Anda di halaman 1dari 3

Diskusi.

Monday, 13 September 2021, 4:36 PM

Saudara Mahasiswa, silahkan diskusikan dan berikan contoh tentang lobi dan negosiasi yang
pernah kalian lakukan dan termasuk ke dalam jenis apa.
Re: Diskusi.7

by AZIZAH ROHADATUL AISY 043938527 - Friday, 3 December 2021, 11:58 AM

A. Lobi
Secara gramatikal, istilah lobi ini arti sebenarnya menunjukkan pada salah satu bagian dari satu
gedung, yaitu koridor, ruang tunggu, atau ruang masuk pada satu gedung. Istilah ini berasal dari
Bahasa Latin labia. Laubia atau lobium yang artinya beranda, galeri atau tempat yang memiliki
atap yang menempel pada satu bangunan. Dalam perkembangan berikutnya, itulah itulah ini
digunakan untuk menunjuk pada runag masuk ke gedung parlemen, dan dua koridor yang
menghubungkan gedung lembaga perwakilan. Inilah tempat yang terbuka bagi publik, tempat
bertemu antara anggota legislatif dan konstituennya atau dengan pers. Di ruang itu pulalah publik
berusaha mempengaruhi anggota parlemen dalam mengambil satu kebijakan.
Namun dalam kerangka komunikasi bisni, tentu saja ada kesamaannya dan ada perbedaanya
dengan pengertian lobi seperti yang diuraikan di atas. Namun inti kegiatan lobi yakni
mempengaruhi kebijakan atau keputusan berlaku juga dalam komunikasi bisnis. Itu sebabnya
istilah lobi pun dipergunakan dalam dunia bisnis.
Secara umum, jenis-jenis lobi ini adalah sebagai berikut.
1. Lobi Tradisional, lobi ini biasanya memanfaatkan orang-orang terkenal, figure publik,
atau mantan pejabat untuk mendekati kelompok-kelompok kepentingan agar tujuan
organisasi/lembaga bisnis dapat tercapai. Pemanfaatan para mantan pejabat itu cukup
menonjol di Indonesia, untuk didudukkan sebagai Presiden Komisaris atau anggota
anggota Dewan Komisaris sebuah perusahaan. Maksudnya tentu saja, agar mereka itu
bisa melakukan lobi-lobi ke pemerintah melalui jalur yang sudah dikenainya atau
diketahuinya.
2. Lobi Akar Rumput (grass- root lobbying) bertujuan mempengaruhi para pengambil
keputusan secara tidak langsung. Para pelobi justru mempengaruhi masyarakat dan
nantinya masyarakat menyatakan pendapatnya sehingga keputusan yang diambil
pemerintah sesuai dengan keinginan para pelobi itu yang seolah-olah merupakan aspirasi
masyarakat. Artinya, para pelobi mengembangkan dukungan dari masyarakat atau
melakukan rekayasa social untuk menunjukkan dukungan atau penolakan terhadap satu
rencana kebijakan yang diputuskan para pengambil kebijakan.
3. Lobi Political Action Commute adalah komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan
besar dengan maksud menempatkan calonnya di lembaga legislatif atau di eksekutif
sehingga keputusan yang diambilnya tidak merugikan perusahaan yang tergabung dalam
komite tersebut. Bahkan kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut kemudian
diidentikkan dengan kepentingan pemerintah. Di berbagai negara, lobi seperti ini selalu
menjadi kontroversi di masyarakat.
Pengalaman saya mengenai lobi yaitu ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah
atas. Saya hendak menyampaikan pendapat dari teman-teman sekelas saya mengenai kendala-
kendala yang dialami saya dan teman-teman sekelas saya ketika mengikuti pembelajaran online
melalui aplikasi pesan. Dan saya hendak bertemu dan membicarakan hal ini kepada salah satu
wakil kepala sekolah di ruangannya, kemudian saya menyarankan agar pembelajaran online
dilaksanakan melalui aplikasi yang dikhususkan untuk kegiatan pembelajaran. Namun penerapan
pembelajaran online yang dilakukan melalui aplikasi khusus untuk pembelajaran saja baru
dilaksanakan di semester setelahnya, karena pendidik memerlukan pelatihan terlebih dahulu.
Berdasarkan pengalaman saya di atas, lobi yang saya lakukan termasuk ke dalam jenis lobi
