Anda di halaman 1dari 11

Nama : Lutfi Nurisma Laila

NIM : 42420017

Kelas : PGSD 2020 E

Mata Kuliah : PENDIDIKAN INKLUSI

A. PENGERTIAN TUNADAKSA

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Jika mereka mengalami ganguan gerekan karena kaluyuhan pada fungsi saraf otak,mereka
disebut Cerebral Palsy(CP). Pengertian Anak tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya
dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik ,tuna daksa diartikan sebagai seseorang yang
fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan didalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan
program dan layanan khusus. Pengertian yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan
pada kedokteran. Daerah mana ia mengalami kelainan.
Istilah tunadaksa berasal dari kata Tuna yang artinya rugi, kurang dan kata daksa berarti
tubuh. Sehingga tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang yang memiliki
kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti kaki, tangan atau bentuk tubuh. Penderita
tunadaksa merupakan seseorang yang mengalami kesulitan akibat kondisi tubuhnya sendiri
sehingga membutuhkan bantuan untuk orang lain.

B. KARAKTERISTIK TUNADAKSA
Menurut Aziz (2015), seorang penyandang tunadaksa memiliki karakteristik sebagai
berikut:

a. Karakteristik Kognitif 
Implikasi dalam konteks perkembangan kognitif ada empat aspek yang turut mewarnai
yaitu: pertama, kematangan yang merupakan perkembangan susunan saraf misalnya
mendengar yang diakibatkan kematangan susunan saraf tersebut. Kedua, pengalaman
yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan dan dunianya. Ketiga,
transmisi sosial yaitu pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial. Keempat, ekuilibrasi yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak.
Wujud konkrit dapat dilihat dari angka indeks kecerdasan (IQ). Kondisi ketunadaksaan
sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitif.

b. Karakteristik Inteligensi 
Untuk mengetahui tingkat inteligensi anak tunadaksa dapat digunakan tes yang telah
dimodifikasi agar sesuai dengan anak tunadaksa. Tes tersebut antara lain hausserman Test
(untuk tunadaksa ringan), illinois test dan peabody picture vocabulary test.

c. Karakteristik Kepribadian 
Ada beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak
tunadaksa atau cacat fisik, diantaranya: pertama, terhambatnya aktivitas normal sehingga
menimbulkan perasaan frustrasi. Kedua, timbulnya kekhawatiran orangtua biasanya
cenderung over protective. Ketiga, perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap
penyandang tunadaksa menyebabkan mereka merasa bahwa dirinya berbeda dengan
orang lain. Efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang dialaminya menimbulkan sifat
harga diri rendah, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif atau mematikan
kreativitasnya. Selain itu yang menjadi problem penyesuaian penyandang tunadaksa
adalah perasaan bahwa orang lain terlalu membesar-besarkan ketidakmampuannya.

d. Karakteristik Fisik 
Selain potensi yang harus berkembang, aspek fisik juga merupakan potensi yang harus
dikembangkan oleh setiap individu. Akan tetapi bagi penyandang tunadaksa, potensi itu
tidak utuh karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna. Secara umum perkembangan
fisik tunadaksa dapat dinyatakan hampir sama dengan orang normal pada umumnya
kecuali pada bagian-bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau terpengaruh oleh
kerusakan tersebut.

e. Karakteristik Bahasa/Bicara 
Setiap manusia memiliki potensi untuk berbahasa, potensi tersebut akan berkembang
menjadi kecakapan berbahasa melalui proses yang berlangsung sejalan dengan kesiapan
dan kematangan sensori motoriknya. Pada penyandang tunadaksa jenis polio,
perkembangan bahasa atau bicaranya tidak begitu normal, lain halnya dengan
penyandang cerebral palsy. Gangguan bicara pada penyandang cerebral palsy biasanya
berupa kesulitan artikulasi, phonasi, dan sistem respirasi.

C. KELEBIHAN TUNADAKSA

1. Semangat mereka setebal baja untuk terus berusaha. Mereka tak peduli dengan
keterbatasan yang ada.

2. Mereka punya persaudaraan yang kuat.


3. Mereka tidak mudah putus asa dan pantang menyerah.

D. PENYEBAB TUNADAKSA
Menurut Murtie (2014), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
tunadaksa, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor kelahiran 
Beberapa masalah dalam kelahiran yang menyebabkan tunadaksa yaitu, 

1. Pinggul ibu yang terlalu sempit membuat bayi menjadi sulit keluar dan terjepit. 
2. Pemberian injeksi yang berlebihan untuk mendorong bayi keluar mempengaruhi sistem
saraf otaknya. 
3. Treatment untuk mengeluarkan bayi yang dilakukan secara ditarik juga mempengaruhi
saraf bayi.

b. Faktor kecelakaan 
Faktor kecelakaan bisa menjadi hal yang utama penyebab tunadaksa pada seseorang.
Kecelakaan bisa terjadi pada masa bayi, misalnya terjatuh pada saat digendong. Bisa juga
terjadi pada saat anak sudah bisa berjalan, misal terjatuh dari tangga, terjatuh dari sepeda
atau mengalami kecelakaan dengan orang lain.
c. Terkena virus 
Tunadaksa juga bisa disebabkan oleh virus yang mungkin menggerogoti tubuhnya. Sehingga
salah satu atau beberapa organ tubuh menjadi tidak berfungsi. Misalnya polio dan beberapa
virus lainnya.

E. DIAGNOSIS TUNADAKSA
1. Faktor Prenatal (sebelum kelahiran)
Kelainan fungsi anggota tubuh atau ketunadaksaan yang terjadi sebelum bayi lahir atau
ketika dalam kandungan dikarenakan faktor genetik dan kerusakan pada sistem saraf
pusat. Faktor yang menyebabkan bayi mengalami kelainan saat dalam kandungan adalah:
Anoxia prenatal, hal ini disebabkan pemisahan bayi dari plasenta, penyakit anemia,
kondisi jantung yang gawat, shock, dan percobaan pengguguran kandungan atau aborsi,
gangguan metabolisme pada ibu, bayi dalam kandungan terkena radiasi, radiasi langsung
mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga sehingga struktur maupun fungsinya
terganggu, ibu mengalami trauma (kecelakaan). Trauma ini dapat mempengaruhi sistem
pembentukan syaraf pusat. Misalnya ibu yang jatuh dan mengalami benturan keras pada
perutnya dan mengenai kepala bayi akan mengganggu sistem syaraf pusat, infeksi atau
virus yang menyerang ibu hamil sehingga mengganggu perkembangan otak bayi yang
dikandungnya.

2. Faktor Neonatal (saat lahir)


Mengalami kendala saat melahirkan, seperti: Kesulitan melahirkan karena posisi bayi
sungsang atau bentuk pinggul ibu yang terlalu kecil, pendarahan pada otak saat
kelahiran, kelahiran prematur, penggunaan alat bantu kelahiran berupa tang karena
mengalami kesulitan kelahiran yang mengganggu fungsi otak pada bayi, gangguan
plasenta yang mengakibatkan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan terjadinya
anoxia dan pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan adalah contoh faktor Neonatal
penderita Tuna Daksa. Pemakaian anestasi yang berlebihan ketika proses operasi juga
dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi yang berakibat pada disfungsi otak.
3. Postnatal (setelah kelahiran)
Walaupun proses melahirkan sudah berlalu, tidak ada jaminan seorang individu untuk
terbebas dari Tuna Daksa seumur hidupnya. Penyakit seperti meningitis (radang selaput
otak), enchepalitis (radang otak), influenza, diphteria, dan partusis adalah beberapa
penyakit yang dapat berdampak fatal menyebabkan disfungsi otak. Selain itu, mengalami
benturan keras di bagian kepala, dan terjatuh dari tempat yang tinggi tanpa menggunakan
pengaman kepala juga merupakan faktor penyebab Tuna Daksa.

F. PENANGANAN TUNADAKSA
Yang perlu kita lakukan adalah:

1. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis
secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa bertambah kecacatannya (bengkok,
mengecil, kaku).
2. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan
saran yang diberikan.
3. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki anak.
Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi berhasil seperti anak lain sebayanya.
4. Memerlukan latihan rutin, dan menggunakan alat bantu untuk mencegah bertambahnya
kecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.
Cara membantunya :

 Cara membantu pengguna kruk untuk berjalan : biarkan mereka bertumpu pada lengan
atau bahu kita, jangan digandeng.
 Berikan sarana bidang miring (ramp) bagi pengguna kursi roda, atau bantu mendorong
kursi rodanya
 Bagi penderita gangguan bicara, bicara singkat dan jelas
 Tawarkan tempat duduk dekat pintu
 Sediakan toilet yang cukup luas atau pintu toilet ditarik keluar
 Pasang railing sepanjang dinding
 Untuk bangunan bertingkat sediakan lift. Atau pindahkan kegiatan ke lantai bawah
A. PENGERTIAN CEREBRAL PALSY
Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang
disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan
berkembang, paling sering sebelum kelahiran. Dari pengertian diatas makan dapat
ditegaskan bahwa anak cerebral palsy adalah seseorang dengan umur dibawah 18
tahun yang mengalami gangguan pada gerak tubuh sebagai dampak dari
kerusakan otak yang menetap atau permanen akibatnya otak tidak berkembang.

B. KARAKTERISTIK CEREBRAL PALSY

 Gangguan motorik
 Gangguan motorik dapat berupa kelumpuhan, kelayuhan, kekakuan, gerakan yang
tidak terkendali, gerakan ritmis, maupun kekakuan.
 Gangguan sensoris
 Kerusakan pada otak dapat berdampak pada kemampuan sensoris atau indra misal
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, maupun perasa.
 Gangguan tingkat kecerdasan
 Tingkat kecerdasan pada cerebral palsy bervariasi baik diatas rata-rata, normal, dan
sisanya cenderung dibawah rata-rata. CP yang memiliki tingkat kecerdasan rendah
dapat pula mengalami masalah persepsi maupun kognisi.
 Kemampuan bicara
 Dampak dari kerusakan otak juga dapat berdampak pada kemampuan bicara seperti
suara tidak terdengar ataupun suara terbata-bata/gagap.

A. KELEBIHAN CEREBRAL PALSY


1. Semangat mereka setebal baja untuk terus berusaha. Mereka tak peduli
dengan keterbatasan yang ada.

2. Mereka punya persaudaraan yang kuat.


3. Mereka tidak mudah putus asa dan pantang menyerah.

B. PENYEBAB CEREBRAL PALSY

Telah dijelaskan di atas bahwa cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling
umum dari kecacatan yang terjadi pada anak-anak. Biasanya, adanya kelainan ini
pada anak dapat terdeteksi saat anak mulai berusia 3 tahun. Penyebab cerebral palsy
adalah cedera otak atau masalah yang terjadi selama kehamilan, kelahiran atau dalam
usia 2–3 tahun kehidupan seorang anak.

Berikut penyebab cerebral palsy lainnya:

 Masalah kelahiran prematur


 Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran
 Cedera kepala yang serius
 Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis
 Beberapa masalah menurun dari orangtua ke anak (kondisi genetik) yang
memengaruhi perkembangan otak.

C. DIAGNOSIS CEREBRAL PALSY

Dokter akan menduga seorang anak mengalami cerebral palsy, apabila terdapat
sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya,
dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan, seperti:

 Elektroensefalografi (EEG). EEG bertujuan untuk melihat aktivitas listrik otak,


dengan menggunakan bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala.
 Uji pencitraan. Uji pencitraan dilakukan untuk melihat area otak yang rusak atau
berkembang tidak normal. Sejumlah uji pencitraan yang dapat dilakukan adalah
MRI, CT scan, dan USG.
Dokter saraf juga dapat menjalankan pemeriksaan fungsi luhur untuk menemukan
adanya gangguan kecerdasan, serta gangguan dalam bicara, mendengar, melihat, dan
bergerak.

D. PENANGANAN CEREBRAL PALSY

Pengobatan Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan, tapi gejala dan cacat
dapat dibantu dengan terapi fisik, terapi okupasi, konseling psikologi, dan operasi.

Terapi fisik membantu anak mengembangkan otot yang lebih kuat dan bekerja
dengan keahlian, seperti berjalan, duduk, dan keseimbangan. Alat tertentu, misalnya
penyangga logam untuk kaki, atau pembebat, mungkin juga bermanfaat bagi anak.

Dengan terapi okupasi, anak mengembangkan kemampuan motorik yang baik,


misalnya untuk memakai baju, makan, dan menulis.

Terapi bicara dan bahasa membantu anak dengan kemampuan berbicara. Anak dan
keluarga dibantu dengan pendukung, pendidikan khusus, dan servis yang terkait.

A. PENGERTIAN GIZI BURUK


Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan konsumsi zat gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari, yang
ditandai dengan berat dan tinggi badan tidak sesuai umur (dibawah rata-rata) dan
harus ditetapkan oleh tenaga medis. Definisi Gizi buruk adalah status gizi yang
didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan
padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) kurang dari -3 SD (Kemenkes, 2011).

B. KARAKTERISTIK GIZI BURUK


Gejala kurang gizi
Kehilangan 5-10% berat tubuh dalam waktu 6 bulan merupakan tanda utama
dalam gizi buruk. Berat badan rendah, orang dengan indeks massa tubuh (IMT)
dibawah 18,5 kg/m2 berisiko malnutrisi. (IMT adalah rasio antara berat badan (kg)
dan tinggi badan (m) kuadrat) Kurang nafsu makan dan minum.

C. KELEBIHAN GIZI BURUK


Secara umum, gizi buruk memiliki 2 bentuk, yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi.
Pada anak-anak, kurang gizi bisa menyebabkan mereka mengalami gangguan
tumbuh kembang, berkurangnya tingkat kecerdasan dan prestasi akademik, berat
badan kurang, serta stunting.

D. PENYEBAB GIZI BURUK

Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak memeroleh makanan
dengan kandungan energi dan protein yang cukup. Umumnya hal ini sering dikaitkan
dengan tingkat perekonomian yang rendah. Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau
kwashiorkor banyak terjadi di negara berkembang. Selain dikarenakan rendahnya
tingkat perekonomian, kurangnya pengetahuan orangtua akan nutrisi yang diperlukan
tubuh anak juga turut memengaruhi. Pada dasarnya gizi buruk atau kwashiorkor
bukanlah gangguan yang terjadi secara mendadak. Kondisi ini berlangsung secara
perlahan. Karena itu penting untuk mencegah agar anak tidak mengalami kondisi ini
dengan cara memberikan asupan makanan cukup gizi.

E. DIAGNOSIS GIZI BURUK


Diagnosis gizi buruk atau kwashiorkor dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap riwayat kesehatan anak. Kekurangan asupan makanan bergizi
bisa dilihat dari kebiasaan makan anak. Selain itu, adanya gejala dan tanda-tanda
kwashiorkor akan membantu dokter dalam mendiagnosis. Untuk membedakannya
dengan jenis gizi buruk lainnya seperti marasmus, dokter akan memastikan apakah
penderitanya memiliki gejala yang diserta pembengkakan tubuh (edema).Kadang,
pada anak dengan gizi buruk atau kwashiorkor juga turut terdiagnosis penyakit
lainnya. Penyakit yang paling sering terdeteksi adalah penyakit infeksi akibat
kekebalan tubuh yang rendah. Pemeriksaan penunjang bisa saja dilakukan. Misalnya
pemeriksaan laboratorium hingga radiologi yang sesuai untuk mendiagnosis penyakit
infeksi penyerta tersebut.

F. PENANGANAN GIZI BURUK

 Untuk mengatasi gizi buruk atau kwashiorkor dibutuhkan asupan nutrisi berupa kalori
dan protein yang mencukupi. Namun, pemberian nutrisi tersebut harus dilakukan secara
bertahap.
 Pada tahap awal harus diberikan asupan kalori untuk memenuhi kebutuhan energinya
tanpa melibatkan asupan protein terlebih dahulu. Jika kebutuhan kalori sudah tercukupi,
barulah asupan protein nisa mulai diberikan.
 Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara bertahap terus
ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran cerna penderita tidak kaget bila langsung
diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.
 Penanganan dirumah bisa dilakukan dengan mencukupkan kebutuhan gizi seimbang bagi
anak. Makanan yang dikonsumsi harus lengkap mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral.
 Namun ingatlah untuk memberikannya secara perlahan dan terkontrol. Untuk tahap awal,
pastikan Anda melibatkan bantuan dokter dalam mengontrol kondisi anak dengan gizi
buruk atau kwashiorkor yang Anda rawat.
 Untuk mencegah terjadinya gizi buruk atau kwashiorkor pada anak Anda, berikanlah
makanan dengan gizi yang seimbang. Cukupi kebutuhan karbohidrat, lemak dan
proteinnya.
 Sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari produk hewani seperti susu,
keju, daging, telur, dan ikan. Anda juga bisa juga memanfaatkan protein nabati yang
didapat dari kacang hijau dan kacang kedelai

Anda mungkin juga menyukai