup dan terletak di tengah
● Kontras, detail, ketajaman baik
● Daerah interdental terlihat jelas
● Jarak dari CEJ ke alveolar crest ± 1,5mm pada mesial gigi 35
● Distorsi minimal
● Radiograf dapat diinterpretasi
Kesimpulan General View: Kelainan berasal dari periapikal dan periodontal (Lesi Kombinasi)

DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal
localized periodontitis et causa OH buruk diperberat unfavorable condition dan TFO

Alasan: Abses apikalis kronis ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif OS berupa gigi kiri
bawah belakangnya tidak nyaman bila makan dan sering sakit hilang-timbul menandakan
terdapat inflamasi, pemeriksaan klinis vitalitas (-) menandakan gigi sudah mengalami nekrosis
pulpa, perkusi (+) menandakan gigi terdapat inflamasi pada daerah periapikal, palpasi (+)
menandakan terdapat abses (aktif inflamasi). Pada gambaran radiografi menunjukkan adanya
radiolusensi periapikal dengan struktur interna berkabut dengan bentuk ireguler 4 mm di 1/3
apikal gigi 36 meluas ke 1/3 servikal mencapai bifurkasi dengan batas diffuse dan peningkatan
densitas tulang di sekitar lesi. Dengan melihat 7 clues letak dan perluasan lesi, lesi sudah melebihi
⅓ apikal akar dan meluas hingga tulang alveolar namun pada bifurkasi perluasan dari apical abses
nya masih convince di apical area yang menunjukkan abses apikalis kronis.

Moderate periodontitis ditegakkan berdasarkan gambaran radiografi penurunan tulang 4.5 mm


pada sisi distal. Terdapat informasi OHIS yaitu 2,5 yang menandakan kebersihan mulut buruk.
Diperberat adanya Unfavorable condition ditandai dengan akar kurus runcing dan bentuk
mahkota gigi molar seperti tabung. Terdapat trauma from occlusion bisa dilihat dari garis oklusi
yang tidak sebidang.

Lesi kombinasi endo-perio → Primary periodontal lesion with secondary endodontic


involvement. Perjalanan lesi berupa keterlibatan margin servikal yang mengekspos lateral kanal
sehingga terjadi nekrosis pulpa vitalitas (-). Kerusakan periodontal dan endo sama besar.

DD2: Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa OH burk diperberat unfavorable condition dan TFO

Kasus Mesy (7 Oktober) Gigi 22


Gigi yang diinterpretasi gigi : 22

Informasi Diagnostik:

Pasien laki-laki 48 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan keluhan gigi
geliginya goyang.

Pemeriksaan klinis:

- Gigi 21 goyang derajat 2


- Gigi 22 goyang derajat 2
- OHIS 3,0 (Kategori buruk)
-
DD1 → mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk.

Alasan → karena terdapat iregularitas dari puncak alveolar (penurunan sekitar 1-2mm). Tulang kortikal masih ada
dan kontinu serta alveolar crest tidak berada pada CEJ maka ada kemungkinan bahwa pasien usia lanjut ataupun
distorsi vertikal. Pada kasus ini pasien telah berusia 48 tahun maka penurunan tulang merupakan penurunan
fisiologis. Terdapat informasi OHIS 3,0 menandakan pasien memiliki OH yang buruk.

DD2 → moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk.

Alasan → terdapat penurunan tulang dari yang seharusnya (>2mm hingga ½ akar).
Kasus Rizka (2 Oktober 2020) (gigi 45)

- DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa dan severe chronic adult marginal
localized periodontitis et causa TFO
- DD2: Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa dan severe chronic adult marginal
localized periodontitis et causa TFO

PPT:
Borang:
https://docs.google.com/spreadsheets/d/18Qimgkvs6qbJQ2AiQVQRSKWZeyw2xZH1G3ZyqLR
LL0E/edit?usp=sharing → 2/10 - Rizka (HB)
Fatima Azzahra (9 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik

Pasien laki-laki 55 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang), datang dengan keluhan
banyak gigi yang goyang (kemungkinan terdapat kerusakan tulang dan kelainan berasal
dari periodontal).
Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan jaringan periodonsium
Pemeriksaan objektif:
● Vitalitas (+) = kemungkinan gigi vital
● Perkusi (-) = kemungkinan tidak ada inflamasi akut di apikal/eksaserbasi akut
● Gigi geligi goyang derajat 2 = kemungkinan terjadi kehilangan tulang
● OHIS 3,5 = Buruk
1. Interpretasi Foto Radiograf
1. Evaluasi Mutu : Objek kurang tercakup pada bagian coronal mahkota. Pada
kasus ini pemeriksaan bertujuan untuk melihat kondisi periodontal sehingga
seluruh jaringan periodonsium harus terlihat jelas. Jika terdapat lesi, maka
seluruh lesi harus terlihat hingga batas dengan tulang atau bagian yang normal
terlihat. Kontras, detil, ketajaman cukup. Cusp bukal dan lingual sebidang.
Distorsi minimal. Radiograf dapat diinterpretasi
2. General View : Bentuk dan ukuran gigi normal namun terdapat malposisi pada
salah satu gigi. Terdapat kehilangan salah satu gigi menyebabkan titik kontak
buruk serta garasi oklusi yang tidak sebidang menyebabkan retensi makanan dan
TFO. Dari gambaran radiograf terdapat gambaran spot radiopak menunjukkan
kalkulus (OH Buruk) dan terkonfirmasi oleh informasi diagnostic OHIS 3,5 yang
dimana periodontitis disebabkan oleh OH buruk
Terdapat kehilangan lamina dura serta ruang periodontal mencapai 1/3 apikal pada salah
satu bagian gigi, terdapat penurunan tinggi tulang. Titik kontak dan garis oklusi yang
tidak baik menyebabkan hilangnya lamina dura, penurunan tinggi tulang alveolar dan
peningkatan densitas tulang rahang. Kelainan berasal dari periodontal
2. Diagnosis
DD 1: Severe chronic adult marginal periodontitis et causa OH buruk dan retensi
makanan dengan diperberat oleh TFO
DD 1 ditegakkan berdasarkan informasi diagnostik yang didapatkan dari pemeriksaan
subjektif dan objektif sebagai berikut:
❖ Severe chronic adult marginal periodontitis ditegakkan berdasarkan keluhan subjektif
OS berupa banyak gigi hilang (terdapat kerusakan tulang) yang menandakan asal
kelainan berasal dari periodontal, pemeriksaan klinis vitalitas (+) menandakan gigi
masih vital, perkusi (-) menandakan tidak terdapat inflamasi akut pada daerah
periapikal, serta gigi goyang derajat 2 menandakan telah terjadi kehilangan tulang.
Pada gambaran radiografi menunjukkan kehilangan tulang kortikal dalam arah
vertikal dan horizontal pada gigi 44 telah melebihi setengah dari panjang akar, serta
titik kontak yang tidak baik menyebabkan terjadinya retensi makanan. Kelainan
bersifat kronis karena terdapat peningkatan densitas pada tulang rahang. Berdasarkan
informasi diagnostic OHIS OS 3,5 yaitu buruk.
DD2: Moderate chronic adult marginal periodontitis et causa OH buruk dan retensi
makanan dengan diperberat oleh TFO

Aulia Chaerisa (9 Oktober 2020)

Informasi diagnostik :

Pasien perempuan usia 49 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan
keluhan gigi belakang kiri pada rahang bawah berlubang sejak 5 tahun lalu. Pasien mengatakan
pernah terasa sakit, namun sekarang sudah tidak sakit lagi (kemungkinan inflamasi kronis).
Pasien mengaku sering terselip makanan pada gigi tersebut sehingga terasa tidak nyaman. Pasien
mengaku sikat gigi 2x sehari pada pagi dan sore hari. Pasien merokok 6-12 batang per hari.
Pasien menyangkal adanya penyakit sistemik dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obat tertentu.

Pemeriksaan klinis :

● OHI-S 2,5 (sedang)

● Perkusi + (kemungkinan ada inflamasi akut periapikal)

● Palpasi - (kemungkinan tidak ada abses akut)

● Vitalitas - (gigi tidak vital, kemungkinan nekrosis pulpa)

DD 1 → Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan disertai TFO

Alasan : karena terdapat radiolusensi berbatas tidak jelas di ⅓ apikal akar distal gigi 36 yang
meluas sampai ke sekitarnya dengan struktur interna radiolusensi berkabut serta keadaan gigi
yang sudah non-vital. Moderate periodontitis karena pada gambaran radiograf terlihat adanya
penurunan tulang yang sebesar 3,5 mm pada mesial dan 5,5 mm pada distal mencapai ⅓ akar dari
tinggi tulang yang seharusnya (1,5 mm dibawah CEJ). Kelainan disebabkan karena retensi
makanan ditandai dengan titik kontak yang buruk serta diperberat oleh TFO karena garis oklusi
yang tidak sebidang.

DD 2 → Granuloma et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan disertai TFO

Alasan : karena pada ⅓ apikal akar mesial terdapat gambaran radiolusen yang tepinya sudah
mulai jelas karena adanya peningkatan densitas di sekitar lesi sebagai upaya tubuh mencegah
perluasan infeksi.

Catatan Diskusi :

● Kelainan dengan keterlibatan furkasi tidak selalu muncul dari apikal atau marginal. Terdapat
kemungkinan lain seperti dari iatrogentik serta perluasan karies ke arah bukal dan palatal. Jika
kelainan berasal dari marginal maka gambaran yang seharusnya adalah terdapat kerusakan tulang
yang sama parahnya pada bagian mesial dan distal.

● Pada kasus, keterlibatan furkasi berasal dari adanya perforasi pada gigi

● Untuk menentukan diagnosis pada gigi yang memiliki akar ganda, lihat pada kedua akar, bila
salah satunya sudah memiliki zona stimulasi yang baik (terjadi peningkatan densitas disekitarnya)
→ artinya daerah tersebut tidak menimbulkan keluhan

● Pada kasus, diagnosis ditentukan sesuai pada akar distal yaitu abses karena tepi dari lesinya
diffuse. Serta, peningkatan densitas tulang pada bagian distal belum sebaik yang berada pada
bagian mesial

Nabila Xaviera (9 Oktober 2020)

Informasi diagnostik :

Pasien laki-laki 19 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan gigi
kanan bawahnya sering ngilu apabila minum dingin. Pasien mengaku rasa ngilu tersebut biasanya
langsung hilang (kemungkinan disebabkan induksi termal restorasi metal)

Pemeriksaan klinis : gigi 45

● Vitalitas + → kemungkinan gigi masih vital

● Perkusi - → kemungkinan tidak terdapat infeksi akut periapikal


DD 1 → lateral periodontal et causa proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium disertai
mild adult chronic localized periodontitis et causa retensi makanan

Alasan:
Kista lateral periodontal karena berdasarkan pemeriksaan obyektif gigi 45 vitalitas (+) (tidak ada
nekrosis pulpa) dan perkusi (-) (tidak terdapat infeksi akut periapikal), serta berdasarkan 7 clues
terdapat radiolusensi di daerah lateral distal akar gigi 45 yang bersambung dengan akar distal gigi
45 dengan bentuk membulat berukuran +/- 15 mm, berbatas radiopak tegas menyerupai tulang
kortikal, dengan struktur interna radiolusen. Diagnosis kelainan periodontal yaitu mild
periodontitis karena adanya retensi makanan akibat titik kontak buruk dan sudah terdapat
iregularitas tulang kortikal crest bagian mesial gigi 45

DD 2 → Odontogenik keratosis et causa proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium


disertai mild adult chronic localized periodontitis et causa retensi makanan

Alasan:
Odontogenik keratosis memiliki tampilan lesi yang mirip dengan kista lateral periodontal, namun
ukurannya cenderung lebih besar, dapat meluas hingga tulang kanselus, angulus, dan ramus
mandibula

Catatan Diskusi : Perbedaan Kista Lateral Periodontal, Odontogenik Keratoris, Kista Residual →
sumber: whaites, pharoah

7 Clues Kista Lateral Periodontal Odontogenik Keratosis Kista Residual

Radiodensitas Radiolusen

Lokasi dan Berada di lateral akar gigi RB: badan posterior atau Area edentulous, episenter
perluasan vital angulus mandibula, dapat berada di regio periapikal
meluas ke ramus, dengan, gigi yang sudah dicabut
episenter di superior kanalis
mandibula
RA: regio kaninus maksila

Bentuk Membulat, oval, atau seperti Oval, mengikuti badan Membulat, unilokular
tear drop, unilokular, mandibula, unilokular atau
terkadang multilokular multilokular
Ukuran Umumnya <1 cm Umumnya besar Umumnya 2-3 cm

Batas tepi Radiopak halus tegas Radiopak halus atau scalloped Radiopak halus tegas
menyerupai tulang kortikal tegas menyerupai tulang menyerupai tulang kortikal
kortikal

Struktur Radiolusen menyeluruh


interna

Efek lesi Kehilangan lamina dura dan Perpindahan posisi gigi Perpindahan gigi yang
terhadap ruang periodontal gigi yang berdekatan, ekspansi ke tulang terlibat, ekspansi bukal
jaringan terlibat, perpindahan posisi kanselus, perforasi kortikal,
sekitar gigi berdekatan, ekspansi resorpsi akar gigi berdekatan
bukal

Syifa Nur Adlina (16 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik

Pasien perempuan berusia 44 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang) datang dengan

keluhan gigi kanan bawahnya pernah ditambal namun kini berlubang (kemungkinan kelainan berasal

dari periapikal) dan sakit jika tersentuh gigi lawannya sejak 3 minggu yang lalu (kemungkinan terjadi

inflamasi kronis eksaserbasi akut di periapikal).

Pasien juga mengeluhkan giginya sedikit goyang dan sering berdarah (kemungkinan terdapat

kehilangan tulang dan kelainan berasal dari periodontal).

Pemeriksaan Objektif
- Vitalitas (-) = kemungkinan mengalami nekrosis pulpa

- Perkusi (+) = kemungkinan ada inflamasi akut di periapikal

- Palpasi (+) = kemungkinan ada pembengkakan

- Goyang derajat 2 = kemungkinan terjadi kehilangan tulang

- OHIS 3,6 = buruk

DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa dan severe chronic adult marginal localized
periodontitis et causa OH buruk dan retensi makanan diperberat TFO

Alasan:
● Abses apikalis kronis ditegakkan berdasarkan keluhan pasien yaitu sakit jika tersentuh gigi

lawannya, vitalitas gigi (-) (nekrosis pulpa), perkusi (+) terdapat inflamasi akut di periapikal, lesi

radiolusen berbatas tidak jelas terletak di ⅓ apikal akar mesial dan distal gigi. Lesi bersifat kronis

karena adanya peningkatan densitas tulang di sekitar lesi.

● Severe periodontitis ditegakkan berdasarkan gambaran radiograf penurunan tulang sekitar 4 mm

dari tinggi seharusnya (>½ akar) pada sisi distal gigi 46. Terdapat informasi OHIS 3,6 yang

menandakan kebersihan mulut buruk. Terdapat TFO bisa dilihat dari garis oklusi yang tidak

sebidang.

DD2: Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa dan severe chronic adult marginal localized
periodontitis et causa OH buruk dan retensi makanan diperberat TFO

Alasan:
● Abses dentoalveolar ditegakkan sebagai DD2 berdasarkan adanya lesi radiolusen berbatas tidak

jelas terletak di ⅓ apikal akar mesial dan distal gigi yang mungkin sudah meluas mencapai

furkasi karena terlihat radiolusensi di sekitar furkasi.

CATATAN DISKUSI:
● Lesi kombinasi karena kedua kelainan (pulpoperiapikal dan periodontal) sama parah sehingga
harus dirawat keduanya.

Diksi Priyono (16 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik :

Pasien perempuan 43 tahun ( Kemungkinan metabolismenya tidak seimbang ) datang dengan keluhan
ingin membersihkan karang dan gusinya sering berdarah saat sikat gigi ( Kemungkinan kelainan
berasal dari Periodontal )

Pemeriksaan Klinis :

● Vitalitas (+) → Kemungkinan gigi masih vital

● BOP (+) → Kemungkinana terjadi imflamasi pada periodontal

● OHIS 3,2 → Kebersihan mulut buruk

DD 1 : Moderate Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh
TFO dan retensi makanan

Alasan : Pada kasus ini terjadinya pemanjangan dari film, diperkirakan ketinggian tulang alveolar crest
yang tersisa sudah berjarak estimasi 4 mm dari CEJ atau 50% dari ketinggian normal dukungan tulang
alveolar. Penyebab dari periodontitis dilihat dari terlihatnya massa radiopasitas pada mahkota serta akar
dari gigi 31 dan 41. Titik kontak buruk disimpulkan dari kondisi titik kontak antara gigi 31 dan 41 yang
tidak ada.

DD 2 : Mild Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk di perberat oleh
TFO dan retensi makanan
Alasan : Pada kasus ini terjadinya pemanjangan dari gambaran radiograf, diperkirakan ketinggian tulang
alveolar crest yang tersisa yaitu sudah berjarak sejumlah 1-2 mm dari CEJ atau 20% dari ketinggian
normal dukungan tulang alveolar. Untuk penyebab periodontitis dilihat dari massa radiopasitas yang
terletak pada struktur mahkota dan akar pada gigi 31 dan 41. Titik kontak buruk disimpulkan dari tidak
adanya titik kontak gigi 31 dan 41.

CATATAN DISKUSI :

● Mild → Ditandai crest irregularities


● Moderate → Kehilangan tulang >1 mm dari tempat seharusnya hingga setengah panjang akar gigi

● Severe → Kehilangan tulang > setengah panjang akar gigi

Andi Nurpagi (16 Oktober 2020)

Gigi 36

Informasi Diagnostik
Pasien laki-laki 35 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan gigi kiri
bawah sakit saat digunakan untuk mengunyah sejak 3 minggu yang lalu (kemungkinan terjadi
inflamasi kronis eksaserbasi akut). Os mengaku giginya pernah ditambal 1 tahun yang lalu
(kemungkinan kelainan berasal dari pulpoperiapikal).
Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan periapikal
Pemeriksaan objektif
- Vitalitas (-) = kemungkinan nekrosis pulpa

- Perkusi (+) = kemungkinan inflamasi akut di apikal/eksaserbasi akut

- Palpasi (-) = tidak bengkak


DD1: Abses dentoalveolar kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild
Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis et causa retensi makanan diperberat
TFO
Alasan: gambaran radiolusensi pada apikal mesial dan distal dengan batas tidak jelas dengan
struktur interna radiolusen berkabut mencapai bifurkasi. Eksaserbasi akut karena pasien pernah
dilakukan perawatan restorasi namun saat ini mengalami sakit saat makan, e.c nekrosis pulpa
(vitalitas -), mild karena ada irregularitas pada alveolar crest
DD2: Abses apikalis kronis eksaserbasi akut e.c nekrosis pulpa disertai dengan Mild Chronic
Adult Marginal Localized Periodontitis e.c retensi makanan diperberat TFO
Alasan: Pada ⅓ apikal akar gigi 36 terlihat gambaran radiolusensi berkabut dengan batas tidak
jelas. Gigi sudah non-vital akibat mengalami nekrosis pulpa sehingga dapat menjadi penyebab
terjadinya abses apikalis kronis. Mild karena ada irregularitas pada alveolar crest

Catatan diskusi:
● Garis oklusi tidak baik, tambahkan “diperberat TFO” pada DD

● Jarak cusp gigi 35 normal 1 mm


Kevin Elim Setiadi (20 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik
Pasien wanita 30 tahun (Kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan gigi kanan
bawahnya sakit bila makan

Pemeriksaan Klinis :
Gigi 46
Vitalitas - (Kemungkinan nekrosis pulpa
Perkusi + (Kemungkinan ada inflamasi akut pada periapikal)

DD 1 : Abses Dini et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized periodontitis et
causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Alasan : Gigi nonvital (Nekrosis pulpa), perkusi + (Inflamasi akut pada periapikal), dan lamina dura
terputus di apikal. Lesi berupa radiolusensi berkabut radiopak batas tidak jelas pada apikal dengan bentuk
membulat diameter ± 1,5 mm dengan efek lesi terhadap sekitar menyebabkan peningkatan densitas tulang
rahang di sekitar apikal.
DD 2 : Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Alasan : Memiliki gambaran radiograf yang mirip dengan abses dini. Perbedaan utamanya adalah lamina
dura di apikal yang belum terputus.

Catatan Diskusi :
● Pada interpretasi radiograf tidak perlu mengira ngira penyebab dari suatu keadaan bila tidak ada
informasi diagnostik yang lengkap (Contoh : Tidak perlu menjelaskan alasan kamar pulpa
menyempit akibat pembentukan dentin tersier)
● Evaluasi alveolar crest (Tulang kortikal) :
○ Ada / tidak
○ Outline (Iregular/Smooth)
○ Sinambung / terputus
○ Densitas (Meningkat / menurun)
○ Lebarnya (Menebal / menipis)
○ Tingginya
○ Bentuknya (Normal/ Terjadi kerusakan secara horizontal atau vertikal)
● Pada akar ganda, penentuan akar yang diinterpretasi harus akar yang lebih parah keadaan
patologisnya / respon imun yang kurang baik (Pada kasus ini dipilih akar mesial karena pada akar
distal tidak terdapat radiolusensi di bagian apikal)

Mikail (20 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik

Wanita 35 tahun datang dengan keluhan gigi depan bawahnya mulai goyang sejak beberapa
bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak ada penyakit sistemik.
Pemeriksaan klinis :
Gigi 31, 41 vitalitas +, perkusi -, goyang derajat 3
OHIS 2,1
Evaluasi mutu
Objek tercakup dan terletak di tengah. Kontras tidak terlalu baik (cukup), detil dan ketajaman
baik. Daerah interdental terlihat jelas, tidak adanya overlap titik kontak. (overlap dikarenakan
gigi yang malposisi). Cingulum terlihat melebar, radiopak dan cervikookusal cinglum lebih dari
2 mm. Terjadi distorsi vertikal terjadi berupa pemendekan. Distorsi masih ditolerir/minimal.
Radiograf dapat diinterpretasi
DD1 : Aggressive localized periodontitis et causa retensi makanan disertai TFO
Alasan : Diagnosis ini ditegakkan dilihat dari umur pasien yang masih 35 tahun dengan OHIS
yang sedang. OHIS pada pasien tidak sebanding dengan kerusakan tulang yang terjadi hingga
separah ini. Kemudian juga masih terdapatnya alveolar crest. Aggresive periodontitis juga
diketahui berawal dari gigi Insisiv dan Molar. Tidak adanya kelainan periapikal (perkusi -) dan
gigi yang tidak mengalami nekrosis (vitalitas +) menandakan bahwa lesi ini berasal dari
periodontal.

DD2 : Severe chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan
disertai TFO
Alasan : Diagnosis ini ditegakkan dengan melalui interpretasi radiografik dan keluhan beserta
pemeriksaan klinis pasien. Pemeriksan klinis menunjukkan vitalitas + yang menandakan tidak
adanya nekrosis pulpa serta perkusi – dengan tidak adanya kelainan di periapikal. Kelainan
berasal dari periodontal melihat adanya tulang yang hilang hingga 1/3 apikal, lamina dura dan
ruang periodontal yang menghilang, serta pemeriksaan klinis yang menunjukkan kegoyangan
derajat 3. Artinya jaringan pendukung gigi (periodontal sudah mengalami degradasi)
Klasifikasi severe ditegakkan berdasarkan kehilangan tulang yang mencapai hingga 1/3 apikal
(lebih dari 50%). Penyebab nya dikarenakan retensi makanan akibat titik kontak yang tidak baik
dan disertai dengan adanya TFO akibat garis oklusi yang tidak sebidang

Catatan Diskusi

● Kontras dilihat pada area yang tidak berobjek. Kontras yang baik terlihat sebagai daerah
dengan radiodensitas sehitam karbon. Pada kasus ini kontras tidak terlalu baik karena
gambaran radiodensitasnya berwarna hitam keabuan
● Distorsi vertikal berupa pemendekan dikarenakan sudut vertikal terlalu besar. Pada kasus
ini terjadi pemendekan ditandai dengan gambaran cingulum yang radiopak karena sinar-x
terproyeksi ke arah akar (panjang cingulum 3 mm servikoinsisal)
● Garis oklusi tidak sebidang
● Penentuan Kompensasi Penurunan Tulang Kasus Periodontal

Pada radiograf terjadi kesalahan berupa pemendekan akibat sudut vertikal yang terlalu
besar. Panjang servikoinsisal cingulum 3 mm , sedangkan servikoinsisal cingulum normal sebsar
2 mm. Artinya terdapat kelebihan pajang cingulum sebesar 3 mm - 2mm = 1 mm. Kemudian
hitung jarak tinggi tulang alveolar terhadap CEJ. Pada kasus ini jarak alveolar crest ke CEJ
sebesar 6,5 mm, sedangkan jarak normal dari CEJ adalah 0.5 mm - 1,5 mm sehingga kelebihan
alveolar crest adalah 6,5 mm - 1,5 mm = 5 mm dari CEJ. Hasil ini dijumlahkan dengan
kelebihan jarak servikoinsisal cingulum sebesar 1 mm sehingga terjadi penurunan tulang
sebanyak 5 mm + 1 mm = 6 mm

• DD1 untuk kasus ini adalah Aggressive localized periodontitis. Hal ini dikarenakan
masih terdapatnya struktur alveolar crest. Umur pasien masih mudah yaitu 35 tahun
dengan keadaan OHIS yang sedang (OHIS 2,1). Keadaan OHIS ini tidak sebanding
dengan kerusakan tulang yang terjadi

Kasus Wece, Yayas, Azhar, Radit, Regina, Tasha (21 Oktober 2020)

Kasus Yayas

Alasan:

● Abses apikalis kronis ditegakkan berdasarkan gambaran radiograf lesi yaitu terletak di ⅓
apikal mesial gigi 36, struktur internal lesi radiolusen berbatas difus, diameter lesi < 5
mm, lamina dura hilang di ⅓ apikal, ruang periodontal melebar di ⅓ apikal, terjadi
peningkatan densitas pada sekitar lesi (menandakan lesi bersifat kronis)
● Disesuaikan dengan keluhan utama pasien yaitu gigi berlubang, vitalitas (-) sudah terjadi
nekrosis pulpa
● Disertai mild chronic marginal periodontitis, terlihat adanya irregularitas pada alveoalr
crest, penurunan tinggi tulang sebanyak 1 mm. Et causa retensi makanan karena titik
kontak tidak baik dan pada informasi diagnostik tidak disertai data OHIS pasien

DD 2: Granuloma et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic marginal periodontitis et


causa retensi makanan
Alasan: Gambaran radiografis granuloma terletak di ⅓ apikal, membulat mengikuti akar,
ukurannya < 10 mm, dan terjadi peningkatan densitas di sekitar lesi, namun batas tepi lesi
granuloma radiopak tegas

Catatan interpretasi
● Kontras baik dilihat dari daerah yang tidak berobjek terlihat radiolusen sehitam karbon

● Gigi 35 tipping ke arah mesial dan lingual, sehingga tidak bisa dijadikan indikator distorsi
vertikal
● Mahkota gigi 35 terlihat lebih radiopak dari gigi 34 karena posisi film lebih dekat ke gigi
35 (sisi lingual)
● Penentuan distorsi vertikal menggunakan alveolar crest. Pada kasus, jaraknya 2 mm
(lebih dari normal; 0,5 mm - 1,5 mm), letaknya lebih ke apikal sehingga menandakan
adanya pemanjangan
● Garis oklusi tidak sebidang artinya garis oklusi tidak sesuai dengan keadaan seharusnya

● Ruang periodontal pada gigi 36 mengalami penyempitan di ⅓ tengah hingga ⅓ apikal

● Penggunaan kata “dan” dan “disertai” pada kesimpulan kelainan secara umum
○ “Dan” apabila tingkat keparahan lesinya sama, sehingga perawatan kedua lesi
(periodontal dan periapikal) harus diprioritaskan
○ “Disertai” apabila terdapat kelainan utama, sehingga kelainan lainnya dijadikan
penyerta kelainan utamanya, perawatan diprioritaskan pada kelainan utama

Kasus Regina

Informasi Diagnostik
Pasien wanita, 18 tahun (kemungkinan
metabolismenya seimbang) datang dengan
keluhan makanan sering menyangkut di gigi
rahang bawah kiri (kemungkinan kelainan berasal
dari periodontal)
Pemeriksaan klinis:
● Gigi 35, 36, 37 vitalitas + (kemungkinan
gigi vital), perkusi – (kemungkinan tidak
ada inflamasi akut di periapikal)
● Poket 1-2mm
● OHIS 2,1 — kebersihan mulut sedang

DD1: Mild Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis et causa retensi makanan.
Alasan: vitalitas (+) → kemungkinan gigi masih vital, perkusi (-) → kemungkinan tidak
terdapat inflamasi akut di periapikal. Keluhan terjadi retensi makanan → kemungkinan
kelainan berasal dari periodontal. Mild karena sudah terjadi irregularitas alveolar crest
pada bagian mesial dan distal serta penurunan tulang kortikal alveolar crest ±0,5 mm
dari tempat seharusnya pada mesial gigi 35. Garis oklusi baik menandakan tidak
terdapat TFO.

DD2: Moderate chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan: Memiliki gambaran yang mendekati dengan Mild periodontitis. Namun,


penurunan tulang >1mm hingga setengah panjang akar

Catatan Interpretasi:

● Cusp bukal dan lingual diukur pada gigi 36 jaraknya 1mm dan jarak alveolar crest
ke CEJ distal gigi 36 ±1,5mm sehingga masih normal, tidak terjadi distorsi
horizontal
● Garis oklusi sebidang karena sesuai dengan keadaan yang seharusnya

Kasus Radit

(foto sama dengan sherly)

Informasi Diagnostik :

Pasien laki-laki 32 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang)


datang dengan keluhan pembengkakan (kista/abses/tumor). di
daerah gigi depan rahang atas. Pembengkakan tersebut dimulai
4 bulan yang lalu (kronis), awalnya kecil dan lama kelamaan
membesar. Sejak seminggu yang lalu, muncul rasa sakit hilang
timbul (sedang fase akut/eksaserbasi akut), mereda apabila
minum obat. Terdapat Riwayat terbentur (trauma) pada gigi
geligi anterior atas 1 tahun yang lalu.

Pemeriksaan klinis:

● Vitalitas (-) Gigi 21, 22 gigi sudah terjadi nekrosis pulpa


● Perkusi +. Mengindikasikan inflamasi apikal
● Palpasi di daerah pembengkakan fluktuan. Menandakan keberadaan cairan di dalam
pembengkakan.
Diagnosis

DD 1 : Kista traumatik terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
localized marginal periodontitis et causa retensi makanan

Alasan :

● Merupakan kista karena terdapat gambaran radiolusensi pada daerah sekitar ⅓ tengah
dan 1/3 apikal Gigi 21 22, berbatas jelas, struktur interna radiolusen, berbentuk bulat,
diameter +/- 18 mm. Selain itu informasi diagnostik menunjukkan gigi nonvital.
● Traumatik karena ada riwayat terbentur.
● Terinfeksi karena dari informasi diagnostik terdapat inflamasi akut (perkusi +) dan pada
gambaran radiograf, tidak terdapat batas tepi kortikal pada lesi.
● Disertai Moderate Chronic Periodontitis berdasarkan gambaran penurunan tulang
alveolar crest sebesar >1 mm dari tinggi tulang seharusnya. Et Causa Retensi makanan
karena terdapat titik kontak tidak baik.

DD 2 : Kista nasopalatinus et causa sisa epitel duktus yang berproliferasi dan mengalami
degenerasi cystic disertai moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa
retensi makanan

Alasan : Karena kasus ini memiliki lokasi yang mirip dengan kista nasopalatinus

Kasus Azhar

Informasi Diagnostik

Pasien perempuan berusia 58 tahun datang


dengan keluhan gigi kanan bawah goyang
(kemungkinan metabolisme tidak seimbang).
Pasien mengaku gigi tersebut sudah goyang sejak
lama, namun semakin mengganggu
(kemungkinan terdapat kehilangan tulang dan
kelainan berasal dari periodontal).

Pemeriksaan Klinis

Vitalitas (+) : Kemungkinan gigi masih vital

Perkusi (-) : Kemungkinan tidak ada infeksi akut pada periapikal

OHIS 3,0 : Buruk


DD 1 : Severe Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk dan retensi
makanan diperberat oleh TFO

Alasan : Pada kasus ini diperkirakan penurunan tulang sudah mencapai 9 mm dari CEJ atau >
50% dari ketinggian normal dukungan tulang alveolar. Titik kontak tidak baik antara gigi 47 dan
48 menyebabkan retensi makanan. Terjadinya TFO disebabkan oleh garis oklusi tidak baik dapat
terlihat dari terjadinya kerusakan tulang secara angular dan adanya penebalan lamina dura
serta pelebaran ruang periodontal pada ⅓ apikal.

DD 2 : Moderate Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk dan


retensi makanan diperberat oleh TFO

Alasan : Pada kasus ini diperkirakan penurunan tulang sudah mencapai setengah panjang akar
gigi dari ketinggian normal dukungan tulang alveolar. Titik kontak tidak baik antara gigi 47 dan
48 menyebabkan retensi makanan. Terjadinya TFO disebabkan oleh garis oklusi tidak baik dapat
terlihat dari terjadinya kerusakan tulang secara angular dan adanya penebalan lamina dura
serta pelebaran ruang periodontal pada ⅓ apikal.

Catatan diskusi Wece, Yayas, Azhar, Radit, Regina, Tasha

● Kontras: area radiolusen yang tidak memiliki objek, hitam seperti kertas karbon
● Detail: struktur anatomis, email, dentin, pulpa, lamina dura, dan ruang perio
terlihat jelas
● Ketajaman: outline struktur anatomis terlihat jelas
● Perbedaan “dan” dengan “disertai” —> “dan” digunakan pada lesi endo-perio
dengan tingkat keparahan periapikal dan periodontal yang sama, keduanya harus
dirawat; “disertai” hanya sebagai penyerta, ada penyakit “main”nya

Kasus Stella, Cella, Livvy, Fadh, Nana, Irena (22 Oktober 2020)
Kasus Fadh
General view
- Pada kasus ini terdapat unfavorable condition dengan kondisi akar yang runcing pada gigi
molar. → harusnya bentuk akar gigi M ga kek gini, kl ragu kasus lo unfavorable/ga bisaa
cek akar gigi M yg normal seharusnya gimana
- Kesimpulan kelainan pada kasus ini bukan kombinasi karena kelainan murni berasal
dari periodontal → ada tambalan mengemper → kerusakan tulang periodontal yang
meluas dari ⅓ servikal hingga ⅓ apikal (ditandai hilangnya lamina dura dan ruang
periodontal di sisi distal) → kelainan periodontal menyebabkan gigi jadi non vital
Diagnosis
DD1 : Abses periodontal et causa retensi makanan diperberat oleh tambalan overhang, TFO, dan
unfavorable condition
- Diagnosis abses periodontal ditegakkan karena informasi diagnostik menunjukkan
terdapatnya nanah dan gigi goyang, serta pemeriksaan klinis yang ditemukan sinus
tract, perkusi positif, dan vitalitas gigi negatif.
- Penegakan diagnosis abses periodontal bukan diperberat oleh titik kontak yang buruk,
melainkan karena diperberat oleh tambalan yang mengemper (overhang) yang terlihat
pada sisi distal gigi 46 pada gambaran radiograf.
- Penegakan kasus bukan abses dentoalveolar karena abses dentoalveolar disebabkan oleh
kelainan pulpoperiapikal (misal : karies, di kasus ini tidak ada karies tetapi gigi non
vital) dan bukan disebabkan oleh kelainan periodontal seperti pada kasus ini.
- Pada gambaran radiograf garis oklusi tidak sebidang menandakan adanya TFO.
DD2 : Aggressive localized periodontitis diperberat oleh tambalan overhang , TFO, unfavorable
condition dan TFO
JANGAN PERNAH SEKALI-KALI BUAT AGRESIF PERIODONTITIS ET CAUSA
RETENSI MAKANAN
- Aggressive Periodontitis tidak disebabkan oleh retensi makanan melainkan faktor
etiologinya tidak diketahui
- Pemilihan DD2 Aggressive localized periodontitis ditentukan berdasarkan kehilangan
tulang mencapai hingga + 10 mm pada pasien berusia 28 tahun sedangkan kebersihan
mulut pasien baik (OH = 1,1). Periodontitis Agresif memiliki kriteria kehilangan tulang
yang terjadi sangat banyak dan terjadi pada usia dewasa muda (<35 tahun) dan dalam
jangka waktu yang singkat (laju kerusakan tulang 3-4x lebih cepat dibanding
periodontitis kronis), keterlibatan pada gigi I/dan M, akumulasi plak dan kalkulus yang
sedikit (kerusakan yang terjadi tidak sebanding dengan faktor lokal yang ada dalam
rongga mulut pasien). Agresif periodontitis tidak diketahui faktor etiologi.

Lengkapnya bisa baca di :


https://docs.google.com/presentation/d/1GnuqbOJsbbgTXf57E34OJmgowqcFs4vItpfB84iw-
c4/edit#slide=id.ga457493b0a_0_124
https://docs.google.com/document/d/1TVTnR6uhPrU5xDzEI-vK-Mwn_g2SzBMVsI8kIaud-
Wo/edit

Kasus Syifa N, Zahra, Lala, Nura, Yoren, Radit, Syifa A (23 Oktober 2020)
Syifa Nur Adlina
DD1: Kista lateral periodontal et causa proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium disertai mild chronic
adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan

● Kista lateral periodontal ditegakkan berdasarkan pemeriksaan objektif gigi 45 dengan vitalitas (+)
(gigi vital) dan perkusi (-) (tidak ada inflamasi akut di periapikal). Lesi berupa radiolusensi di
lateral distal akar gigi 45 yang menyatu dengan permukaan lateral akar, serta menghilangkan
lamina dura di sisi distal akar tersebut. Lesi berbentuk membulat dengan diameter +- 15 mm,
dengan batas radiopak tegas menyerupai tulang kortikal dan struktur interna radiolusen.
● Mild chronic adult marginal localized periodontitis ditegakkan berdasarkan adanya irregularitas
tulang kortikal pada alveolar crest bagian mesial gigi 45.

DD2: Odontogenik keratosis et causa proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium disertai mild chronic
adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan

● Odontogenik keratosis ditegakkan berdasarkan tampilan lesi yang mirip dengan kista lateral
periodontal, yaitu berbentuk membulat atau oval dengan batas jelas dan struktur interna
radiolusen. Namun ukurannya cenderung lebih besar dan dapat meluas sampai ke tulang kanselus,
serta angulus dan ramus mandibula.

Catatan Diskusi:

- Jika sudah ada gigi yang malposisi (contoh: miring), maka sudah dipastikan garis oklusi tidak
sebidang.

- Kista Lateral Periodontal dan Odontogenik Keratosis:

Kista Lateral Periodontal Odontogenik Keratosis


Radiodensitas lesi Radiolusen Radiolusen

Lokasi dan Umumnya pada permukaan lateral akar gigi vital Korpus mandibula posterior atau angulus
perluasan lesi Pada mandibula antara insisif lateral sampai mandibula, yang meluas ke ramus
premolar kedua Pada maksila di regio kaninus
Pada maksila antara insisif lateral dan kaninus

Bentuk dan Bentuk membulat atau oval, dapat unilokular Bentuk membulat atau oval, meluas
ukuran diameter maupun multilokular mengikuti bentuk korpus mandibula
lesi Diameter <1 cm

Batas tepi Batas tepi jelas dan terkortikasi Batas tepi jelas dan terkortikasi, kadang
ada bentuk “scalloped”

Struktur interna Radiolusen seragam Radiolusen seragam


lesi

Efek lesi terhadap Kista kecil dapat menyebabkan kehilangan lamina Perpindahan gigi terdekat
jaringan sekitar dura dari akar gigi terdekat Ekspansi tulang kanselus
Kista besar dapat memindahkan gigi terdekat

Nura Hadziyah, Raden AYu, stevie k.(3 Des)

DD1 → Mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Alasan :
- Pemeriksaan klinis yang menunjukkan gigi yang masih vital (tidak ada nekrosis pulpa) dan
perkusi negatif yang menunjukkan tidak adanya inflamasi akut pada daerah periapikal, mild
periodontitis karena gambaran radiograf menunjukkan iregularitas pada alveolar crest mesial gigi
37, dan belum terjadi penurunan tulang.
- Keluhan pasien berupa gusi sering berdarah, sehingga kemungkinan kelainan berasal dari
periodontal
- Dikategorikan dalam Titik kontak yang buruk (tidak adanya titik kontak antara gigi 36 dan 37)
dapat menyebabkan terjadinya retensi makanan, sehingga menyebabkan terjadinya kelainan
periodontal
- Garis oklusi tidak sebidang, penebalan lamina dura, serta pelebaran ruang periodontal
menandakan adanya TFO

DD 2 → Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh
TFO
Alasan : Karena memiliki gambaran radiograf yang mendekati mild periodontitis. Namun pada moderate
periodontitis sudah terjadi penurunan tulang > 1 mm dari tempat seharusnya hingga ½ akar.

Catatan Diskusi :
- Jika tulang kortikal masih ada, maka belum terjadi penurunan tulang. Kecuali pada penurunan
tulang fisiologis, namun pada kasus ini usia pasien masih 32 tahun
- Hal-hal yang dievaluasi pada tulang kortikal di kortikal crest meliputi ada/tidak tulang kortikal,
kontinu atau tidak kontinu, outline regular atau iregular, ketebalan, densitas, bentuk, dan tinggi.
- Korteks tulang alveolar (tulang kortikal) mempunyai fungsi sebagai perlindungan mekanis,
sedangkan tulang kanselus mempunyai fungsi sebagai metabolisme.
- Garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal di apikal.

- Trauma oklusi tergantung pada arah traumanya. Jika trauma oklusal karena garis oklusi yang
tidak sebidang, maka kerusakan jaringan periodontal biasanya terjadi di area apikal.
- Trauma oklusi yang terjadi karena gaya ACF (anterior component of occlusal force) dapat
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal di marginal, pada sisi tarikan dan regangan
berbeda.

Lala

Pasien laki-laki, 37 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang),


datang dengan keluhan gigi yang berubah warna (kemungkinan
mengalami nekrosis pulpa). Pasien mengaku gigi depan atasnya
pernah terbentur 7 tahun yang lalu (kemungkinan terdapat riwayat
trauma).

Pemeriksaan klinis:
Gigi 21 diskolorasi
Vitalitas (-) → Gigi sudah mengalami nekrosis
Perkusi (+) → Terdapat inflamasi akut pada jaringan periapikal

Evaluasi Mutu:

Jarak servikoinsisal cingulum 4 mm, cingulum tampak lebih radiopak dan terproyeksi ke akar,
terjadi pemendekan

Di bagian specific view tinggi tulang yang tersisa:

Karena jarak servikoinsisal cingulum normal = 2mm, dan yang di foto = 4mm, jadi ada kompensasi
sebesar 2 mm untuk ketinggian tulang yang tersisa. Hasil pengukuran tinggi tulang yang tersisa di mesial
3 mm dan di distal 2 mm, karena ada pemendekan, jadi hasil perhitungannya ditambah kompensasi 2 mm.
Hasilnya, kehilangan tulang 5 mm di mesial dan 4 mm di distal (ini yang ditulis di borang). → baca notul
mikail juga

Diagnosis:

DD1: Kista traumatik terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
marginalized localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan:
Diagnosis kista ditegakkan berdasarkan gambaran lesi radiolusen berbatas jelas dengan tepi
radiopak menyerupai tulang kortikal, berbentuk bulat berukuran +- 10 mm, k
ondisi gigi non vital. Terdapat riwayat trauma 7 tahun yang lalu, sehingga kista disebut kista
traumatik. Batas tepi kortikal pada lesi yang tidak kontinu menunjukkan gambaran kista
terinfeksi, serta didukung dengan temuan klinis berupa perkusi (+) yang menandakan adanya
inflamasi akut pada jaringan periapikal.
Diagnosis penyerta adalah periodontitis moderate → Kerusakan tulang alveolar sudah mencapai 5
mm, terdapat titik kontak yang tidak baik sehingga menyebabkan retensi makanan sebagai etiologi
penyakit, serta garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan terjadinya TFO sebagai faktor pemberat
DD2: Kista periapikal terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
marginalized localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan:
Gambaran kista pada kasus berada pada area periapikal dari gigi yang non vital, dengan lamina
dura yang kontinu dengan batas tepi lesi sehingga menandakan lesi berasal dari gigi
(odontogenik).

Catatan Diskusi:
● Pada general view, ditentukan asal kelainan, pada kasus ini: kelainan berasal dari
pulpoperiapikal disertai periodontal. Kata ‘disertai’ digunakan karena kelainan
pulpoperiapikal lebih berat sehingga dijadikan kelainan utama.
● Reference site yang digunakan untuk mengevaluasi lamina dura dan periodontal adalah
sisi mesial gigi 11.
● Pada kasus, penegakkan kista nasopalatinus sebagai DD2 kurang tepat. Secara
radiograf, kista radikular yang ditemukan pada regio maxilla anterior terlihat mirip
dengan kista nasopalatinus yang asimetris. Keduanya memiliki gambaran lesi
radiolusen, berbatas jelas dengan tepi corticated, dengan bentuk dan ukuran yang
serupa. Namun, kedua kista ini dapat dibedakan melalui pengamatan terhadap lamina
dura dan ruang periodontal pada gigi yang
berdekatan dengan lesi (insisif sentral).
Pada kasus ini, terlihat kontinuitas lamina
dura dengan batas tepi lesi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa lesi berasal dari
gigi (odontogenik). Sehingga, DD 2 yang
diambil juga merupakan kista odontogenik,
yaitu kista periapikal.

Radit

Os laki-laki 45 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang), datang dengan keluhan gigi
kiri atasnya berlubang dan mulai sakit sejak 1 bulan yang lalu (kemungkinan kronis) terutama
saat digunakan untuk makan.
Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan periapikal
Pemeriksaan objektif:
27 vitalitas (-) --> kemungkinan telah terjadi nekrosis pulpa
Perkusi (+) --> Kemungkinan terjadi inflamasi akut (kemungkinan eksaserbasi akut)
Palpasi (-) --> kemungkinan belum terjadi pembengkakan

Diagnosis:
DD 1 → Abses apikalis kronis eksaserbasi akut et causa nekrosis pulpa
Alasan : Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Pemeriksaan klinis yang menunjukkan sakit terjadi sejak 1 bulan yang lalu (kronis)

- Perkusi positif yang menunjukkan kemungkinan inflamasi akut pada daerah periapikal dan Sakit
ketika mengunyah → kemungkinan sedang dalam fase eksaserbasi akut,
- Gigi yang nonvital (ada nekrosis pulpa)

- Radiolusensi didaerah apikal gigi 27 berbatas diffuse dengan struktur interna


radiolusensi berkabut berdiameter 1,5 mm, tidak ada efek kepada jaringan sekitar

DD 2 → Granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa


Alasan : Terdapat radiolusensi didaerah apikal gigi 27 dengan struktur interna radiolusensi
berkabut berdiameter 1,5 mm,. Terinfeksi karena perkusi positif dan ada rasa sakit saat
mengunyah.

Catatan Diskusi:
● TFO yang disebabkan oleh garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan perubahan
jaringan periodontal berupa penebalan lamina dura pada bagian ⅓ apikal.
● DD2 yang tepat pada kasus ini adalah granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa
bukan abses dini karena abses dini masih berupa pelebaran ruang periodontal.

Zahra
Pasien laki-laki, 57 tahun (kemungkinan
metabolisme tidak seimbang), datang dengan
keluhan gigi goyang. Pasien mengaku gigi-giginya
sudah lama goyang → (kemungkinan kronis)

Pemeriksaan klinis :

Gigi 35, 36
- Vitalitas (+) → tidak mengalami nekrosis
pulpa
- Perkusi (-) → tidak terdapat inflamasi akut
pada jaringan periapikal

Gigi 36 goyang derajat 3 → kemungkinan sudah mengalami kerusakan tulang

Gigi 35 goyang derajat 2 → kemungkinan sudah mengalami kerusakan tulang

OHIS 3,3 → OHIS Buruk

Diagnosis:
DD 1: Abses periodontal et causa TFO diperberat oleh retensi makanan dan unfavorable
condition
Alasan:
Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi mengalami kegoyangan → dikarenakan sudah terjadi
kerusakan tulang alveolar ± 13 mm dari ketinggian normal (mencapai apikal akar) pada mesial
gigi 36 dan ± 7 mm distal gigi serta adanya keterlibatan bifurkasi. Vitalitas (+) kemungkinan
kelainan berasal dari periodontal. Diagnosis Abses ditegakkan karena kerusakan yang lebih parah
pada akar mesial. Abses periodontal dapat terjadi karena adanya TFO, terlihat gambaran akar gigi
molar mesial yang lebih runcing dari akar gigi molar seharusnya dimana akar yang runcing akan
cenderung menyebabkan kerusakan jaringan periodontal lebih parah akibat trauma jaringan
periodontal. TFO dapat dikatakan sebagai faktor yang memperberat periodontitis karena adanya
garis oklusi yang tidak sebidang dan akar yang runcing.
DD 2: Severe chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh
retensi makanan, unfavorable condition dan TFO
Alasan:
Pemeriksaan klinis menunjukkan vitalitas (+) kemungkinan kelainan berasal dari periodontal, gigi
mengalami kegoyangan → dikarenakan sudah terjadi kerusakan tulang alveolar ± 13,5 mm dari
ketinggian seharusnya (mencapai apikal akar) pada mesial gigi 36 dan ± 5,5 mm dari ketinggian
seharusnya pada distal gigi serta adanya keterlibatan bifurkasi. OH 3,3 menandakan OH buruk.
Retensi makanan dapat terjadi dikarenakan adanya malposisi gigi dan titik kontak yang tidak
baik. TFO terjadi karena adanya garis oklusi yang tidak sebidang

Catatan Diskusi:
- Pada kondisi gigi geligi terdapat unvaforable condition berupa akar gigi yang runcing
pada akar mesial gigi molar. Terlihat perbedaan bentuk akar mesial yang runcing
dibandingkan dengan akar distal. Unfavorable condition tersebut menjadi hal yang
memperberat kondisi jaringan periodontal.
- Istilah garis oklusi yaitu sebidang/tidak sebidang, bukan baik/tidak baik. Garis oklusi
tidak sebidang yaitu garis oklusi tidak sesuai dengan garis oklusi yang seharusnya.
- Reference site untuk melihat perubahan tulang rahang adalah tulang rahang pada apikal
gigi 35
- Evaluasi kelainan periodontal berdasarkan 10 clues dijelaskan perbedaan masing-
masing pada sisi mesial dan distal
a) Tinggi tulang yang tersisa → pada sisi mesial sudah tidak ada sisa tulang dan pada sisi
distal masih tersisa setengah akar
b) Kondisi alveolar crest → pada sisi mesial sudah tidak ada sisa tulang (bukan kerusakan
lagi), pada sisi distal mengalami kerusakan dalam arah horizontal. Apabila sudah tidak
ada sisa tulang berarti sudah bukan mengalami kerusakan tetapi sudah tidak tersisa
tulang. Bedakan mengalami kerusakan tulang dan tidak ada sisa tulang
c) Rasio mahkota akar → 2:1 dan terdapat unfavorable condition atau akar yang runcing
pada gigi molar
d) Garis oklusi tidak sebidang menandakan adanya TFO

- Perhatikan sisa tulang (remaining of the bone present) pada sisi mesial dan distal
berbeda.
- DD1 bukan severe periodontitis karena pada gambaran terlihat perbedaan keadaan
tulang sisi mesial dan distal sehingga DD1 yang tepat yaitu abses periodontal et causa
TFO diperberat retensi makanan dan unfavorable condition.
- Unfavorable condition dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal yang lebih
parah karena menimbulkan trauma pada jaringan periodonsium dan trauma sangat
berkaitan erat dengan abses periodontal sehingga gambaran kerusakan tulangnya
berbeda antara sisi mesial dan sisi distal
Yoren

Pasien laki-laki, 26 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang)


datang dengan keluhan gusi kiri bawahnya sering berdarah.

Pemeriksaan klinis:
Gigi 33 vitalitas (+) → kemungkinan tidak ada nekrosis pulpa
Gigi 33 perkusi (-) → kemungkinan tidak ada inflamasi akut di periapikal

Gigi 34 vitalitas (+) → tidak ada nekrosis pulpa


Gigi 34 perkusi (-) → tidak ada inflamasi akut di periapikal

Diagnosis:

DD 1: Kista lateral periodontal et cause proliferasi sisa epitel


jaringan periodonsium disertai dengan mild chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO
Kista lateral periodontal ditegakkan karena terdapat gambaran radiolusensi berbentuk tear drop
pada distolateral akar gigi 33 yang meluas dari 1/3 servikal sampai 1/3 apikal distal gigi 33,
diameter sekitar 3-4 mm, berbatas radiopak tegas, dengan struktur interna lesi yang radiolusen.
Pemeriksaan objektif juga menunjukkan gigi vital (+) (tidak ada nekrosis pulpa) dan perkusi (-)
(tidak ada inflamasi akut pada periapikal).
Diagnosis kelainan periodontal yaitu mild periodontitis karena adanya irregularitas pada alveolar
crest pada distal gigi 33 yang disebabkan oleh titik kontak yang tidak baik sehingga terjadi
retensi makanan. Garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan terjadinya TFO.

DD 2: Odontogenik keratosis et cause proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium


disertai dengan mild chronic adult marginal localized periodontitis et causa retensi
makanan diperberat oleh TFO
Odontogenik keratosis mempunyai gambar yang mirip dengan kista lateral periodontal yaitu
berbentuk bulat,oval dengan batas jelas dan struktur interna radiolusen namun dengan ukuran
yang biasanya cenderung lebih besar dan biasanya meluas ke daerah rahang yaitu ramus dan
angulus mandibula. Karena ukurannya yang luas sehingga terjadi kemungkinan untuk dapat
meresorbsi gigi.

Catatan Diskusi:

- Pada evaluasi mutu, untuk mengecek adanya distorsi vertikal pada gigi anterior dapat
dilihat dari jarak servikoinsisal cingulum dan jarak alveolar crest ke CEJ. Kompensasi
pemendekkan yaitu jika jarak servikoinsisal cingulum sebesar > 2 mm dan jarak alveolar
crest yang mendekati CEJ (< 0,5 mm dari CEJ)
- Penulisan untuk kelainan periodontalnya yang benar yaitu mild chronic adult marginal
localized periodontitis.
- Trauma oklusi tergantung dari arah trauma. Jika terjadi karena anterior component of
force (ACF) maka perubahan lamina dura berupa penebalan akan terlihat pada bagian
marginal, sedangkan jika terjadi karena oklusi yang tidak sebidang cenderung akan
terlihat perubahan lamina dura berupa penebalan pada daerah apikal gigi.

Syifa Ahliya

● Pasien laki-laki 27 tahun (kemungkinan


metabolisme seimbang), datang dengan
keluhan gigi kanan bawah belakang sering
berdarah
● OHIS 2,0 (kebersihan mulut sedang)

Diagnosis:
DD 1: Mild chronic adult marginal localized
periodontitis etcausa retensi makanan diperberat
TFO

Alasan:

- Keluhan utama pasien, gusi sering berdarah → kemungkinan kelainan periodontal

- Tinggi tulang alveolar 1,5mm dari CEJ (masih dalam range normal yaitu 0,5mm-1,5mm dari
CEJ) yang berarti tinggi tulang masih utuh tetapi sudah terdapat irregularitas pada alveolar crest

- Titik kontak tidak baik dapat menyebabkan adanya retensi makanan

- Terdapat penebalan lamina dura dan pelebaran lamina dura serta garis oklusi yang tidak sebidang→
adanya TFO

● DD 2: Moderate chronic adult marginal localized periodontitis etcausa retensi makanan


diperberat TFO

-Alasan: gambaran radiografi mendekati mild chronic periodontitis tetapi pada moderate
periodontitis sudah terjadi penurunan tulang > 1mm dari tempat seharusnya (2,5mm dari CEJ)
hingga ½ akar

Catatan Diskusi:

● Hubungan gigi geligi dengan perubahan jaringan pada periodonsium disebutkan satu
persatu : Titik kontak yang tidak baik menyebabkan irregularitas pada alveolar crest dan
garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan penebalan lamina dura dan pelebaran
ruang periodontal
● Garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan perubahan jaringan periodontal berupa
penebalan lamina dura di bagian apikal akar. Sehingga pada DD diperberat oleh TFO

Regina (26 Oktober 2020)

Informasi Diagnostik
Perempuan, 50 tahun (kemungkinan metabolisme tidak
seimbang)

Keluhan utama: Gigi sakit nyut-nyutan, tidak bisa dipakai makan


(kemungkinan mengalamiinflamasi akut)

Tujuan pemeriksaan: melihat keadaan periapikal

Pemeriksaan klinis:

23 Abfraksi, karies akar, vitalitas - (kemungkinan gigi sudah


mengalami nekrosis) perkusi + (kemungkinan terdapat inflamasi akut di periapikal)

DD 1 → Periodontitis apikalis akut et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan
Alasan:
● Vitalitas - (nekrosis pulpa), perkusi + (terdapat inflamasi akut di periapikal), terdapat
pelebaran ruang periodontal tanpa terputusnya lamina dura di 1/3 apikal
● Moderate karena terjadi penurunan alveolar crest pada bagian mesial dan distal secara
horizontal ±3,5mm dari tinggi tulang normal
DD 2 → Abses apikalis dini akut et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan
Alasan:
● Gambaran abses apikalis dini akut menyerupai periodontitis apikalis akut, namun yang
membedakan pada abses apikalis dini lamina dura sudah terputus
● Moderate karena terjadi penurunan alveolar crest pada bagian mesial dan distal secara
horizontal ±3,5mm dari tinggi tulang normal

Catatan diskusi:
● Jarak serviko-incisal cingulum diukur dari servikal ke arah incisal. Pada kasus ini normal
yaitu 2mm sehingga tidak terjadi distorsi vertikal

● Reference site yang digunakan untuk melihat kelainan lamina dura dan ruang
periodontal pada gigi 23 adalah sisi mesial gigi 22

● Reference site yang digunakan untuk melihat kelainan tulang rahang adalah tulang
rahang gigi-gigi sebelahnya, pada kasus ini digunakan tulang di sekitar gigi 22. Pada
kasus ini tulang rahang normal

Sekar (10 Desember 2020)

Kasus sama persis kaya risa diatas dan catatan jg hampir sama. Yg beda:
- Pas nyebutin perubahan tulang rahang sebutin daerah reference site nya yg mana.
- DD nya sama tp ada tambahan eksaserbasi akut dan “diperberat” TFO bukan disertai
TFO
Dinda (14 Desember 2020)

DD1 : Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO dan unfavorable condition
Alasan:
- Diagnosis abses apikalis kronis didasarkan pada keluhan pasien yaitu gigi belakang bawah kiri
sering sakit hilang timbul yang kemungkinan sedang dalam fase akut, vitalitas (-) kemungkinan
nekrosis pulpa, perkusi (+) kemungkinan terjadi inflamasi akut pada periapikal, palpasi (+)
kemungkinan terdapat pembengkakan/abses. Berdasarkan gambaran radiograf, terlihat bahwa
lamina dura terputus, struktur interna lesi radiolusen berkabut, berbatas difus, berbentuk ireguler,
berada pada ⅓ apikal akar distal gigi, terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar lesi, dan
ukuran lesi < 10 mm.
- Diagnosis moderate chronic adult marginal localized periodontitis didasarkan pada keluhan
pasien yaitu gigi belakang kiri bawahnya terasa tidak nyaman saat makan dan sering menyangkut
(kemungkinan terjadi retensi makanan), terdapat penurunan tulang sebesar ± 4,5 mm dari tinggi
tulang seharusnya (< ½ akar) pada sisi distal gigi 36, adanya titik kontak buruk yang
menyebabkan retensi makanan, diperberat dengan adanya TFO yang dapat dilihat dari garis
oklusi yang tidak sebidang, dan adanya unfavorable condition berupa akar gigi yang runcing
(memicu kerusakan periodontal yang lebih parah) dan mahkota yang berbentuk tabung.

DD2 : Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa dan moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO dan unfavorable condition
Alasan:
- Didasarkan pada gambaran lesi radiolusen berbatas difus terletak pada ⅓ apikal akar distal gigi
dan meluas hingga bifurkasi dan melibatkan sebagian besar alveolus di sekitar akar (namun tidak
dapat melihat pada dimensi ketiga)
Vanya (14 Desember 2020)

DD1 : Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh retensi
makanan
Alasan:
Moderate periodontitis dikarenakan sudah terjadi penurunan tulang sebesar 4 mm dari CEJ pada
mesial dan 3,5 mm dari CEJ pada distal; kerusakan tulang sudah mencapai 1/3 tengah akar, namun belum
melebihi 50%. Localized dikarenakan pada foto radiografis ini, hanya terlihat kondisi 3 gigi yang
mengalami penurunan tulang (<30%). Chronic dikarenakan lesi periodontal yang ditimbulkan sebanding
dengan faktor penyebabnya (OH pasien buruk: 3,2 dan terdapat kalkulus) dan juga terdapat malposisi gigi
yang membuat titik kontak pada daerah tersebut buruk dan dapat menyebabkan retensi makanan.

DD2 : Severe chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh retensi
makanan
Alasan:
Severe periodontitis dikarenakan kerusakan tulang yang terjadi mendekati gambaran kerusakan
tulang yang terjadi pada severe periodontitis. Localized dikarenakan pada foto radiografis ini, hanya
terlihat kondisi 3 gigi yang mengalami penurunan tulang (<30%). Chronic dikarenakan lesi periodontal
yang ditimbulkan sebanding dengan faktor penyebabnya (OH pasien buruk: 3,2 dan terdapat kalkulus)
dan juga terdapat malposisi gigi yang membuat titik kontak pada daerah tersebut buruk dan dapat
menyebabkan retensi makanan.

Notes: Pada tulang kortikal yang kontinuitas nya tidak kontinu tidak ada lagi keterangan outlinenya.
Talitha (18 Desember 2020)

DD 1 : Moderate chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH Buruk diperberat oleh retensi
makanan dan TFO
Alasan : Moderate dikarenakan kerusakan tulang sudah mencapai ⅓ tengah akar, yaitu penurunan tulang
sebesar 4,5mm dari CEJ pada sisi mesial dan 3,5mm dari CEJ pada sisi distal. Chronic dikarenakan lesi
yang timbul sebanding dengan faktor penyebabnya yaitu OHIS pasien 3,2 menandakan kebersihan mulut
yang buruk ditambah adanya gambaran kalkulus. Selain itu, terdapat gigi yang malposisi membuat titik
kontak buruk sehingga menyebabkan terjadinya retensi makanan dan garis oklusi tidak sebidang
menyebabkan terjadinya TFO.

DD 2 : Mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh retensi
makanan dan TFO
Alasan: Dikarenakan adanya distorsi vertikal berupa pemanjangan memungkinan gambaran penurunan
tulang terlihat lebih besar dibandingkan dengan kondisi sebenarnya. Chronic dikarenakan lesi yang timbul
sebanding dengan faktor penyebabnya yaitu OHIS pasien 3,2 menandakan kebersihan mulut yang buruk
ditambah adanya gambaran kalkulus. Selain itu, terdapat gigi yang malposisi membuat titik kontak buruk
sehingga menyebabkan terjadinya retensi makanan dan garis oklusi tidak sebidang menyebabkan
terjadinya TFO.

Notes: kontras cukup karena area tanpa objeknya sedikit keabuan, oleh karena itu detil dan ketajamannya
juga cukup.

Sherly (4 Februari 2021)


Kasus sama persis dengan Vanya, Talitha
Resume : Tadi Prof nya minta pada bagian diagnosis, tuliskan nilai penurunan tulang yang sudah
dikompensasi.
Ana (5 Januari 2021)

Pasien laki-laki, 39 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang), datang dengan keluhan bengkak dilangit-langit depan, semakin
lama semakin besar (kemungkinan mengalami nekrosis pulpa).

Pemeriksaan klinis:

Gigi 11 12 21 fraktur.

Vitalitas gigi 11 12 (-) → Gigi sudah mengalami nekrosis


Perkusi (+) → Terdapat inflamasi akut pada jaringan periapical
Palpasi (-)

Evaluasi mutu :
Jarak servikoinsisal cingulum 3 mm (gigi 21 dan gigi 11), cingulum tampak lebih radiopak dan lebih cembung dan sinar x
terproyeksi ke akar terjadi pemendekan (trabekula memadatà optional)
Jarak alveolar crest ke CEJ sekitar 1 mm, trus ditambah kompensasi 1 mm, sehingga 2mm jarak dari alveolar crest k
Diagnosis :
DD1 : Kista periapical terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginalized localized periodontitis et causa
retensi makanan diperberat TFO.
Alasan :
Diagnosis kista ditegakkan berdasarkan gambaran lesi radiolusen berbatas jelas dengan tepi radiopak menyerupai tulang kortikal,
berbentuk bulat berukuran diameter +- 16mm, kondisi gigi non vital. Batas tepi kortikal pada lesi yang tidak kontinu menunjukkan
gambaran kista terinfeksi, serta didukung dengan temuan klinis berupa perkusi (+) yang menandakan adanya inflamasi akut pada
jaringan periapical
Diagnosis penyerta adalah mild periodontitis, ada irregularitas pada tulang kortikal dengan tinggi alveolar crest mengalami
penurunan sebanyak 0,5 mm dari normal , terdapat titik kontak yang tidak baik sehingga menyebabkan retensi makanan sebagai
etiologi penyakit, serta garis oklusi yang tidak sebidang menyebabkan terjadinya TFO sebagai faktor pemberat.
DD 2 :
Kista nasopalatine karena letaknya di anterior RA dan lokasi yang mirip dengan kista nasopalatine.
Kista nasopalatinus et causa epitel duktus yang tidak hilang pada periode fetal disertai moderate chronic adult localized marginal periodontitis et
causa retensi makanan
Pada kista, tidak ada perubahan densitas tulang
Kista nasopalatine terbentuk Ketika sisa embrionik epithelial dari ductus nasopalatine yang mengalami proliferasi dan degenerasi kista
Aimee (5 Januari 2021)

Pasien wanita 30 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang), datang dengan keluhan gigi
kanan bawahnya sakit bila makan.
Pemeriksaan klinis gigi 46 :
Vitalitas (-) → kemungkinan terjadi nekrosis pulpa
Perkusi (+) → kemungkinan adanya inflamasi akut periapikal
DD 1 : Abses apikalis dini et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal
localized periodontitis et causa retensi makanan disertai oleh TFO
Alasan: Karena gigi 46 sudah non vital, perkusi + yang menandakan adanya Inflamasi akut pada
periapikal, dan terlihat lamina dura terputus di apikal akar mesial gigi tersebut. Pada apikal akar
tersebut terdapat lesi berupa radiolusensi berkabut dengan batas tidak jelas, bentuk membulat
dengan diameter ± 1,5 mm , serta efek lesi terhadap jaringan sekitar menyebabkan peningkatan
densitas tulang rahang di sekitar apikal. Kemudian mild periodontitis karena pada sisi mesial gigi
46 terjadi penurunan tulang alveolar ±1mm dari tinggi seharusnya serta terjadi iregularitas tulang
kortikal pada sisi tersebut yang disebabkan oleh retensi makanan karena titik kontak buruk dan
diperberat oleh TFO karena garis oklusi yang tidak sebidang. Kronis karena proses penurunan
tulang terjadi secara perlahan. Adult karena usia pasien sudah 30 tahun. Marginal karena
kerusakan tulang terjadi pada marginal dimana ditandai dengan iregularitas tulang kortikal dan
penurunan tinggi alveolar crest. Localized karena tidak terdapat foto radiograf untuk
mendiagnosis regio lain.

DD 2 : Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan disertai oleh TFO
Alasan: Karena memiliki gambaran yang paling menyerupai dengan abses dini hanya yang
membedakan pada PAK adalah lamina dura belum terputus.
Catatan Diskusi :
- General view ditulis secara umum saja tidak perlu detail seperti terjadi perubahan
alveolar crest pada sisi mesial salah satu gigi, perubahan pola tulang kanselus. Pada
general view juga perlu ditulis apabila ada anomali bentuk, ukuran, dan jumlah gigi geligi
tidak hanya untuk mengetahui asal dari kelainan pada kasus tersebut.
- Reference site dari kasus ini adalah pada area apikal gigi 45
- Mild periodontitis → pada alveolar crest terjadi irregularitas tulang kortikal dan dapat
terjadi penurunan hingga 1mm dari tinggi seharusnya
- Moderate periodontitis → alveolar crest mengalami penurunan lebih dari 1mm hingga
setengah panjang akar dari tinggi seharusnya
- Severe periodontitis → alveolar crest mengalami penurunan lebih dari setengah panjang
akar dari tinggi seharusnya
Kasus Panoramik

Marcella

a. Evaluasi Mutu Radiografi


- Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) dan sesuai tujuan pemeriksaan.
- Kontras, detail, dan ketajaman kurang baik.
- 3 regio yaitu kondil kanan, kiri, dan anterior terlihat jelas.
- Mandibula kiri terlihat lebih radiolusen dibanding mandibula kanan secara general
- Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas.
- Regio anterior jelas.
- Terdapat ghost image pada palatum durum, cervical vertebrae, dan tulang hyoid. Tidak
terdapat artefak.
- Kesimpulan: radiograf dapat diinterpretasi.

b. General View
- Kuantitas dan kualitas tulang alveolar normal/fisiologis
- Sinus maksilaris kanan dan kiri normal
- Korteks kondil kiri lebih radiolusen akibat distorsi foto, jarak ruang sendi kanan dan kiri
sama
- Terdapat bayangan berkabut pada fossa nasalis kanan
- Malposisi pada beberapa gigi
- Diselaserasi pada beberapa akar gigi
- Sisa akar pada beberapa gigi
- Kehilangan pada beberapa gigi
- Radiolusensi di area periapikal pada beberapa gigi
- Radiolusensi di mahkota mencapai kamar pulpa pada satu gigi
- Penurunan tulang alveolar fisiologis secara generalis.
- Penurunan tulang alveolar secara fisiologis ± 5mm dari CEJ dengan tulang kortikal yang
terlihat masih utuh pada beberapa bagian
- Pola trabekulasi maksila dan mandibula normal.
- Densitas tulang rahang normal
- Daun telinga, bukaan mulut, dinding posterior faring, palatum molle dapat diidentifikasi

c. Kesimpulan Interpretasi
- Kuantitas dan kualitas tulang alveolar normal
- Sinus maksilaris kanan dan kiri normal, tidak terdapat pneumatisasi sinus dan inflamasi
- TMJ normal
- Terdapat bayangan berkabut pada fossa nasalis kanan
- Sisa akar gigi 15 dan 16
- Kelainan di periapikal gigi 15, 35, 37, 46, dan 47
- Kehilangan struktur mahkota pada gigi 46
- Kehilangan gigi 36 dan 38

d. Rencana Perawatan
- Pro THT: merujuk kelainan pada fossa nasalis kanan
- Pro Perio: scaling dan root planning
- Pro BM: Ekstraksi gigi 15 dan 16
- Pro Konservasi: PSA gigi 35, 37, 46, 47 ; Restorasi gigi 46
- Pro Prosthodontia: Pembuatan gigi tiruan untuk gigi 15, 16 dan 36

e. Catatan Selama Diskusi

CIRI UMUM RADIOGRAFI PANORAMIK


● Panoramik tidak bisa detail
● Ketidaksimetrisan posisi pasien bisa diketahui dari perbandingan radiopasitas bagian
kanan dan kiri secara keseluruhan, jika berbeda maka arah kepala pasien ada yang lebih
mendekati film.
● Panoramik rentan ketidaktepatan sudut horizontal dan vertikal, terutama vertikal
● Indikasi radiografi untuk 1 gigi impaksi pada GP menggunakan radiograf periapikal;
kecuali jika pasien ingin bedah 4 gigi impaksi langsung, radiograf panoramik dibutuhkan untuk
melihat keseluruhan kondisi pasien
● Hubungan akar dan kanalis tidak dapat dilihat dengan jelas melalui radiograf panoramik
karena rentan terjadi distorsi akibat lengkung diproyeksikan pada lembar film

STRUKTUR KRITIS PANORAMIK

● Kuantitas dan kualitas tulang alveolar


○ Perhatikan umur pasien
Umur sangat penting untuk menentukan keadaan kuantitas tulang pasien. Pasien yang umurnya
paruh baya ke atas, memiliki metabolisme yang tidak seimbang sehingga ada kemungkinan
penurunan tulang fisiologis.
● Pedoman untuk melihat penurunan tulang secara fisiologis apabila masih ada korteks
tulang alveolar.
● Kualitas tulang (densitas & trabekulasi) untuk mengesampingkan kelainan sistemik dan
keganasan

● Sinus Maksilaris

● TMJ
Pada panoramik yang bisa terlihat adalah kepala kondil, fossa glenoid, eminansia artikularis.
● Eminensia artikularis terbuka sedikit
● Ukur jarak kepala kondil ke fossa glenoid (ruang sendi)
● Jika lebar ruang sendi tidak sama kemungkinan ada ketidak seimbangan, maka harus
konsul
● Kepala kondil dilihat tulang kortikalnya, bandingkan kanan dan kiri
● Jika ada keluhan di TMJ maka harus konsul untuk foto radiograf TMJ

● Nasal septum dan Fossa nasalis


○ Fossa nasal kanan dan kiri dilihat apakah ada bayangan berkabut atau tidak.
○ Dilihat fossa nasalis simetris atau tidak
Dinda

a. Evaluasi Mutu Radiografi


- Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) dan sesuai tujuan pemeriksaan.
- Kontras, detail, dan ketajaman cukup.
- 3 regio (gigi anterior, kondil kanan dan kiri) terlihat jelas.
- Sudut mandibula kanan dan kiri simetris.
- Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas.
- Regio anterior jelas.
- Terdapat ghost image berupa tulang hyoid dan palatum durum. Tidak terdapat artefak.
- Kesimpulan: radiograf dapat diinterpretasi.

b. General View
- Sinus maksilaris: sinus maksilaris kanan normal dengan dasar sinus tidak mendekati
apikal gigi dan korteks dinding lateral sinus tidak mengalami penebalan; sinus maksilaris kiri
kurang terlihat karena tumpang tindih dengan gambaran palatum durum
- TMJ: tulang kortikal pada kedua kepala kondil berbatas smooth dan tidak mengalami
erosi, lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa glenoid) kanan lebih sempit
dibanding ruang sendi kiri (kemungkinan pengunyahan tidak seimbang, ditandai dengan terdapat
banyak gigi yang hilang pada sisi kanan)
- Fossa dan septum nasal: nasal fossa kanan lebih berkabut daripada nasal fossa kiri,
septum nasal normal
- Terjadi kehilangan tinggi tulang di beberapa tempat (kuantitas tulang), densitas dan pola
trabekulasi maksila dan mandibula normal (kualitas tulang)
- Kehilangan struktur pada beberapa gigi
- Sisa akar pada beberapa gigi
- Malposisi pada beberapa gigi
- Impaksi pada salah satu gigi
- Kehilangan pada beberapa gigi
- Daun telinga, palatum molle, bukaan mulut, dinding posterior faring dapat diidentifikasi

c. Kesimpulan Interpretasi
- Sinus maksilaris kanan normal, tidak terdapat pneumatisasi sinus dan inflamasi, sinus
maksilaris kiri curiga mengalami kelainan (tidak terlihat jelas)
- Terdapat bayangan berkabut pada nasal fossa kanan, septum nasal normal
- TMJ kanan kemungkinan mengalami kelainan, yaitu penyempitan pada ruang sendi
kanan
- Kuantitas tulang mengalami kehilangan di beberapa tempat dan kualitas tulang normal
- Sisa akar pada gigi 16 dan 15
- Malposisi gigi 27 dan 46
- Impaksi gigi 28
- Kehilangan struktur pada gigi 13 (kemungkinan mencapai saluran akar) dan 35
(kemungkinan mencapai pulpa)
- Fraktur gigi 31
- Kehilangan gigi 18, 17, 14, 26, 38, 37, 45, 47, 48

d. Rencana Perawatan
- Observasi pro-THT: evaluasi keadaan nasal fossa
- Observasi pro-foto sendi khusus: evaluasi fungsi TMJ
- Pro-Periodonti: scaling dan root planing
- Pro-BM: ekstraksi gigi 16, 15, 27, 28, 46
- Pro-Konservasi: PSA gigi 13 dan 35, serta restorasi gigi 31
- Pro-Prosthodontia: pembuatan GTSL untuk gigi 17, 16, 15, 14, 26, 27, 37, 45, 46, 47
e. Catatan
● Apabila pada gambaran panoramik wajah tampak tidak simetris, bandingkan terlebih
dahulu radiopasitas sudut mandibula kanan dan kiri. Jika salah satu tampak lebih radiopak, maka
sebenarnya wajah pasien simetris. Hal tersebut terjadi karena kesalahan pengambilan foto
dimana bagian wajah yang lebih radiopak tersebut lebih mendekati film, sehingga menyebabkan
wajah tampak tidak simetris.
● Usia pasien: lebih muda daripada marcella (belum mencapai usia paruh baya) → dilihat
dari dasar sinus maksila yang belum mengalami penurunan/mendekati apikal gigi geligi RA, serta
cusp pada gigi geligi masih runcing.
● Jika terdapat kelainan pada area nasal, seperti terdapat bayangan berkabut pada nasal
fossa → observasi pro-THT
● Lebar ruang sendi kanan lebih sempit daripada yang kiri, kemungkinan disebabkan
karena banyak gigi yang hilang pada sisi kanan sehingga pengunyahan menjadi tidak seimbang.
→ lebar ruang sendi sangat mempengaruhi fungsi sistemik dan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien; jika terjadi perubahan perlu dilakukan evaluasi fungsi TMJ
(observasi foto sendi khusus), terutama saat ingin membuat GT.

Bebel

Evaluasi mutu
1. Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) dan sesuai tujuan pemeriksaan.
2. Kontras, detail, dan ketajaman kurang baik.
3. 3 regio terlihat jelas (kondil kanan, kiri, dan anterior).
4. sudut mandibula kanan dan kiri tidak simetris.
5. septum nasal dan palatum durum terlihat kurang jelas.
6. regio anterior jelas.
7. Terdapat ghost image pada palatum durum, cervical vertebrae, dan tulang hyoid. Tidak terdapat
artefak.
8. Radiograf dapat diinterpretasi.
General View
1. Sinus maksilaris: Sinus maksilaris kanan dan kiri normal dasar sinus maksilaris mendekati
apikal gigi; korteks dinding lateral sinus tidak mengalami penebalan; TMJ: Tulang kortikal pada
kepala kondil kanan smooth, kepala kondil kiri tumpang tindih; tidak mengalami erosi, lebar
ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa glenoid) kiri lebih sempit dibanding kanan.
fossa dan septum nasal: Nassal fossa kanan lebih berkabut daripada kiri, septum nasal normal
2. Terjadi kehilangan tinggi tulang secara fisiologis dengan generalis; densitas dan trabekulasi
maksila dan mandibula normal
3. dilaserasi pada dua gigi; Malposisi pada beberapa gigi; Sisa akar pada beberapa gigi;
Kehilangan pada
beberapa gigi; Radiolusensi di area peripapikal pada beberapa gigi; Kehilangan struktur pada
beberapa gigi,
4. Daun telinga, palatum molle, bukaan mulut, dinding posterior faring dapat diidentifikasi

Kesimpulan interpretasi (DD/radiografis)


1) Sinus maksilaris kanan dan kiri normal, tidak terdapat pneumatisasi sinus dan tidak terjadi
inflamasi
2) Terdapat bayangan berkabut pada nasal fossa kanan, septum nasal normal
3) TMJ kiri kemungkinan mengalami kelainan
4) Malposisi gigi 13, 23, 24, 36, 44
5) Radiolusensi area periapikal gigi 15, 16, 37,35,46,47
6) Radiolusensi mencapai pulpa pada gigi 12, 35
7) Penurunan alveolar crest mencapai 1/3 servikal akar pada maksila dan mandibula
8) Sisa akar pada gigi 15, 14, 22, 26, 45
9) Kehilangan gigi 17,18, 25,27,28, 37,38, 47,48

Rencana merujuk atau tindak lanjut lainnya


1) Observasi pro konsul THT evaluasi keadaan nasal fossa
2) Observasi pro foto sendi khusus: evaluasi fungsi TMJ
3) Pro periodonti: scaling dan root planing
4) Pro BM: Ekstraksi sisa akar gigi 15,14, 22, 26, 45
5) Pro Konservasi: PSA gigi 12, 35
6) Pro prostodonti: Pembuatan GTS untuk gigi 17, 15, 14, 22, 25, 26 27, 37, 45, 47
CATATAN
1. Tanda untuk mengetahui usia dari foto radiologi adalah dengan melihat adanya
- atrisi gigi → paruh baya
- tinggi tulang alveolar yang masih ada korteks tulang alveolar, jika dia masih ada korteks
tetapi dibawah CEJ →paruh baya
2. Pada perawatan orto penting untuk memperhatikan simetris, maka perlu diperbaiki jika posisi
pasien salah saat pengambilan foto
3. Kesalahan foto panoramik
Dasar sudut mandibula kanan kiri tidak seimbang bukan berarti tidak simetris. Ketidaksimetrisan
dasar sudut mandibula kanan dan kiri bisa disebabkan karena adanya kesalahan posisi pasien saat
foto, jika gigi-gigi tampak lebih putih, maka daerah tersebut lebih dekat ke film. Selain itu, bisa
dilihat dari septum nasal yang seharusnya terletak diantara I1. Jika tidak, maka adanya kesalahan
saat pengambilan foto
Misal: pasien saat foto menengok ke kiri maka di hasil foto panoramic pada gigi gigi posterior
kanan akan tampak lebih putih dibanding kiri
Pada kasus panoramic nabilah, gigi posterior kanan lebih putih dibanding kiri, maka pada bagian
kanan lebih mendekati film
4. Struktur Kritis Panoramik
- Struktur kritis adalah struktur yang mengarahkan perlunya rujuk atau tidak
- Pada penilaian struktur kritis panoramic, SELALU INGAT ADANYA POSISI YANG
SALAH
- Struktur kritis terdiri dari
(1) Kuantitas dan kualitas tulang alveolar
(2) Sinus maksilaris – dilihat sinus maksilaris kanan kiri, sinus pneumatisasi, dasar sinus maksila
apakah mendekati apical, korteks dinding lateral sinus mengalami penebalan atau tidak,
radiolusensi rongga, adanya fluid level
→Rongga sinus: jika pada sinus maksilaris terdapat radiolusensi berkabut dan segaris cairan
maka perlu dilakukan konsul
→Sinus pneumatisasi: jika ada sinus pneumatisasi biasanya disertai kehilangan gigi sehingga ke
arah puncak alveolar. Proses tersebut merupakan fisiologis. Akan tetapi, jika ingin dibuatkan gigi
tiruan, perlunya informasi ke pasien akan ada rasa tertekan
→ Korteks dinding lateral sinus: apakah mengalami penebalan atau tidak. Jika adanya penebalan
pada salah satunya, maka kemungkinan adanya penebalan mukosa atau reaksi disebut mucositis
(3) TMJ
Struktur TMJ: Kepala kondil, fossa glenoid, eminensia artikularis
Evaluasi: lihat menggunakan loop
- korteks yang menyelubunginya, bandingkan apakah masih ada, terputus atau tidak,
- adanya erosi atau tidak
- Lebar ruang sendi
(4) Septum nasal dan fossa nasal
(5) Korteks tepi bawah mandibula→ pada kondisi-kondisi tertentu pada perempuan dapat
diketahui adanya osteoporosis atau tidak

Sandra

Prosedur Uraian Interpretasi

Evaluasi Mutu Radiograf

Mahasiswa menyatakan apakah objek Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah
tercakup dalam radiograf sesuai tujuan mandibula).
pemeriksaan

Mahasiswa menentukan apakah kontras, detil Kontras, detil, dan ketajaman cukup.
dan ketajaman radiograf baik

Mahasiswa menentukan kejelasan 3 regio: gigi 3 regio (gigi anterior, kondil kanan dan kiri) terlihat
anterior, kondil kanan, dan kiri jelas.

Mahasiswa mementukan kesimetrisan dimensi Sudut mandibula kanan dan kiri simetris.
sudut mandibula kanan dan kiri

Mahasiswa menentukan ketepatan dimensi Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas
vertical melalui kejelasan septum nasal dan
palatum durum

Mahasiswa menentukan ketepatan radiograf Regio anterior terlihat jelas


dalam arah horizontal melalui kejelasan regio
anterior

Mahasiswa menentukan ada tidaknya ghost Terdapat ghost image berupa palatum durum dan
image atau artefak tulang hyoid. Tidak terdapat artefak

Mahasiswa menyimpulkan apakah radiograf Radiograf dapat diinterpretasi


dapat diinterpretasi

General View

Keadaan struktur kritis yang tampak pada Sinus maksilaris: sinus maksilaris kanan dan kiri
radiograf (sinus maksilaris, TMJ, fossa dan normal dengan dasar sinus tidak mendekati apikal
septum nasal) gigi dan korteks dinding lateral sinus tidak
mengalami penebalan.
TMJ: tulang kortikal pada kedua kepala kondil
berbatas halus dan tidak mengalami erosi, lebar
ruang sendi kanan dan kiri sama.
Fossa dan septum nasal: nasal fossa kanan lebih
berkabut daripada nasal fossa kiri. Septum nasal
normal.

Keadaan kuantitas tulang (tinggi tulang) dan Adanya penurunan ketinggian tulang pada
kualitas tulang (densitas dan pola trabekulasi beberapa tempat. Densitas dan pola tulang normal.
tulang)

Keadaan dan perubahan pada gigi geligi Terdapat malposisi pada beberapa gigi, kelainan
periapikal pada satu gigi, kehilangan struktur pada
beberapa gigi, sisa akar pada beberapa gigi, dan
kehilangan pada beberapa gigi.

Jaringan lunak yang dapat diidentifikasi (bila Tedapat daun telinga dan bukaan mulut.
terlihat)

Kesimpulan Interpretasi berdasarkan 1) Sinus maksilaris kanan dan kiri normal, tidak
perubahan/kelainan di radiograf terdapat pneumatisasi sinus dan inflamasi sinus.
2) Fossa nasal dan nasal septum normal.
3) Kedua TMJ normal dengan lebar ruang sendiri
antara kanan dan kiri yang sama.
4) Terdapat penurunan kuantitas tulang. Kualitas
tulang normal.
5) Malposisi gigi 24, 27, 34, 33, 45.
6) Kehilangan struktur pada gigi 16.
7) Kehilangan gigi 18, 14, 21, 26, 28, 38, 36, 35, 46,
47, 48.
8) Sisa akar pada gigi 11, 23, 24.
9) Kelainan periapikal gigi 43.

Rencana merujuk atau tindak lanjut lainnya 1) Pro-Perio: scalling dan root planning.
bila diperlukan 2) Pro-BM: ekstraksi gigi 11, 23, 24.
3) Pro-konservasi: restorasi gigi 16, perawatan
saluran akar gigi 43.
4) Pro-prostodonti: pembuatan GTS untuk gigi 11, 14,
21, 23, 24, 26, 36, 35, 46, 47.

Notulensi:
· Mengenali usia dilihat dari atrisi gigi dan tinggi tulang alveolar yang masih ada
korteksnya. Kalo korteksnya ada tapi dibawah CEJ dan giginya atrisi, maka usianya
kemungkinan paruh baya.
· Perhatikan septum nasal. Untuk melihat distorsi horizontal dan vertikal. Horizontal
simetris kanan kiri dan liat septum nasal harusnya ditengah tengah antara gigi 11. Ada kesalahan
posisi pasien kalau dia miring. Bisa dilihat juga dari gigi posteriornya. Jika lebih putih, maka
posisi wajah lebih dekat dengan film.
· 3 struktur kritis: kualitas dan kuantitas tulang, TMJ, sinus maksilaris, mukosa nasal dan
septum nasal, korteks tepi bawah mandibula.
· Sinus: maksilaris kanan kiri, dasar sinus, dinding korteks lateral, radiolusensi rongga nasal (jika
ada seperti garis cairan, harus difoto)
· Sinus pneumatisasi: Proses fisiologis. adanya peningkatan volume pada sinus akibat gigi
hilang, sehingga sinus akan mengambil ruang gigi tersebut di puncak alveolar. Dalam
pembentukan protesa, akan ada rasa tertekan, karena dasar sinusnya dekat dengan tulang alveolar.
Ada ketebalan korteks di salah satu tempat, adanya reaksi mucositis.
· TMJ: evaluasi kepala kondil, fossa glenoid, dan eminence articularis. Pada kepala kondil
terlihat korteksnya (apakah kanan dan kiri radiodensitasnya sama atau tidak) dan adanya erosi
atau tidak. Perhatikan lebar ruang sendi (antara fossa glenoid dengan kepala kondil) kanan dan
kiri apakah sama besar atau tidak.
· Kalau ada perbedaan anatomis, pada rencana perawatan dan kesimpulan harus ada observasi
pro-konsul THT, pro-konsul pembuatan foto kondil khusus.
Vanya

panoramik
a. Evaluasi Mutu Radiografi
● Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) dan sesuai tujuan pemeriksaan.
● Kontras, detil, dan ketajaman cukup baik.
● 3 regio terlihat jelas (kondil kanan, kiri, dan anterior).
● Sudut mandibula kanan dan kiri simetris.
● Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas.
● Regio anterior jelas.
● Terdapat ghost image pada tulang hyoid, cervical vertebrae, dan palatum durum. Tidak
terdapat artefak.
● Radiograf dapat diinterpretasi.

b. General View
● Terdapat penurunan tinggi tulang alveolar secara fisiologis dari CEJ sebanyak ± 3mm
dengan tulang kortikal yang terlihat masih utuh pada beberapa bagian. Pola trabekulasi tulang
normal.
● Sinus maksilaris: Dasar sinus maksilaris kanan mendekati apikal gigi dan korteks dinding
lateral sinus tidak mengalami penebalan, dasar sinus maksilaris kiri melewati apikal gigi (1/3
apikal akar) dan korteks dinding lateral tidak mengalami penebalan.
● TMJ: Kondil kiri sedikit lebih radiolusen dibandingkan kondil kanan, keduanya tidak
mengalami erosi. .
● Fossa nasalis: Terdapat bayangan berkabut pada kedua fossa nasalis, namun terlihat lebih
berkabut pada fossa nasalis kiri.
● Terdapat malposisi pada beberapa gigi.
● Terdapat sisa akar beberapa gigi.
● Terdapat beberapa kehilangan gigi.
● Terdapat radiolusensi di area apikal pada salah satu gigi.
● Terdapat radiolusensi di mahkota mencapai kamar pulpa pada beberapa gigi.
● Terdapat dilaserasi pada beberapa akar gigi.
● Daun telinga, bukaan mulut, dinding posterior faring, dan palatum mole dapat
diidentifikasi.

c. Kesimpulan Intepretasi
● Kuantitas tulang alveolar mengalami penurunan dan kualitas tulang alveolar normal.
● Dasar sinus maksilaris kanan dan kiri mendekati apikal, terjadi pneumatisasi sinus, tidak
terdapat inflamasi.
● Ada dugaan kelainan pada area TMJ kiri.
● Terdapat bayangan berkabut pada kedua fossa nasalis.
● Sisa akar gigi 25, 37, 42, dan 44.
● Kelainan di periapikal gigi 11.
● Kehilangan struktur mahkota pada gigi 11, 22, 31, 32, 38, dan 41.
● Kehilangan gigi 18, 16, 26, 43, 46, dan 48.
● Malposisi gigi 15, 14, 24, 27, 28, 35, dan 45.

d. Rencana Perawatan
● Observasi pro - THT: Evaluasi keadaan nasal fossa dan sinus pneumatisasi.
● Observasi pro - Foto TMJ: Evaluasi fungsi TMJ, dugaan kelainan pada TMJ kiri.
● Pro - Periodonti: Scaling dan root planing.
● Pro - BM: Ekstraksi sisa akar gigi 25, 37, 42, dan 44.
● Pro - Konservasi: PSA gigi 11 dan 38; Restorasi gigi 22.
● Pro - Prostodonti: Pembuatan GTS untuk gigi 18, 16, 26, 43, 46, dan 48.

e. Catatan dan Revisi selama Diskusi


● Foto panoramik digunakan untuk melihat kondisi secara general.
● Foto panoramik bukan merupakan pilihan yang tepat untuk melihat kondisi secara
spesifik dikarenakan hasil foto panoramik tidak fokus serta memiliki ketidakakuratan minimal
30%. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bidang anatomis dengan hasil foto, bidang lengkung
tercetak pada bidang datar (2D).
● Untuk kasus ekstraksi baik gigi maupun sisa akar untuk gigi tertentu dapat dilakukan foto
periapikal untuk mendapatkan hasil dengan detail yang lebih baik, selain itu efek radiasi yang
didapatkan tidak sebesar foto panoramik.
● Untuk ekstraksi multipel pada 4 regio dapat dilakukan foto panoramik.
● Pada sinus maksilaris perhatikan juga tulang kortikal secara keseluruhan apakah terjadi
penebalan untuk melihat kemungkinan inflamasi.
● Kondisi sinus maksilaris dan kabut pada fossa nasal harus diperhatikan dan dirujuk bila
perlu karena kondisi tersebut dapat mempengaruhi keluhan dan kepuasan pasien pasca insersi gigi
tiruan.
● Overlap yang terjadi pada TMJ kasus ini disebabkan oleh pasien membuka mulut terlalu
besar saat foto diambil. Tetap ada dugaan kelainan pada area TMJ kiri sehingga dilakukan konsul
foto TMJ lebih lanjut.
● Terdapat kabut pada fossa nasal kanan dan kiri, namun lebih terlihat pada fossa nasal kiri.
● Penurunan tulang yang terjadi pada kasus ini merupakan penurunan tulang fisiologis

Syifa Nur Adlina


(Gambar sama dengan Vanya)
Informasi diagnostik yang diperoleh:
Pasien perempuan berusia 63 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang), datang dengan
keluhan ingin membuat gigi palsu. Tujuan pemeriksaan: evaluasi sisa akar dan keadaan periapikal
dan periodontal. Pemeriksaan klinis: gigi 17 38 dan 45 vitalitas - (kemungkinan sudah nekrosis
pulpa), perkusi + (kemungkinan ada inflamasi periapikal akut).

Evaluasi Mutu Radiograf


- Sama seperti Vanya, namun pada diskusi kali ini palatum durum tidak termasuk ghost
image karena menurut Prof palatum durum bukan ghost image.

General View
- Terdapat penurunan tinggi tulang alveolar secara fisiologis ±3 mm dari CEJ. Pola
trabekulasi dan densitas tulang normal.
- Struktur kritis:
- Sinus maksilaris: dasar sinus maksilaris kanan normal, dasar sinus maksilaris kiri
melewati ⅓ apikal dan kemungkinan terjadi pneumatisasi sinus, korteks dinding
lateral sinus kanan dan kiri sama.
- TMJ: kondil kiri lebih radiolusen daripada kondil kanan, tulang kortikal pada
kedua kondil smooth dan tidak mengalami erosi. Lebar ruang sendi tidak dapat
ditentukan karena adanya overlap antara kondil dengan eminensia artikularis.
- Fossa dan septum nasal: terdapat bayangan berkabut pada fossa nasalis kanan
dan kiri, namun fossa nasalis kiri tampak lebih berkabut. Septum nasal normal.
- Korteks tepi bawah mandibula: korteks tepi bawah mandibula bagian kanan
tampak tidak se-smooth bagian kiri dan terlihat mengalami penipisan.
Rencana Perawatan
1. DHE
2. Observasi pro THT: evaluasi keadaan fossa nasal dan pneumatisasi sinus
3. Observasi pro foto TMJ: evaluasi fungsi TMJ dan dugaan kelainan pada TMJ kiri
4. Pro Perio: scaling dan root planing
5. Pro BM: ekstraksi sisa akar gigi 25, 37, 42, 44
6. Pro Konservasi: restorasi gigi 22; konsul foto radiograf periapikal untuk gigi 11, 17, 38,
dan 45
7. Pro Prostodonti: pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk gigi geligi yang hilang

Resume Diskusi
● Gambaran radiograf pada sisi kiri terlihat lebih radiopak daripada sisi kanan, menandakan
kemungkinan adanya kesalahan posisi pasien, yaitu kepala pasien miring ke kanan
sehingga sisi kiri pasien lebih dekat dengan film.
● Bentuk sinus maksilaris pada setiap orang sangat bervariasi, sehingga sulit untuk
menentukan posisi normal sinus pada setiap orang.
● Dasar sinus maksilaris dievaluasi hanya jika ada pneumatisasi sinus, yaitu dasar sinus
yang sudah hampir mencapai puncak prosesus alveolaris, umumnya terjadi pada keadaan
regio tidak bergigi (edentulous). Jika dasar sinus masih terletak pada ⅓ apikal atau
mencapai ⅓ tengah namun pada regio tersebut masih ada giginya, maka tidak perlu
dievaluasi selama dasar sinus kiri dan kanan sama.
● Pada pasien perempuan ini, usia sudah 63 tahun (paruh baya), evaluasi korteks tepi
bawah mandibula diperlukan untuk melihat kemungkinan terjadi osteoporosis. Dapat
dilakukan perbandingan korteks bagian kiri dan kanan, lalu dilihat juga apakah ada
penipisan, dan apakah ada reference site nya. Jika ada reference site maka dapat dilihat
dan dievaluasi.
● Pada kasus ini, korteks tepi bawah mandibula sebelah kanan terlihat tidak se-smooth
sebelah kiri dan ada penipisan, sehingga dibutuhkan observasi lebih lanjut.
● Pro konservasi untuk PSA tidak dapat langsung dilakukan karena radiograf panoramik
tidak memperlihatkan detail yang dibutuhkan untuk PSA tersebut. Harusnya dilakukan
pro foto dental untuk gigi-gigi tersebut sebelum dilakukan PSA.
Alma

a. Evaluasi Mutu Radiografi


● Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) dan sesuai tujuan pemeriksaan.
● Kontras, detil, dan ketajaman cukup.
● 3 regio (gigi anterior, kondil kanan dan kiri) terlihat jelas.
● Sudut mandibula kanan dan kiri simetris.
● Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas.
● Regio anterior terlihat jelas.
● Terdapat ghost image berupa mandibula, palatum durum dan cervical vertebrae, tidak
terdapat artefak.
● Radiograf dapat diintepretasi.

b. General View
● Sinus maksilaris: sinus maksilaris kiri terlihat mengalami sedikit penurunan dengan dasar
sinus mendekati apikal gigi dan korteks dinding lateral sinus tidak mengalami penebalan; sinus
maksilaris kanan terlihat normal.
● TMJ: tulang kortikal pada kedua kepala kondil berbatas smooth dan tidak mengalami
erosi, lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa glenoid) kanan lebih sempit
daripada ruang sendi kiri.
● Fossa dan septum nasal: fossa nasal kiri dan kanan berkabut, septum nasal normal
● Terjadi penurunan tulang alveolar secara fisiologis ± 5mm dari CEJ (penurunan alveolar
crest mencapai 1/3 tengah akar).
● Kualitas tulang alveolar ( densitas dan pola trabekulasi maksila dan mandibular) normal.
● Terdapat sisa akar pada beberapa gigi.
● Kehilangan satu gigi.
● Malposisi pada beberapa gigi
● Radiolusensi di area periapikal pada beberapa gigi.
● Radiolusensi di mahkota mencapai kamar pulpa pada beberapa gigi.
● Daun telinga, bukaan mulut, dinding posterior faring, palatum molle dapat diidentifikasi.

c. Kesimpulan Intepretasi
● Kuantitas tulang mengalami kehilangan di beberapa tempat, kualitas tulang normal.
● Sinus maksilaris kanan normal, kiri mengalami sedikit penurunan, tidak terdapat
pneumatisasi sinus dan inflamasi.
● TMJ kanan kemungkinan mengalami kelainan (penyempitan pada ruang sendi kanan).
● Terdapat bayangan berkabut pada fossa nasalis kiri dan kanan, septum nassal normal.
● Sisa akar gigi 17 dan 36.
● Kelainan di periapikal gigi 46, 15,16.
● Kehilangan struktur mahkota pada gigi 15, 46.
● Kehilangan gigi 28.

d. Rencana Perawatan
● Observasi pro-THT: evaluasi keadaan nasal fossa.
● Observasi pro-foto sendi khusus: evaluasi fungsi TMJ.
● Pro-foto dental: melihat kelainan periapikal gigi 46, 15, 16.
● Pro-periodonti: scaling dan root planning.
● Pro-BM: ekstraksi sisa akar 17 dan 36.
● Pro-konservasi: PSA gigi 16, 46, restorasi 15.
● Pro-prosto: gigi tiruan cekat gigi 17 dan 36.

e. Catatan dan Revisi selama Diskusi


● Foto panoramik tidak bisa untuk melihat secara detail.
● Panoramik tidak indikasi untuk cabut sisa akar gigi seperti keluhan pasien yang ingin
cabut sisa akar gigi, sehingga diperlukan foto periapikal juga untuk melihat secara detail kondisi
sekitar sisa akar.
● Dari foto panoramik didapatkan informasi bahwa pasien dicurigai mengalami TFO
karena terjadi penyempitan lebar ruang sendi di bagian kanan yang menandakan adanya TMJ
sehingga diperlukan observasi pro-foto TMJ terutama kalau ada keluhan.
● Trauma bisa juga disebabkan karena kebiasaan buruk dapat dilihat secara keseluruhan
gigi pasien mengalami atrisi. Sehingga foto panoramik diperlukan untuk melihat kondisi secara
keseluruhan, karena adanya trauma untuk melihat efek terhadap tulang, namun tidak indikasi
untuk cabut sisa radiks.
● Kabut pada fossa nasal bisa saja karena fisiologis dari pasien, kecuali pasien ada keluhan
harus observasi pro-THT.
● Pada tepi bawah mandibuka dilihat apakah korteks mengalami penebalan atau tidak.
● Jika evaluasi mutu curiga adanya distorsi vertikal, perlu diperbaiki terlebih dahulu.

Marsha

(Gambar sama dengan Alma)


Hampir seluruh yang sudah ditulis Alma sama dan sudah benar, namun pada diskusi 14 Mei
terdapat 3 hal yang dikoreksi oleh Prof antara lain:

● Palatum durum tidak termasuk ghost image. Palatum durum akan selalu nampak dalam setiap
foto radiograf panoramik; gambarannya berupa garis radiopak yang melengkung dari molar
ketiga ke molar ketiga diatas apeks gigi rahang atas. Jadi yang termasuk ghost image pada
gambar hanya os hyoid dan cervical vertebrae.
● Tidak dapat dikatakan terdapat “sedikit penurunan” sinus maksilaris karena bentuknya
yang bervariasi pada setiap orang. Selain itu, dasar sinus maksilaris hanya dievaluasi apabila
terdapat pneumatisasi sinus--sebuah proses fisiologis perbesaran rongga sinus maksilaris ke arah
apikal karena terdapat area yang edentulous. Apabila dasar sinus masih terletak pada ⅓ apikal
atau mencapai ⅓ tengah tapi pada regio yang bergigi, maka tidak perlu dievaluasi selama dasar
sinus kiri dan kanan sama. Jadi pada borang ditulis “sinus maksilaris kanan dan kiri normal”
● Foto panoramik tidak sesuai dengan tujuan pemeriksaan sehingga pada borang ditulis “Objek
tercakup tapi tidak sesuai dengan tujuan pemeriksaan”.
● Borang *rencana perawatan semua sama persis dengan kasus Alma jadi tidak dilampirkan.
Sasha

Informasi diagnostik :
Pasien perempuan berusia 55 tahun (kemungkinan metabolismenya sudah tidak seimbang)
datang dengan keluhan banyak sisa akar. Tujuan pemeriksaan panoramik adalah untuk melihat
keadaan periapikal dan periodontal. Pada pemeriksaan klinis, ditemukan gigi 16 vitalitas - dan
perkusi +.

Resume :
● Untuk melihat sisa akar dengan lebih detail, sebaiknya lakukan foto radiograf periapikal.
Radiograf periapikal yang paling geometris (objek dan gambaran radiografnya memiliki
ukuran dan bentuk yang sama) adalah paralel.
● Pada radiograf panoramik, terjadi distorsi, terutama distorsi vertikal > 30% di posterior
mandibula.
● Jika ingin melihat radiks dan struktur-stuktur anatomis di sekitarnya, maka radiograf
panoramik boleh dilakukan. Akan tetapi, jika ingin mencabut banyak radiks dan secara
klinis radiks tersebut mencurigakan, maka sebaiknya lakukan foto radiograf periapikal
(agar tidak double panoramik-periapikal, karena radiasi berbahaya). Pada kasus ini diduga
akan dilakukan pembuatan gigi tiruan → radiograf panoramik.
● General view :
Terdapat artefak berupa peniti. Hal tersebut kemungkinan terjadi akibat pasien tidak
melepaskan kerudungnya. Sebaiknya jangan sampai menutupi daerah yang akan dibaca.
● Struktur kritis :
1. Fossa dan septum nasal
2. Sinus maksila
3. TMJ
Yang dievaluasi adalah TMJ, bukan hanya kondilus. Lihat posisi kondil terhadap
glenoid fossa dan eminentia articularis. Hal tersebut perlu dilakukan karena pada kasus
kelainan TMJ, tidak hanya mengenai kepala kondilus, melainkan juga perhatikan
eminentia-nya. Jika eminentia-nya flat, maka curigai sudah terjadi erosi (biasanya pada
pasien yang oklusinya tidak seimbang, ada bunyi).
4. Kualitas dan kuantitas tulang alveolar
5. Korteks tepi bawah mandibula
Bagian kanan radiodensitasnya lebih rendah.
● Terlihat genial tubercle (struktur radiopak yang dikelilingi radiolusen di median
mandibula).
● Borang :
Suci
● Tujuan pemeriksaan tidak sesuai dengan indikasi karena gigi akan dilakuk

an PSA dan untuk PSA tidak bisa hanya dilakukan pengambilan radiograf panoramik, diperlukan
pengambilan radiograf periapikal. Tidak semua pasien harus dilakukan pengambilan radiograf
panoramik hanya untuk kepentingan data base, harus dipertimbangkan risiko dan manfaatnya
(risk and benefit), termasuk efek dosis radiasinya terhadap pasien, sehingga pengambilan
radiograf pada pasien harus dilakukan secara selektif.
● General view:
Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula), kontras, detil, dan ketajaman baik, 3
regio berupa gigi anterior, kondil kanan, dan kondil kiri terlihat jelas, sudut mandibula kanan dan
kiri simetris, septum nasal dan palatum durum terlihat jelas, regio anterior terlihat jelas, serta
tidak terdapat ghost image dan artefak, sehingga dapat disimpulkan bahwa radiograf dapat
diinterpretasi.
● Palatum durum sejatinya bukan ghost image dan merupakan jaringan keras yang harus
terlihat di gambaran radiograf panoramik, dikatakan ghost image jika terlihat berbayang ada dua
dan terproyeksi dari kiri ke kanan. Ghost image dapat berupa struktur anatomi atau objek yang
terlalu radiopak.
● Struktur kritis:
➢ Fossa dan septum nasal: fossa nasal terlihat berkabut yang menyebabkan massa rongga
tidak simetris, harus dilakukan observasi pro-THT.
➢ Sinus maksila: normal, dengan ⅓ apikal gigi melewati dasar sinus maksilaris.
➢ TMJ: perhatikan bentuk kepala kondil, radiodensitasnya, outline kortikal, dan korteks
yang menyelubungi kepala kondil.
Evaluasi bentuk kepala kondil dengan membandingkan kanan dan kiri, pada kasus ini kepala
kondil kanan dan kiri sama. Lalu, bandingkan radiodensitasnya, di mana pada kasus ini
radiodensitas keduanya sama. Outline kortikal pada kasus tampak halus (smooth). Korteks yang
menyelubungi kepala kondil kiri lebih radiolusen dibandingkan korteks yang menyelubungi
kepala kondil kanan yang lebih radiopak.
➢ Kualitas dan kuantitas tulang alveolar: terdapat penurunan kuantitas tulang pada regio
yang telah mengalami kerusakan tulang alveolar, kualitas tulang normal.
➢ Korteks tepi bawah mandibula: perhatikan radiodensitas tepi inferior mandibula, pada
kasus ini korteks tepi bawah mandibula tidak mengalami penurunan densitas, tidak ada kelainan,
dan tidak ada erosi.

Stevie

● Radiograf panoramik digunakan untuk mengamati beberapa gigi impaksi (misalkan 4 gigi) karena
jika dilakukan 4 foto dental dosis radiasi lebih tinggi. Jika hanya satu gigi impaksi, dapat dilakukan
radiograf dental periapikal
● Pada periodontal, sangat dibatasi full mouth survey karena radiasi sangat besar dan bersifat kumulatif
● Indikasi utama radiograf panoramik yaitu untuk mengamati gigi geligi dan struktur sekitarnya serta
hubungan akar gigi dan struktur kritis (sangat krusial pada RA: sinus maksilaris dan RB: kanalis
mandibularis).
● Pada panoramik terjadi >30% distorsi vertikal pada posterior mandibula sehingga tidak cocok jika
digunakan hanya untuk mengamati 1 gigi impaksi.
● Saat evaluasi mutu perhatikan adanya kesimetrisan. Tidak simetris bisa terjadi akibat kesalahan posisi
pasien atau anomali. Sering terjadi fiksasi kurang baik sehingga sisi kanan dan kiri tampak tidak
simetris (contoh: sisi kiri mendekati film → pasien terlalu menengok ke kanan).
● Terdapat 5 struktur kritis:
- Sinus maksilaris
- TMJ: amati bentuk kiri dan kanan berbeda atau tidak, tulang kortikal, ruang sendi, adanya erosi,
eminensia artikularis
- Fossa dan septum nasalis: pada fossa nasalis terdapat kabut, bandingkan sisi kiri dan kanan mana
yang lebih berkabut. Pada kasus ini, fossa nasalis sebelah kiri lebih berkabut.
- Korteks inferior mandibula: amati adanya erosi, radiodensitas untuk perkirakan adanya
osteoporosis. Bisa gunakan loop untuk amati erosi (adanya cekungan-cekungan) → pro konsul
- Kuantitas dan kualitas tulang alveolar
● Rencana perawatan:
- Jika ada kelainan pada fossa dan septum nasalis atau sinus maksilaris → observasi pro konsul
THT.
- Jika ada kelainan TMJ → observasi pro-foto TMJ
Aimee

Informasi Diagnostik :
Perempuan usia 28 tahun (kemungkinan metabolisme masih seimbang)
Keluhan utama : sakit pada gigi kanan bawah belakang sejak 3 hari yang lalu. Tujuan
pemeriksaan: melihat kondisi periapikal.
Pemeriksaan klinis : gigi 16,37,46,dan 47 → vitalitas - (kemungkinan gigi susah nekrosis),
perkusi + (kemungkinan terjadi inflamasi akut periapikal), palpasi - (tidak terjadi pembengkakan)

Resume :
● Tujuan pemeriksaan pada kasus di atas tidak indikasikan untuk pengambilan foto panoramik karena
untuk melihat gigi dengan kelainan periapikal lebih jelas dengan foto radiograf dental periapikal.
Foto radiograf dental periapikal memiliki foto radiograf yang paling geometris. Foto panoramik pasti
terjadi distorsi yaitu distorsi vertikal >30%. Tidak semua pasien harus dilakukan pengambilan foto
panoramik. Prinsip dasar pengambilan foto radiograf adalah Risk vs Benefit untuk pasiennya yaitu
efek dosis radiasi terhadap pasien, sehingga pengambilan foto radiograf pada pasien harus selektif
● Indikasi panoramik yaitu untuk melihat secara keseluruhan kondisi gigi geligi dan tulang rahang
● Struktur anatomis yang terlihat pada radiograf panoramik yaitu :
1. Fisura pterygomaksilaris 11. Dasar dari fossa 22. Prosesus
nasalis koronoideus

2. Posterior border of maxilla 13. Foramen incisive 23. Posterior border dari
ramus

3. Tuberositas maksila 14. Palatum durum 24. Angulus mandibula

4. Sinus maksila 15.Prosesus 25. Tulang hyoid


zygomaticum dari
maksila

5. Dasar dari sinus maksila 16. Lengkung 26. Inferior border of the
zygomaticum mandible

6. Medial border of maxillary 17. 9ì 27. Foramen mentale


sinus/ lateral border of
nasal cavity
7. Batas bawah orbita 18. Meatus akustikus 28. Mandibular canal
eksternus

8. Infraorbital canal 19. Prosesus styloideus 29. Cervical vertebrae

9. Fossa nasalis 20. Kondilus mandibula 30. epiglotis

10. Nasal septum 21. Sigmoid notch

● Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula), kontras, detail, dan ketajaman cukup, 3
regio (gigi anterior, kondil kanan, dan kondil kiri) terlihat jelas, sudut mandibula kanan dan kiri
simetris,
● , tidak terdapat artefak, sehingga dapat disimpulkan bahwa radiograf dapat diinterpretasi.
● Pada kasus pasien diatas posisi pasien salah saat pengambilan foto dimana pasien terlalu menunduk
dapat dilihat dari batas mandibula berbentuk V. Hal ini menyebabkan cervical vertebrae terproyeksi
pada body of mandible dan menutupi angulus dan ramus mandibula. Jarak antara palatum dan ujung
akar gigi juga menjadi jauh.
● Ghost images dapat beberapa struktur anatomi yang terletak diantara x-ray source dengan center of
rotation. Gambaran ghost image akan muncul pada sisi kontralateral dari posisi anatomi yang
sebenarnya serta akan terlihat gambaran yang lebih besar dan blurred. Ghost image juga dapat
berupa objek dengan gambaran yang terlalu radiopak, contohnya aksesoris metal (anting, jepit
rambut) yang dapat menutupi detail anatomis, menutupi perubahan patologis atau mirip seperti
perubahan patologis, sehingga dapat mengganggu proses interpretasi radiograf.
● Palatum durum bukan ghost image dan memang merupakan jaringan keras yang harus terlihat pada
hasil foto panoramik, dikatakan palatum durum ghost image apabila terlihat berbayang ada 2 dan
terproyeksi secara kontralateral.
● Artefak adalah suatu struktur/objek yang berasal dari produk artifisial yang tidak seharusnya ada
pada radiograf serta tidak merepresentasikan struktur apapun dalam radiograf tersebut. Artefak
dapat berupa kesalahan pada pemprosesan foto seperti tergores, terkena kuku, sidik jari, terkena
cairan kimia.
● 5 struktur kritis yang dilihat pada intrepretasi radiograf panoramik kasus pasien diatas yaitu :
1. Kuantitas dan kualitas tulang secara general : Pada kasus di atas kuantitas dan kualitas tulang
normal. Tidak terjadi penurunan tulang.Densitas dan pola trabekulasi maksila dan mandibula
normal dimana metabolisme pasien masih seimbang.
2. Sinus maksilaris : pada kasus di atas sinus maksilaris kanan dan kiri normal, tidak terjadi
penebalan dinding sinus maksilaris sehingga tidak terjadi infeksi sinus, tidak terjadi
pneumatisasi sinus. Posisi dan batas sinus normal setiap orang berbeda-beda dan bentuk sinus
setiap orang juga berbeda ada yang berlobus-lobus sinus maksilarisnya. Pneumatisasi sinus
terjadi apabila sinus melebar hingga alveolar crest mengisi ruang yang kosong.
● Apabila pada suatu kasus lain terjadi pneumatisasi sinus atau infeksi sinus maka perlu
observasi pro konsul THT.
3. TMJ : dilihat dari outline tulang kortikal smooth atau mengalami erosi pada kedua kepala
kondil, membandingkan lebar ruang sendi antara kanan dan kiri, serta eminensia artikularis
dilihat terjadi erosi atau tidak. Erosi ini biasa terjadi pada pasien dengan oklusi tidak seimbang
atau mengalami clicking. Pada kasus di atas tulang kortikal pada kedua kepala kondil berbatas
smooth dan tidak mengalami erosi, lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa
glenoid) tidak dapat ditentukan karena tumpang tindih, eminensia artikularis kanan tidak
terlihat karena tumpang tindih, tetapi bagian kiri normal tidak terjadi erosi.
● Apabila pada suatu kasus lain TMJ diduga mengalami kelainan maka perlu observasi pro
foto TMJ
4. Fossa dan septum nasalis: pada kasus ini fosa nasal pasien tidak dapat ditentukan karena
tumpang tindih dengan palatum, septum nasal normal
● Apabila pada suatu kasus lain terlihat gambaran berkabut pada fossa nasal maka perlu
observasi pro konsul THT
5. Korteks Inferior border mandibula : pada kasus di atas terlihat adanya korteks inferior border
mandibula, korteks inferior border mandibula kontinu dan smooth, memiliki radiodensitas
yang lebih radiopaque dari tulang kanselus, ketebalan dari tulang kortikal inferior border
mandibula normal.
● Tulang kortikal pada inferior border mandibula apabila tidak ada berarti kemungkinan
ada kelainan sistemik. Untuk mengevaluasi terjadinya osteoporosis terutama pada
perempuan ataupun laki-laki pada usia menopause tulang kortikal inferior border
mandibula harus dievaluasi
● Rencana perawatan kasus pasien di atas:
1) Pro Perio: Scaling & Root Planning
2) Pro BM : ekstraksi gigi 28, 37,38
3) Pro Konservasi: PSA dan restorasi gigi 16,46,47 ; Restorasi gigi 43
4) Pro Prostodonti: Pembuatan GTS untuk gigi 36,37
Hanaa

Informasi diagnostik yang di dapat :


Pasien perempuan usia 56 tahun (kemungkinan metabolisme tidak seimbang), datang
dengan keluhan ingin membuat gigi palsu dan tujuan pemeriksaan adalah untuk melihat keadaan
periapikal dan periodontal.

Evaluasi mutu radiograf


- Objek tercakup (dari TMJ hingga tepi bawah mandibula) tetapi tidak sesuai dengan tujuan
pemeriksaan.
- Kontras, detail, dan ketajaman cukup.
- 3 regio yaitu kondil kanan, kiri, dan anterior terlihat jelas.
- Mandibula kanan terlihat lebih radiopak dibanding mandibula kanan secara general
- Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas.
- Regio anterior jelas.
- Terdapat ghost image pada cervical vertebrae dan tulang hyoid. Tidak terdapat artefak.
- Kesimpulan: Radiograf dapat diinterpretasi.

General View
- Terdapat penurunan ketinggian tulang alveolar (kuantitas), densitas dan pola trabekulasi tulang
maksila dan mandibula secara general normal (kualitas)
- Struktur kritis :
● Sinus maksilaris → Dasar sinus maksila kanan dan normal, tidak terjadi pneumotisasi
sinus, korteks dinding lateral sinus kanan lebih radiopak dibanding kiri
● TMJ → Lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa glenoid) kanan dan kiri
sama.

● Fossa dan septum nasal → Terdapat bayangan berkabut pada kedua fossa nasalis namun
terlihat lebih berkabut pada fossa nasalis kanan. Fossa sebelah kiri lebih sempit karena
terdapat penebalan dinding septum nasal sebelah kanan.
● Tepi bawah mandibula → Berbatas smooth dan tidak mengalami erosi
- Malposisi pada beberapa gigi, terjadi impaksi pada salah satu gigi, terdapat kehilangan beberapa
gigi, terjadi kehilangan tinggi tulang di beberapa tempat (kuantitas tulang), densitas dan pola
trabekulasi maksila dan mandibula normal (kualitas tulang)
- Daun telinga, bukaan mulut, dinding posterior faring, palatum molle dapat diidentifikasi

Kesimpulan Interpretasi
- Kuantitas tulang alveolar mengalami penurunan dan kualitas tulang alveolar normal.
- Dasar sinus maksilaris kanan dan kiri normal,tidak terjadi pneumatisasi sinus, tidak terdapat
inflamasi.
- TMJ normal.
- Terdapat bayangan berkabut pada kedua fossa nasalis kanan dan kiri.
- Impaksi pada gigi 23
- Kehilangan gigi 18, 26,27,38,45,46,48

Rencana Perawatan
1. DHE
2. Observasi Pro THT: Evaluasi keadaan fossa nasal
3. Pro Perio : Scalling & root planning
4. Pro BM : Pencabutan gigi 23 yang impaksi
5. Pro Prosthodonti : Pembuatan gigi tiruan untuk gigi geligi yang hilang

Resume Diskusi
- Pasien berusia 56 tahun, kemungkinan metabolisme tidak seimbang
- Indikasi panoramik adalah untuk melihat kuantitas dan kualitas tulang serta keadaan periapikal
dan periodontal secara keseluruhan (general). Detil tidak bisa didapatkan dengan foto panoramik.
Sehingga foto panoramik tidak sesuai dengan tujuan pemeriksaan yaitu untuk melihat keadaan
periapikal dan periodontal secara detil.
- Palatum durum pada gambaran radiograf panoramik berbentuk garis radiopak yang melengkung
dari molar 3 kanan ke kiri dan berada di apikal gigi geligi rahang atas.
- Palatum durum bukan merupakan ghost image, melainkan memang merupakan jaringan keras
yang harus terlihat pada hasil foto panoramik.
- Terlihat dinding lateral sinus yang lebih radiopak disebelah kanan. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan posisi pasien ketika dilakukan foto panoramik. Posisi pasien terlalu
miring ke kiri sehingga sisi kanan lebih dekat ke film.
- Terlihat outline kepala kondil kanan juga lebih radiopak, hal ini kemungkinan disebabkan juga
oleh kesalahan posisi pasien ketika dilakukan foto panoramik.
- Septum nasal selalu berada di tengah, terjadi bukan pembesaran tetapi penebalan ke arah dinding
septum nasal sebelah kanan. Hal ini menyebabkan fossa sebelah kanan lebih lebar dan fossa
sebelah kiri lebih sempit.
- Apa yang terlihat di general view yaitu impaksi pada gigi 23, dituliskan rencana perawatannya.
Sehingga pro BM untuk ekstraksi gigi 23 yang impaksi.

Thira
(8 Desember 2020)
Punya q sama aja sama punya bebel, skrg mau ngasih tips tambahan interpret pano sama prof hihi
1. Kalo ditanya “pertama kali yang harus kamu tau pas dapet radiograf (panonya) apa?” →
jawabannya adalah lihat tujuan pemeriksaan. Kalo sekedar ekstraksi 1 gigi, sisa akar, apalagi
PSA → indikasi foto periapikal. Jadii misal dapet kasus tp gak indikasi foto panoramik, di eval
mutu tulis: objek tercakup, namun tidak sesuai tujuan pemeriksaan.
2. Struktur Kritis ada 5:
a. Kuantitas dan Kualitas Tulang
b. Sinus Maksilaris
c. TMJ
d. Fossa dan Septum Nasal
e. Tepi Bawah Mandibula
→ yang di borang kita udah bener tp harusnya digabung yang kuantitas dan kualitas tulang.
Jadiii, pas general view bacain (1) keadaan dan perubahan gigi geligi (2) kuantitas dan kualitas
tulang (3) baru deh bacain struktur kritis sisanya (4) jaringan lunak
3. Tepi bawah mandibula yang diliat apanya? Jawabannya tulang korteksnya, yang dievaluasi:
a. ada/tidak
b. Kontinuitas
c. Outline
d. Lebar & ketebalan
e. Densitas
→ Pada perempuan usia2 sudah menopause, cek tambahan (bandingkan sisi kanan dan kiri)
untuk melihat kemungkinan osteoporosis:
● Simfisis
● Korpus Mandibula kanan-kiri
● Angulus Kanan dan Kiri
● Paling penting: erosi. Kalo dah ada erosi fix tanda2 osteoporosis

4. Kalo pasien nengok berarti salah satu sisinya lebih radiopak kan ya? Naah kalo nasal fossa
kebalikannya. Karena anatomis asli nasal fossa → radiolusen, maka jika makin dekat dengan
reseptor → makin radiolusen

CONTOH:
Kepala pasien berotasi ke sebelah kiri (nengok kiri), berarti yang lebih deket ke film yang kanan kan?
Berartii: - Struktur di sisi kanan terlihat lebih radiopak (tulang dan gigi geliginya)
- Nasal fossa kanan terlihat lebih radiolusen (kiri mungkin lebih berkabut) → tapi kalo malah
kanan yang lebih berkabut → curiga ada kelainan di nasal fossa kanan → pro observasi THT

Good luck ^_^

Tasha Larissa (13 Januari 2021)


Informasi Diagnostik :
Pasien laki-laki, 28 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang), datang dengan keluhan pembengkakan
dan rasa sakit di rahang bawah kiri selama 3 bulan terakhir (kemungkinan lesi sudah tumbuh membesar
dan meluas). Pembengkakan itu awalnya kecil, dan perlahan membesar.

Pemeriksaan Klinis :

● EO : Pembengkakan diffuse dan palpasi keras, berukuran 3x2 cm → kemungkinan lesi sudah
membesar dan meluas, tulang sudah menipis, dan merusak tulang diatas lesi.
● IO : Terdapat ekspansi tulang bukal dan lingual → kemungkinan diakibatkan lesi yang sudah membesar,
palpasi keras → kemungkinan lesi sudah membesar, tulang sudah menipis, dan merusak tulang diatas lesi.

Indikasi : pasien mengeluhkan ada pembengkakan → ingin melihat lesi dan perluasan lesi di tulang rahang bawah
(mandibula) dan sesuai dengan tujuan pemeriksaan

Evaluasi Mutu :
1. Objek tercakup dalam radiograf (dari TMJ kanan dan kiri, tepi bawah orbita hingga tepi bawah
mandibula tercakup), dan sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
2. Kontras, detil, dan ketajaman radiograf cukup.
3. 3 regio (gigi anterior, kondil kanan, dan kondil kiri) terlihat jelas.
4. Sudut mandibula kanan dan kiri simetris; Densitas sudut mandibula kanan lebih radiopak dibandingkan
kiri, kemungkinan disebabkan karena kesalahan posisi kepala pasien saat pengambilan radiograf
(kemungkinan posisi kepala pasien berotasi (menengok) ke kiri → sisi kanan lebih dekat ke film / reseptor
→ struktur di sisi kanan terlihat lebih radiopak).
5. Septum nasal dan palatum durum terlihat jelas
6. Regio anterior terlihat jelas.
7. Terdapat ghost image berupa tulang hyoid dan cervical vertebrae. Tidak terdapat artefak.
8. Radiograf dapat diinterpretasi.

General View : Terdapat kehilangan pada salah satu gigi, malposisi pada beberapa gigi, titik kontak yang
kurang baik pada beberapa gigi, impaksi pada beberapa gigi, dilaserasi akar pada beberapa gigi, resorpsi
akar eksterna pada beberapa gigi, dan radiolusensi pada “periapikal di salah satu regio.

Struktur Kritis Panoramik :


1. Kuantitas dan Kualitas Tulang: Terdapat penurunan tinggi tulang alveolar mencapai ⅓ servikal
akar secara generalis; Densitas dan pola trabekulasi tulang maksila dan mandibula normal.
2. Sinus maksilaris: Dasar sinus maksilaris kanan mendekati apikal gigi dan tidak terjadi
pneumatisasi sinus di sinus maksilaris kanan, dasar sinus maksilaris kiri berada di ⅓ apikal akar
gigi 26 dan 27 dan terjadi pneumatisasi sinus di sinus maksilaris kiri, dasar sinus maksilaris
kanan dan kiri normal, korteks dinding lateral sinus maksilaris kanan lebih radiopak dibandingkan
kiri (kemungkinan karena kesalahan posisi kepala pasien saat pengambilan radiograf), ukuran
sinus maksilaris kanan dan kiri tidak sama dan tidak simetris dimana ukuran sinus maksilaris kiri
lebih besar dibandingkan kanan, dan struktur interna rongga sinus maksilaris kanan lebih
berkabut radiopak dibandingkan kiri (kemungkinan karena kesalahan posisi kepala pasien saat
pengambilan radiograf).
3. TMJ: Tulang kortikal kepala kondil kanan smooth, kontinu, serta ketebalan dan densitasnya
normal, tulang kortikal kepala kondil kiri tidak smooth, terputus, serta ketebalan dan densitasnya
menurun, kondil kanan lebih radiopak daripada kondil kiri (kemungkinan karena kesalahan posisi
kepala pasien saat pengambilan radiograf), eminensia artikularis kanan dan kiri tidak mengalami
erosi, lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan fossa glenoid) kanan lebih sempit
dibanding kiri. Hal ini dapat disebabkan adanya kelainan pada TMJ sebelah kanan.
4. Fossa dan Septum Nasal: Fossa nasalis kanan terlihat lebih berkabut radiopak daripada yang
kiri serta ukuran fossa nasalis kanan terlihat tidak simetris dan lebih sempit dibandingkan kiri
(dikarenakan penebalan pada middle inferior turbinate (conchae), septum nasal normal. Hal ini
mungkin disebabkan adanya kelainan pada fossa nasal kanan.
5. Tepi Bawah Mandibula: tulang kortikal tepi bawah mandibula kanan dan kiri ada dan kontinue,
outline tulang kortikal tepi bawah mandibula kanan reguler sedangkan kiri irreguler (karena ada
ekspansi tulang di tepi bawah mandibula yang disebabkan adanya perluasan lesi), tebal dan
lebar tulang kortikal tepi bawah mandibula kanan normal sedangkan kiri meningkat (karena
adanya proses reaksi tulang terhadap perluasan lesi), berbatas smooth, tidak mengalami erosi,
dan terdapat perbedaan ukuran pada batas tepi mandibula kiri (karena adanya ekspansi tulang
yang disebabkan oleh perluasan lesi).
Kesimpulan Interpretasi
1. Kuantitas tulang alveolar mengalami penurunan mencapai ⅓ servikal akar seacara generalis,
sedangkan kualitas tulang normal.
2. Terdapat perbedaan ukuran sinus maksilaris kanan dan kiri. Sinus maksilaris kanan dan kiri tidak
simetris dan terdapat pneumatisasi sinus di sinus maksilaris kiri.
3. Terdapat bayangan berkabut dan penyempitan pada nasal fossa kanan (kemungkinan adanya
kelainan, sehingga butuh observasi lebih lanjut) dan septum nasal normal.
4. TMJ kanan kemungkinan mengalami kelainan, karena lebar ruang sendi antara kepala kondil dan
fossa glenoid TMJ kanan lebih sempit dari yang kiri.
5. Kehilangan gigi 37
6. Malposisi gigi 12, 22, 42, 43
7. Impaksi gigi 15, 18, 28, 38, 48
8. Dilaserasi akar gigi 33 dan 43
9. Resorpsi akar eksterna gigi 35, 36, dan 38
10. Radiolusensi pada apikal akar gigi 36 meluas ke badan dan ramus mandibula hingga batas
anterior ramus mandibula kiri melibatkan gigi 38 serta meluas ke tepi bawah mandibula kiri
hingga menyebabkan ekspansi tulang. DD: Susp. Ameloblastoma

Rencana Perawatan :
1. DHE & OP
2. Pro Periodonsia : Scaling dan Root Planing
3. Pro CBCT : untuk melihat secara jelas letak dan posisi impaksi Gigi 15
4. Pro BM : Tatalaksana gigi impaksi 18, 28, 38, 48; dan Tatalaksana tumor jinak posterior kiri
mandibula
5. Pro Orthodonsia : Tatalaksana malposisi gigi 12, 22, 42, 43 dan Tatalaksana perawatan gigi
impaksi 15
6. Pro Prostodonsia : Tatalaksana untuk menggantikan kehilangan gigi 37
7. Observasi Pro Konsul THT : Evaluasi keadaan fossa nasal kanan (bila terdapat keluhan)
8. Observasi Pro foto sendi khusus: Evaluasi fungsi TMJ

Catatan diskusi :
Rencana Perawatan di panoramik → saat PRO konsul, rencana perawatan tidak perlu ditulis secara
mendetail karena perawatan berasal dari kemauan dan keinginan pasien itu sendiri serta keputusan dari
dokter spesialis yang bersangkutan. Kecuali : adanya sisa akar gigi, maka boleh ditulis di rencana
perawatannya yaitu ekstraksi sisa akar gigi
YOREN (23 OKTOBER 2020)
DD1:
Kista
lateral

periodontal et causa proliferasi sisa epitel jaringan periodonsium


disertai dengan mild chronic adult marginal localized periodontitis et
causa retensi makanan diperberat oleh TFO
DD2: Odontogenik keratosis et causa proliferasi sisa epitel jaringan
perionsium disertai dengan mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh TFO

Evaluasi Mutu:
● Objek tercakup dan terletak di tengah
● Kontras, detil, dan ketajaman baik
● Daerah interdental jelas
● Jarak servikoinsisal dari cingulum lebih dari 2 mm, alveolar crest mendekati CEJ (<0,5 mm)
sehingga terjadi distorsi vertikal berupa pemendekkan
● Terjadi distorsi vertikal yang minimal
● Radiograf dapat diinterpretasi

General View
● Bentuk dan ukuran gigi normal, terdapat malposisi pada salah satu gigi
● Tidak terdapat perubahan
● Titik kontak tidak baik, garis oklusi tidak sebidang
● Terdapat perubahan
● Kehilangan lamina dura pada salah satu gigi dan terjadi penyempitan serta kehilangan ruang
periodontal pada salah satu gigi
● Titik kontak tidak baik menyebabkan irregularitas pada alveolar crest dan garis oklusi yang tidak
sebidang penebalan lamina dura pada apikal dan kehilangan ruang periodontal pada salah satu
gigi
● Pola dan densitas normal
● Terdapat radiolusensi berbentuk tear drop yang berada pada lateral diantara dua gigi yang meluas
dari 1/3 servikal hingga 1/3 apikal
● Titik kontak tidak baik menyebabkan irregularitas pada alveolar crest dan garis oklusi yang tidak
sebidang menyebabkan kehilangan lamina dura dan kehilangan ruang periodontal pada salah satu
gigi, dan terdapat radiolusensi pada lateral diantara dua gigi yang meluas dari 1/3 servikal hingga
1/3 apikal
● Kelainan berasal dari periodontal

HABIBAH (25 NOVEMBER 2020)

Informasi diagnostik:
Pasien perempuan 29 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang dengan keluhan
ingin menambal gigi kanan bawah belakangnya (kemungkinan kelainan berasal dari
pulpoperiapikal). Pasien mengaku gigi tersebut sakit bila makan (kemungkinan terjadi infeksi
akut).

Pemeriksaan klinis:
Gigi 47 vitalitas (-) (kemungkinan sudah nekrosis pulpa), perkusi (+) (kemungkinan terjadi
inflamasi akut di periapeks), palpasi (-) (kemungkinan belum terjadi pembengkakan)
OHIS 2,2 (sedang)

DD1 : Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized
marginal periodontitis et causa retensi makanan
Alasan:
● AAK → vitalitas (-) kemungkinan sudah nekrosis pulpa, perkusi (+) kemungkinan terjadi
inflamasi akut pada periapeks, struktur interna lesi radiolusen berkabut dan berbatas difus, lamina
dura hilang pada ⅓ apikal, terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar lesi (menandakan bahwa
lesi bersifat kronis).
● Mild chronic adult localized marginal periodontitis → terdapat iregularitas puncak alveolar,
adanya titik kontak yang buruk menyebabkan retensi makanan.

DD2 : Granuloma terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult localized
marginal periodontitis et causa retensi makanan
Alasan:
● Granuloma terinfeksi → vitalitas (-) kemungkinan sudah nekrosis pulpa, struktur interna lesi
radiolusen berkabut, lamina dura hilang pada ⅓ apikal, terjadi peningkatan densitas tulang di
sekitar lesi (menandakan bahwa lesi bersifat kronis) dan sebagai bentuk pertahanan untuk
melokalisir lesi (usia pasien masih muda), perkusi (+) menandakan bahwa granuloma terinfeksi.
● Mild chronic adult localized marginal periodontitis → terdapat iregularitas puncak alveolar,
adanya titik kontak yang buruk menyebabkan retensi makanan.

MINE (12 Oktober 2020)

DD1: Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
marginal localized periodontitis et causa OH buruk diperberat retensi makanan
Alasan:
● Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa: sesuai informasi diagnostik pasien
mengeluhkan rasa ngilu, dengan pemeriksaan vitalitas gigi (-) yang menandakan sudah terjadi
nekrosis pulpa dan perkusi (+) yang menandakan adanya inflamasi pada periapikal. Terdapat lesi
di apikal berupa pelebaran ruang periodontal di apikal gigi dengan diameter +/- 0.5-1 mm
mengikuti bentuk apikal gigi yang terlihat pada apikal akar bagian mesial dengan lamina dura
intak tanpa disertai perubahan kondisi tulang rahang di sekitar gigi.
● Moderate Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis et causa OH buruk diperberat
retensi makanan: penurunan tinggi tulang pada bagian mesial dan distal sebanyak 5 mm dari
CEJ, yakni 3,5 mm dari tinggi tulang normal, terjadi pada pasien berusia 33 tahun, pada daerah
marginal. Pasien memiliki skor OH 3,6 sehingga termasuk kategori buruk. Titik kontak yang
tidak baik antara gigi 23 dan 24 menyebabkan adanya retensi makanan sehingga memperberat
kondisi periodontitis
DD2: Abses dini et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa OH buruk diperberat retensi makanan
Alasan:
● Abses Dini et causa Nekrosis Pulpa: sesuai informasi diagnostik pasien mengeluhkan rasa
ngilu, dengan pemeriksaan vitalitas gigi (-) yang menandakan sudah terjadi nekrosis pulpa dan
perkusi (+) yang menandakan adanya inflamasi pada periapikal. Terdapat lesi di apikal berupa
pelebaran ruang periodontal di apikal gigi dengan diameter +/- 0.5-1 mm pada apikal akar bagian
mesial sehingga DD2 Abses Dini namun perbedaan dengan Periodontitis Apikalis Kronis adalah
pada Abses Dini lamina dura terputus pada ⅓ apikal. Kemudian, toidak ada perubahan kondisi
tulang rahang di sekitar gigi.
● Moderate Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis et causa OH buruk diperberat
retensi makanan: penurunan tinggi tulang pada bagian mesial dan distal sebanyak 5 mm dari
CEJ, yakni 3,5 mm dari tinggi tulang normal, terjadi pada pasien berusia 33 tahun, pada daerah
marginal. Pasien memiliki skor OH 3,6 sehingga termasuk kategori buruk. Titik kontak yang
tidak baik antara gigi 23 dan 24 menyebabkan adanya retensi makanan sehingga memperberat
kondisi periodontitis
Catatan diskusi:
● Menentukan kondisi tulang rahang dengan menggunakan reference site tulang rahang pada gigi
yang normal
● Saat mendeskripsikan kondisi tulang kortikal, deskripsikan perbedaan pada mesial dan distal
● Evaluasi lesi periapikal menggunakan panduan 7 clues

MINE (7 Desember 2020)


DD1: Moderate chronic adult marginal localized periodontitis et causa OH buruk diperberat
retensi makanan dan TFO
Alasan: Penurunan tinggi tulang pada bagian mesial sebanyak 7 mm dan distal sebanyak 8 mm
dari CEJ, yakni 5 mm dan 6 mm dari tinggi tulang normal, terjadi pada pasien berusia 48 tahun di margin.
Pasien memiliki skor OH 3,4 sehing ga termasuk kategori buruk. Titik kontak yang kurang baik antara
gigi 43 dan 44, serta 43 dan 42 menyebabkan adanya retensi makanan sehingga memperberat kondisi
periodontitis. Garis oklusi kurang baik menyebabkan TFO, terlihat gambaran penebalan lamina dura dan
pelebaran ruang periodontal.
DD2: Severe chronic adult marginal localized periodontitis et causa OH buruk diperberat retensi
makanan dan TFO
Alasan: Kehilangan tulang lebih dari ½ panjang akar, terjadi pada pasien berusia 48 tahun. Pasien
memiliki skor OH 3,4 sehingga termasuk kategori buruk. Titik kontak yang kurang baik antara gigi 43
dan 44, serta 43 dan 42 menyebabkan adanya retensi makanan sehingga memperberat kondisi
periodontitis. Garis oklusi kurang baik menyebabkan TFO, terlihat gambaran penebalan lamina dura dan
pelebaran ruang periodontal.
Catatan diskusi:
● Kontras dilihat pada bagian tanpa anatomi, baik jika sehitam karbon→ jika kurang baik maka
detil dan ketajaman biasanya juga menjadi cukup
● Pada kondisi tulang rahang sebutkan reference site yang digunakan
● Beri keterangan pada periodontitis→ marginal atau apikalis
● Pada alasan pemilihan DD, masukan informasi diagnostik dan hasil pemeriksaan terlebih dahulu
kemudian kaitkan dengan hasil pemeriksaan radiograf

Mutiara Amanda 7/12/2020


DD 1 : Moderate Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk diperberat
oleh TFO dan retensi makanan
Alasan :
● BOP + => kemungkinan terjadi inflamasi pada jaringan periodontal
● Terjadi distorsi vertikal berupa pemanjangan sekitar 1 mm, diperkirakan ketinggian
tulang alveolar crest yang tersisa sudah berjarak estimasi 4 mm dari CEJ (kerusakan
tulang estimasi 2,5 mm)
● Dikarenakan OH buruk karena OHIS 3,2
● Diperberat oleh retensi makanan dikarenakan titik kontak yang tidak baik
● Terjadinya TFO disebabkan oleh garis oklusi tidak sebidang, dan terlihat adanya
penebalan lamina dura dan ruang periodontal

DD 2 : Mild Chronic Adult Localized Marginal Periodontitis et causa OH buruk di perberat oleh
TFO dan retensi makanan

Alasan : dikarenakan adanya distorsi vertikal berupa pemanjangan diperkirakan terjadi


kerusakan tulang 1-2 mm dari CEJ. Dikarenakan OH buruk karena OHIS 3,2. Diperberat oleh
retensi makanan dikarenakan titik kontak yang tidak baik. Terjadinya TFO disebabkan oleh garis
oklusi tidak sebidang, dan terlihat adanya penebalan lamina dura dan ruang periodontal

Catatn Diskusi:
● Apabila kontras cukup, maka detil dan ketajaman cukup
● Pada kondisi perubahan tulang rahang sertakan reference site
● Pada 7 clues, tulis dengan lengkap kondisi alveolar crest sesuai dengan apa yang dinilai
pada specifik view
RAMA 10 Desember 2020

1. DD1 : Kista Traumatik et causa nekrosis Pulpa disertai moderate chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan
a. merupakan kista karena terdapat gambaran radiolusen berbatas elas
dengan diameter 17 mm pada apikal gigi 11 meluas hingga midline dan
mesial gigi 13
b. kista traumatik karena terdapat riwayat terjatuh
c. diagnosis kelainan periodontal mild chronic localized periodontitis karena
terdapat penurunan tulang >2 mm di alveolar crest
2. DD2 : Kista nasopalatine et causa sisa epitel duktus yang berproliferasi disertai
moderate choric adult marginal localized periodontitis et causa retensi makanan
a. kista nasopalatine karena letaknya di anterior RA dan lokasi yang mirip
dengan kista nasopalatine

Catatan diskusi

● Pada kasus pasien Perkusi (+) menunjukan bahwa kista traumatik terinfeksi
● umur pasien 41 tahun jadi di diagnosis ditambahkan adult sehingga DD1nya “
Kista traumatik terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult
marginal localized periodontitis et causa retensi makanan “

HALIMAH (10 Desember 2020)


Informasi Diagnostik

Laki-laki 35 tahun (kemungkinan metabolisme seimbang) datang ke RSKGM FKG UI dengan


keluhan gigi kiri atas belakang sakit nyut-nyutan sejak 2 hari yang lalu (kemungkinan kelainan
berasal dari pulpoperiapikal)

Pemeriksaan objektif:
- Vitalitas (-), (gigi nonvital, nekrosis pulpa)

- Perkusi (+) (kemungkinan terdapat inflamasi akut pada periapikal)

- Palpasi (-)
DD 1: Periodontitis Apikalis Kronis et causa nekrosis pulpa disertai Mild Adult Chronic Marginal
Localized Periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan:

- Gigi vitalitas (-) nonvital (nekrosis pulpa), perkusi (+) inflamasi akut pada periapikal, dan
palpasi (-) (tidak ada pembengkakan)

- Periodontitis apikalis kronis :pelebaran ruang periodontal pada 1/3 apikal akar gigi 26
dan lamina dura masih intact

- nekrosis pulpa dikarenakan gigi nonvital

- Mild adult chronic localized periodontitis dikarenakan terjadi penurunan tulang alveolar
±2 mm pada sisi mesial gigi 26
DD 2: Abses Dini et causa nekrosis pulpa disertai Mild Adult Chronic Marginal Localized
Periodontitis et causa retensi makanan diperberat TFO
Alasan:

- Gambaran abses dini akut menyerupai periodontitis apikalis akut, namun yang
membedakan pada abses dini lamina dura sudah terputus

Catatan diskusi:
- Pada alasan pemilihan DD, jelaskan informasi diagnostik dan hasil pemeriksaan terlebih
dahulu lalu dikaitkan dengan hasil radiograf
- Periodontitis disebabkan oleh retensi makanan bukan oleh titik kontak yang buruk

14 Desember 2020

Kezia

DD 1 : Kista traumatik terinfeksi et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult
marginal periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan : Diagnosis kista dipilih karena lesi radiolusen pada ⅓ apikal gigi yang meluas hingga ⅓
tengah dan tulang rahang dengan bentuk bulat dan diameter kurang lebih 18 mm dan informasi
diagnostik vitalitas (-) yang mengindikasikan gigi non vital, traumatik dipilih karena ada riwayat
terbentur, dan terinfeksi dipilih karena pada informasi diagnostik terdapat inflamasi akut (perkusi
+) dan pada gambaran radiograf tidak terdapat batas tepi kortikal lesi. Mild chronic adult
localized marginal periodontitis dipilih karena penurunan tulang alveolar crest sebesar kurang
lebih 0,5 mm dari normal. Retensi makanan dipilih karena terdapat titik kontak yang buruk.

DD 2 : Kista nasopalatine et causa sisa epitel ductus yang mengalami degenerasi sistik
disertai mild chronic adult localized marginal periodontitis et causa retensi makanan.

Alasan : Kista pada gambaran kasus memiliki lokasi yang mirip dengan kista nasopalatine

Catatan diskusi: Apabila tulang kortikal sudah tidak kontinue, maka outline tidak ada.
18 Desember 2020

Khairunnisa

DD 1

Moderate chronic adult marginal localized periodontitis et causa OH Buruk diperberat


oleh Retensi Makanan dan TFO.

Alasan : Pada informasi diagnostik dikatakan terdapat kegoyangan derajat 2 pada gigi 35
berarti terdapat kerusakan tulang, kemudian informasi ini didukung dengan gambaran
radiografis berupa kehilangan tulang hampir mencapai setengah akar (6 mm pada sisi distal
dan 3 mm pada sisi mesial) dan karena dari informasi diagnostik didapatkan indeks OHI-S 3,4
berarti menunjukan bahwa OH pasien buruk dan karena terdapat titik kontak yang buruk antara
gigi 35 dan 36 maka hal ini dapat menunjukan adanya retensi makanan yang memperberat
kondisi periodontitis. TFO disebabkan oleh garis oklusi yang tidak sebidang dan pada
gambaran radiografis terlihat adanya penebalan lamina dura dan pelebaran ruang periodontal.

DD 2

Severe chronic adult localized periodontitis et causa OH buruk diperberat oleh Retensi
Makanan dan TFO

Gambarannya menyerupai dengan moderate chronic adult marginal localized periodontitis


namun yang membedakan adalah kerusakan tulang pada kasus yang severe seharusnya
sudah mencapai ½ akar atau melebihi ½ akar. Kemudian, dari informasi diagnostik didapatkan
indeks OHI-S 3,4 berarti menunjukan bahwa OH pasien buruk dan karena terdapat titik kontak
yang buruk antara gigi 35 dan 36 maka hal ini dapat menunjukan adanya retensi makanan yang
memperberat kondisi periodontitis. TFO disebabkan oleh garis oklusi yang tidak sebidang dan
pada gambaran radiografis terlihat adanya penebalan lamina dura dan pelebaran ruang
periodontal.

KASUS FARAH 11 JAN 2021

DD

Mild Chronic Adult Marginal Localized


Periodontitis et causa retensi makanan

Moderate Chronic Adult Marginal Localized


Periodontitis et causa retensi makanan

Khuzaima Adyasti (8 Februari 2021)

(zoom aj kl mo liat lebih jelas)


DD1: Kista apikalis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized periodontitis et
causa retensi makanan dan TFO
Alasan:
● Diagnosis kista apikalis ditegakkan berdasarkan terdapat gambaran radiolusensi membulat
berdiameter +- 10 mm dengan batas tepi jelas dan kontinu menyerupai tulang kortikal di apikal
akar gigi 11, meluas ke apikal gigi 12, kemungkinan disebabkan oleh lesi radiolusen di mahkota
yang menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa
● Diagnosis penyerta: mild chronic adult marginal localized periodontitis ditegakkan berdasarkan
adanya iregularitas dan kehilangan tulang kortikal di alveolar crest, serta penurunan tinggi tulang
1-2 mm dari normal. Diagnosis diperberat TFO dikarenakan garis oklusi tidak sebidang, ada
pelebaran ruang periodontal dan penebalan lamina dura)

DD2: Granuloma apikalis et causa nekrosis pulpa disertai mild chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan dan TFO
Alasan: Gambaran klinis mirip dengan kista, usia pasien juga masih < 40 tahun (metabolisme diduga
seimbang), serta memiliki bentuk membulat di apikal, namun ukurannya biasanya kurang dari 10 mm.

Fransiska Indah (26 Februari 2021)

Informasi Diagnostik:
Pasien wanita, 50 tahun (kemungkinanmetabolisme tidak seimbang) datangdengan keluhan tidak
nyaman saatmengunyah (kemungkinan ada retensimakanan)
Pemeriksaan Klinis:
vitalitas - (kemungkinan nekrosis pulpa), perkusi + (kemungkinan inflamasi akut di periapikal)
DD1: Abses apikalis kronis et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan
Alasan: Abses apikalis kronis dipilih berdasarkan pemeriksaan klinis vitalitas gigi (–)
(kemungkinannekrosis pulpa), perkusi (+) (kemungkinan terdapat infeksi periapikal). Berdasarkan
gambaran radiograf, terdapat radiolusensi yang menyebar dari 1/3 apikal sampai 1/3 tengah gigi yang
belum meluas ke bifurkasi dan kelainan periodontal yang masih moderate sehingga radiolusensi yang
terlihat belum meluas ke seluruh bagian dentoalveolar. Moderate chronic adult marginal localized
periodontitis dipilih karena penurunan tulangyang terjadi >2mm dari tinggi tulang normal. Retensi
makanan karena adanya titik kontak yang tidak baik serta keluhan tidak nyaman dari pasien.

DD2: Abses dentoalveolar et causa nekrosis pulpa disertai moderate chronic adult marginal localized
periodontitis et causa retensi makanan
Alasan: Abses dentoalveolar dipilih berdasarkan pemeriksaan klinis vitalitas gigi (–) (kemungkinan
nekrosis pulpa), perkusi (+) (kemungkinan terdapat infeksi periapikal). Berdasarkan gambaran radiograf,
terdapat radiolusensi yang menyebar dari 1/3 apikal sampai 1/3 tengah gigi, radiolusensi sudah
menyebar keseluruh bagian akar distal mendekati area bifurkasi. Moderate chronic adult marginal
localized periodontitis dipilih karena penurunan tulang yang terjadi >2mm dari tinggi tulang normal.
Retensi makanan karena adanya titik kontak yang tidak baik serta keluhan tidak nyaman.

Puput Wulandari (26 Februari 2021)

DD
Kelainan tumbuh kembang gigi morfologi (bentuk) mahkota gigi berupa Dens Evaginatus (Talon Cusp)
disertai Mild Chronic Adult Marginal Localized Periodontitis et causa retensi makanan diperberat oleh
titik kontak yang buruk dan garis oklusi yang tidak sebidang.

Alasan :

- Diagnosis talon cusp ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yang terdapat tonjolan enamel
pada permukaan palatal gigi dan gambaran tonjolan radiopak berbentuk v-shaped dengan
radiopasitasnya sama dengan radiopasitas enamel pada daerah cingulum mahkota bagian
palatal.
- Diagnosis penyerta mild chronic adult marginal localized periodontitis ditegakkan berdasarkan
adanya irregularitas dan kehilangan alveolar crest, serta penurunan tinggi tulang 1-2 mm dari
normal.

Farah 1 April 2021

● Kuantitas tulang alveolar normal, terdapat massa radiopak irreguler


berbatas jelas pada tulang rahang atas kiri regio anterior dari puncak tulang
alveolar hingga mendekati palatum durum menyebabkan gigi 23 impaksi
dengan posisi semivertikal dan mahkota overlap dengan 1/3 apikal akar gigi
21 22 (DD: Suspek complex odontoma), densitas dan pola trabekulasi
tulang alveolar lainnya normal.
● Ukuran sinus maksilaris kanan dan kiri tidak dapat ditentukan, dasar sinus
maksilaris kanan normal; tidak terdapat pneumatisasi, korteks dinding sinus
maksilaris kanan dan kiri tidak mengalami penebalan.
● Posisi kepala kondil kanan lebih rendah dibanding kiri, tulang kortikal pada
kedua kondil tidak jelas, lebar ruang sendi (ruang antara kepala kondil dan
fossa glenoid) sama besar.
● Fossa nasal kiri terdapat bayangan berkabut, septum nasal jelas.
● Tulang korteks inferior border mandibula normal.
● Terdapat benih gigi 18,28,38,48 dengan pertumbuhan mencapai 1/3
servikal mahkota.
● Terdapat malposisi gigi 15,14,22,24,25,33.
● Terdapat impaksi gigi 23.
Rencana Perawatan
● Pro CBCT: Evaluasi posisi impaksi gigi 23
● Pro Konsul BM: Tatalaksana susp. Complex odontoma dan impaksi gigi 23
● Pro Konsul Orthodonsia: Evaluasi dan tatalaksana koreksi malposisi gigi 23
● Observasi - Pro Konsul THT: jika terdapat keluhan pada fossa nasalis

Stevie 31/08/21

Anda mungkin juga menyukai