tradisional. Salah satu kunci keberhasilan pembelajaran online para siswa adalah kenyamanan
dalam penggunaan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran online, sehingga saya mewakili
pendapat teman-teman sekelas saya demi kenyamanan pembelajaran online. Disini saya
memanfaatkan seseorang yang memiliki jabatan di sekolah, yaitu wakil kepala sekolah agar
tujuan kelas tercapai.
2. Negoisasi
Negoisasi pada dasarnya merupakan proses perundingan. Tentu saja dalam perundingan ini,
terdapat pihak-pihak yang menyadari adanya perbedaan dalam pandangan, sikap, anggapan dan
perilaku atas hal-hal yang menjadi perhatian atau kepedulian pihak lain. Kita bisa membuat
klasifikasi jenis-jenis negoisasi seperti berikut ini.
1. Berorientasi pada bargaining (bargaining-orientations), yakni bentuk negoisasi yang
menggunakan pendekatan yang digunakan oleh para komunikator yang kompetitif.
Pendekatan ini berasumsi, hanya ada satu pihak saja yang dapat mencapai tujuannya.
Karena itu, ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Negoisasi seperti ini juga
dinamakan “negoisasi berorientasi kalah-menang”.
2. “Berorientasi kalah-kalah”, yang dalam prosesnya, pihak-pihak yang bernegoisasi
mengabaikan kemungkinan menjadi pemenang sehingga dalam pendekatan ini pihak-
pihak yang bernegoisasi menjadi pecundang. Namun sebenarnya, ketika negoisasi
dimulai taka da pihak yang ingin menjadi pecundang, tapi pada saat negoisasi
berlangsung kita berada dalam posisi yang besar kemungkinan menjadi pihak yang kalah
oleh karena itu ketimbang kekalahan diderita sendiri, maka lawan negosiasi pun harus
mengalah. Akibatnya kedua belah pihak mengalami kerugian.
3. Negosiasi dalam bentuk kompromi, yakni pengambilan satu pilihan yang didasari oleh
pertimbangan daripada berada dalam posisi “kalah-menang’ atau “mengandung risiko
kalah-kalah” maka jalan tengah dipilih sehingga dilakukan kompromi. Jadi dalam
kompromi ini, ada kepentingan yang harus dikorbankan dan dipertahankan begitu juga
oleh pihak lain.
4. Berorientasi “menang-menang” yang disebut juga sebagai pendekatan kolaboratif.
Asumsinya pemecahan dapat dicapai dan memuaskan kebutuhan semua pihak yang
terlibat di dalamnya, karena kuncinya terletak pada bagaimana menemukan solusi
“menang-menang” yang membuat masing-masing pihak tidak merasa dirugikan.
Pengalaman saya mengenai negoisasi yaitu ketika saya akan melanjutkan pendidikan ke sekolah
menengah atas, dimana setiap siswa berhak memilih jurusan yang diinginkan. Jurusan yang ada
diantaranya jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), saya
menyukai ilmu-ilmu alam, terutama biologi. Akan tetapi, saya lebih menyukai ilmu-ilmu sosial,
seperti sosiologi, sejarah, dan ekonomi. Namun orang tua dan keluarga saya menginginkan saya
memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kemudian saya mulai menjelaskan alasan-alasan
saya memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dan akhirnya saya berhasil mencapai
tujuan saya, yaitu belajar di jurusan favorit saya meskipun di dalam benak orang tua dan
keluarga saya masih sangat menginginkan saya mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
Berdasarkan pengalaman saya di atas, negoisasi yang saya lakukan yaitu termasuk ke dalam jenis
negoisasi berorientasi pada bargaining (bargaining-orientations), pendekatan ini berasumsi,
hanya ada satu pihak saja yang dapat mencapai tujuannya. Karena itu ada pihak yang menang,
yaitu saya sendiri, dan ada pihak yang kalah, yaitu orang tua dan keluarga saya.
Referensi: Buku Materi Pokok EKMA4159/MODUL 8
Maximum rating: 95 (1)
Re: Diskusi.7

by Karmawan, S.E., M.Sc. CSRA. 03000112 - Friday, 3 December 2021, 2:26 PM

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai